Dosen: Christian Ramos K COST ACCOUNTING (Akuntansi Biaya) Biaya Overhead Pabrik REFERENSI: Hongren, Charles T., Cost Accounting, Prentice Hall (BOOK) Vanderbeck, Principles of Cost Accounting, Cengage learning (BOOK) 1
Pengertian 19-2 Biaya-biaya produksi yang tidak dapat di kategorikan kedalam biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang disebut biaya overhead pabrik.
Penggolongan BOP atas dasar tingkah laku Biaya Biaya Tetap Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan Biaya satuan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan Contoh: biaya asuransi pabrik, biaya penyusutan mesin, gaji staff pabrik 19-3 Biaya Variabel Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding Biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan Contoh BOP variable, misalnya: BBP Biaya Semi Variabel Biaya yang jumlah totalnya berubah tetapi tidak sebanding Biaya satuan berubah terbalik dihubungkan perubahan volume (tidak sebanding) Contoh: biaya pembangkit listrik, biaya reparasi dan pemeliharaan
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan tarip BOP 19-4 1 Dasar Pembebanan/ Penentuan Tarip BOP 2 Penentuan Tingkat Kapasitas Yang Digunakan 3 Diikutsertakan / tidaknya elemen BOP Tetap ke dalam perhitungan tarip 4 Penggunaan satu tarip / beberapa tarip
1 19-5 Dasar Pembebanan/ Penentuan Tarip BOP Satuan Produk Taksiran jml Taksiran BOP satuan produk yg dihasilkan % tarif BOP per satuan Biaya Bahan Baku Taksiran BOP Taksiran BBB yang dipakai x100% % BOP dr BB yg dipakai Biaya Tenaga Kerja langsung Taksiran BOP Taksiran BTKL x100% % BOP dr BTKL Jam Tenaga Kerja Langsung Taksiran BOP Taksiran jam TKL x100% % BOP per jam TKL Jam Mesin Taksiran BOP Taksiran jam mesin x100% % BOP per jam mesin
2 Penentuan Tingkat Kapasitas Yang Digunakan 19-6 Apabila Kapasitas naik, tarip biaya turun, produk dibebani BOP yang kecil. Apabila kapasitas turun, tarip biaya naik, produk dibebani BOP besar. Cara untuk menentukan tinggi rendahnya kapasitas: Kapasitas Sesungguhnya Yang Diharapkan Kapasitas Normal Kapasitas Praktis Kapasitas Teoritis ( Kapasitas Ideal )
2 Penentuan Tingkat Kapasitas Yang Digunakan 19-7 a. Kapasitas Teoritis ( Kapasitas Ideal ) Kapasitas produksi suatu departemen / pabrik pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama periode tertentu b. Kapasitas Praktis Kapasitas Teoritis dikurangi hambatan hambatan / pemberhentian kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari dan datangnya dari factor internal perusahaan. Misalnya, karena hilangnya waktu untuk reparasi, waktu tunggu, buruknya mutu BB, keterlambatan datangnya bahan dan supplies, hari-hari libur karyawan, dsb.
2 Penentuan Tingkat Kapasitas Yang Digunakan 19-8 c. Kapasitas Normal Kapasitas Teoritis dikurangi hambatan-hambatan / pemberhentian kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari baik yang disebabkan oleh factor internal / eksternal perusahaan. Hambatan eksternal dapat berupa penurunan tingkat penjualan dalam jangka panjang disebabkan karena factor musiman, siklus dan trend. Kapasitas Normal = kapasitas praktis dikurangi hambatan karena factor eksternal perusahaan. d. Kapasitas Sesungguhnya Yang Diharapkan Penentuan besarnya kapasitas didasarkan pada taksiran jumlah produksi sesungguhnya yang diharapkan terjadi untuk periode (th) yang akan datang. Hanya cocok untuk perusahaan yang tingkat produknya relative stabil (tidak berfluktuasi) dari waktu ke waktu.
3 Diikutsertakan / tidaknya elemen BOP Tetap ke dalam perhitungan tarip 19-9 Metode Harga Pokok Penuh Semua elemen biaya produksi (Tetap / Variabel) diperhitungkan ke dalam harga pokok produk Metode Harga Pokok Variabel Hanya elemen biaya prodsuksi variable yang diperhitungkan ke dalam harga pokok produk. Biaya produksi tetap langsung diakui sebagai biaya waktu yang langsung dimasukkan ke laporan laba rugi.
4 Penggunaan satu tarip / beberapa tarip 19-10 A. Tahapan pengolahan produk. Jika pabrik relatif kecil dan hanya diolah melalui satu tahap satu tarip untuk seluruh pabrik. Jika pabrik relative besar dan mengolah produk melalui beberapa tahapan departemenisasi tarip BOP B. Seberapa jauh manajemen ingin mengendalikan BOP
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan satu tarip untuk seluruh pabrik: 19-11 A Penentuan Besarnya Tarip BOP Perhitungan, Analisa dan Perlakuan Selisih BOP D B Pembebanan BOP kepada Produk / Pesanan Pengumpulan BOP Sesungguhnya C
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan satu tarip untuk seluruh pabrik: 19-12 1. Penentuan Besarnya Tarip BOP a.penentuan budget BOP b.penentuan dasar pembebanan dan tingkat kapasitas c.perhitungan tarip BOP 2. Pembebanan BOP kepada Produk / Pesanan BOP b = KS x T BOP b KS T = BOP dibebankan = Kapasitas Sesungguhnya = Tarip BOP (total)
Langkah-langkah penentuan dan penggunaan satu tarip untuk seluruh pabrik: 19-13 3. Pengumpulan BOP Sesungguhnya BOP sesungguhnya yang terjadi ditampung dalam rekening BOP sesungguhnya (Debit) dan (Kredit) untuk rekening yang menimbulkan biaya. Rekening BOP sesungguhnya dijumlahkan tiap akhir periode. 4. Perhitungan, Analisa dan Perlakuan Selisih BOP a. Jika selisih BOP timbul karena ketidaktepatan penentuan tarip BOP, maka selisih BOP akan dialokasikan kembali ke dalam elemen persediaan produk dalam proses, persediaan selesai dan harga pokok penjualan. b. Jika selisih BOP timbul karena factor efisiensi, selisih BOP diperlakukan langsung ke dalam elemen rugi laba.
Latihan Soal 1 Hite Manufacturing menggunakan sistem kalkulasi biaya normal. Overhead yang dianggarkan untuk tahun depan adalah $ 750.000. aktivitas aktual yg diharapkan adalah 200.000 jam tenaga kerja langsung. Selama tahun itu, Hite bekerja dengan total 192.000 jam tenaga kerja langsung dan overhead aktual berjumlah $ 736.000. Diminta : 1. Hitung tarif overhead awal 2. Hitung overhead yang dibebankan 3. Hitung selisih BOP
Jawaban : 1. Tarif Overhead awal 750.000 200.000 $ 3,75 2. Overhead yang dibebankan 192.000 jam x $ 3,75 = $ 720.000 3. Selisih BOP $ 720.000 - $ 736.000 = $ 16.000 (under upllied)
THE END Materi Selanjutnya: Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik 16