II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan 2. 2 Prosedur Penelitian Persiapan Eksplan

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN A.

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan BAP dan 2,4-D pada Percobaan Induksi Mata Tunas Aksilar Aglaonema Pride of Sumatera Secara In Vitro

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN A.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitaian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman, Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. 1. Percobaan 1: Pengaruh konsentrasi 2,4-D terhadap proliferasi kalus.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Plant Physiology and Culture

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian,

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian pendahuluan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan 2

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In vitro Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) varietas Dewata F1

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium UPT BBI (Balai Benih Induk) Jl.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat eksperimen karena pada penelitian menggunakan kontrol yaitu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman, Jurusan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur In Vitro Fakultas

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Maulana Malik Ibrahim Malang pada bulan Januari-Juli 2014.

III. BAHAN DAN METODE. 1. Pengaruh konsentrasi benziladenin dengan dan tanpa thidiazuron terhadap

LAMPIRAN. Lampiran 1. Persentase Data Pengamatan Kultur yang Membentuk Kalus. Ulangan I II III. Total A 0 B

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Induk Hortikultura Gedung Johor Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Juli 2014 di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober - November 2012 di Laboratorium

II. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yaitu pemberian

LAMPIRAN K1.5 K4.5 K1.3 K3.3 K3.5 K4.4 K2.3 K4.3 K3.2 K5.2 K2.1 K5.3 K3.1 K4.1 K5.4 K1.2 K4.2 K5.5 K3.4 K5.1 K1.4 K2.5 K2.2 K1.1 K2.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi pembiakan in vitro tanaman pisang yang terdiri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

BIOTEKNOLOGI KULTUR JARINGAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Kerja Persiapan Bibit Tumih

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB III BAHAN DAN METODE. Percobaan dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, yaitu penambahan konsentrasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. penambahan sukrosa dalam media kultur in vitro yang terdiri atas 5 variasi

Tugas Akhir - SB091358

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN. agar, arang, NaOH, HCl dan akuades. spirtus, timbangan analitik, beker gelas, LAF vertikal.

Tentang Kultur Jaringan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan utama dan satu percobaan lanjutan, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. METODE PENELITIAN

BAB 3 BAHAN DAN METODA

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2014 bertempat di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor

Kontaminasi No Perlakuan U1 U2 U3 U4 U5 U6 Total 1 B B B B B

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai bulan Maret 2015 di

BAB III METODE PENELITIAN

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Puput Perdana Widiyatmanto Dosen Pembimbing Tutik Nurhidayati S.Si., M.Si. Siti Nurfadilah, S.Si., M.Sc. Tugas Akhir (SB091358)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal Januari 2011 Maret 2011

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan yaitu perbedaan pemberian konsentrasi ion logam Cu 2+

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Khansa Orchid Cimanggis-

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PERCOBAAN. Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu perlakuan jenis

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

Transkripsi:

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Perancangan Percobaan Rumput laut yang digunakan pada penelitian ini yaitu rumput laut K. alvarezii dengan kondisi baik (tidak terdapat tanda-tanda pemutihan jaringan) yang berasal dari Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau. Penelitian ini dimulai dengan persiapan eksplan thalus rumput laut. Persiapan eksplan meliputi persiapan media kultur semi steril. Media yang digunakan adalah media CW. Persiapan lainnya dalam persiapan eksplan adalah transportasi eksplan dari tempat asal dan pembersihan eksplan untuk dikultur pada kondisi semi steril. Setelah dilakukan persiapan eksplan, dilakukan sterilisasi eksplan menggunakan media CW dengan penambahan antibiotik. Sterilisasi eksplan meliputi persiapan media steril, inisiasi eksplan, dan uji kontaminasi eksplan. Proses selanjutnya pada penelitian ini adalah induksi kalus. Induksi kalus meliputi kegiatan pembuatan media perlakuan untuk induksi kalus, penanaman eksplan, dan pengamatan induksi kalus. Media perlakuan yang digunakan adalah media CW dan PES padat dengan penambahan zat pengatur tumbuh dari golongan auksin yaitu Indol Acetic Acid (IAA) dan Napthalen Acetic Acid (NAA), serta dari golongan sitokinin yaitu Benzyl Amino Purine (BAP). Jenis ZPT dikombinasikan sesuai rancangan percobaan pada penelitian ini. Perlakuan dengan penambahan ZPT IAA dan BAP dibuat menjadi 9 perlakuan di tiap-tiap media dasar. Sementara itu perlakuan dengan penambahan ZPT NAA dan BAP dibuat menjadi 6 perlakuan di tiap-tiap media dasar, akan tetapi perlakuan dengan tanpa penambahan NAA menggunakan data yang sama dengan kelompok perlakuan penambahan ZPT IAA dan BAP sehingga jumlah perlakuan menjadi 9 perlakuan. Setiap perlakuan dibuat sebanyak 10 ulangan. 2. 2 Prosedur Penelitian 2. 2. 1 Persiapan Eksplan 2. 2. 1. 1 Persiapan Wadah dan Media Kultur Wadah yang digunakan yaitu toples. Langkah awal yaitu toples dicuci dan disterilisasi dengan menggunakan autoklaf selama 15 menit.

Selanjutnya dibuat stok air laut saring untuk campuran dalam pembuatan media kultur semi steril dengan cara air laut disaring menggunakan internal filter akuarium AA-1200L. Air laut yang sudah disaring tersebut kemudian disaring kembali menggunakan plankton net sebanyak dua kali. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan larutan stok media untuk kultur semi steril. Pembuatan dilakukan dengan cara larutan stok A dipanaskan hingga mendidih kemudian ditambahkan 1 mllarutan stok B ke dalam larutan stok A dan diaduk menggunakan magnetic stirrer sampai homogen. Komposisi media CW terdapat pada Lampiran 1. Langkah selanjutnya adalah pembuatan media untuk kultur semi steril. Media CW dalam toples ditentukan sebanyak 4 liter. Langkah pertama dalam pembuatan media CW untuk kultur semi steril yaitu disiapkan terlebih dulu labu ukur ukuran 2 lyang telah diisi dengan air laut saring sebanyak 1 l. Selanjutnya ditambahkan 8 mlstok larutan CW (2 ml/l) dan 4 mlstok larutan thyamine (1 ml/l) sambil diaduk dengan magnetic stirrer kemudian ditambahkan air laut saring hingga volume mencapai 2 l. Setelah diaduk secara merata, media dimasukkan ke dalam toples kaca dan ditambahkan lagi air laut saring sebanyak 2 lke dalam toples kaca hingga volume mencapai 4 l. Setelah selesai membuat media, toples kaca ditutup dengan menggunakan plastik tahan panas dan diikat dengan karet kemudian disterilisasi dengan autoklaf selama 1 jam pada suhu 121 0 C atau tekanan 0,1 Mpa. Satu hari setelah disterilisasi, pada media CW ditambahkan 1 mlstok larutan vitamin B12 steril. Hal ini dilakukan dalam laminar air flow. 2. 2. 1. 2 Persiapan Eksplan untuk Kultur Semi Steril K. alvarezii ditransportasikan dari Kepulauan Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia menuju Laboratorium Service SEAMEO BIOTROP Tajur, Jawa Barat, Indonesia. Rumput laut dimasukkan ke dalam wadah transportasi yaitu box kardus dimana rumput laut dibalut dengan koran basah. Waktu transportasi disesuaikan dengan persiapan media kultur. Selanjutnya, thalus rumput laut yang sehat dan bersih dipotong sekitar 10 cm menggunakan pisau lalu dibersihkan dengan air laut steril (Gambar 1). Untuk aklimatisasi pada kondisi laboratorium, eksplan yang telah dipotong kemudian 5

dikultur pada kondisi semi steril dalam media CW yang sebelumnya sudah dipersiapkan dan diberikan aerasi serta ditutup dengan plastik wrap code PW-45. Gambar 1. Stok air laut steril. Rumput laut dipelihara sampai dapat bertahan hidup dengan stabil dalam ruangan AC dan diberikan fluktuasi penyinaran cahaya gelap : terang = 12:12 jam dengan intensitas ± 1500 lux (Suryati dan Mulyaningrum 2009) (Gambar 2). Selama aklimatisasi, media diganti satu minggu sekali. Gambar 2. Kultur cair semi steril (aklimatisasi eksplan). 2. 2. 2 Sterilisasi Eksplan Thalus 2. 2. 2. 1 Persiapan Media Sterilisasi Media CW sebanyak 970 mlyang sudah disterilisasi dengan autoklaf ditambahkan larutan antibiotik mix (penicillin G, streptomycin sulphate, kanamycin, nystatin, neomycin) sebanyak 30 mldan vitamin B12 0,2 mldi dalam laminar air flow. Pembuatan larutan antibiotik mix (Suryati dan Mulyaningrum 2009) yaitu dengan cara mencampurkan penicillin G 1 g, streptomycin sulphate 2 g, kanamycin 1 g, nystatin 25 mg dan neomycin 200 mg 6

ke dalam 100 mlaquades yang kemudian disterilisasi dengan syringe filter 0,22 μm. Setelah pembuatan media steril selesai, media steril dibagi ke dalam 10 botol dengan volume masing-masing 100 ml. 2. 2. 2. 2 Inisiasi Eksplan Eksplan yang digunakan adalah rumput laut yang telah diaklimatisasikan pada kultur semi steril selama 1 minggu dan 5 minggu. Rumput laut dipotong sepanjang 5 cm dengan menggunakan pisau scalpel steril kemudian dibersihkan dengan air laut steril sebanyak dua kali. Selanjutnya rumput laut yang telah dibersihkan, dicuci dan direndam air laut steril ditambah sabun tween sebanyak 5 tetes per 100 mlselama 10 menit, kemudian dibilas dengan menggunakan air laut steril kembali sebanyak dua kali. Proses selanjutnya adalah perendaman eksplan rumput laut ke dalam larutan betadine 0,5% (0.5 mlper 100 mlair laut) selama 2 menit dan setelah itu dibilas kembali sebanyak dua kali dengan air laut steril. Eksplan kemudian dimasukkan ke media CW + antibiotik mix sebanyak 12-14 eksplan per botol kultur kemudian dishaker selama 60 jam dengan penyinaran lampu TL 1500 lux dengan perbandingan penyinaran terang gelap 12 : 12 jam. Setelah 60 jam dishaker, eksplan dibilas dengan air laut steril kemudian ditanam di media CW padat (media CW dengan penambahan bacto agar 8 g/l). Eksplan yang ditanam disimpan di ruang kultur pada suhu ruangan 22 0 C dan pencahayaan lampu 1500 lux dengan perbandingan pencahayaan terang gelap 12 : 12 jam. Pada 2 minggu setelah tanam, diamati jumlah eksplan yang terkontaminasi dan kondisi fisik eksplan. 2. 2. 3 Induksi Kalus 2. 2. 3. 1 Persiapan Media Induksi Kalus Rancangan percobaan dilakukan untuk mendapatkan media yang optimal untuk induksi kalus. Induksi kalus dilakukan pada dua jenis media dasar yaitu CW dan PES. Komposisi media PES terdapat di Lampiran 2. Media dasar CW dibuat sebanyak 1 liter. Pembuatan media CW dilakukan dengan cara stok larutan CW dimasukkan sebanyak 2 mldan stok thyamine 1 mlke dalam labu ukur berukuran 1 lkemudian ditambahkan air laut saring sampai 1 l. Sementara itu, banyaknya media PES yang dibuat adalah 1 liter. Pembuatan media PES yaitu 7

dengan cara larutan stok PES steril sebanyak 20 mldimasukkan ke dalam 980 ml air laut yang sudah disterilisasi dengan autoklaf. Penambahan stok PES steril tersebut dilakukan dalam laminar air flow. Pada masing-masing media tersebut ditambahkan dua kombinasi ZPT yaitu BAP + IAA dan BAP + NAA. Konsentrasi BAP yang digunakan adalah 0; 0,5; 1 mg/l. Konsentrasi IAA yang digunakan adalah 0; 2,5; 5 mg/l, sedangkan NAA pada konsentrasi 0; 0,5; 1 mg/l(tabel 1 dan Tabel 2). Tabel 1. Perancangan media perlakuan dengan penambahan ZPT IAA dan BAP IAA BAP (mg/l) Media Dasar (mg/l) 0 0,5 1 0 1 6 11 2,5 2 7 12 CW 5 3 8 13 0 16 21 26 PES 2,5 17 22 27 5 18 23 28 Keterangan : Angka yang dicetak miring merupakan penomoran pada media perlakuan di botol Tabel 2. Perancangan media perlakuan dengan penambahan ZPT NAA dan BAP NAA BAP (mg/l) Media Dasar (mg/l) 0 0,5 1 0 1 6 11 0,5 4 9 14 CW 1 5 10 15 PES 0 16 21 26 0,5 19 24 29 1 20 25 30 Keterangan : Angka yang dicetak miring merupakan penomoran pada media perlakuan di botol Setiap media perlakuan ditambahkan bacto agar 8 g/l kemudian dipanaskan hingga larut. Setelah larut, media perlakuan disterilisasi di autoklaf selama 30 menit pada suhu 121 0 C atau tekanan 0,1 Mpa. Setelah disterilisasi dan suhu media sudah menjadi hangat, tiap-tiap media perlakuan ditambahkan 0,1 ml vitamin B12 di dalam laminar dan diaduk menggunakan magnetic stirrer. Selanjutnya media perlakuan dituang ke dalam botol perlakuan steril (botol chicken). 8

2. 2. 3. 2 Penanaman Eksplan dan Pengamatan Eksplan rumput laut K. alvarezii yang tidak terkontaminasi pada 2 minggu setelah sterilisasi dipindahkan (subkultur) ke media perlakuan. Eksplan yang steril dikeringkan dengan menggunakan tissu steril kemudian dipotong menjadi panjang 4-5 mm dan dikeringkan kembali menggunakan tissu steril untuk menghilangkan cairan dan lendir yang keluar pada saat pemotongan. Eksplan kemudian ditanam di media perlakuan untuk induksi kalus (1 eksplan per botol). 2. 3 Parameter Penelitian dan Analisis Data Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah hubungan umur pemeliharaan eksplan pada kondisi semi steril terhadap tingkat kontaminasi, tingkat persentase kalus yang terinduksi dan respon pertumbuhan kalus. 2. 3. 1 Sterilisasi Eksplan Thalus Rumput Laut Kontaminasi merupakan salah satu hal yang harus dihindari dari kegiatan kulur jaringan. Untuk menunjang keberhasilan kultur jaringan, eksplan yang ditanam harus steril dan tidak terkontaminasi. Eksplan yang dipelihara pada kultur semi steril selama 1 minggu dan 5 minggu diuji hubungannya terhadap jumlah eksplan yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan lama pemeliharaan dalam kultur semi steril terhadap kontaminasi eksplan. Untuk mengetahui hubungan antara lama pemeliharaan dalam kultur semi steril dan kontaminasi eksplan, maka dilakukan penghitungan eksplan yang terkontaminasi dan tidak terkontaminasi. Perhitungan dilakukan pada tiap-tiap umur pemeliharaan (1 minggu dan 5 minggu). Data hubungan umur eksplan dalam kultur semi steril terhadap tingkat kontaminasi eksplan dianalisis statistik dengan menggunakan uji independensi (chi-square test). Langkah-langkah uji independensi yang telah dirumuskan Daniel (1990) adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan H0 dan H1 H0 : Umur eksplan dalam pemeliharaan kultur semi steril dan kontaminasi eksplan adalah independent (tidak ada hubungan) 9

H1 : Umur eksplan dalam pemeliharaan kultur semi steril dan kontaminasi eksplan tidak independent (ada hubungan) 2. Menentukan taraf nyata dan derajat kebebasan serta menentukan daerah kritisnya (α= 0,05; derajat bebas (v) = (kolom 1) (baris 1)) Menentukan statistik uji yang cocok χ 2 = Eij = (total baris i) x (total kolom j) : total pengamatan 3. Menghitung statistik uji 4. Menarik Kesimpulan Jika χ 2 hitung > χ 2 tabel (α,v) : tolak Ho Jika χ 2 hitung < χ 2 tabel (α,v) : gagal tolak Ho Keterangan : O : frekuensi obeservasi E : frekuensi harapan i : baris ke-i j : kolom ke-j 2. 3. 2 Persentase Eksplan Membentuk Kalus Persentase eksplan membentuk kalus pada tiap-tiap perlakuan dihitung dengan membandingkan jumlah eksplan yang membentuk kalus pada minggu ke- 6 setelah tanam dengan jumlah eksplan keseluruhan yang ditanam pada tiap-tiap media perlakuan. Untuk menghitung persentase eksplan membentuk kalus digunakan rumus matematika sebagai berikut: % eksplan membentuk kalus = x 100%. Data tingkat persentase kalus yang terinduksi dianalisis secara deskriptif dan perhitungan persentase menggunakan MS.Excel 2007. 2. 3. 3 Pertumbuhan Kalus Pada minggu ke-6 setelah tanam dilakukan pengamatan pertumbuhan kalus. Pengamatan respon pertumbuhan kalus dilakukan dengan cara pemberian nilai (skor). Kalus yang terbentuk terbagi menjadi 6 nilai pertumbuhan, yaitu: 0 : eksplan tidak bereaksi atau mati 10

1 : pembentukan kalus sangat rendah 2 : pembentukan kalus rendah 3 : pembentukan kalus sedang 4 : pembentukan kalus tinggi 5 : pembentukan kalus sangat tinggi Data yang diperoleh kemudian diolah untuk mendapatkan media yang optimal untuk pertumbuhan kalus. Data respon tumbuh kalus dianalisis statistik dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kruskal-Wallis dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0. Analisis data dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis mengikuti langkahlangkah yang telah dirumuskan dan telah ada dalam perangkat lunak SPSS 16.0 sebagai berikut (Steel and Torrie 1980 dalam Aprilliana 2010): Keterangan : T Ni Ri 2 T 1. Merumuskan H0 dan H1 2. Perangkingan (Pemberian Skor) 3. Membuat tabel rangking 4. Menghitung jumlah T(t-1)(t+1) 5. Menghitung faktor koreksi atau pembagi Pembagi = 1-6. Menghitung H H = 12 Ri 2-3(n+1) n(n+1) ni Menghitung H H = Melihat X 2 tabel dengan α: 0,05 db (v) = k-1 Jika x 2 hitung > tabel = tolak Ho = uji lanjut Dunn Jika x 2 hitung < tabel = gagal tolak Ho : (t-1)(t+1) : banyaknya pengamatan dalam perlakuan : Jumlah rangking dalam perlakuan ke-i : banyaknya pengamatan seri dalam kelompok H : H terkoreksi 11

Jika hasil analisis data pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan adanya pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Dunn yang bertujuan untuk mengetahui perlakuan mana saja yang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan kalus. Uji dilakukan dengan menghitung mengikuti rumus sebagai berikut (Daniel 1990): > < Z α k(k-1) jika > Z α maka terdapat perbedaan yang nyata k(k-1) jika < Z α maka tidak terdapat perbedaan yang nyata k(k-1) Keterangan : Ri : rata-rata ranking perlakuan ke-i Rj : rata-rata ranking perlakuan ke-j N k : Banyaknya ulangan : Banyaknya perlakuan 12