DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PENINGKATAN PERMINTAAN PARIWISATA TERHADAP KINERJA EKONOMI MAKRO DAN SEKTORAL DI INDONESIA B A R U D I N

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1. Pariwisata dunia akhir-akhir ini mengalami pasang surut karena pengaruh dari

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

Poppy Ismalina, M.Ec.Dev., Ph.D., Konsultan ILO

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dari hasil penelitian mengenai perilaku makroekonomi lndonesia. dikaitkan dengan liberalisasi perdagangan, maka dapat ditarik beberapa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

VII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI PARIWISATA INTERNASIONAL. Indonesia ke luar negeri. Selama ini devisa di sektor pariwisata di Indonesia selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Fajriasari, 2013

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

Perekonomian Suatu Negara

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tidak sekedar di tunjukan oleh prestasi pertumbuhan ekonomi. perekonomian kearah yang lebih baik. (Mudrajad,2006:45)

KETERKAITAN WILAYAH DAN DAMPAK KEBIJAKAN TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN WILAYAH DI INDONESIA. Oleh: VERALIANTA BR SEBAYANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

PEMASARAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

DAMPAK KEBIJAKAN STIMULUS FISKAL BIDANG INFRASTRUKTUR PADATKARYA TERHADAP KINERJA EKONOMI MAKRO DAN EKONOMI SEKTORAL DI INDONESIA MUKTI RIADI

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia pernah mengalami goncangan besar akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

DEINDUSTRIALISASI DI INDONESIA : ANALISIS DENGAN PENDEKATAN KALDORIAN DIAH ANANTA DEWI

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

DAMPAK PENGELUARAN PEMERINTAH TERHADAP PEREKONOMIAN DI NEGARA-NEGARA ASEAN+3 EVI JUNAIDI

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dalam periode September Oktober 2009 terbukti telah terjadi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

Transkripsi:

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PENINGKATAN PERMINTAAN PARIWISATA TERHADAP KINERJA EKONOMI MAKRO DAN SEKTORAL DI INDONESIA B A R U D I N PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul: DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PENINGKATAN PERMINTAAN PARIWISATA TERHADAP KINERJA EKONOMI MAKRO DAN SEKTORAL DI INDONESIA adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2011 B A R U D I N NRP. H151090284

Halaman ini sengaja dikosongkan

ABSTRACT BARUDIN. 2011. The Impact of Trade Liberalization and Increasing Demand for Tourism on Indonesia Macroeconomic and Sectoral Performance. Supervised by RINA OKTAVIANI and SRI MULATSIH. The liberalization will offer renewed and enhanced opportunities to increase productivity and raise incomes. There are several bilateral and regional agreements on trade liberalization, such as the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), and the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) FTA. The end-goal of economic integration is establishing the ASEAN Economic Community as outlined in ASEAN Vision 2015. Consequently, there is a free flow of goods, services and investment, a free flow of capital as well as equitable economic development, and reduced poverty and socio-economic disparities in the ASEAN region. This study is examined the economy-wide impact of trade liberalization for the Indonesian economy by using the Computable General Equilibrium (CGE) model. The impact of liberalization is examined via tariff reductions, combination tariff reduction and tourism growth. Tourism is a growing and important industry in both developed and developing countries. It is also an important source of earning foreign exchange and provides employment opportunities for domestic labor. Generally, tourist consumption in the receiving country is predominantly of non-traded goods and services. Tourism is increasingly becoming a significant part on global trade. It is one of the top five export categories, and accounted for almost 83 percent of countries in the world. According to the Indonesia Tourism Satellite Accounts 2009, total economic transaction created by tourism activity in 2009 reached Rp504,69 trillion or 4,80 percent of total output. This study has shown that liberalization combined with tourism growth can, in fact, reduce the domestic price level and increase the amount of foreign trade and availability of products in the domestic economy, thereby stimulating further production. The result of this study is improved the Indonesia s macroeconomic performance and welfare, as domestic absorption, and household consumption increase. Tourists are also better off for they can consume more, given their spending level, and also benefit from the greater availability of products. The trade balance deficits are of concern, indicating the need for appropriate accompanying policies, such as the tourism promotion and investment in infrastructure, underpinned by the growing service sector. Keywords: liberalization, tourism, taxation, economic impact, CGE

Halaman ini sengaja dikosongkan

RINGKASAN BARUDIN. 2011. Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia. Dibawah bimbingan RINA OKTAVIANI dan SRI MULATSIH. Pariwisata telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia. Berbagai organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, World Tourism Organization (UNWTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terlebih lagi setelah adanya globalisasi dan liberalisasi yang semakin memudarkan berbagai hambatan. Sejak 4 November 2002, pemerintah Indonesia bersama negara ASEAN telah menandatangani perjanjian ACFTA mengenai pemberlakuan pasar bebas di kawasan ASEAN-China. Disamping itu dilakukan juga kerjasama ekonomi dan perdagangan lainnya seperti APEC dan WTO. Perkembangan kegiatan pariwisata tersebut ternyata masih mengalami beberapa kendala dan hambatan. Oleh karena itu, penulis terdorong untuk melakukan analisis dan penelitian mengenai kondisi dan perkembangan pariwisata di Indonesia terkait dengan maraknya liberalisasi yang dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif dengan menggunakan metodologi dan indikator yang tepat, benar dan akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam indikator makroekonomi serta mengidentifikasi dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata terhadap perekonomian nasional seperti pendapatan dan ketenagakerjaan. Penelitian ini menggunakan Model Keseimbangan Umum/ Computable General Equilibrium (CGE) dari INDOMINI (Oktaviani, 2008) yang berinduk pada MINIMAL (Horridge, 2001). Model ini kemudian dikombinasikan dengan sebagian dari model WAYANG (Wittwer, 1999) dan selanjutnya disebut model INDOWISATA. Database yang digunakan adalah tabel input output nasional 67 sektor updating tahun 2008 yang terdapat dalam neraca satelit pariwisata nasional. Sistem persamaan yang terdapat dalam model ini meliputi 15 blok sesuai dengan model INDOMINI. Hal yang berbeda adalah bahwa permintaan akhir (final demand) dibagi menjadi 2 yaitu permintaan akhir yang terkait dengan pariwisata dan permintaan akhir lainnya. Disamping itu, tenaga kerja juga dibagi menjadi 2 yaitu pekerja formal (dibayar) dan pekerja keluarga (tidak dibayar). Kondisi perekonomian Indonesia selama tahun 2009 terjadi pertumbuhan sebesar 4,5 persen, meskipun mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang mampu tumbuh hingga mencapai 6,0 persen. Pertumbuhan ekonomi yang berada dalam tren menurun tersebut diduga akibat terjadinya kontraksi ekspor barang dan jasa yang cukup besar sebagai akibat turunnya permintaan global. Namun beberapa indikator kesejahteraan masyarakat selama tahun 2009 terlihat mulai menunjukkan kondisi yang membaik seperti PDB per kapita, jumlah penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka. Persepsi positif juga tercermin dari meningkatnya daya saing ekonomi Indonesia pada laporan WEF tahun 2010 menjadi peringkat 44 dari posisi 54 pada tahun 2009.

Perkembangan perdagangan antara Indonesia dengan beberapa negara mitra dagang baik dalam kerangka AFTA maupun ACFTA selama kurun waktu tiga tahun terakhir selalu mengalami defisit. Dengan melihat kondisi tersebut maka pemerintah harus melakukan langka-langkah strategis guna mengurangi banjirnya produk-produk impor serta harus mendorong peningkatan ekspor khususnya ke negara-negara yang telah melakukan kerjasama perdagangan dengan Indonesia. Tumbuhnya kerjasama regional seperti ACFTA dan APEC akan memberikan warna baru dalam pembangunan ekonomi termasuk aktivitas pariwisata Indonesia. Peranan kegiatan pariwisata terhadap ekonomi nasional pada tahun 2009 mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Nilai output dari kegiatan pariwisata secara keseluruhan selama tahun 2009 mencapai sebesar Rp 504,69 triliun atau berkontribusi sebesar 4,80 persen. Sedangkan peranan kegiatan pariwisata terhadap nilai tambah bruto (NTB) mencapai sebesar Rp 233,64 triliun atau memberikan kontribusi sebesar 4,16 persen dari total NTB nasional. Selama tahun 2009, kontribusi sektor-sektor terkait pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja mencapai sebanyak 6,98 juta orang atau 6,68 persen dari tenaga kerja nasional. Disamping itu, peranan dalam ekspor jasa mencapai 4,37 persen yang sebagian besar disumbang oleh sektor hotel, restoran, hiburan dan angkutan. Penelitian ini menerapkan dua skenario utama dari kebijakan ekonomi makro. Skenario pertama dimodelkan dengan menghapus tarif impor hingga 0 persen pada semua komoditi impor kecuali padi dan gula. Skenario kedua diasumsikan bahwa pemerintah lebih pro-bisnis serta agar terjadi keseimbangan secara eksternal dengan pemotongan pajak tak langsung sebesar 20 persen. Pada skenario ini dilakukan dua model simulasi, yaitu jika digabungkan dengan adanya pertumbuhan kegiatan kepariwisataan sebesar 10 persen dan tidak ada pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Studi ini menunjukkan bahwa liberalisasi yang dikombinasikan dengan pariwisata akan mempunyai dampak positif pada perekonomian domestik. Liberalisasi dan peningkatan permintaan pariwisata bisa mengurangi tingkat harga-harga domestik, meningkatkan jumlah perdagangan luar negeri dan ketersediaan produk dalam ekonomi domestik, sehingga merangsang produksi lebih lanjut. Hasilnya untuk kasus Indonesia adalah meningkatkan kinerja ekonomi makro dan kesejahteraan seperti meningkatkan konsumsi rumah tangga. Wisatawan juga diindikasikan lebih baik karena mereka dapat mengkonsumsi lebih banyak dari tingkat pengeluaran yang mereka lakukan dan juga keuntungan dari ketersediaan produk yang lebih besar. Pertumbuhan permintaan pariwisata akan memperkuat dampak positif dari liberalisasi dan pada saat yang sama akan mengurangi efek sampingnya. Namun perlu diperhatikan pada neraca perdagangan yang semakin tertekan, sehingga diperlukan adanya kebijakan yang menyertainya dan sesuai, seperti promosi pariwisata dan investasi di bidang infrastruktur yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan pada sektor jasa. Kata kunci: liberalisasi, pariwisata, pajak, dampak ekonomi, CGE

Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang 1 Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2 Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN DAN PENINGKATAN PERMINTAAN PARIWISATA TERHADAP KINERJA EKONOMI MAKRO DAN SEKTORAL DI INDONESIA Oleh: B A R U D I N Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Heru Margono, M.Sc.

HALAMAN PENGESAHAN Judul Tesis : Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Nama : Barudin NRP : H151090284 Program Studi : Ilmu Ekonomi Permintaan Pariwisata terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. Ketua Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr. Tanggal Ujian: 27 Mei 2011 Tanggal Lulus:

Halaman ini sengaja dikosongkan

PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Judul tesis ini adalah Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan S2 dan memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Ilmu Ekonomi di Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Prof. Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan segala kesibukannya masih meluangkan waktu untuk memberikan saran dan arahan yang sangat bermanfaat bagi penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada pengelola Program Studi Ilmu Ekonomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, mulai dari Dr. Ir. D.S. Priyarsono, M.S. hingga Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.Si. selaku Ketua Program Studi dan Dr. Ir. Sri Mulatsih, M.Sc. Agr. hingga Dr. Lukytawati, SP. M.Si. selaku sekretaris Program Studi. Terima kasih juga disampaikan kepada penguji luar komisi pembimbing yaitu Dr. Heru Margono, M.Sc. yang telah memberikan banyak masukan dalam perbaikan tesis ini. Terima kasih dan penghargaan untuk semua dosen yang telah mengajar penulis dan rekan-rekan kuliah yang senantiasa membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di kelas Magister Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Dedikasi para dosen yang tinggi dan dukungan rekan-rekan kuliah, telah banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan. Penghargaan yang tulus juga disampaikan kepada Ahmad Heri Firdaus, S.E. M.Si. yang telah mengajarkan pemakaian software yang digunakan dalam penelitian ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terkira kepada istri tercinta Yuliastuti dan dua buah hati Nabilah dan Dzaki yang telah memberikan

kekuatan luar biasa kepada penulis mulai dari proses kuliah hingga penyelesaian tesis ini. Orang tua penulis yang selalu memberi semangat, dorongan dan doa yang sangat tulus. Secara khusus, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada BPS khususnya Dr. Rusman Heriawan sebagai Kepala BPS dan Adi Lumaksono, M.Sc. selaku Direktur Statistik Keuangan, Teknologi Informasi dan Pariwisata yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan Program Magister pada Program Studi Ilmu Ekonomi IPB. Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada teman-teman BPS yang telah banyak membantu penulis mulai dari proses kuliah hingga dalam menyelesaikan tesis ini. Tidak ada satupun yang sempurna, begitu juga tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya, penulis berharap bahwa apa yang telah penulis kerjakan ini dapat memberikan kontribusi kepada berbagai pihak dan menjadi landasan yang baik menuju tahap berikutnya. Bogor, Mei 2011 Barudin

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pemalang, Jawa Tengah pada tanggal 1 Oktober 1970 dari pasangan Tasiban dan Andriyah. Penulis merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Saat ini penulis telah menikah dengan Yuliastuti dan telah dikaruniai dua orang putra. Pendidikan tinggi yang telah ditempuh penulis adalah di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) Jakarta tamat tahun 2001, dan memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.) pada tingkat Diploma IV. Pada Tahun 2009, penulis melanjutkan alih jenjang tingkat sarjana di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) pada tingkat Strata-1 (S1). Penulis bekerja di Badan Pusat Statistik sejak tahun 1994 pada Bagian Pengolahan Data Sensus. Pada tahun 1999, penulis dipindahkan ke Subdit. Statistik Pariwisata BPS Pusat hingga sekarang. Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Program S2 Penyelenggaraan Khusus BPS-IPB di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Halaman ini sengaja dikosongkan

DAFTAR ISI halaman DAFTAR TABEL... xv DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... ixx 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Kegunaan Penelitian... 7 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 8 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 9 2.1 Pustaka Terdahulu... 9 2.2 Tinjauan Teoritis... 12 2.2.1 Globalisasi dan Liberalisasi Perdagangan Internasional... 12 2.2.2 Kegiatan Pariwisata Indonesia... 19 2.2.3 Model Keseimbangan Umum... 25 2.2.3.1 Karakteristik Kondisi Keseimbangan Umum... 30 2.2.3.2 Struktur Model Keseimbangan Umum... 35 2.2.3.3 Keunggulan dan Keterbatasan Model CGE... 35 2.3 Kerangka Pemikiran... 37 2.4 Hipotesis Penelitian... 38 3 METODE PENELITIAN... 39 3.1 Jenis dan Sumber Data... 39 3.2 Metode Analisis Data... 39 3.2.1 Model Computable General Equilibrium (CGE)... 39 3.2.2 Sistem Persamaan Model INDOWISATA... 41 3.2.2.1 Keseimbangan Pasar untuk Setiap Komoditi... 42 3.2.2.2 Substitusi Antara Komoditi Impor dan Domestik... 43 3.2.2.3 Struktur Produksi... 44 3.2.2.4 Permintaan untuk Faktor Primer... 46 3.2.2.5 Permintaan Industri di Level Atas... 47 3.2.2.6 Permintaan Rumah Tangga... 48 3.2.2.7 Permintaan Ekspor... 53 3.2.2.8 Keseimbangan Pasar Domestik dan Harga... 53 3.2.2.9 Harga Impor... 54 3.2.2.10 GDP dari Sisi Pendapatan... 54 3.2.2.11 GDP dari Sisi Pengeluaran... 55

xiv halaman 3.2.2.12 Persamaan yang Berkaitan dengan Peubah Makro Lainnya... 55 3.2.2.13 Peubah Pasar Faktor Produksi... 56 3.2.2.14 Pembaharuan Aliran Data... 56 3.2.2.15 Ringkasan Data... 57 3.2.2.16 Penutup Model... 57 4 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN AKTIVITAS PARIWISATA INDONESIA... 59 4.1 Kondisi Perekonomian Beberapa Negara di Dunia... 59 4.2 Kondisi Perekonomian Indonesia... 60 4.3 Globalisasi dan Liberalisasi Perdagangan di Indonesia... 64 4.3.1 Perkembangan Pelaksanaan Kerjasama Multilateral... 64 4.3.2 Perkembangan Pelaksanaan Kerjasama Regional... 65 4.3.3 Langkah-langkah Pengamanan Pelaksanaan FTA... 68 4.3.4 Kaitan Liberalisasi dengan Aktivitas Pariwisata... 69 4.4 Perkembangan Kegiatan Pariwisata di Indonesia... 71 4.4.1 Perkembangan Wisatawan Nusantara (Domestic and Outbound Tourist)... 71 4.4.2 Perkembangan Wisatawan Mancanegara (Inbound Tourist) 72 4.4.3 Kinerja Pariwisata Indonesia... 76 4.4.4 Daya Saing Pariwisata Indonesia... 78 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 79 5.1 Simulasi Model... 79 5.2 Dampak Liberalisasi Perdagangan... 81 5.3 Dampak Peningkatan Permintaan Pariwisata... 84 5.4 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata... 87 5.5 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan permintaan Pariwisata disertai Penerapan Beberapa Alternatif Kebijakan. 89 5.5.1 Dampak Penurunan Pajak Tak Langsung... 89 5.5.2 Dampak Peningkatan Efisiensi Produksi... 94 6 SIMPULAN DAN SARAN... 97 6.1 Simpulan... 97 6.2 Saran... 98 DAFTAR PUSTAKA... 101 LAMPIRAN... 105

xv DAFTAR TABEL Tabel halaman 1 Jumlah kunjungan wisatawan dan konsumsi yang dikeluarkan selama kunjungan, 2005 2009... 2 2 Peringkat daya saing pariwisata dunia dan pangsa kunjungan wisman, serta devisa yang diterima menurut negara tujuan wisata, 2007-2009... 4 3 Kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi nasional, 2005-2009... 5 4 Closure jangka pendek dalam model INDOWISATA... 58 5 Pertumbuhan ekonomi beberapa kawasan dan beberapa negara di Dunia, 2005-2009... 60 6 Perkembangan beberapa indikator ekonomi Indonesia, 2005-2009... 63 7 Neraca Perdagangan Indonesia dengan ASEAN dan China, 2005 2010 66 8 Jumlah penerapan tarif 0 persen pada tahun 2010 dan usulan penundaan dalam CEPT-AFTA... 67 9 Jumlah usulan penundaan tarif 0 persen dalam ACFTA, 2010... 68 10 Struktur pengeluaran Wisatawan Nusantara menurut jenis sektor, 2009 72 11 Perkembangan Neraca Jasa Indonesia, 2008-2010... 74 12 Struktur pengeluaran pemerintah untuk promosi dan pembinaan pariwisata, 2009... 75 13 Peranan kegiatan pariwisata terhadap perekonomian Nasional, 2009... 77 14 Peranan pariwisata terhadap PDB Indonesia dari sisi Neraca Penggunaan, 2009... 77 15 Peringkat daya saing pariwisata Indonesia dan beberapa negara tujuan wisata utama, 2009... 78 16 Pertumbuhan permintaan pariwisata, 2006-2009... 80 17 Total penerimaan Pajak, Bea Masuk dan Pajak Tak Langsung dalam APBN Indonesia, 2005-2010... 80 18 Dampak penghapusan tarif impor seluruh komoditas kecuali padi dan gula... 82 19 Dampak liberalisasi perdagangan terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya... 83 20 Indeks daya penyebaran (IDP) dan indeks derajat kepekaan (IDK) dengan aktivtas pariwisata, 2008... 85

xvi Tabel halaman 21 Dampak peningkatan permintaan pariwisata terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi dan terendah... 86 22 Dampak peningkatan permintaan oleh wisatawan sebesar 10 persen... 87 23 Dampak liberalisasi perdagangan yang diikuti kenaikan permintaan wisatawan 10 persen... 88 24 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya... 88 25 Dampak liberalisasi perdagangan yang diikuti pemotongan pajak tak langsung sebesar 10 persen... 90 26 Dampak liberalisasi perdagangan disertai pemotongan pajak tak langsung terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya... 91 27 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen yang diikuti pemotongan pajak tak langsung... 92 28 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata disertai pemotongan pajak tak langsung terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya... 93 29 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan wisatawan sebesar 10 persen diikuti peningkatan efisiensi produksi sektor pariwisata... 95 30 Dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata disertai peningkatan efisiensi produksi terhadap output dari lima sektor ekonomi tertinggi peningkatan dan penurunannya... 96

xvii DAFTAR GAMBAR Gambar halaman 1 Keseimbangan ekonomi makro dalam CGE... 30 2 Edgeworth box pada kasus dua komoditas dan dua faktor produksi.. 31 3 Production possibility curve... 32 4 Keseimbangan simultan sektor produksi dan konsumsi... 34 5 Hubungan peubah makroekonomi dalam model CGE yang digunakan dalam penelitian... 35 6 Kerangka pemikiran penelitian... 38 7 Aliran database INDOWISATA... 40 8 Struktur produksi berjenjang... 45 9 Struktur permintaan konsumen berjenjang... 49 10 Sistem permintaan terkait kegiatan pariwisata... 51 11 Perkembangan Neraca Perdagangan Indonesia, 2006-2010... 61 12 Pertumbuhan PDB Indonesia menurut Lapangan Usaha, 2007-2010 62 13 Perkembangan Wisatawan Nusantara di Indonesia, 2001-2009... 71 14 Jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia per bulan, 1996-2010... 73

xviii Halaman ini sengaja dikosongkan

xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran halaman 1 Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Pariwisata Indonesia 2005 dan Klasifikasi Sektor Usaha Tabel Input-Output 2008... 105 2 Set Header Array pada Model INDOWISATA... 107 3 File Input Tablo INDOWISATA... 109 4 Dampak Liberalisasi Perdagangan... 118 5 Dampak Peningkatan Permintaan Pariwisata... 126 6 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata........ 135 7 Dampak Liberalisasi Perdagangan dan Peningkatan Permintaan Pariwisata digabung dengan Penerapan Beberapa Alternatif Kebijakan.. 144

xx Halaman ini sengaja dikosongkan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap produk barang dan jasa nasional. Berbagai organisasi internasional seperti PBB, Bank Dunia, United Nation World Tourism Organization (UNWTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, terlebih lagi setelah adanya globalisasi dan liberalisasi yang semakin memudarkan berbagai hambatan. Pariwisata juga berperan sebagai penghubung antar satu wilayah dengan wilayah lainnya, satu negara dengan negara lainnya, bahkan antar benua dengan benua lainnya. Globalisasi menyebabkan terjadinya hubungan yang semakin erat, saling mempengaruhi serta saling tukar menukar (sharing) berbagai sisi kehidupan manusia terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, budaya dan teknologi, termasuk dalam industri yang terkait erat dengan kegiatan pariwisata. Demikian juga adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat turut mendorong semakin berkembangnya kegiatan pariwisata. UNWTO (2010) melaporkan bahwa pariwisata telah menjadi sebuah industri besar di dunia, dimana sejak tahun 1950, industri ini telah melibatkan lebih dari 25 juta kunjungan turis asing, 277 juta kunjungan selama tahun 1980, 438 juta kunjungan selama tahun 1990, dan 684 juta kunjungan selama tahun 2000. Selanjutnya selama tahun 2009, terdapat sebanyak 880 juta kunjungan turis asing seluruh dunia atau menurun 4,2 persen dibanding tahun 2008 yang mencapai sebesar 922 juta, sedangkan jumlah penerimaan termasuk pengangkutan penumpang mencapai USD852 miliar atau rata-rata tiap harinya sebesar USD2,3 miliar yang berarti terdapat penurunan sebesar 5,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai USD1,1 triliun atau rata-rata tiap harinya mencapai sebesar USD3 miliar. Penurunan yang terjadi pada tahun 2009 tersebut diduga disebabkan karena terjadinya krisis finansial dibeberapa negara yang diikuti oleh resesi ekonomi. Selama Januari-Juni 2010 telah terjadi peningkatan jumlah kunjungan turis asing diseluruh dunia sebesar 7 persen dibanding periode yang

2 sama tahun sebelumnya. Namun pada semester akhir tahun 2010 diperkirakan terjadi perlambatan, sehingga diduga selama tahun tersebut terjadi pertumbuhan antara 3 persen hingga 4 persen. Bila kondisi tersebut dapat dipertahankan stabil, diharapkan pada tahun 2020 jumlah kunjungan antarnegara oleh turis asing dapat mencapai 1,6 miliar. Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi kepariwisataan yang cukup besar, melihat perkembangan tersebut, perlu mengambil bagian penting dalam menikmati pangsa pasar pariwisata di tingkat global. Potensi wisata yang dimiliki Indonesia antara lain adalah jumlah obyek wisata yang cukup banyak dan tersebar di seluruh daerah dengan kondisi alam yang sangat menarik untuk menjadi daerah tujuan wisata baik wisata alam, wisata bahari, wisata agro, wisata budaya, maupun wisata kuliner seperti Bali, Bunaken, Raja Ampat dan lain sebagainya. Hal ini terlihat dari meningkatnya permintaan internasional akan potensi wisata yang dimiliki Indonesia tersebut seiring dengan mulai diterapkannya liberalisasi perdagangan jasa periwisata. Selama tahun 2009, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terjadi peningkatan sebesar 1,43 persen dari 6,2 juta wisman pada periode sebelumnya menjadi sebanyak 6,3 juta wisman. Jumlah devisa yang berhasil dikumpulkan mencapai USD6,2 miliar yang berarti terjadi penurunan sebesar 14,28 persen dibanding tahun 2008. Gambaran perkembangan kegiatan kepariwisataan di Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah kunjungan wisatawan dan konsumsi yang dikeluarkan selama kunjungan, 2005 2009 Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 Wisman (ribu kunjungan) 5.002,10 4.871,35 5.505,76 6.234,50 6.323,73 Devisa (USD juta) 4.521,90 4.447,98 5.345,98 7.347,60 6.297,99 Wisnus (juta perjalanan) 198,36 204,55 222,39 225,04 229,73 Pengeluaran (triliun rupiah) 74,72 88,21 108,96 123,17 137,91 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010b (diolah). Sejak 4 November 2002, Indonesia bersama negara ASEAN telah menandatangani perjanjian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) mengenai pemberlakuan perdagangan bebas di kawasan ASEAN-China. Hal ini berarti akan meningkatkan peluang dalam menyerap peningkatan pangsa pasar yang mencapai 1,7 miliar penduduk ASEAN-China, apalagi jika kerjasama tersebut didorong

3 untuk lebih intensif lagi. Disamping itu dilakukan juga bentuk kerjasama ekonomi dan perdagangan lainnya baik bilateral maupun multilateral seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) dan WTO (World Trade Organization). Bahkan AFTA dan APEC sudah mulai dilaksanakan pada tahun 2003 (Bank Indonesia, 2010a). Kebijakan liberalisasi perdagangan menekankan adanya penurunan tarif yang lebih rendah dan penghapusan kuota impor, yang juga merupakan bagian dari proses integrasi di dalam blok perdagangan regional. Meskipun liberalisasi perdagangan yang seharusnya membawa keuntungan jangka panjang dengan memungkinkan suatu negara untuk memperoleh keuntungan dari hasil melakukan spesialisasi produksi berdasarkan keuntungan komparatif yang dimiliki, namun sejumlah masalah mungkin terjadi. Pertama dapat mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan, sebagai akibat dari bertambahnya jumlah barang impor yang dibeli konsumen karena harganya lebih murah. Kedua adalah terjadinya defisit anggaran pemerintah, karena pendapatan yang diterima pemerintah menjadi berkurang akibat dari tarif yang lebih rendah. Ketiga adalah dampak terhadap distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin memprihatinkan. Sebagaimana kritikan Stiglitz (2002) mengenai konsep pasar bebas yang tidak adil dan berimbang. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-18 di Jakarta pada Mei 2011 menguat usulan pembentukan visa tunggal ASEAN guna mempercepat realisasi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015. Pembentukan visa tunggal tersebut diharapkan dapat lebih mendorong perkembangan aktivitas pariwisata di ASEAN. Usulan tersebut telah masuk dalam Rencana Strategis Pariwisata ASEAN 2011-2015 (Eny, 2011). Perkembangan aktivitas pariwisata juga dipercaya dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif dari pelaksanaan liberalisasi yang dirasakan terlalu cepat. Hal ini sebagaimana kebijakan yang dikeluarkan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian RI dalam mengambil langkah-langkah strategis untuk melakukan penguatan ekspor guna menghadapi persaingan global. Kebijakan tersebut diantaranya adalah melakukan promosi Pariwisata, Perdagangan dan Investasi (Kementerian Perindustrian RI, 2010).

4 Namun berdasarkan data World Economic Forum (2009) menunjukkan bahwa daya saing pariwisata Indonesia masih lemah dibandingkan dengan negara lain. Pada 2009, Indonesia menempati posisi 81 dari 133 negara di dunia dan peringkat 5 diantara negara ASEAN setelah Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei Darussalam. Padahal sumber daya pariwisata yang dimiliki Indonesia lebih potensial untuk dijadikan daerah tujuan wisata dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang berhasil menempati peringkat 16 dan 32 daya saing wisata dunia. Disamping itu, pangsa kunjungan turis asing ke Indonesia diantara negaranegara ASEAN juga masih rendah. Hal ini sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Peringkat daya saing pariwisata dunia dan pangsa kunjungan wisman, serta devisa yang diterima menurut negara tujuan wisata, 2007-2009 Negara Peringkat daya saing wisata dunia Share jumlah kunjungan (persen) Share jumlah penerimaan (persen) 2007 2008 2009 2007 2008 2009 2007 2008 2009 Indonesia 60 80 81 0,61 0,68 0,72 0,62 0,78 0,74 Perancis 12 10 4 8,97 8,62 8,43 5,76 6,01 5,80 Amerika 5 7 8 6,21 6,30 6,24 11,29 11,69 11,02 Australia 13 4 9 0,63 0,61 0,63 2,60 2,63 3,00 Singapura 8 16 10 0,88 0,85 0,85 1,06 1,14 1,08 Inggris 10 6 11 3,43 3,28 3,19 4,50 3,83 3,53 Jepang 25 23 25 0,93 0,91 0,77 1,09 1,15 1,21 Korea Selatan 42 31 31 0,72 0,75 0,89 0,72 1,04 1,11 Malaysia 31 32 32 2,33 2,40 2,69 1,64 1,62 1,85 Thailand 43 42 39 1,61 1,59 1,61 1,94 1,93 1,87 Taiwan 30 52 43 0,41 0,42 0,50 0,61 0,63 0,82 China 71 62 47 6,07 5,77 5,78 4,34 4,34 4,66 Dunia 124 130 133 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber: UNWTO, 2010; World Economic Forum, 2009. Selama tahun 2009, aktivitas pariwisata Indonesia menunjukkan tren yang menurun akibat masih adanya pengaruh turunnya pertumbuhan ekonomi dunia. Peran pariwisata dalam pembangunan sektor ekonomi yang tercermin dari nilai PDB nasional berada di bawah angka 5 persen sejak tahun 2006 dan hanya mampu menciptakan lapangan kerja dari kegiatan pariwisata tersebut sebesar 6,7 persen dari seluruh lapangan kerja nasional (BPS, 2010b). Gambaran yang lebih jelas dari aspek ekonomi terlihat pada Tabel 3. Nilai transaksi ekonomi yang diciptakan oleh kegiatan pariwisata (direct economic transaction) pada tahun 2009 mencapai Rp285,24 triliun, yang mengalami penurunan sedikit dibanding tahun 2008 sebesar Rp282,09 triliun. Penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya jumlah belanja wisatawan asing yang cukup signifikan hingga mencapai 26,22 persen dibanding tahun

5 sebelumnya. Sementara itu konsumsi wisatawan domestik mengalami kenaikan dari Rp123,17 triliun pada tahun lalu menjadi Rp137,91 triliun. Disisi lain, peningkatan investasi pariwisata dan promosi juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Tabel 3 Kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi nasional, 2005-2009 Uraian 2005 2006 2007 2008 2009 PDB ADHB Nasional (triliun rupiah) 2.784,9 3.339,5 3.957,4 4.954,0 5.613,4 Pariwisata (triliun rupiah) 146,80 143,62 169,67 232,9 233,6 Kontribusi (persen) 5,27 4,30 4,29 4,70 4,16 Lapangan kerja Nasional (juta orang) 93,96 95,46 99,93 102,55 104,87 Pariwisata (juta orang) 6,55 4,44 5,22 7,02 6,98 Kontribusi (persen) 6,97 4,65 5,22 6,84 6,68 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010b. Mengingat aktivitas pariwisata dianggap memiliki pengaruh besar bagi perekonomian suatu negara terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi wisatawan mancanegara terhadap produk barang dan jasa nasional. Maka sektor tersebut perlu mendapat perhatian yang serius dalam perencanaan pembangunan nasional dimasa mendatang. Disamping itu bahwa aktivitas pariwisata juga dipercaya dapat berperan besar dalam menggerakkan roda perekonomian antara lain karena peranannya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat menciptakan lapangan usaha, kesempatan kerja, pendapatan masyarakat serta pemerataan pembangunan. Pariwisata juga dapat berperan dalam memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha serta meningkatkan lapangan pekerjaan, mendorong pembangunan daerah, memperbesar pendapatan nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat juga memupuk rasa cinta tanah air, memperkaya kebudayaan nasional, memperkukuh jati diri bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa. Untuk itu diperlukan strategi yang tepat di berbagai tingkatan, meliputi kebijakan, perencanaan, penganggaran, dan operasionalisasi untuk dapat mengembangkan dan mengelola secara baik potensi kepariwisataan nasional (Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, 2003).

6 Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis terdorong untuk melakukan analisis dan penelitian mengenai kondisi dan perkembangan aktivitas pariwisata di Indonesia yang dilakukan secara menyeluruh dan komprehensif dengan menggunakan metodologi dan indikator yang tepat, benar dan akurat. Disamping itu juga perlu dikembangkan penelitian untuk melihat pengaruh globalisasi dan liberalisasi jika dikaitkan dengan perkembangan aktivitas pariwisata terhadap kondisi perekonomian Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan kegiatan pariwisata tersebut ternyata masih mengalami beberapa kendala diantaranya adalah bahwa peningkatan jumlah devisa yang diterima Indonesia melalui kunjungan wisatawan asing tersebut masih diikuti oleh peningkatan penggunaan devisa oleh penduduk Indonesia yang berkunjung ke luar negeri (outbound tourist) sehingga surplus neraca jasa travel pada Neraca Pembayaran Indonesia menjadi berkurang bahkan kadang-kadang menjadi defisit. Hal ini diakibatkan oleh maraknya perjalanan ke luar negeri yang dilakukan oleh penduduk Indonesia baik untuk tujuan kegiatan keagamaan maupun dalam rangka perjalanan dinas. Selama tahun 2010 tercatat sebanyak 6,3 juta kunjungan penduduk Indonesia ke beberapa negara di dunia atau mengalami peningkatan sebesar 5,6 persen dibanding tahun 2009 yang hanya sebesar 5,9 juta kunjungan. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya devisa pada Neraca Perdagangan Indonesia (outflows) sebanyak USD6,4 miliar selama periode tersebut atau mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD5,2 miliar serta hampir 8 persennya digunakan untuk perjalanan haji. Maraknya penerapan globalisasi dan liberalisasi berakibat pada semakin bebasnya pergerakan manusia melewati batas antar negara dan semakin terbukanya peluang bagi dunia usaha untuk berkembang. Kondisi ini menyebabkan semakin meningkatnya kegiatan pariwisata baik pada tingkat regional maupun global. Disamping itu juga akan menjadi semakin kompetitif serta lebih kreatif dan ekstensif. Namun pangsa yang bisa diserap Indonesia masih cukup rendah padahal potensi pariwisata yang dimilikinya cukup besar.

7 Literatur mengenai pariwisata Indonesia sebagian besar hanya berkonsentrasi pada dampak pariwisata terhadap pendapatan dan lapangan kerja saja dan belum banyak yang melihat dampak ekonomi yang lebih luas seperti pada distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga kajian mengenai dampak pariwisata terhadap perekonomian Indonesia yang lebih luas perlu dilakukan mengingat besarnya potensi yang dimiliki dari sektor tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis mencoba merumuskan beberapa pertanyaan diantaranya adalah: 1 Bagaimanakah kondisi perekonomian Indonesia setelah diberlakukan liberalisasi perdagangan? 2 Mampukah perkembangan permintaan pariwisata dapat mendukung dampak positif akibat diberlakukan liberalisasi perdagangan sekaligus dapat mengurangi efek negatif yang timbul? 3 Mungkinkah kegiatan pariwisata dapat mengatasi masalah-masalah seperti rendahnya pendapatan masyarakat, kesenjangan maupun pengangguran, atau paling tidak dapat membantu mengurangi masalah-masalah tersebut setelah diberlakukan liberalisasi? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini pada intinya bertujuan untuk: 1 Mengetahui peranan pariwisata dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam indikator makroekonomi. 2 Mengidentifikasi perubahan sektor-sektor ekonomi akibat liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata. 3 Mengidentifikasi dampak liberalisasi perdagangan dan peningkatan permintaan pariwisata terhadap perekonomian Indonesia seperti pendapatan masyarakat dan pengangguran. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah: 1. Memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai perkembangan liberalisasi perdagangan dan kegiatan pariwisata di Indonesia.

8 2. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan memberikan pemahaman yang semakin mendalam tentang liberalisasi perdagangan, kegiatan pariwisata, dan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional. 3. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka perbaikan kebijakan terkait kegiatan penerapan liberalisasi perdagangan dan pertumbuhan aktivitas pariwisata di Indonesia. 4. Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi terkini tentang dampak liberalisasi perdagangan dan perkembangan kegiatan pariwisata terhadap kondisi perekonomian Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini mencakup kondisi pariwisata nasional dengan asumsi strukturnya sama dengan tahun 2008 mengikuti tabel I-O yang digunakan. Pertumbuhan pariwisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peningkatan final demand terkait kegiatan pariwisata (konsumsi wisnus, wisman, promosi dan investasi). Sedangkan cakupan liberalisasi perdagangan adalah secara global bukan pada bentuk kerja sama tertentu dan bukan secara sektoral. Namun penulis masih menemui banyak keterbatasan diantaranya adalah digunakannya tabel I-O nasional sebagai pendekatan tabel I-O pariwisata yang hingga saat ini belum tersedia. Disamping itu, parameter-parameter yang dipakai pada model CGE juga masih mengadopsi dari hasil penelitian-penelitian lain.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pustaka Terdahulu Makalah ini melanjutkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dalam membangun analisis dampak di bidang pariwisata dengan menggunakan berbagai model penelitian seperti model input output, model TSA (tourism satellite account), model SAM (social accounting matrix) serta model CGE (computable general equilibrium). Analisis dampak di bidang pariwisata dengan menggunakan model input-output (Antara, 2005) kemudian dengan menggunakan gabungan model input-output dan social accounting matrix (SAM) (Heriawan, 2004) dan model computable general equilibrium/cge (Sugiyarto et al., 2003 untuk perekonomian Indonesia; Meng et al., 2010 untuk Singapura; Dwyer et al., 2003 untuk perekonomian Australia). Semua pendekatan memiliki kelebihan tersendiri dalam memperhitungkan keterkaitan antara aktivitas pariwisata dengan sektorsektor ekonomi. Studi ini menggunakan model CGE, yang memiliki keunggulan dalam menggabungkan berbagai feedback (umpan balik) antar berbagai sektor ekonomi, termasuk juga adanya harga yang fleksibel dan adanya substitusi faktor produksi. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Dwyer et al. (2003) yang mendukung model CGE sebagai teknik pilihan dalam menganalisis dampak ekonomi pariwisata. Berikut ini disajikan beberapa ringkasan hasil penelitian sebelumnya yang menjadi rujukan peneliti. Sugiyarto et al. (2003) meneliti masalah pariwisata pada era globalisasi dan liberalisasi perdagangan yang masih kontroversial, apakah menguntungkan atau merugikan. Studi ini menyebutkan bahwa banyak penelitian mengenai efek globalisasi secara parsial, seperti meneliti kebijakan globalisasi tanpa mempertimbangkan interaksinya dengan sektor-sektor kunci dalam perekonomian, terutama pariwisata. Tulisan ini menggunakan model CGE (computable general equilibrium) dari perekonomian Indonesia dalam rangka untuk mengetahui pengaruh globalisasi (liberalisasi) melalui pengurangan tarif, baik sebagai kebijakan yang berdiri sendiri maupun dalam hubungannya dengan pertumbuhan pariwisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan pariwisata menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif dari

10 globalisasi. Misalnya dapat meningkatkan produksi dan kesejahteraan, sementara dampak buruk pada defisit pemerintah dan neraca perdagangan menjadi berkurang. Heriawan (2004) melakukan penelitian tentang peranan pariwisata pada perekonomian Indonesia. Pariwisata merupakan sektor yang strategis dan potensial bagi perekonomian Indonesia karena peranannya yang cukup signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, perolehan devisa, dan pengembangan ekonomi daerah. Penelitian ini menggunakan pendekatan I-O dan SAM. Hasil analisisnya menyebutkan bahwa sektor pariwisata cukup potensial dalam menciptakan PDB (pro growth) dan lapangan kerja (pro job) tetapi kurang mampu dalam membuat distribusi pendapatan yang lebih baik. Dengan kata lain, pariwisata belum menyentuh kelompok ekonomi miskin (pro poor) yang sebagian besar berada di pertanian dan perdesaan. Enam skenario kebijakan pariwisata yang disimulasikan, ternyata yang memberi hasil cukup signifikan adalah kebijakan reformasi kelembagaan dan peraturan di bidang pariwisata. Saran yang diberikan diantaranya adalah perlu dicoba pendekatan lain seperti model Computable General Equilibrium (CGE) dalam menganalisis secara lebih lengkap dampak dan peranan pariwisata. Meng et al. (2010) melakukan studi mengenai krisis keuangan dunia pada tahun 2008 apakah memiliki dampak negatif yang luar biasa pada kegiatan perekonomian, terutama pada pariwisata. Penelitian ini menggunakan data terakhir survei pariwisata Singapura, tabel input-output Singapura yang di update, dan model CGE (Computable General Equilibrium) untuk mengukur efek negatif dari krisis keuangan dunia di Singapura dan untuk mensimulasikan efek dari respon kebijakan yang dijalankan. Hasil simulasi CGE menunjukkan bahwa pada tingkat makro, meskipun hampir semua peubah terkena dampak negatif, ekspor mencatat keuntungan yang besar. Pada tingkat industri, shock negatif pariwisata sangat berpengaruh pada sektor yang terkait pariwisata, hanya berdampak kecil pada sektor-sektor yang kurang terkait dengan pariwisata, tetapi persaingan di sektor pariwisata dapat berkembang. Harga dan output pada sebagian besar produk di pasar komoditas terjadi penurunan tetapi konsumsi rumah tangga riil dan ekspor terjadi peningkatan. Di pasar tenaga kerja, pekerja dengan skill rendah

11 sangat terpengaruh, tetapi beberapa kelompok pekerja lainnya memperoleh keuntungan. Hasil simulasi juga menunjukkan bahwa respons terhadap suatu peristiwa seperti krisis keuangan dunia tahun 2008, sedikit lebih efektif dalam menurunkan tingkat GST daripada peningkatan yang signifikan terhadap tarif pajak pariwisata. Dwyer et al. (2003) menulis mengenai beberapa isu utama yang muncul dari model CGE mengenai aktivitas pariwisata Australia yang disponsori oleh CRC (Centre for Sustainable Tourism). Simulasi ekonomi yang dilakukannya didasarkan pada asumsi yang berbeda tentang sikap pemerintah federal terhadap kebijakan fiskal, asumsi tentang pengaturan upah, dan asumsi tentang tingkat agregat tenaga kerja. Simulasi lainnya berkaitan dengan perbandingan dampak ekonomi dari suatu peristiwa dengan menggunakan model Input-Output dan model CGE. Perbandingan tersebut melihat perbedaan hasil evaluasi dengan menggunakan model I-O dan CGE dan memberikan dukungan untuk menggunakan teknik CGE dan menerapkan analisis biaya manfaat bagi pemerintah yang terkait dengan alokasi yang efisien atas sumber daya yang langka dalam mempromosikan pembangunan pariwisata. Blake (2000) mengatakan bahwa penelitian mengenai dampak ekonomi dari aktivitas pariwisata mempunyai daya tarik tersendiri bagi akademisi dan pembuat kebijakan. Pengaruh pajak pariwisata juga cukup menarik, namun belum diterapkan secara komprehensif dalam pemodelannya untuk analisis ekonomi. Tulisan ini menggunakan model CGE (computable general equilibrium) Spanyol untuk menganalisis efek kegiatan pariwisata di Spanyol dan dampak perpajakan pariwisata. Efek dari peningkatan pariwisata sebesar 10 persen akan meningkatkan kesejahteraan dalam jangka panjang sebesar 28 miliar Pesetas (0,05 persen dari PDB). Analisis pajak menunjukkan bahwa peningkatan tingkat pajak pada pariwisata asing dapat meningkatan kesejahteraan karena pajak pariwisata asing secara efektif mengurangi beberapa distorsi yang diciptakan melalui rendahnya tingkat pajak pariwisata domestik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa manfaat kesejahteraan dari pajak pariwisata lebih sensitif terhadap asumsiasumsi yang berkaitan dengan pengenaan pajak sesuai dengan elastisitas permintaan mereka terhadap pariwisata.

12 2.2 Tinjauan Teoritis 2.2.1 Globalisasi dan Liberalisasi Perdagangan Internasional Depresi tahun 1930-an telah menyebabkan banyak negara melakukan proteksi, setiap negara berusaha untuk mengurangi pengaruh yang tidak baik dari perkembangan ekonomi dunia dengan mengurangi ketergantungan dari luar negeri melalui tindakan tindakan yang bersifat protektif. Sejak dasawarsa 80-an, banyak negara berkembang yang semula menerapkan strategi industrialisasi substitusi impor, mulai mengubah haluan dan melakukan liberalisasi perdagangan. Gelombang reformasi ini nampaknya bertolak dari terjadinya krisis utang internasional, disamping itu mereka juga bercermin pada keberhasilan sejumlah negara berkembang yang sejak awal telah berorientasi ke luar (ekspor) kini telah beranjak menjadi negara perekonomian baru. Secara umum reformasi itu meliputi penurunan dan penyederhanaan struktur tarif serta berbagai hambatan impor kuantitatif secara besar-besaran. Langkah ini secara drastis mulai membuka perekonomian mereka terhadap hubungan perdagangan antar negara yang lebih intensif. Hal tersebut dapat dilihat pada besarnya angka ekspor plus impor sebagai rasio terhadap GDP dan tingginya tingkat pertumbuhan perekonomian negara tersebut yang secara sungguh-sungguh melaksanakan liberalisasi. Pada tahun 1994, dicetuskan kesepakatan Putaran Uruguay (Uruguay Round) mengenai GATT (General Agrement on Tariff and Trade). Ratifikasi Putaran Uruguay merupakan satu usaha untuk menghilangkan distorsi perdagangan yang harus dilakukan oleh negara-negara yang menyepakati perjanjian tersebut. Dalam kesepakatan tersebut negara maju harus menghapuskan distorsi perdagangan hingga tahun 2000, sedangkan bagi negara berkembang hingga tahun 2004. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin terbuka yang ditandai dengan diratifikasinya Putaran Uruguay mengenai GATT, Deklarasi Bogor APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation), CEPT (Common Effective Preferential Tariff) dan AFTA (Asean Free Trade Area). Disamping itu telah diratifikasinya perjanjian dengan China melalui ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) yang mulai diimplementasikan secara luas mulai tahun 2010. Untuk itu perlu adanya

13 upaya untuk mendorong ekspor melalui peningkatan daya saing serta memperhatikan perkembangan pasar dunia. Globalisasi juga ditandai dengan munculnya blok-blok regional mengenai ekonomi dan perdagangan. Blok-blok yang sudah terbentuk tersebut bervariasi karakteristiknya, ada yang meliputi negara-negara maju saja seperti European Community, negara-negara berkembang saja seperti SAARC, bahkan ada blok dimana anggota-anggotanya bervariasi kondisi ekonominya seperti APEC. Globalisasi yang dimaksud adalah pergerakan menuju ke satu tatanan perekonomian global, dimana perekonomian nasional akan semakin intens dalam berhubungan dengan negara-negara lain sehingga kondisi perekonomian internasional akan memiliki pengaruh yang kuat terhadap perekonomian domestik. Tambunan (2004) menyebutkan bahwa globalisasi ekonomi akan mempengaruhi ekspor, impor, investasi dan tenaga kerja. Globalisasi bisa berpengaruh positif apabila dapat diantisipasi dengan baik, namun sebaliknya dapat berpeluang menciptakan dampak negatif bila tidak mampu diantisipasi. Pengaruh globalisasi terhadap ekspor bisa meningkatkan pangsa ekspor di pasar dunia bila produk negara tersebut memiliki daya saing cukup kuat dibanding produk negara lain. Namun sebaliknya jika daya saing yang dimiliki produk dalam negeri cukup lemah maka pangsa ekspor produk domestik menjadi menurun. Disamping itu, globalisasi juga dapat meningkatkan impor apabila produk-produk serupa buatan dalam negeri mempunyai daya saing yang rendah dibanding produk luar negeri sehingga pasar domestik tidak dapat membendung serbuan produk impor. Hady (2004) menyebutkan bahwa pengaruh globalisasi ekonomi dunia ditandai dengan adanya beberapa hal berikut: 1. Keterbukaan ekonomi terutama dengan adanya liberalisasi pasar dan arus uang serta transfer teknologi secara internasional. 2. Keterkaitan dan ketergantungan ekonomi, keuangan, perdagangan dan industri antar negara atau perusahaan yang ditunjukkan adanya pembentukan perusahaan multinasional dan kecenderungan integrasi ekonomi regional.

14 3. Persaingan yang semakin ketat antar negara ataupun perusahaan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas yang optimal. Arus komunikasi yang semakin terbuka membuat hubungan antarnegara pun semakin erat yang ditandai adanya berbagai bentuk perjanjian internasional, baik yang diprakarsai oleh lembaga-lembaga internasional, seperti United Nations ataupun World Bank. Perjanjian internasional tersebut melahirkan berbagai konvensi, baik yang berkaitan langsung dengan dunia bisnis maupun tidak langsung dengan dunia bisnis. Selanjutnya, para pemimpin negara juga telah melahirkan berbagai kesepakatan baik yang bersifat bilateral maupun multilateral dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat di negara tersebut. Salah satu perjanjian yang cukup membawa pengaruh dalam dunia bisnis dalam dekade terakhir ini adalah didirikannya organisasi perdagangan dunia atau yang lebih dikenal dengan World Trade Organization (WTO), di Marakesh (Maroko) pada tahun 1994. Hasil kesepakatan ini tentu membawa dampak juga dalam bidang bisnis yakni dengan munculnya liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas (free trade). Kebijakan liberalisasi perdagangan dapat dilihat sebagai suatu cara untuk meningkatkan daya saing ekonomi. Ada pemikiran yang mengatakan bahwa sebenarnya peningkatan daya saing terutama merupakan tantangan bagi masingmasing perusahaan dan upaya yang dilakukan haruslah pada tingkat perusahaan. Kerjasama internasional, misalnya dengan membentuk suatu aliansi strategis (strategic alliance), merupakan salah satu cara yang kini banyak dilakukan terutama antara perusahaan-perusahaan negara maju. Tetapi berbagai bentuk kerjasama internasonal juga dapat dilakukan pada tingkat negara (ekonomi) untuk meningkatkan daya saing, artinya meningkatkan kemampuan penetrasi pasar. Pembentukan kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) seringkali dilihat sebagai upaya untuk saling meningkatkan akses pasar di antara pesertanya (Susastro, 2004). Liberalisasi perdagangan menyebabkan para pemilik modal mendapatkan berbagai kemudahan atau minimal tidak ada lagi perbedaan perlakuan sesama pebisnis yang berada di bawah payung anggota WTO dalam menjalankan bisnisnya di berbagai tempat yang dikehendaki. Untuk itu, berbagai negara pun