DALAM. Johannes Leonard. @yahoo.com. Abstrak. media. Dapat. linkungann. biofilm terhadap korosi. permukaan. Pendahuluann. sumuran. anaerobik.



dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sifat kimia pada baja karbon rendah yang dilapisi dengan metode Hot Dip

ANALISA KEGAGALAN PIPA BAJA TAHAN KARAT 316L DI BANGUNAN LEPAS PANTAI PANGKAH-GRESIK

BAB 3 Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 2, 50/50 (sampel 3), 70/30 (sampel 4), dan 0/100 (sampel 5) dilarutkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian oksidasi baja AISI 4130 pada

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

PENGARUH HEAT TREATMENT

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

Presentation Title PENGARUH KOMPOSISI PHENOLIC EPOXY TERHADAP KARAKTERISTIK COATING PADA APLIKASI PIPA OVERHEAD DEBUTANIZER TUGAS AKHIR MM091381

HASIL DAN PEMBAHASAN

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI ASAM OKSALAT TERHADAP KETEBALAN LAPISAN OKSIDA PADA ALUMINIUM FOIL HASIL PROSES ANODISASI SKRIPSI

PERILAKU OKSIDASI PADUAN Ti-6Al-4V PADA TEMPERATUR TINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2013, dilaksanakan di

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. oksidasi yang dilakukan dengan metode OM ( Optic Microscope) dan

PENINGKATAN KETAHANAN KOROSI BAJA JIS S45C HASIL ELECTROPLATING NIKEL PADA APLIKASI MATERIAL CRYOGENIC

BAB I PENDAHULUAN. ragam, oleh sebab itu manusia dituntut untuk semakin kreatif dan produktif dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB IV DATA HASIL PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BUKU PRAKTIS KOROSI DAN LOGAM UNTUK MAHASISWA

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

Analisis Struktur Mikro Baja Tulangan Karbon Sedang

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

ANALISIS RETAKAN MATERIAL KOMPOSIT METAL CLADDING BAJA KARBON DAN TEMBAGA

ANALISA KOROSI BAUT PENYANGGA OCEAN BOTTOM UNIT (OBU) RANGKAIAN SISTEM PERINGATAN DINI TSUNAMI PADA PERAIRAN PELABUHAN RATU.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

TUGAS AKHIR METALURGI PENGUJIAN KETAHANAN PROTEKSI KOROSI CAT ANTI KARAT JENIS RUST CONVERTER, WATER DISPLACING, DAN RUBBER PAINT

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

PENGARUH RAPAT ARUS DAN WAKTU PADA PULSE ELECTRODEPOSITION OF NICKEL TERHADAP MIKROSTRUKTUR LAPISAN DEPOSIT DAN LAJU KOROSI AISI 410

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

Lingga Bayu Permadi S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Isolat Bakteri. Karakterisasi Bakteri. Imobilisasi Bakteri. Uji Viabilitas Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang tersusun dalam prosentase yang sangat kecil. Dan unsur-unsur tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

STUDI PELAPISAN NIKEL DEKORATIF DENGAN MENGGUNAKAN BAHAN PENGKILAT NATRIUM KLORIDA UNTUK HOME INDUSTRY KERAJINAN LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INHIBISI KOROSI KUNINGAN AKIBAT AKTIVITAS BAKTERI PEREDUKSI SULFAT MENGGUNAKAN KALIUM VANADAT, NATRIUM BENZOAT DAN GLUTARALDEHID TESIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

Stainless steel memiliki sifat tahan korosi karena mempunyai lapisan oksida protektif dipermukaan. Pada industri modern komponen mesin bekerja pada

MMS KARAKTERISASI MATERIAL + LAB MICROSTRUCTURE ANALYSIS

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

I. PENDAHULUAN. pipa saluran uap panas dari sumur-sumur produksi harus mendapat perhatian

VARIASI WAKTU HARD CHROMIUM PLATING TERHADAP KARAKTERISTIK STRUKTUR MIKRO, NILAI KEKERASAN DAN LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

Transkripsi:

ANALISIS BIOFILM KOROSI OLEH BAKTERI DESULFOVIBRIO VULGARIS PADAA PERMUKAAN BAJA 316L DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT NATURAL Johannes Leonard Jurusan Teknik Mesin Universitas Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar 90225, Indonesia Phone: +62-411-588400, FAX: +62-411-588400, E-mail: johannesleonard55@ @yahoo.com Abstrak Teknikk analisis permukaan dengan metode SEM dilengkapi dengan SDAX, menentukann modifikasi film pasif yang melengket pada antarmuka baja 316L dan lingkungan, Dua media telah digunakan sebagai lingkungan untuk mempelajari fenomena pengaruh waktu perendaman padaa korosi sumuran dengan keberadaan bakteri Desulfovibrio vulgaris. Lingkungan tersebut adalah air laut natural (ALN) dan larutan yang sama yang disemaikan dan diinokulasi dengan bakteri (ALN+DV). Dapat dikatakan bahwa air laut natural memicu pembentukann dan stabilisasi lapisan pasif. Lapisan ini kurang atau lebih bersifat protetektif tergantung dari waktu perendaman selama enam minggu. Tanpa keberadaan bakteri (biofilm), resistansi bajaa terhadap korosi hanya disebabkan sifat-sifat terhadap biokorosi. Keberadaan bakteri nampaknyaa menaikkan karakteristik protektif film. metalurginya. Dalam lingkungan air laut terokulasi, terdapat efek bakteri Suatu modifikasi pada antarmuka metal dan media diperoleh dengan perendaman dan dengan inokulasi bakteri Desulfovibrio vulgaris. Sulfur yang diproduksi bakteri memicu destabilisasi film pasif. Film yang dijumpai diperkaya dengan sulfur dan jumlah oksigen yang ada berkurang. Dalam air laut natural, pasifitas baja naik seiring waktu perendaman. Baja menjadi lebih resistan terhadap korosi sumuran. Dalam linkungann sintetik inokulasi dengan bakteri, baja kurang resistan terhadap korosi umumm atau celah. Kata kunci : Biofilm, korosi sumuran, bakteri Desulfovibrio vulgaris, pasifitas. Pendahuluann biofilm melalui permukaan metal dapat menimbulkan kondisi yang favorabel terhadap Air laut natural merupakan habitat bakteri yang pengembangan tipe bakteri ini (1). kurang dalam nutrisi. Keberadaan biofilm dapat menghindari kekurangan malnutrisinya, Baja tahan 316L karat riskan terhadap korosi karena kondisi lokal yang terbentuk. Dalam air sumuran. Analisa permukaan untuk laut natural yang bersirkulasi, kondisi mempelajari lapisan pasif dan keretakannya anaerobik yang dibutuhkan untuk telah banyak digunakan dan memungkinkan pengembangan bakteri Desulfovibrio vulgaris memahami mekanismenya secara efektif. hampir tak pernah dijumpai. Keberadaan suatu Kerusakan sumuran seringkali dijelaskan MIV 101

dengan modifikasi lokal lapisan pasif yang memicu retak lokal film ini (2). Metode eksperimental Dalam penelitian ini digunakann sebagai material uji adalah baja tahan karat tipe austenitik 316L. Komposisi kimia baja ini diketahui dan strukturnya telah diamati melalui mikroskop optik setelah dipolis dan dietsa kimia (Gbr.1). Tiga media telah digunakan untuk mempelajari fenomena pengaruh waktu perendaman pada korosi sumuran dengann keberadaan bakteri Desulfovibrioo vulgaris dari baja tahan karat 316L. Lingkungan tersebut adalah air laut natural (ALN), air laut natural disterilkan(alns), dan larutan yang sama disterilkan serta disemaikan dan diinokulasi dengan bakteri(aln+dv). Spesimen uji berbentuk sirkularr dengan diameter 10 mm direndam dalam media dan waktu yang berbeda selama enam minggu. Lingkungan tersebut adalah air laut natural (ALN) dan air laut natural sterilisasi (ALNS), serta lingkungan yang sama dengan bakteri Desulfovibrioo vulgaris (ALN+DV). Perendaman dilakukan dalam sel yang diatur dengan thermostat sirkulasi air. Deaerasi dan sterilisasi dilaksanakan dan temperatur konstan diatur menurut kondisi lingkungan (Gbr. 2-3). Pengamatan permukaan dilakukan pada spesimen yang diambil dari sel perendaman pada minggu ke enam. Penggunaan metode pengamatan dengan Scanning Electron Microscope yang dipasangkan dengan suatu Spectroscopicc Dispersive Analyse X-ray. Selanjutnya untuk analisis permukaan, sampel- fiksasi, sampel tersebut mengalami proses dehidrasi, pengeringan, serta metalisasi. Hasil dan Pembahasan Pengamatan mikroskopik dengan SEM telah dilakukan pada permukaan specimen yang direndam selama enam minggu dalam semua lingkungan. Dapat dilihat bahwa deposit tidak homogen dan permukaan baja dalam lingkungan ALNS tak mengandung materi organik, sementara dalam lingkungan ALN dan ALNS+DV, bajaa ini mengandung banyak materi organic (3). Dapat dilihat pula bahwa pada antarmuka metal dan deposit, bakteri melekat karena adanya lapisan yang kental dan bening (Gbr. 4-6). Bentuk geometri sumuran yang terjadi dalam semua lingkungan kurang lebih berbentuk melingkar. Mikrografi yang terdapat pada lingkungan ALN, dengan atau tanpa bakteri menunjukkan zona serangan yang kecil tersendiri sekeliling sumuran. Dalam lingkungan tanpaa bakteri (ALNS), nampak bahwaa khlor terdapat pada antarmuka metal dan film, sedangkan dengann adanya bakteri dalam lingkungann (ALNS+DV), menunjukkan adanya kuantitas sulfur yang rendah. Ion-ion halogen merupakan ion-ion dalam larutan yang memicu destabilisasi lokal lapisan pasif (Gbr. 8-10). Analisis permukaan menunjukkan bahwa sulfur yang dihasilkan oleh bakteri memicu stabilisasi film pasif dalam air laut natural dengan monokultur bakteri Desulfovibrio vulgaris. Kuantitas sulfur yang ditemui adalah sedikit. Hasil yang diperoleh dalam air laut natural steril kemudian diinokulasi dengan bakteri (ALNS+DV) tak mempunyai kesamaan dengan yang ditemukan dalam air laut natural (ALN). Permukaan baja dalam ALNS+DV mengandung banyak materi organik yang diperlukan untuk bakteri anaerobik berkembang, yang juga menaikkan tebal film. MIV 102

Kolonisasi bakteri kurang padat dalam lingkungan ALNS+DV (Gbr. 7). Aktivitas bakteri pada awal minggu keempat, merupakan waktu stabilisasi yang normal dan bakteri anaerobik melekat dengan baik pada tempatnya. Hal ini menyebabkan terpicunya korosi sambil memeroduksi metabolit agresif, dan merusak film pasif dengan mengomsumsi hydrogen atau oksigen (4). biofilm yang terbentuk mengandung sepsis kimia seperti polisakaridaa yang diduga membatasi prosess korosi (5). Nampak bahwa fenomena sehubungan dengan biokorosi, baja tahan karat menampakkan suatu kompetisi antaraa sifat-sifat dua film : film pasif dan lapisan biologik. Lapisan biologik ini terbentuk karenaa adanya metabolism bakteri yang ada dan mengomsumsi spesis yang ada dalam film pasif. Kesimpulan Dapat ditunjukkan bahwa kenaikan waktu perendaman dalam lingkungan laut natural cukup efektif menaikkan resistansi korosi sumuran bajaa 316L, tetapi dengan perubahan mekanisme aksi. Sebaliknya, dalam media mengandung bakteri resistansi ini cenderung menjadi stabil. Sulfur yang diproduksi bakteri memicu destabilisasi film pasif. Film yang dijumpai diperkaya dengan sulfur dan jumlah oksigen yang ada berkurang. Pembentukan secara simultan suatu lapisan pasif dan film biologik, dimana yang terakhir ini memiliki dalam waktu awal perendamann sebagai protektor karena pembentukan produk metabolit polisakarida. Bakteri sulfatokhlor yang menjadi spesis agresif secara lokal reduktris memicu penampakan ion sebagaimana ion khlor yang ada dalam lingkungan. Hal ini memungkinkan pemicu suatu depasifasi lokal yang menimbulkan pembentukann sumuran. Perlu dicatat bahwa Daftar Pustaka 1.R.E. Tatnall, 1985, Proc. NACE-8 int. conf. Biologically Induced Corrosion, Gaithertsburg, NACE, Houston, Texas. 2.B. Baroux, C. Lemaitre, F. Dabosi,1990, Les aciers inoxydables, Ed. Physique, Paris, Chapitre 5. 3.J. Guezennec, 1990, Materiaux et Technique, Decembre p. 3-8. 4. M.P. Dawson, B.A. Humphrey, K.C. Marshall, 1981, Curr. Microbiol., 6, p. 195-199. 5. W. P. Iverson, 1984, Materials Performance, p. 28-30. MIV 103

Gambar 1. Struktur mikro baja 316L Gambar 4. Morfologi lapisan pasif baja dalam lingkungan ALN Gambar 2. Bejana Perendaman Spesimen Gambar 5. Morfologi lapisan pasif baja dalam lingkungann ALNS MIV 104

Gambar 3. Pemindahann Spesimen Anaerobik Gambar 6. Morfologi lapisan pasif baja dalam lingkungan ALNS+ +DV Gambar 7. Morfologi bakteri padaa permukaan baja dalam lingkungann ALNS+DV Gambar 8. Analisis korosi sumuran dalam lingkungan ALN MIV 105

Gambar 9. Analisis korosi sumuran dalam lingkungann ALNS Gambar 10. Analisiss korosi sumuran dalam lingkungan ALNS+DV MIV 106