SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY"

Transkripsi

1 SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY Studi Eksperimental Fenomena Kapilaritas pada Beton Bertulang Sehubungan dengan Serangan Korosi Baja Tulangan Oleh : Bernad M.S. NRP JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTIUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2009

2 Latar Belakang Penelitian Wirawan - pengaruh fly ash terhadap beton di lingkungan khlorida (Tesis Teknik Mesin ITS, 2009) Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang tidak tercelup dari penelitian saudara Wirawan setelah hari ke-10

3 Latar Belakang Percobaan Gunanto Widyasaputra - pengaruh penambahan inhibitor terhadap ketahanan korosi beton bertulang (Tugas akhir Teknik Mesin ITS, 2009) Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang tidak tercelup dari penelitian saudara Gunanto setelah hari ke-3

4 Latar Belakang Kedua penelitian tersebut menggunakan beton dengan dimensi, tinggi perendaman (terendam ½ atau 60 mm), elektrolit dan komposisi bahan penyusun beton bertulang yang sama.

5 Latar Belakang Penelitian Hasan Ass-shiddiqi - pengaruh metode curing terhadap ketahanan korosi beton bertulang (Tugas akhir Teknik Mesin ITS, 2009) Penelitian ini mulai mencoba membahas tentang fenomena keluarnya elektrolit dari interface baja tulangan dengan beton Penelitian menggunakan dimensi beton, bahan penyusun beton dan jenis elektrolit yang sama. Beton hanya terendam 1/8 bagian (15 mm) saja. Dari penelitian ini tidak ada elektrolit yang keluar dari interface baja tulangan dengan beton. Bahkan sampai hari ke 120 beton hanya basah dibagian luar saja. Dan baja tulangan di dalam beton hanya terkorosi sedikit saja. Dari sini disimpulkan bahwa perendaman beton terlalu pendek.

6 Latar Belakang (a) (b) Gambar (a) Beton yang telah terendam selama 40 hari (b) beton yang telah terendam selama 120 hari

7 Latar Belakang Gambar baja tulangan setelah dilakukan perendaman 120 hari dan dibongkar dari beton

8 Latar Belakang Penelitian Bagus Cahyo Utomo Studi Eksperimental Pengaruh Kapilaritas pada mekanisme korosi Hoseline Submarine di Lingkungan Khlorida dan Amoniak (Tugas akhir Teknik Mesin ITS, 2009). Mulai meneliti secara khusus pengaruh kapilaritas terhadap terjadinya korosi. Dilakukan dengan variasi tinggi perendaman spesimen

9 Latar Belakang (a) (b) Gambar (a) Spesimen Hoseline sebelum direndam (b) Hoseline yang direndam di dalam larutan Khlorida+Amoniak

10 Latar Belakang Gambar baja penguat yang telah dibongkar dari karet setelah dilakukan perendaman selama 30 hari. Dari sini mulai terlihat bahwa memang benar korosi yang terjadi pada baja penguat diakibatkan karena pengaruh daya kapilaritas. Elektrolit seolah-olah tersedot ke dalam celah antara karet dengan baja penguat yang tidak ikut terendam. Dari sini akan timbul stagnasi elektrolit dan terjadi korosi pada permukaan baja penguat

11 Perumusan Masalah Bagaimana mekanisme masuknya air ke dalam beton. Bagaimana fenomena kapilaritas pada interface baja tulangan dengan beton yang memfasilitasi korosi pada baja tulangan. Apakah fenomena kapilaritas pada beton dapat dituangkan dalam suatu bentuk matematis.

12 Tujuan Penelitian Mempelajari mekanisme masuknya air ke dalam beton. Mempelajari fenomena kapilaritas pada interface baja tulangan dengan beton yang memfasilitasi korosi pada baja tulangan. Menyatakan suatu hubungan matematis yang dapat menggambarkan fenomena kapilaritas pada beton.

13 Batasan Masalah Semua spesimen diasumsikan memiliki komposisi campuran beton yang sama persis satu sama lain. Spesimen beton bertulang dan beton tanpa tulangan memiliki karakteristik (porositas dan kuat tekan) yang sama.

14 Dasar Teori Penetrasi media korosi di dalam beton Korosi pada baja tulangan akibat penetrasi ion khlorida

15 Penetrasi Media korosi di dalam Beton Diffusi Transfer cairan dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah Permeasi Permeasi adalah proses penetrasi suatu zat (cair, gas, dan uap) ke dalam zat padat sehubungan dengan permeabilitas intrinsik zat padat tersebut. Capillary suction Pergerakan cairan sepanjang celah kapiler pada benda padat diakibatkan karena tarik menarik antar molekul cairan dengan zat padat.

16 Korosi pada baja tulangan akibat penetrasi ion khlorida

17 Metodologi Penelitian

18 Metodologi Penelitian

19 Spesifikasi Beton Bertulang Tipe Semen : Portland Pozzolan Cement (sesuai SNI , semen yang digunakan untuk bangunan umum dan mempunyai kegunaan khusus yaitu untuk bangunan yang memerlukan ketahanan terhadap garam laut dan sulfat dengan panas hidrasi sedang). Perbandingan unsur-unsur penyusun beton : semen : pasir : kerikil : air = 1,73 : 2,3 : 3,46 : 1 Dimensi Beton Bertulang Bentuk : Silinder pejal Panjang : 120 mm Diameter : 50,8 mm (2 inch) Keterangan : Cetakan terbuat dari PVC diameter 2 inch Dimensi baja tulangan Tipe : Polos Diameter : 12 mm (SNI , Diameter Nominal 12 ± 0,4 mm) - Panjang : 120 mm

20 Gambar spesimen

21 Pembuatan Beton bertulang Langkah-langkah pembuatan beton - Pengadukan - Penuangan - Pelepasan dari Cetakan - Curing/Perawatan Beton

22 Pengujian Karakteristik Beton Uji Kuat tekan - Standard Pengujian : ASTM C Standard Spesimen : ASTM C 42 Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton Fc = P/A

23 Pengujian Karakteristik Beton Pengujian Porositas Beton Standard Pengujian : ASTM C Pengujian porositas beton bertujuan untuk mendapatkan prosentase rongga udara di dalam beton dimana nilai porositas merupakan salah satu parameter yang menunjukkan kemampuan suatu beton untuk melewatkan zat cair/permeabilitas beton

24 Rumus yang digunakan untuk menghitung porositas beton: Air Void =[(C A) / ( C D)] x 100% * Keterangan : A = Berat spesimen setelah di oven (Kg) C = Berat spesimen kondisi jenuh air ditimbang di udara (Kg) D = Berat spesimen kondisi jenuh air ditimbang di air (Kg) *Lamond, F., Joseph, and Klieger, Paul, 1994, Significance of tests and properties of concrete and concrete-making materials, ASTM International.

25 Pengkondisian spesimen Spesimen dikondisikan di dalam larutan NaCl 12,5 %. Perendaman sebagian pada spesimen. Spesimen terendam 45 mm di sebuah kontainer terbuka. Penopangan dilakukan agar bagian bawah spesimen uji tidak terdapat stagnasi elektrolit. Pengambilan data pada tiga buah spesimen uji dilakukan setiap sepuluh (10) hari.

26 Pengkondisian Spesimen

27 Pengamatan visual Sebelum pembongkaran beton Pada pengamatan sebelum pembongkaran beton akan dilihat kenaikan air pada eksterior beton

28 Pengujian Beton setelah pengkondisian Pengujian Kandungan Khlorida di selimut beton Beton di bor pada 4 kedalaman (di permukaan, kedalaman 6 mm, kedalaman 12 mm, dan kedalaman 18 mm) dengan ketinggian titik uji 20 mm, 45 mm, dan pada setiap kenaikan air di eksterior beton.

29 Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Untuk Test Kandungan Ion Cl Keterangan: X n Dimana X = kenaikan air pada eksterior beton saat pengukuran ke n. n = Pengukuran ke (1 sampai dengan 6).

30 Foto Pengambilan Sampel Untuk Test Kandungan Khlor

31 Pengamatan visual Sesudah pembongkaran beton Sesudah beton dibongkar,dilakukan pengamatan terhadap baja tulangan beton. Korosi yang terjadi pada baja tulangan menjadi acuan ketinggian air yang sudah masuk ke dalam interface baja tulangan dengan beton.

32 Pengamatan penampang baja tulangan Serangan korosi dilihat dari profil korosi yang tampak dari potongan Longitudinal Baja tulangan. Baja tulangan dipotong longitudinal untuk mengetahui profil korosi yang terbentuk pada baja tulangan. Dari profil korosi tersebut dapat digunakan untuk mengukur perubahan ketebalan pada baja tulangan

33 Gambar Potongan vertikal baja tulangan dan hipotesa pegurangan tebal produk korosi Hipotesa pengurangan ketebalan yang akan terjadi pada baja tulangan

34 Sesudah pembongkaran beton Serangan Korosi Dilihat Dari Ketebalan Produk Korosi yang Tampak dari Potongan Melintang Baja Tulangan. Untuk melihat ketebalan produk korosi, selain dengan potongan longitudinal, juga dengan potongan melintang. Potongan melintang ini dilakukan untuk mengamati bahwa serangan korosi yang terjadi merata pada semua bagian di sekeliling baja tulangan.

35 Gambar Potongan melintang baja tulangan dan hipotesa serangan korosi yang merata sekeliling pada baja tulangan.

36 DATA DAN ANALISA Karakteristik beton Pengamatan visual eksterior beton Distribusi Khlor di dalam beton Pengamatan visual baja tulangan beton Pengamatan visual penampang melintang baja tulangan Pengamatan visual penampang longitudinal baja tulangan

37 Karakteristik beton Kuat Tekan (Kg/cm 2 ) Replika ke - Kuat tekan 1 185, ,2491 Kuat Tekan Rata-Rata (Kg/cm 2 ) 191, ,3799 Replika Porositas A Ke- (gram) C (gram) D (gram) Air Void (%) Air Void ratarata (%) , ,3 16, ,8

38 Pengamatan visual eksterior beton

39 Pengamatan visual eksterior beton

40 Pengamatan visual eksterior beton

41 Pengamatan visual eksterior beton

42 Pengamatan visual eksterior beton

43 Distribusi Khlor di dalam beton Batas Perendaman Dari data prosentase khlor akan dibuat 2 grafik 1. Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji 2. Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman

44 Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-10 1,6 1,4 1,2 ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm % Cl (%) 1 0,8 0,6 0,4 0, Kedalaman titik uji (mm) ketingian beton 55 mm y = -0,0002x3 + 0,0078x2-0,1324x + 1,37 y = -0,0005x3 + 0,0176x2-0,2159x + 1,29 y = -0,0003x3 + 0,0115x2-0,1282x + 0,907 Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-20 % Cl (%) 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0, Kedalaman titik uji (mm) ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm y = -1E-05x3-0,0007x2-0,0366x + 1,816 y = 2E-05x3-0,0011x2-0,0258x + 1,66 y = 0,0002x3-0,0053x2-0,0003x + 1,48 y = -7E-05x3 + 0,0012x2-0,0382x + 1,37

45 Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-30 % Cl (%) 2,5 2 1,5 1 0, Kedalaman titik uji (mm) ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm y = -0,0002x3 + 0,0033x2-0,0449x + 1,975 y = 0,0001x3-0,0018x2-0,0347x + 1,93 y = -4E-05x3 + 0,0015x2-0,0494x + 1,87 y = -0,0004x3 + 0,0086x2-0,0592x + 1,67 y = -0,0007x3 + 0,0162x2-0,1122x + 1,62 Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-40 % Cl (%) 2,5 2 1,5 1 0, Kedalaman titik uji (mm) ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm y = 0,0001x3-0,0053x2 + 0,0219x + 2,04 y = 0,0005x3-0,0146x2 + 0,0619x + 1,97 y = 0,0005x3-0,0143x2 + 0,0872x + 1,69 y = -0,0004x3 + 0,0067x2-0,0489x + 1,71 y = -0,0005x3 + 0,0108x2-0,0675x + 1,66

46 Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-50 2,5 2 ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm % Cl (%) 1,5 1 0,5 ketingian beton 70 mm ketingian beton 75 mm y = 0,0001x3-0,0053x2 + 0,0219x + 2,04 y = 0,0005x3-0,0146x2 + 0,0619x + 1,97 y = 0,0005x3-0,0143x2 + 0,0872x + 1,69 y = -0,0004x3 + 0,0067x2-0,0489x + 1,71 y = -0,0004x3 + 0,0097x2-0,0983x + 2, Kedalaman titik uji (mm) y = -0,0014x3 + 0,0401x2-0,3581x + 1,9 Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-60 % Cl (%) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm ketingian beton 75 mm y = -0,0012x3 + 0,041x2-0,4767x + 3,91 y = -0,0011x3 + 0,035x2-0,3608x + 3,26 y = -0,0013x3 + 0,0381x2-0,3556x + 2,97 y = -0,0006x3 + 0,0167x2-0,1483x + 2,29 y = -0,0002x3 + 0,0049x2-0,0664x Kedalam an titik uji (mm) y = -0,0004x3 + 0,0174x2-0,2492x + 2,17

47 Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 20 mm % Cl (%) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Lama Perendaman (Hari) permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 8E-05x3-0,0072x2 + 0,2156x - 0,168 y = 2E-05x3-0,003x2 + 0,1403x - 0,286 y = 2E-05x3-0,0029x2 + 0,1356x - 0,4567 y = -9E-08x3-0,0003x2 + 0,0444x + 0,1793 Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 45 mm % Cl (%) 3,5 3 2,5 2 1,5 permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 5E-05x3-0,0049x2 + 0,1579x + 0, y = 3E-05x3-0,0036x2 + 0,1697x - 0,8087 0, Lama Perendaman (Hari) y = 4E-05x3-0,0051x2 + 0,1987x - 1,084 y = 2E-05x3-0,0028x2 + 0,1331x - 0,7093

48 Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 55 mm 3,5 3 2,5 3 permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm % Cl (%) 2 1,5 Kedalaman 18 mm y = 6E-05x3-0,0064x2 + 0,2168x - 0, , Lama Perendaman (Hari) y = 3E-05x3-0,0041x2 + 0,1831x - 0,9613 y = 3E-05x3-0,004x2 + 0,1622x - 0,803 y = 9E-06x3-0,0016x2 + 0,0895x - 0,302 Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 65 mm 2,5 permukaan 2 Kedalaman 6 mm % Cl (%) 1,5 1 Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 3E-18x3 + 7E-05x2 + 0,0173x + 1,014 y = 2E-05x3-0,003x2 + 0,1374x - 0,564 0,5 y = 6E-05x3-0,0069x2 + 0,2842x - 2, Lama Perendaman (Hari) y = -2E-07x3 + 7E-05x2 + 0,0096x + 0,4704

49 Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 70 mm 2,5 permukaan 2 Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm % Cl (%) 1,5 1 Kedalaman 18 mm y = -0,0001x3 + 0,015x2-0,6293x + 10,06 y = -2E-05x3 + 0,0018x2-0,051x + 1,73 0,5 y = 2E-05x3-0,0038x2 + 0,187x - 1, Lama Perendaman (Hari) y = 5E-05x3-0,007x2 + 0,3462x - 4,89 Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji 75 mm 2,5 permukaan 2 Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm % Cl (%) 1,5 1 Kedalaman 18 mm y = 0,005x + 1,65 y = 0,031x - 0,65 0,5 y = -0,005x + 1, Lama Perendaman (Hari) y = 0,043x - 1,7

50 Pengamatan visual baja tulangan beton

51 Pengamatan visual baja tulangan beton

52 Pengamatan visual baja tulangan beton

53 Pengamatan visual baja tulangan beton

54 Pengamatan visual baja tulangan beton 90 Grafik ketinggian air pada interface baja tulangan dengan beton fungsi w aktu Ketinggian (mm) y = -0,0007x 3 + 0,0541x 2 + 0,7604x - 3, W aktu Perendaman (Hari)

55 Pengamatan visual penampang melintang baja tulangan sebelum pengkondisian

56 Pengamatan visual penampang melintang baja tulangan setelah 40 hari pengkondisian

57 Pengamatan visual penampang melintang baja tulangan setelah 60 hari pengkondisian

58 Pengamatan visual penampang melintang baja tulangan Dari gambar tersebut tampak bahwa serangan korosi pada baja tulangan terjadi secara merata dan tidak terkonsentrasi pada satu permukaan saja. Korosi yang merata ini disebabkan beton yang berbentuk silinder, sehingga air memasuki beton secara merata dengan kecepatan yang sama dari selimut beton menuju baja tulangan.

59 Pengamatan visual penampang Longitudinal baja tulangan sebelum pengkondisian

60 Pengamatan visual penampang Longitudinal baja tulangan setelah pengkondisian 30 hari

61 Pengamatan visual penampang Longitudinal baja tulangan setelah pengkondisian 60 hari

62 Pengamatan visual penampang Longitudinal baja tulangan Grafik Tebal Baja tulangan dari titik tengah ke bagian terjauh baja tulangan VS Lama w aktu perendaman Tebal baja tulangan dari titik tengah ke kiri (µm) Lama perendaman (hari) Ketinggian 0 mm Ketinggian 10 mm Ketinggian 20 mm Ketinggian 30 mm Ketinggian 40 mm Ketinggian 50 mm Ketinggian 60 mm Profil serangan korosi yang terjadi pada baja tulangan beton. Semakin ke atas pengurangan ketebalan baja tulangan semakin berkurang.

63 Pembahasan Data Pengamatan Visual Eksterior Beton dengan Pengamatan Visual Baja Tulangan Beton. Grafik ketinggian air fungsi w aktu perendam an Ketinggian (mm) Waktu Perendam an (Hari) Interface Eksterior beton

64 Pembahasan Data Pengamatan Visual Beton Sehubungan dengan Perubahan Prosentase Khlor. 2 1,8 1,6 Grafik % Cl VS Waktu perendaman pada titik uji 18 mm dari perm ukaan % Cl (%) 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 ketinggian 20 mm ketinggian 45 mm ketinggian 55 mm ketinggian 65 mm ketinggian 70 mm ketinggian 75 mm Waktu perendam an (hari)

65 Kesimpulan Air memasuki beton dengan cara permeasi dan difusi menuju dua arah ah yaitu ke arah vertikal dan ke arah radial. Permeasi dan difusi ke arah vertikal membuat air naik dari batas perendaman ke atas sehingga eksterior beton yang tidak terendam akan ikut basah. Hal ini akan tampak dari peningkatan ketinggian air pada eksterior beton fungsi waktu dimana dengan semakin bertambahnya waktu ketinggian air pada eksterior beton akan semakin bertambah. Permeasi dan difusi ke arah radial membuat air masuk dari selimut t beton menuju ke interface baja tulangan dengan beton dimana hal ini terlihat dari perubahan prosentase khlor di dalam beton. Prosentase khlor akan menurun secara gradual dari permukaan hingga ke dalam beton.

66 Kesimpulan Permeasi dan difusi pada beton baik secara radial maupun vertikal terjadi secara kontinyu selama proses perendaman. Dari grafik prosentase khlor fungsi waktu terlihat bahwa prosentase khlor akan an terus meningkat dengan semakin lamanya waktu perendaman. Air yang berada pada interface baja tulangan dengan beton akibat proses difusi akan membuat baja tulangan terkorosi sehingga menimbulkan terbukanya celah di dalam interface dan memungkinkan terjadinya penyerapan kapiler sehingga air di dalam interface baja tulangan dengan beton dapat bergerak ke atas. Pergerakan air ke atas ini terlihat dari korosi pada baja tulangan, dimana ketinggian korosi k akan terus meningkat dengan bertambahnya waktu perendaman.

67 Kesimpulan Pada akhirnya kenaikan air pada interface baja tulangan dengan beton tidak bergantung pada proses permeasi dan difusi air dari selimut t beton menuju interface.. Air naik lebih cepat di dalam interface baja tulangan dengan beton dibandingkan dengan difusi air dari selimut beton ke dalam interface baja tulangan dengan beton. Serangan korosi pada baja tulangan dimulai dari dasar baja tulangan menuju ke atas. Dasar baja tulangan terkorosi lebih dahulu karena mengalami kontak dengan media korosi lebih cepat. Hal ini yang menyebabkan pengurangan ketebalan baja tulangan di dasar lebih cepat c dibandingkan dengan pengurangan ketebalan baja tulangan di titik obervasi yang lebih tinggi.

68 Kesimpulan Fenomena kapilaritas pada interface baja tulangan dengan beton dapat dimodelkan dalam suatu persamaan polinomial tingkat tiga yaitu y=-y 0,0007x3 + 0,0541x2 + 0,7604x + 3,1081.

69 Sekian Terima Kasih Mohon Saran dan Kritik Demi Kesempurnaan Sidang Tugas akhir ini

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Dikarenakan belum adanya buku peraturan dan penetapan standard untuk beton berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode penelitian adalah langkah-langkah atau metode yang dilakukan dalam penelitian suatu masalah, kasus, gejala, issue atau lainnya dengan jalan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN Rofikatul Karimah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UMM Jln. Raya Tlogomas 246 Malang 65144 Email : rofikatulkarimah@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dalam bidang konstruksi di Indonesia semakin meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang dimaksud salah satunya dapat

Lebih terperinci

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng merupakan bahan bangunan yang terbuat campuaran kerikil, pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Seiring berjalanya waktu pemakaian beton sangat pesat dalam

Lebih terperinci

MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON

MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON MATERIAL BETON DAN PERSYARATANNYA BAB I PENGERTIAN BAHAN BETON 1.1 Definisi Bahan Beton Beton sebagai bahan konstruksi atau struktur bangunan, sudah dikenal bahkan digunakan sejak ratusan tahun bahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i ii iii v x xii xiii xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Cara uji berat isi beton ringan struktural

Cara uji berat isi beton ringan struktural Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi beton ringan struktural ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen

BAB 3 METODOLOGI. yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai. Mulai. Tinjauan Pustaka. Pengujian Bahan/Semen BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Bagan alir penelitian atau penjelasan secara umum tentang urutan kegiatan yang dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Pelaksanaan Penelitian Mulai Studi literatur Persiapan alat dan bahan Pengujian material pembentuk mortar (uji pendahuluan) : - Uji berat jenis semen - Uji berat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN Rofikatul Karimah Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang Kontak Person

Lebih terperinci

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji di Lapangan ini mencakup : 1) Cara pembuatan dan perawatan benda uji

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN EKSPERIMENTAL 4.1 Deskripsi Benda Uji Pada penelitian ini dipersiapkan tiga benda uji berupa balok beton bertulang. Dua benda uji dibuat dengan konfigurasi berdasarkan benda

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN IV.1 ANALISIS PEMBUATAN SAMPEL Penelitian dimulai dengan melakukan pengujian material untuk mengecek kualitas dan perhitungan rancang campuran. Material yang diuji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada setiap pelaksanaan konstruksi di bidang teknik sipil. Beton merupakan campuran antara semen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi merupakan wilayah laut. Di dalamnya terkandung berbagai sumber daya alam yang sangat besar dan sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton (Ir. Tri Mulyono MT., 2004, Teknologi Beton) merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai disetiap tempat. Pembangunan rumah tinggal, gedung bertingkat, fasilitas umum, hingga jalan raya

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON Jeffry 1), Andry Alim Lingga 2), Cek Putra Handalan 2) Abstrak Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Paving Block. Construction s Materials Technology

Paving Block. Construction s Materials Technology Paving Block Construction s Materials Technology introduction flooring stone used as in interior pedestrian wearing surface. (ASTM C 119) paving stone used in an interior pedestrian wearing surface as

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dalam perancangan beton bertulang dengan variasi panjang sambungan lewatan. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Beton Menurut SNI 2847:2013, beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium beton PT. Pionirbeton, Cimareme, Ngamprah, Bandung Barat. Bentuk sampel penelitian ini berupa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI xvi DAFTAR NOTASI As : Luas penampang benda uji ASTM : American Society for Testing and Materials B : Berat piknometer berisi air (gram) Ba : Berat kerikil dalam air (gram) Bj : Berat Jenis Bk : Berat

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL SAFRIN ZURAIDAH 1, HANDO 2, K BUDIHASTONO Jurusan Teknik Sipil-UNITOMO Surabaya Email : safrini@yahoo.com Abstrak Dunia usaha properti

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman Pengaruh Konsentrasi O 2 Terhadap Kebutuhan Arus Proteksi dan Umur Anoda pada sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) dengan menggunakan anoda SS 304 mesh pada Beton Bertulang Oleh : Sumantri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton PT. Pionir Beton Cimareme, Padalarang, Bandung. Sampel dalam penilitian menggunakan benda uji

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON TAMBAHAN ABU TERBANG DENGAN BETON NORMAL YANG DIRENDAM DALAM ASAM SULFAT UNTUK BETON MUTU RENDAH

ANALISIS PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON TAMBAHAN ABU TERBANG DENGAN BETON NORMAL YANG DIRENDAM DALAM ASAM SULFAT UNTUK BETON MUTU RENDAH Analisis Perbedaan Kuat Tekan Beton Tambahan Abu Terbang (Irza Ahmad) ANALISIS PERBEDAAN KUAT TEKAN BETON TAMBAHAN ABU TERBANG DENGAN BETON NORMAL YANG DIRENDAM DALAM ASAM SULFAT UNTUK BETON MUTU RENDAH

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

PENGARUH AIR LAUT PADA PERAWATAN (CURING) BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN ABSORPSI BETON DENGAN VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN DURASI PERAWATAN

PENGARUH AIR LAUT PADA PERAWATAN (CURING) BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN ABSORPSI BETON DENGAN VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN DURASI PERAWATAN PENGARUH AIR LAUT PADA PERAWATAN (CURING) BETON TERHADAP KUAT TEKAN DAN ABSORPSI BETON DENGAN VARIASI FAKTOR AIR SEMEN DAN DURASI PERAWATAN Ristinah Syamsuddin, Agung Wicaksono, Fauzan Fazairin M Jurusan

Lebih terperinci

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus.

Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG melalui suatu pelatihan khusus. Seorang Pelaksana Pekerjaan Gedung memiliki : keahlian dan ketrampilan sebagaimana diterapkan dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia). Salah satunya adalah Metode UJI MATERIAL GEDUNG

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang

BAB 3 METODOLOGI. penelitian beton ringan dengan campuran EPS di Indonesia. Referensi yang BAB 3 METODOLOGI 3.1 Langkah Penelitian Penelitian dimulai dengan mengumpulkan referensi tentang penelitian terhadap beton ringan yang menggunakan sebagai bahan campuran. Referensi yang didapat lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan FakultasTeknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Dalam penelitian ini yang digunakan adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas meliputi prosentase Silica fume dalam campuran beton (5%) dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Material Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran beton dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Agregat halus yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, dimana percobaan dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data, yang kemudian akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan beton dan bahan-bahan vulkanik sebagai pembentuknya (seperti abu pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga sebelum

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hidrolis yang jika dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain untuk pembuatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR.

PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I TUGAS AKHIR. PERBANDINGAN KAPASITAS BALOK BETON BERTULANG ANTARA YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN SEMEN PORTLAND TIPE I ( Kajian Eksperimental) TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong

Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong Spesifikasi Pipa Beton untuk Air Buangan, Saluran Peluapan dari Gorong-Gorong SNI 03-6367-2000 1 Ruang lingkup Spesifikasi ini meliputi pipa beton tidak bertulang yang digunakan sebagai pembuangan air

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). B. Peralatan Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate 14 Spektrum Sipil, ISSN 58-4896 Vol. 1, No. 2 : 14-149, September 214 PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate Joedono, Mudji Wahyudi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Uraian Umum Dalam suatu penelitian agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai, maka dilaksanakan suatu metode. Metode penelitian merupakan langkah-langkah penelitian suatu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian 23 BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan atau Material Penelitian Bahan-bahan penyusun campuran beton yang digunakan pada penelitian ini, Bahan-bahan tersebut antara lain : 1. Agregat kasar kerikil yang berasal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Beton BAB III LANDASAN TEORI Beton berdasarkan SNI-03-2847-2007 didefinisikan sebagai campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan material harus dilakukan sebelum direncanakannya perhitungan campuran beton (mix design). Adapun hasil pemeriksaanpemeriksaan agregat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prinsip Dasar Percobaan Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan, percobaan kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT. STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT. M.W. Tjaronge 1, A.A.Amiruddin 1, A.M.Hamka. 2 ABSTRAK : Beton self compacting concrete

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL

METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL METODE PENGUJIAN KUAT TEKAN CAMPURAN BERASPAL SNI 03-6758-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan kuat tekan campuran aspal panas yang digunakan untuk lapis

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITAS LISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA ELEKTRODA

PENENTUAN RESISTIVITAS LISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA ELEKTRODA PENENTUAN RESISTIVITAS ISTRIK MORTAR MENGGUNAKAN METODE PROBE DUA EEKTRODA Ardian Putra dan Pipi Deswita Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FMIPA Universitas Andalas, Kampus

Lebih terperinci

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN

LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN LIMBAH PADAT PABRIK KERAMIK SEBAGAI BAHAN CAMPURAN BATAKO DITINJAU TERHADAP KUAT TEKAN Srie Subekti Dosen,Program studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

MODUL I.b MENGHITUNG KOMPOSISI BAHAN ADUKAN BETON A. STANDAR KOMPETENSI: Merencanakan campuran beton dengan kuat tekan minimal 20 MPa B. KOMPETENSI DASAR: Menghitung Komposisi Bahan Adukan Beton C. MATERI

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan peralatan yang ada di laboratorim teknologi BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah untuk menganalisa kuat tekan dan permeabilitas beton foam. Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium teknologi beton Universitas Muhammadiyah Malang. 3.1.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN BAB V HASIL PEMBAHASAN A. Umum Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil, dalam pelaksanaan eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam sebuah penelitian, sehingga dalam pelaksanaan dan hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pada penelitian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : SUNANDAR

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT Febrianti Kumaseh S. Wallah, R. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang rekayasa sipil baik sebagai struktural maupun non struktural untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji

III. METODE PENELITIAN. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji 21 III. METODE PENELITIAN Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini mengenai perbandingan hasil uji tekan, uji tarik belah dan uji modulus elatisitas antara benda uji tanpa perkuatan GFRP dan dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I I Made Alit Karyawan Salain 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana,

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 STUDI PERVIOUS PAVING UNTUK MEREDUKSI RUNOFF DENGAN BAHAN PENGISI KERIKIL BUATAN DARI LUMPUR LAPINDO OLEH : MADE NINA LESMANA P (3307.100.017) DOSEN PEMBIMBING : Ir. Mas Agus Mardyanto, ME.,PhD JURUSAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian adalah urutan-urutan kegiatan penelitian, meliputi pengumpulan data, proses rekayasa, pengujian sample, dan diteruskan penarikan kesimpulan. Sedangkan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH GAS KOLEKTOR HASIL PENGOLAHAN LOGAM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON SEBAGAI BAHAN CAMPURAN CONBLOCK

PEMANFAATAN LIMBAH GAS KOLEKTOR HASIL PENGOLAHAN LOGAM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON SEBAGAI BAHAN CAMPURAN CONBLOCK PKMP-3-15-1 PEMANFAATAN LIMBAH GAS KOLEKTOR HASIL PENGOLAHAN LOGAM PT. KRAKATAU STEEL CILEGON SEBAGAI BAHAN CAMPURAN CONBLOCK Kiki Marina Murdiani, Nendi Apriyandi, Armando Pensa dan Fitri M Jurusan Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium, Laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah Laboratorium Teknologi Bahan, Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat

BAB 3 METODOLOGI. Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat BAB 3 METODOLOGI 3.1 Bagan Alir Penelitian Bagan alir ini menjelaskan langkah apa saja yang dilakukan untuk membuat penelitan ini. Dimulai dari mengidentifikasi masalah yang ada sehingga dapat diangkat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi dan makalah-makalah tentang beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN LAMA PERENDAMAN SPESI DALAM AIR LAUT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KEDALAMAN INTRUSINYA

PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN LAMA PERENDAMAN SPESI DALAM AIR LAUT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KEDALAMAN INTRUSINYA PENGARUH VARIASI CAMPURAN DAN LAMA PERENDAMAN SPESI DALAM AIR LAUT TERHADAP KUAT TEKAN DAN KEDALAMAN INTRUSINYA Retno Anggraini, Herlien Indrawahyuni, Prastumi, Agoes SMD, Lilya Susanti, Saifuddin Akhmad

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON Ginanjar Bagyo Putro ; Yenny Nurchasanah Teknik Sipil UMS Abstrak Sejauh ini belum banyak alternatif lain selain

Lebih terperinci