DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Koefisien-koefisien gesekan untuk tendon pascatarik... 33 Tabel 3.2 Nilai K sh untuk komponen struktur pasca-tarik... 37 Tabel 3.3 Nilai-nilai K re dan J... 38 Tabel 3.4 Nilai C... 39 Tabel 3.5 Faktor beban untuk berat sendiri... 40 Tabel 3.6 Faktor beban untuk beban mati tambahan... 41 Tabel 3.7 Faktor beban akibat beban lajur D... 42 Tabel 3.8 Faktor beban akibat gaya rem... 47 Tabel 3.9 Faktor beban akibat pembebanan untuk pejalan kaki... 48 Tabel 3.10 Koefisien Cw... 50 Tabel 3.11 Kecepatan Angin Rencana... 50 Tabel 3.12 Faktor beban akibat beban angin... 50 Tabel 3.13 Faktor beban akibat pengaruh gempa... 51 Tabel 5.1 Perhitungan letak garis berat (c.g.c) box girder... 80 Tabel 5.2 Perhitungan inersia box girder.... 80 Tabel 5.3 Perhitungan letak garis berat (c.g.s) penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 1 (Pier 1)... 84 ix
Tabel 5.4 Perhitungan letak garis berat (c.g.s) penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 2 (Pier 2)... 85 Tabel 5.5 Perhitungan letak garis berat (c.g.s) penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 3 (End Pier)... 86 Tabel 5.6 Perhitungan inersia, tahanan momen, dan kern penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 1 (Pier 1)... 86 Tabel 5.7 Perhitungan inersia, tahanan momen, dan kern penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 2 (Pier 2)... 87 Tabel 5.8 Perhitungan inersia, tahanan momen, dan kern penampang box girder dari pemodelan SAP 2000 bentang 3 (End Pier 2)... 88 Tabel 5.9 Pembebanan akibat berat sendiri bentang 45 meter.. 90 Tabel 5.10 Pembebanan akibat berat sendiri bentang 90 meter... 91 Tabel 5.11 Kontrol tegangan saat pemasangan segmen 14... 101 Tabel 5.12 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 13 dan 15... 101 Tabel 5.13 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 12 dan 16... 102 x
Tabel 5.14 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 11 dan 17... 102 Tabel 5.15 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 10 dan 18... 103 Tabel 5.16 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 9 dan 19... 103 Tabel 5.17 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 8 dan 20... 104 Tabel 5.18 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 7 dan 21... 105 Tabel 5.19 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 6 dan 22... 105 Tabel 5.20 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 5 dan 23... 106 Tabel 5.21 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 4 dan 24... 107 Tabel 5.22 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 3 dan 25... 107 Tabel 5.23 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 2 dan 26... 108 Tabel 5.24 Kontrol tegangan saat Pemasangan segmen 1 dan 27... 109 Tabel 5.25 Perhitungan Tendon akibat momen envelope min (atas) yang terjadi dibentang tepi.... 116 xi
Tabel 5.26 Perhitungan Tendon akibat momen envelope min (atas) yang terjadi dibentang tengah.... 117 Tabel 5.27 Perhitungan Tendon akibat momen envelope max (bawah) yang terjadi dibentang tengah... 118 Tabel 5.28 Kontrol Tendon akibat berat sendiri (bentang tepi)... 119 Tabel 5.29 Kontrol Tendon akibat berat sendiri (bentang tengah)... 120 Tabel 5.30 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 14 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya Prategang akibat (ES) pada Pemasangan tendon nomor 14... 122 Tabel 5.31 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 13... 122 Tabel 5.32 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 12... 122 Tabel 5.33 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 11... 123 xii
Tabel 5.34 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 10.... 123 Tabel 5.35 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 9... 123 Tabel 5.36 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 8... 123 Tabel 5.37 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 7.... 124 Tabel 5.38 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 6... 124 Tabel 5.39 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 5.... 124 Tabel 5.40 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 4... 125 Tabel 5.41 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 3.... 125 xiii
Tabel 5.42 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 2... 126 Tabel 5.43 Perhitungan Persentase kehilangan Gaya nomor 1... 126 Tabel 5.44 Persentase kehilangan gaya prategang pada tahap pemasangan tendon kantilefer... 127 Tabel 5.45 Persentase total kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis setelah semua tendon terpasang... 127 Tabel 5.46 Persentase kehilangan gaya prategang tendon cantilever akibat gesekan dan wooble effect pada saat transfer... 129 Tabel 5.47 Persentase kehilangan gaya prategang tendon cantilever akibat slip angkur pada saat transfer... 130 Tabel 5.48 Persentase kehilangan gaya prategang akibat rangkak beton (CR) (bentang tengah).... 132 Tabel 5.49 Persentase kehilangan gaya prategang akibat rangkak beton (CR) (bentang tepi).... 133 Tabel 5.50 Persentase kehilangan gaya prategang akibat susut beton (SH)... 134 Tabel 5.51 Persentase kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja (RE) (bentang tengah).... 136 xiv
Tabel 5.52 Persentase kehilangan gaya prategang akibat relaksasi baja (RE) (bentang tepi)... 136 Tabel 5.53 Total presentase kehilangan gaya prategang pada saat transfer... 136 Tabel 5.54 Total presentase kehilangan gaya prategang pada saat service... 137 Tabel 5.55 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 14... 139 Tabel 5.56 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 13... 139 Tabel 5.57 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 12... 139 Tabel 5.58 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 11... 139 Tabel 5.59 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 10... 139 Tabel 5.60 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 9... 140 Tabel 5.61 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 8... 140 Tabel 5.62 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 7... 140 Tabel 5.63 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 6... 141 xv
Tabel 5.64 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 5... 141 Tabel 5.65 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 4... 141 Tabel 5.66 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 3... 142 Tabel 5.67 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 2... 142 Tabel 5.68 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada segmen 1... 143 Tabel 5.69 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada saat service akibat beban hidup maksimum... 144 Tabel 5.70 Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang pada saat service akibat beban hidup minimum... 145 Tabel 5.71 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 14... 147 Tabel 5.72 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 13... 147 Tabel 5.73 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 12... 148 Tabel 5.74 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 11... 148 Tabel 5.75 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 10... 148 Tabel 5.76 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 9... 148 Tabel 5.77 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 8... 148 Tabel 5.78 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 7... 149 Tabel 5.79 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 6... 149 Tabel 5.80 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 5... 149 xvi
Tabel 5.81 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 4... 150 Tabel 5.82 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 3... 150 Tabel 5.83 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 2... 150 Tabel 5.84 Kapasitas momen tendon Kantilefer Segmen 1... 151 Tabel 5.85 Gaya geser akibat tendon kantilefer saat pelaksanaan kantilefer... 172 Tabel 5.86 Gaya geser akibat tendon kantilefer dan menerus saat service... 173 Tabel 5.87 Perhitungan Vn superposisi.... 174 Tabel 5.88 Tabel perhitungan retak geser pada badan (Vcw)... 175 Tabel 5.89 Tabel perhitungan retak geser lentur (Vci)... 176 Tabel 5.90 Tabel gaya geser yang harus dipikul oleh tulangan geser... 177 Tabel 5.91 Tabel perhitungan luas tulangan pakai... 178 Tabel 5.92 Tabel kontrol momen retak pada tumpuan joint 14... 182 xvii