BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan intermediasi memandang bahwa sebuah lembaga keuangan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. intermediasi. Aset, deposito dan beban personalia sebagai faktor input serta Kredit

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. Sudah banyak sekali penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai efisiensi dari DMU,

2014 IMPLEMENTASI D ATA ENVELOPMENT ANALYSIS (D EA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU D I KABUPATEN SUMED ANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran tingkat kesehatan bank dikenal dengan metode CAMEL (Capital

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Atas segala perhatian, bantuan dan kerjasamanya penulis ucapkan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengetahui perbedaan nilai efisiensi pada bank umum persero (BUMN) dan

3 KERANGKA PEMIKIRAN. Konsep Efisiensi Produksi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI KINERJA MENGGUNAKAN MODEL DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PADA PT XYZ

BAB III METODE PENELITIAN

PENGENALAN SOFTWARE FRONTIER 4.1 DAN DEA 2.1. Oleh : AHMAD ZAINUDDIN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

Pengukuran Efisiensi Menggunakan Allocation Model Dalam Metode Data Envelopment Analysis (DEA) Pada Divisi Doorlock PT. XYZ

Kata Kunci : Data Envelopment Analysis, Technical Efficiency, Scale Effficiency

Pengukuran Efisiensi Produksi Dengan Metode DEA (Data Envelopement Analysis) Di Divisi Wire Rod Mill PT.XYZ

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan kota Bandung, sehingga mempunyai kedudukan strategis

1. Pendahuluan ANALISIS PENGARUH TINGKAT EFISIENSI TENAGA KESEHATAN TERHADAP ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS (TB) PARU DI GORONTALO

BAB III METODE PENELITIAN

EFISIENSI INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA DENGAN PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) ABSTRAK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Mengenai Usahatani

IV. METODE PENELITIAN

Pengukuran Efisiensi Produksi dengan Metode Data Envelopement Analysis di Divisi Wire Rod Mill

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Mengukur Efisiensi Relatif Pialang Bursa Berjangka Jakarta

PENENTUAN NILAI PRODUKTIVITAS RELATIF TIAP KANTOR LAYANAN DARI PT BANK XXXX DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

Hipotesis 4 METODE PENELITIAN Lokasi, Waktu, dan Metode Penelitian

PENGUKURAN KINERJA BANK-BANK DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS TESIS

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kredit

PENGUKURAN EFISIENSI BANK BUMN DI INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Zakat adalah salah satu rukun islam yang bercorak social-ekonomi dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

s r=1 u ry ro m i=1 v ix io max h 0 = s r=1 m i=1 v 1, j = 1,..., n

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

APLIKASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK PENGUKURAN EFISIENSI AKTIVITAS PRODUKSI.

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

BAB IV METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bank-bank besar di Jepang masih beroperasi di atas skala efisiensi minimum, hasil

BAB III METODE PENELITIAN

Pengembangan Kawasan Andalan Probolinggo- Pasuruan-Lumajang Melalui Pendekatan Peningkatan Efisiensi

9 Universitas Indonesia Efisiensi relatif..., RR. Retno Wulansari, FE UI, 2010.

EFISIENSI KINERJA BAZNAS BOGOR DAN SUKABUMI: PENDEKATAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan pekerjaan (Badan Pusat Statistik 2010). Oleh sebab itu

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI DUA TAHAP EFISIENSI CABANG BANK MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

ANALISA FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIK PADA USAHATANI JAGUNG

CLASTERING PROGRAM STUDI TEKNIK DENGAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MENGGUNAKAN DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) DI DESA MAINDU, KECAMATAN MONTONG, KABUPATEN TUBAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada pengujian teori melalui variable-variabel penelitian dengan

Mengukur Tingkat Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syari ah dengan Menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA)

6.4.2 Hasil seleksi Provinsi dengan metode SAA 100 BAB 7 KESIMPULAN 107 DAFTAR PUSTAKA 109

Gambar 1 Konsep Efisiensi dan Produktivitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang pengaruh pelayanan Koperasi dan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. ditarik kesimpulannya. Objek penelitian yang diteliti terdiri dari satu variabel

Pengukuran Kinerja Efisiensi dan Produktivitas Pabrik Minyak Sawit (PMS) PT. Perkebunan Nusantara XIII dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

BAB I PENDAHULUAN. islam bahkan juga di negara-negara barat. Terbukti dengan ditandai semakin

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. Adapun objek yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat di. Desa Ramasari Kecamatan BojongPicung Kabupaten Cianjur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN RUMUSAN HIPOTESIS

PRAKTIKUM EKONOMI PRODUKSI PERIKANAN SPSS & DEA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI, Jln. Dr. Setiabudi No. 207

ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA EVELOPMENT ANALYSIS (DEA) PERIODE

ANALISIS EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS PROGRAM STUDI S 1 DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam Pedoman Operasional Penulisan Skripsi disebutkan bahwa Desain

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN EFISIENSI PERBANKAN SYARIAH DAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:161), objek penelitian adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel input yang meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, bahan bakar dan bahan penolong. Adapun variabel Outputnya adalah hasil produksi. Subjek penelitian ini adalah para pelaku industri tahu di Kabupaten Sumedang yaitu pengusaha pembuat tahu, dan pengusaha pembuat sekaligus penjual tahu. 3.2 Metode Penelitian Metode penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (2010:203) yang menyatakan bahwa, metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif analitik. Metode deskriptif menurut M. Nazir (2005:54) adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini menekankan pada studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian berlangsung yaitu mengenai efisiensi dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA). Muhammad Nurul Ihsan, 2014 IMPLEMENTASI DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) UNTUK MENGUKUR EFISIENSI INDUSTRI TAHU DI KABUPATEN SUMEDANG Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

51 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi ini bisa berupa sekelompok manusia, nilai-nilai, tes, gejala, pendapat, peristiwa-peristiwa, benda dan lain-lain. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini para pengusaha tahu di Kabupaten Sumedang yang berjumlah 159 orang, yang terdiri dari 75 pengusaha pembuat tahu, dan 84 pengusaha pembuat sekaligus penjual tahu. 3.3.2 Sampel Menurut Suharsimi Arikunto (2010:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Oleh karena itu, sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Proportionate Stratified Random Sampling ialah pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional, dilakukan sampling apabila anggota populasinya heterogen (tidak sejenis). Karena banyaknya jumlah populasi, keterbatasan waktu dan tenaga, maka untuk sampel diambil dengan menggunakan rumus perhitungan sampel yang dikemukakan oleh Taro Yamane (Riduwan, 2012:44). Adapun bentuk rumusnya seperti dibawah ini: Dimana : N n Nd 2 1 n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d 2 = Presisi yang ditetapkan Presisi yang ditetapkan dalam rumus tersebut yaitu 10%. Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat sampel pengusaha tahu sebagai berikut: N = N= N = N = 61.389 (61)

52 Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 61 orang pengusaha tahu yang tersebar di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan temuan yang diperoleh dilapangan, bahwa pengusaha tahu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengusaha yang hanya memproduksi tahu, pengusaha yang hanya menjual tahu matang, dan pengusaha yang memproduksi sekaligus menjual tahu matang. Namun, untuk pengusaha penjual tahu tidak akan dijadikan sampel karena tidak melakukan produksi dan sulit untuk dilakukan perhitungan efisiensi. Selanjutnya, pengambilan sampel dilakukan secara proporsional random sampling memakai rumusan alokasi proportional sebagai berikut: Dimana : n i = (Riduwan, 2012 : 45) N = Jumlah populasi seluruhnya. N i = Jumlah populasi menurut stratum. n i = Jumlah sampel menurut stratum. n = Jumlah sampel seluruhnya. Adapun hasil penarikan sampel pengusaha tahu yang dilakukan secara proporsional dapat dilihat pada Tabel 3.1 ini : Tabel 3.1 Sampel Pengusaha Tahu di Kabupaten Sumedang No. Kelompok Jumlah Kelompok Sampel Kelompok 1 Pembuat Tahu 75 2 Pembuat dan Penjual Tahu 84 n i = n i = 29 n i = n i = 32 Jumlah 159 Orang 61 Orang Sumber : Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sumedang (data olah)

53 3.4 Operasional Variabel Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah hasil produksi tahu (O 1 ), sedangkan variabel independennya terdiri dari modal (I 1 ), tenaga kerja (I 2 ), bahan baku (I 3 ), bahan bakar (I 4 ) dan bahan penolong (I 5 ). Adapun operasional variabelnya adalah sebagai berikut. Tabel 3.2 Operasional Variabel Variabel Konsep Teoritis Konsep Empiris Konsep Analitis Skala Ukuran (1) (2) (3) (4) (5) Modal (I 1 ) Modal merupakan faktor produksi yang meliputi semua jenis barang yang dibuat untuk menunjang kegiatan produksi barang-barang lain serta jasa-jasa. Modal juga mencangkup arti uang yang tersedia dalam suatu perusahaan untuk membeli faktor produksi lainnya. Tenaga Kerja (I 2 ) (Rosyidi, 2006:56) Tenaga Kerja adalah faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. (Rosyidi, 2006:56) Jumlah seluruh modal tetap yang dimiliki oleh pengusaha tahu untuk aktivitas produksi selama tiga bulan terakhir. 1. Jumlah seluruh tenaga kerja untuk pelaksanaan kegiatan produksi selama tiga bulan terakhir. 2. Jumlah Efektif hari kerja untuk pelaksanaan kegiatan produksi. 3. Besarnya upah tenaga kerja tiap hari kerja untuk pelaksanaan kegiatan produksi. Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Jumlah seluruh modal tetap yang dimiliki pengusaha tahu seperti lahan pabrik, baik milik pribadi maupun sewa atau gerobak (dalam satuan rupiah). 2. Jumlah mesin dan peralatan produksi yang dimiliki selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Jumlah seluruh tenaga kerja selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan orang). 2. Jumlah efektif hari kerja selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan hari). 3. Besarnya upah tenaga kerja tiap hari kerja selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Rasio Rasio

54 Bahan Baku (I 3 ) Faktor produksi fisik ialah semua kekayaan yang terdapat di alam semesta dan barang mentah lainnya yang dapat digunakan dalam proses produksi. Faktor yang termasuk di dalamnya adalah tanah, air, dan bahan mentah. Jumlah keseluruhan bahan baku pembuat tahu yang digunakan proses produksi selama tiga bulan terakhir. Sumber: Berbagai sumber penelitian terdahulu Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Biaya keseluruhan kacang kedelai yang digunakan selama bulan Mei- Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Rasio Sambungan Tabel 3.2 (1) (2) (3) (4) (5) Bahan Bakar (I 4 ) Bahan Penolong (I 5 ) Suatu materi apapun yang dapat dirubah menjadi energi. Berdasarkan jenis dan wujudnya bahan bakar terbagi menjadi bahan bakar padat, bahan bakar cair dan bahan bakar gas. (Wikipedia.org) Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. (Mulyadi,2007: 2008) Jumlah keseluruhan bahan bakar yang digunakan dalam proses produksi selama tiga bulan terakhir. Jumlah keseluruhan bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi selama tiga bulan. terakhir. Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Biaya keseluruhan bahan bakar yang digunakan selama bulan Mei- Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Biaya keseluruhan minyak goreng yang digunakan selama bulan Mei- Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 2. Biaya keseluruhan garam yang digunakan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 3. Biaya keseluruhan keresek yang digunakan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 4. Biaya keseluruhan kertas nasi yang digunakan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 5. Biaya keseluruhan bongsang yang digunakan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 6. Biaya keseluruhan cabai rawit yang digunakan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Rasio Rasio

55 Hasil Produksi adalah hasil 1. Jumlah produksi Produksi akhir dari proses atau tahu yang Tahu (O 1 ) aktivitas ekonomi dihasilkan oleh dengan memanfaatkan pengusaha tahu beberapa masukan tiga bulan atau input produksi. terakhir. (Tati S. Joesron dan 2. Harga produksi Fathorrazi, 2012:87). tahu pada tiga bulan terakhir. Sumber: Berbagai sumber penelitian terdahulu Data diperoleh dari Responden tentang: 1. Jumlah produksi tahu yang dihasilkan selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan ancak). 2. Harga tahu setiap ancak selama bulan Mei-Juli 2014 (dalam satuan rupiah). 3. Harga jual tahu selama bulan Mei- Juli 2014 (dalam satuan rupiah). Rasio 3.5 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelelitian ini yaitu bersumber dari data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket kepada pengusaha tahu di Kabupaten Sumedang yang dijadikan sampel. Data sekunder yang diperoleh dari penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sumedang, Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Sumedang, jurnal dan artikel dalam internet. 3.6 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam analisis, karena teknik-teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu proses penelitian. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertulis yang telah disusun dan disebar kepada responden yang menjadi anggota sampel dalam penelitian. 2. Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden yang menggunakan alat panduan wawancara. 3. Studi observasi, yaitu penelitian melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian yaitu pada pengusaha tahu di Kabupaten Sumedang. 4. Studi literatur, yaitu teknik pengumpulan data dengan memperoleh data dari buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

56 3.7 Teknik Analisis Data Alat bantu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan bantuan program komputer, pendekatan frontier non-parametrik menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) untuk mengukur dan menganalisis efisiensi teknik industri tahu. Penelitian ini akan menggunakan software DEAWIN untuk pengolahan datanya. 3.7.1 Data Envelopment Analysis (DEA) Data Envelopment Analysis (DEA) adalah suatu metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan keputusan (unit kerja) yang bertanggungjawab menggunakan sejumlah input untuk memperoleh suatu Output yang ditargetkan. DEA merupakan model pemrograman fraksional yang bisa mencakup banyak input dan Output tanpa perlu menentukan bobot tiap variable sebelumnya, tanpa perlu penjelasan eksplisit mengenai hubungan fungsional antara input dan Output (tidak seperti regresi). DEA menghitung ukuran efisiensi secara scalar dan menentulan level input dan Output yang efisien untuk unit yang dievaluasi. Sebuah model matematis menggunakan variable keputusan (decision variables) untuk menggambarkan keputusan kuantitatif yang akan dibuat. Sementara fungsi tujuan (objective function) akan mengekspresikan ukuran kinerja dari tiap decision variable dalam model. Kendala (constraint) dalam model menggambarkan pembatasan terhadap nilai yang akan dimasukan ke dalam variable keputusan. Parameter dari sebuah model konstanta yang akan muncul dalam fungsi tujuan dan kendala. Metode DEA ini diciptakan sebagai alat evaluasi kinerja suatu aktivitas dari sebuah unit entitas (organisasi) yang selanjutnya disebut DMU (Decision Making Unit) atau Unit Pembuatan Keputusan (UPK). Secara sederhana pengukuran dinyatakan dengan rasio: Output / input yang merupakan suatu pengukuran efisiensi atau produktivitas yang bisa dinyatakan secara parsial (misalnya: Output perjam kerja ataupun Output perpekerja, dengan Output adalah penjualan, profit

57 dsb) atau secara total (melibatkan semua Output dan input suatu entitas kedalam pengukuran) yang dapat membantu menunjukan faktor input (Output) apa yang paling berpengaruh dalam menghasilkan suatu Output (penggunaan suatu input). Hanya saja perluasan pengukuran produktivitas dari parsial ke total akan membawa kesulitan dalam memilih input dan Output apa yang harus disertakan dan bagaimana pembobotannya. Adapun beberapa asumsi yang terdapat dalam DEA adalah sebagai berikut : 1. Entitas yang dievaluasi menggunakan set input yang sama untuk menghasilkan set Output yang sama pula. 2. Data bernilai positif dan bobot dibatasi pada nilai positif. 3. Input dan Output bersifat variabel. DEA merupakan pendekatan non parametrik dengan menggunakan teknik linear programming sebagai dasar. Langkah kerja penelitian dengan metode DEA ini meliputi : 1. Identifikasi UPK atau unit yang akan diobservasi beserta input dan Output pembentukannya. 2. Menghitung efisiensi tiap UPK untuk mendapatkan target input dan Output yang diperlukan untuk mencapai kinerja optimal. DEA menghitung efisiensi dari suatu UPK dalam satu kelompok observasi relatif kepada UPK dengan kinerja terbaik dalam kelompok observasi tersebut. DEA mempunyai beberapa keuntungan relatif dibandingkan dengan teknik parametrik. Dalam mengukur efisiensi, DEA mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari ketidakefisienan, yang merupakan keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. DEA tidak memerlukan hubungan fungsi tertentu antara Output dan input produksi ataupun asumsi dari distribusi error. DEA membolehkan penggunaan banyak input dan Output. DEA menghasilkan informasi detail nilai efisiensi unit, tidak hanya relatif terhadap garis frontier efisiensi, tetapi juga terhadap unit efisiensi tertentu yang lebih spesifik yang bisa dijadikan role model atau perbandingan.

58 Menurut Victor Siagian (2002:10), bahwa dalam analisis DEA pada dasarnya ada tiga tahapan yang dilakukan yang dapat mempermudah dalam melakukan analisis terhadap hasil keseluruhan dari penelitian yaitu : 1. Table of Efficiencies (Radial) : Efisiensi Teknik Analisis ini menunjukan unit pengambil keputusan (UPK) mana yang paling efisien. Efisiensi ditunjukan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari Linear Programming (LP). Nilai fungsi tujuan 100 (100%) berarti bahwa UPK tersebut efisien, sementara yang kurang dari 100 berarti tidak efisien. 2. Table of Peer Units Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu UPK tidak efisien maka akan ditunjukan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi (mencapai angka 100) dengan melihat peer (UPK yang menjadi acuan/pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi). 3. Table of Target Values Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah terjadi untuk setiap UPK baik dari setiap struktur input maupun struktur Output. Dalam Tabel ini akan ditunjukan nilai aktual dari target yang harus dicapai dari setiap input maupun setiap Output. Jika besarnya nilai aktual sudah sama dengan nilai targetnya maka efisiensi untuk setiap input atau Output sudah terjadi. Sebaliknya jika nilai antara aktual dengan target tidak sama maka efisiensi belum tercapai. Dalam DEA, konsep yang digunakan dalam mendefinisikan hubungan input Output dalam tingkah laku dari institusi finansial pada metode parametrik maupun non parametrik adalah: 1. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pendekatan produksi mendefinisikan Output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau dari transaksi-transaksi yang terkait. Input dalam kasus ini dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada asset-aset tetap dan

59 material lainnya. Adapun dalam penelitian kali ini menggunakan pendekatan produksi karena sesuai dengan objek penelitian yaitu industri tahu yang dapat memproduksi tahu. 2. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach) Pendekatan ini memandang sebuah institusi sebagai intermediator, yaitu merubah atau mentransfer asset-aset dari unit-unit surplus kepada unit-unit defisit. Dalam hal ini input dan Output institusional seperti biaya tenaga kerja dan modal dengan Output yang diukur dalam bentuk investasi. 3. Pendekatan Asset (Asset Approach) Yang terakhir adalah pendekatan asset yang menvisualisasikan fungsi primer sebuah institusi, ini dekat sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana Output benar-benar didefinisikan dalam bentuk asset-aset. 3.7.2 Konsep CRS Dan VRS Model Constant Return to Scale (CRS) dikembangkan oleh Charnes, Cooper dan Rhodes (Model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan bahwa rasio antara penambahan input dan Output adalah sama (constant return to scale). Artinya, jika ada tambahan input sebesar x kali, maka Output akan meningkat sebesar x kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang optimal. Rumus dari constant return to scale dapat dituliskan sebagai berikut:

60 (Aam Slamet Rusydiana,2013:21) Dimana: y kj x ij = jumlah Output k yang diproduksi oleh pengusaha j = jumlah input i yang digunakan oleh pengusaha j µ k = bobot yang diberikan kepada Output r, (r = 1,..., t dan t adalah jumlah Output) v i n i 0 = bobot yang diberikan kepada input i, (i = 1,..., m dan m adalah jumlah input) = jumlah pengusaha = pengusaha yang diberi penilaian Nilai efisinesi selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien. Gambar 3.1 Efisiensi Frontier Model CCR (Charnes, Cooper dan Rhodes dalam Aam Slamet Rusydiana, 2013:21)

61 Model Variable Return to Scale (VRS) ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini adalah bahwa rasio antara penambahan input dan Output tidak sama (variable return to scale). Artinya, penambahan input sebesar x kali tidak akan menyebabkan Output meningkat sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Rumus variable return to scale (VRS) dapat dituliskan dengan program matematika seperti berikut ini: (Aam Slamet Rusydiana, 2013:22) Dimana: y kj = jumlah Output r yang diproduksi oleh pengusaha j, x ij = jumlah input i yang digunakan oleh pengusaha j, µ k = bobot yang diberikan kepada Output r, (r = 1,..., t dan t adalah jumlah Output), v i n i 0 = bobot yang diberikan kepada input i, (i = 1,..., m dan m adalah jumlah input), = jumlah pengusaha, = pengusaha yang diberi penilaian Nilai dari efisiensi tersebut selalu kurang atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilainya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien.

62 Gambar 3.2 Efisiensi Frontier Model BCC (Banker, Charnes, dan Cooper dalam Aam Slamet Rusydiana, 2013:22) 3.7.3 Orientasi dalam DEA Terdapat dua orientasi yang digunakan dalam metodologi pengukuran efisiensi, yaitu: 1. Orientasi Input Prespektif yang melihat efisiensi sebagai pengurangan penggunaan input meski memproduksi Output dalam jumlah yang tetap. Cocok untuk industri dimana manager memiliki kontrol yang besar terhadap biaya operasional. 2. Orientasi Output Gambar 3.3 Proyeksi Frontier Orientasi Input Model CCR (Cooper dalam Yuli Indrawati (2009)) Prespektif yang melihat efisiensi sebagai peningkatan Output secara proporsional dengan menggunakan input yang sama. Cocok untuk industri dimana

63 unit pembuat keputusan diberikan kuantitas resource dalam jumlah yang fix dan diminta untuk memproduksi Output sebanyak mungkin dari resource tersebut. Perbedaan antara orientasi input dan Output model DEA hanya terletak pada ukuran yang digunakan dalam menentukan efisiensi (yaitu dari sisi input dan Output), namun semua model (apapun orientasinya), akan mengestimasi frontier yang sama. 3.7.4 Efisiensi Skala Gambar 3.4 Proyeksi Frontier Orientasi Output Model CCR (Cooper dalam Yuli Indrawati (2009)) Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil keputusan (UPK) atau decision making unit (DMU), seperti industri tahu, mempunyai karakteristik yang mirip satu sama lain. Namun, biasanya tiap industri tahu bervariasi dalam ukuran dan tingkat produksinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran industri tahu memiliki peran penting yang menentukan efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan (perkalian) efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BCC mencerminkan efisiensi teknis saja, sehingga efisiensi skala relatif adalah rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC. Sk = qk,ccr / qk,bcc (Aam Slamet Rusydiana, 2013:23) Jika nilai S = 1 berarti bahwa UPK tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi skala terbaik. Jika nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi skala pada UPK tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi

64 skala dari UPK tersebut. Jadi, UPK yang efisien dengan model CCR berarti juga efisien skalanya. Sedangkan, UPK yang efisien dengan model BCC tapi tidak efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada adalah berasal dari skala. 3.7.5 Return to Scale (RTS) Return to Scale (RTS) adalah suatu ciri dari fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara perbandingan perubahan semua input (dengan skala perubahan yang sama) terhadap perubahan Output yang diakibatkannya. Terdapat tiga kondisi keadaan Return To Scale ini, yaitu (Soekartawi, 1994: 42) : 1. Decreasing Returns to Scale, bila bi < 1. Kondisi berarti bahwa proporsi penambahan masukan produksi melebihi proporsi penambahan produksi. 2. Constant Returns to Scale, bila bi = 1. Kondisi ini berarti bahwa penambahan masukan produksi akan proporsional dengan penambahan produksi. 3. Increasing Returns to Scale, bila bi > 1. Kondisi ini berarti bahwa proporsi penambahan masukan produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.