ANALISIS STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KETAHANAN FISIK SISWA DI SEKOLAH POLISI NEGARA (SPN) BATUA MAKASSAR, SULAWESI SELATAN



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Oleh SHOFI IKRAMINA

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro **)

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DIET CALON ATLET TERHADAP STATUS GIZI DI SMA NEGERI OLAHRAGA PROVINSI RIAU

Hubungan Daya Terima Makanan dengan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Taruna di Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

Bagan Kerangka Pemikiran "##

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEBUGARAN JASMANI

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Jumlah dan Cara PenarikanSampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pengaruh Status Gizi, Tingkat Konsumsi Energi dan Protein terhadap VO2 Maks

METODE Desain, Tempat dan Waktu Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada pola hidup individu. Perubahan pola hidup tersebut membawa

EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI STKIP PGRI TRENGGALEK

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

SURVEY TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA BARU PENJASKES STKIP-PGRI PONTIANAK TAHUN 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

142 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 07 No. 02 Juli 2016

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

KESEGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2015/2016. E-Journal

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 2) Ilmu Gizi, khususnya pengukuran status gizi antropometri.

I. PENDAHULUAN. Untuk mencapai kinerja (Performance) yang lebih baik dari seorang pemain

PROFIL KONDISI FISIK MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN TAHUN ANGKATAN 2014 UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

PENGARUH CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI DAN VO2MAX DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA. Jurnal. Oleh. Arif Cahyanto

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SDN 16 PULAU BINJAI DENGAN SDN 22 RANTAU SILANG KECAMATAN KUANTAN MUDIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI PNS BAPPEDA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMA NEGERI PLANDAAN JOMBANG. M. Miftahul Laili Ramadhana. Junaidi Budi Prihanto

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWI SMK NEGERI 1 SURABAYA KELAS X TAHUN AJARAN

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB I PENDAHULUAN.

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD ISLAM TERPADU NURUL ILMI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

Keywords: The level qf physical fitness, elementary school Group IV Donokerto Turi. Tingkat Kesegaran Jasmani...(Tri Harti)1

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS STATUS GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KETAHANAN FISIK SISWA DI SEKOLAH POLISI NEGARA (SPN) BATUA MAKASSAR, SULAWESI SELATAN Analysis of Nutritional Status and Physical Activity with Physical Endurance Students in State Police School Batua Makassar, South Sulawesi Sidratulmuntaha Jaihar, Djunaidi M. Dachlan, Yustini 2 Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar 2 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (Alamat Respondensi: utha_hikaru@rocketmail.com/085696275736) ABSTRAK Aktivitas fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit tidak menular dan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani. Derajat kesehatan dan kebugaran individu dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status gizi dan aktivitas fisik dengan ketahanan fisik siswa di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling berjumlah 93 orang dari 386 orang jumlah populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengambilan data sekunder dan primer. Analisis data dilakukan menggunakan uji statistik Spearman Correlation. Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi siswa sebanyak 0,5% kurus, 98,5% normal, dan,0% overweight. Aktivitas fisik keseluruhan siswa tergolong ringan. Ketahanan fisik siswa sebanyak 0,5% cukup, 9,2% baik, dan 8,3% istimewa. Ada hubungan yang tidak signifikan antara status gizi menurut nilai IMT dengan ketahanan fisik menurut nilai kesamaptaan jasmani siswa (p = 0,88; r = - 0,095). Ada hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik menurut nilai METs dengan ketahanan fisik menurut nilai kesamaptaan jasmani siswa (p = 0,88; r = -0,07). Disarankan untuk dilakukan pemantauan status gizi, asupan makan, dan pengukuran ketahanan fisik serta tetap menjaga dan mempertahankan status gizinya dengan memperhatikan pola makan dan aktivitas fisik. Kata Kunci : Status Gizi, Aktivitas Fisik, Ketahanan Fisik ABSTRACT Physical activity good, true, measureable and regularly can reduce the risk of noncommunicable diseases and to improve the health and bodily fitness. Health and fitness degree of individuals are affected by age, gender, genetics, nutritional status, and physical activity.this study aims to analyze the nutritional status and physical activity with physical endurance students in State Police School Batua Makassar, South Sulawesi. The type of this research is analytic survey with cross sectional study. Sampling was done by random sampling amount 93 people from 386 people of population. Data collected done by collection of secondary and primary data. Data analysis did using Spearman Correlation statistical test. Results of this study indicate the nutritional status of students as much as 0.5% underweight, 98.5% normal, and.0% overweight. Overall physical activity of students classified as mild. Physical endurance sufficient students as much as 0.5% enough, 9.2% good, and 8.3% special. There was relationship between nutritional status according to BMI values but not significant with the value of physical endurance according to bodily fitness of students (p = 0.88; r = -0.095). There was relationship between physical activity in METs values but not significant with the value of physical endurance according to bodily fitness of students (p = 0.88; r = -0.07). Recommended to monitor the nutritional status, food intake, and physical endurance measures regularly and for the students to keep and maintain their nutritional status with respect to diet and physical activity. Keywords : Nutritional Status, Physical Activity, Physical Endurance PENDAHULUAN

Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sumber daya manusia yang dimiliki masih mengalami kekurangan personel sehingga masih diperlukan peningkatan kuantitas maupun kualitasnya, untuk memenuhi kebutuhan personelnya melalui pendidikan dan pelatihan secara terprogram (SK Kalemdiklat Polri, 2008). Pendidikan dan Pelatihan Polri merupakan proses transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang meliputi aspek intelektual/akademik, mental kepribadian, kesehatan, dan kesamaptaan jasmani (SK Kalemdiklat Polri, 2007). Kesehatan adalah keadaan (status) sehat yang utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (Mulyana, 2006). Kesamaptaan adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan adaptasi terhadap kegiatan yang dilakukan tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Berlian & Pranoto, 2009). Faktor gizi memegang peranan yang menentukan dalam pembinaan fisik, mental maupun keterampilan terhadap calon anggota Polri, terutama dalam pembentukan struktur tubuh dan keadaan fisik yang prima (Rachmawati dkk., 2005). Kedua kondisi ini hanya mungkin dicapai melalui latihan-latihan intensif yang disertai dengan pengaturan konsumsi zat-zat gizi yang tepat guna dan berdaya guna. Makanan yang disediakan oleh institusi sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi atau status gizi siswa (Kusnan, 2006). Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik manusia. Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya (Hapsari dkk., 2007). Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dimiliki oleh individu dengan status gizi baik (Adrianto & Ningrum, 200). Aktivitas fisik/latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit tidak menular (PTM) dan dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani (Wardani & Roosita, 2008). Derajat kesehatan dan kebugaran individu dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, genetik, status gizi, dan aktivitas fisik (Fatmah, 20). Ketahanan fisik atau kesamaptaan jasmani bagi siswa tentunya mutlak untuk dipenuhi yang diperoleh dari aktivitas sehari-hari dan latihan fisik yang dilakukan selama pendidikan berlangsung dan didukung pula oleh status gizi yang baik (Setyowati, 2008). Sehingga tujuan akhir dari pendidikan dapat tercapai yakni terbentuk postur tubuh yang ideal dan sehat samapta agar dapat melaksanakan tugas kepolisian dengan baik. Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa aspek yang dapat mempengaruhi ketahanan fisik siswa SPN Batua seperti status gizi dan aktivitas fisik yang akan 2

mempengaruhi kualitas siswa untuk menjadi SDM kepolisian di Indonesia yang berkualitas dan profesional dalam upaya pertahanan dan keamanan negara. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Diktuk Brigadir Dalmas tahun ajaran 202/203 di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan berjumlah 386 orang siswa. Sampel diambil secara acak dengan teknik random sampling sebanyak 93 orang siswa. Data penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer menggunakan kuisioner yang berisi tentang karakteristik sampel, status gizi, dan ketahanan fisik sedangkan aktivitas fisik menggunakan formulir aktivitas fisik 24 jam. Data sekunder berupa daftar hasil cek up kesehatan dan kesamaptaan jasmani akhir siswa serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Data dianalisis menggunakan program SPSS 6.0 dalam bentuk distribusi dan persentase dari setiap variabel penelitian dan dalam bentuk tabulasi silang (crosstab) serta uji statistik Spearman Correlation untuk mengetahui hubungan variabel dependen dan independen. HASIL Status Gizi, Aktivitas Fisik, dan Ketahanan Fisik Siswa Tabel menunjukkan bahwa status gizi menurut nilai IMT diperoleh sebanyak 98,5% sampel berstatus gizi normal dan masih ditemukan sampel yang memiliki status gizi kurus (0,5%) dan overweight (,0%). Aktivitas fisik menurut nilai METs diperoleh semua sampel memiliki aktivitas fisik yang tergolong aktivitas ringan. Pada hari libur aktivitas fisik semua sampel tergolong aktivitas ringan sedangkan pada hari kerja hanya 97,4% sampel dengan aktivitas fisik tergolong aktivitas ringan. Ketahanan fisik menurut skala penilaian kesamaptaan jasmani diperoleh sebagian besar sampel memiliki ketahanan fisik yang tergolong baik (9,2%) dan selebihnya tergolong cukup (0,5%) dan istimewa (8,3%). Hubungan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik Siswa Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel yang berstatus gizi normal memiliki ketahanan fisik yang tergolong baik (9,6%) dan selebihnya tergolong cukup (0,5%) dan istimewa (7,9%). Hasil uji statistik (Spearman Correlation) antara nilai IMT dengan nilai skala kesamaptaan jasmani menunjukkan nilai signifikansi p = 0,88 dan r = -0,095 yang 3

berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan ketahanan fisik seperti yang terlihat pada Tabel 3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Fisik Siswa Tabel 2 menunjukkan bahwa semua sampel yang tergolong aktivitas fisik ringan memiliki ketahanan fisik yang tergolong cukup (0,5%), baik (9,2%) dan istimewa (8,3%). Hasil uji statistik (Spearman Correlation) antara nilai METs dengan nilai skala kesamaptaan jasmani menunjukkan nilai signifikansi p = 0,88 dan r = -0,07 yang berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan ketahanan fisik seperti yang terlihat pada Tabel 3. PEMBAHASAN Status Gizi Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (98,5%) berstatus gizi normal dan selebihnya berstatus gizi kurus (0,5%) dan berstatus gizi overweight (,0%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Setyowati (2008) pada siswa di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel (98,6%) berstatus gizi normal dan selebihnya berstatus gizi overweight tingkat ringan (,4%). Status gizi merupakan kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan penggunaan (utilisasi) zat gizi makanan (Almatsier, 2009). Dapat disebutkan pula bahwa status gizi seseorang pada dasarnya merupakan gambaran kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi pangan dan penggunaannya oleh tubuh (Anwar & Riyadi, 2009). Tinggi rendahnya nilai IMT mencerminkan besarnya cadangan energi di dalam tubuh. Cadangan tersebut berasal dari kelebihan energi yang didapat dari makanan (Susilowati, 2007). Keadaan ini berhubungan dengan berat badan sebagai penentu IMT yang merupakan indikator status gizi. Keseimbangan energi yang negatif bisa menyebabkan penurunan berat badan dan menimbulkan kerusakan jaringan tubuh pada orang dewasa apabila dibiarkan (Marliyati dkk., 200). Makanan yang disediakan oleh institusi sangat erat hubungannya dengan keadaan gizi atau status gizi siswa. Konsumsi energi dan zat gizi siswa melalui penyelenggaraan makanan di asrama dapat berpengaruh terhadap status gizi mereka selama menjalani pendidikan. Apabila manajemen pengelolaan gizi institusi baik maka pangan yang tersedia bagi seseorang atau sekelompok orang dapat tercukupi dengan baik pula (Setyowati, 2008). Selain faktor gizi, faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi sesorang adalah penyakit infeksi yang 4

diderita serta aktivitas fisik yang dijalankan (Susilowati, 2007). Oleh karena itu, status gizi siswa yang diperoleh pada saat penelitian umumnya tergolong status gizi normal. Aktivitas Fisik Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik semua sampel tergolong aktivitas ringan. Pada hari libur aktivitas fisik seluruh sampel tergolong aktivitas ringan sedangkan pada hari libur aktivitas fisik sebagian besar sampel tergolong aktivitas ringan (97,4%) dan selebihnya tergolong aktivitas sedang (2,6%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Hardiyanti (202) pada atlet olahraga permainan di Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa umumnya aktivitas fisik sampel tergolong aktivitas ringan. Pada hari libur aktivitas fisik sebagian besar sampel tergolong aktivitas ringan (58,6%) dan selebihnya tergolong aktivitas sangat ringan (34,5%) sedangkan pada hari latihan aktivitas fisik sebagian besar sampel tergolong aktivitas ringan (82,8%) dan selebihnya tergolong aktivitas sedang (6,9%). Aktivitas fisik adalah jenis dan lama kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam selang waktu sehari (24 jam). Macam kegiatan fisik antara individu berbeda-beda, ada yang ringan, sedang dan berat (Kusnan, 2006). Jenis aktivitas fisik siswa pada hari libur umumnya dilakukan dengan kegiatan tidur, santai, kebersihan, ibadah, perjalanan, dan makan tetapi sebagian besar dihabiskan dengan kegiatan santai. Hal ini karena pada hari libur para siswa diperbolehkan keluar dari asrama atau pulang ke rumah mereka masing-masing kecuali bagi siswa yang sedang jadwal piket jaga. Biasanya jadwal keluar siswa dari dalam asrama pada hari Sabtu mulai pukul 7.00 WITA dan kembali pada hari Minggu paling lambat sebelum pukul 9.00 WITA. Waktu yang diberikan tersebut mereka manfaatkan sebaik-baiknya untuk beristirahat, mencari hiburan, atau sekedar refreshing di luar asrama menghilangkan penat selama beberapa hari dalam seminggu belajar rutin. Jenis aktivitas fisik siswa pada hari kerja umumnya dilakukan dengan kegiatan tidur, kelas, kantor, lapangan, kebersihan, ibadah, dan makan dimana kegiatan siswa tersebut sudah diatur sesuai jadwal yang ditentukan di dalam asrama mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Rutinnya kegiatan setiap harinya dimulai pada pukul 04.30 WITA dan berakhir pada pukul 23.00 WITA dmulai dari bangun pagi, ibadah, olahraga, mandi, apel, proses belajarmengajar, makan dan istirahat. Di dalam pelaksanaan Pendidikan Polri ada tiga tahapan pendidikan, yaitu tahap I (tahap pembentukan atau disebut Bhayangkara Dasar), tahap II (tahap pengembangan), dan tahap III (tahap pembulatan). Tahap I dilaksanakan selama dua bulan, tahap II dilaksanakan 5

selama tiga bulan, dan tahap II dilaksanakan selama dua bulan. Tahap I diisi umumnya dengan latihan-latihan fisik untuk pembentukan fisik sehingga pada tahap ini siswa melakukan aktivitas yang berat atau sangat berat karena sebagian besar kegiatan adalah pembebanan fisik. Tahap II umumnya diisi dengan proses pembelajaran bersifat teori dalam kelas dan praktek di lapangan. Tahap III umumnya diisi dengan pengulangan dan pemantapan dari materi yang sudah diperoleh. Pada saat penelitian berlangsung, pendidikan kepolisian di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan sudah memasuki tahap III sehingga kegiatan-kegiatan yang sifatnya pembebanan fisik seperti pada tahap I sudah berkurang. Oleh karena itu, aktivitas fisik yang dilakukan siswa yang diperoleh pada saat penelitian umumnya tergolong aktivitas ringan. Ketahanan Fisik Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan fisik sebagian besar sampel tergolong baik (9,2%) dan selebihnya tergolong cukup (0,5%) dan istimewa (8,3%). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Rahmawati dkk. (2005) pada Taruna Akademi Kepolisian Semarang, menunjukkan bahwa ketahanan fisik sebagian besar sampel tergolong baik (90,0%) dan selebihnya tergolong sedang (5,0%) dan sangat baik (5,0%). Ketahanan fisik adalah kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan energi untuk melakukan aktivitas fisik pada waktu luang dan aktivitas fisik yang bersifat mendadak. Unsurunsur yang dapat mempengaruhi ketahanan fisik adalah daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan otot yang berhubungan dengan proses penggunaan energi dalam otot tubuh yang terdiri dari proses aerobik dan anaeobik (Fatmah, 20). Kesegaran jasmani erat kaitannya dengan kegiatan manusia dalam melakukan pekerjaan dan bergerak (Widodo & Kusnanik, 203). Kesegaran jasmani yang dibutuhkan manusia untuk bergerak dan melakukan pekerjaan bagi setiap individu tidak sama, sesuai dengan gerak atau pekerjaan yang dilakukan. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh karyawan berbeda dengan anggota TNI, berbeda pula dengan olahragawan, pelajar, dan sebagainya. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan orang dewasa, bahkan tingkat kebutuhannya sangat individual (Putra & Avandi, 203). Ketahanan fisik siswa di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan diperoleh dengan latihan-latihan fisik yang teratur dan konsumsi makanan yang disediakan oleh institusi selama menjalankan pendidikan kepolisian. Latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani (Wardani & Roosita, 2008). Selanjutnya, derajat kesehatan dan kebugaran individu dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, 6

genetik, status gizi, dan aktivitas fisik (Fatmah, 20). Oleh karena itu, ketahanan fisik siswa yang diperoleh pada saat penelitian umumnya tergolong ketahanan fisik baik. Hubungan Status Gizi dengan Ketahanan Fisik Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang berstatus gizi kurus memiliki ketahanan fisik yang tergolong istimewa. Sebagian besar sampel yang berstatus gizi normal memiliki ketahanan fisik yang tergolong baik (9,6%) dan selebihnya tergolong cukup (0,5%) dan istimewa (7,9%). Semua sampel yang berstatus gizi overweight memiliki ketahanan fisik yang tergolong baik. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan ketahanan (p = 0,88; r = -0,095) menggunakan uji Spearman Correlation antara nilai IMT dengan nilai skala kesamaptaan jasmani. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Setyowati (2008) pada siswa di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD Bogor, Jawa Barat, menunjukkan bahwa sebagian besar sampel yang berstatus gizi normal memiliki ketahanan fisik yang tergolong sempurna (8,2%) dan selebihnya tergolong bagus (,4%) dan bagus sekali (7,4%). Semua sampel yang berstatus gizi overweight tingkat ringan memiliki ketahanan fisik bagus. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan ketahanan fisik (p = 0,025; r = -0,268) menggunakan uji Pearson Correlation. Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler (Setiawan & Rahardjo, 203). Seseorang haruslah melakukan latihan-latihan olahraga yang cukup, mendapatkan gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya, dan tidur untuk mendapatkan kebugaran yang baik. Status gizi akan baik diperoleh dari gizi yang memadai yang secara langsung berpengaruh pada kebugaran fisik (Ali, 202). Status gizi sebagian besar sampel menurut IMT tergolong normal (98,5%), sehingga apabila IMT meningkat dari IMT normal (>24,9 kg/m 2 ) maka ketahanan fisik cenderung semakin menurun. Sehingga tidak ada hubungan antara status gizi dengan ketahanan fisik. Ketahanan fisik siswa di SPN Batua Makassar tidak hanya diperoleh dari gizi yang optimal melainkan diperoleh dari latihan-latihan pembebanan fisik yang sudah dilakukan secara baik, benar, terukur, dan teratur selama pendidikan. Selain itu, ketahanan fisik siswa dipengaruhi oleh turun tidaknya keadaan/status kesehatan pada saat pengukuran kesamaptaan jasmani dilaksanakan. Faktor gizi hanya sebagai faktor pendukung ketahanan fisik siswa dimana status gizi sebagian besar dipengaruhi oleh konsumsi energi dan zat gizi siswa melalui penyelenggaraan makanan di asrama. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Fisik Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang tergolong aktivitas fisik ringan memiliki ketahanan fisik yang tergolong cukup (0,5%), baik (9,2%) dan istimewa 7

(8,3%). Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan ketahanan fisik (p = 0,88; r = -0,07) menggunakan uji Spearman Correlation antara nilai METs dengan nilai kesamaptaan jasmani. Organ yang paling aktif pada saat aktivitas fisik adalah otot rangka (Wardani & Roosita, 2008). Akibat aktivitas otot rangka yang dilakukan secara teratur dan terukur, maka memberi pengaruh secara langsung maupun tidak terhadap fungsi organ tubuh yang lain. Selanjutnya akan meningkatkan taraf kesehatan dan kebugaran (Widodo & Kusnanik, 203). Taraf kesehatan dan kebugaran yang meningkat disebabkan oleh fungsi jantung dan sirkulasi, fungsi respirasi, darah dan sistem pertahanan tubuh, meningkatnya kinerja neuro-muskular (sistem saraf dan otot), dan memacu perkembangan tulang-belulang (skeleton) (Fatmah, 20). Secara teori, dengan meningkatkan aktivitas fisik dengan cara latihan fisik atau olahraga yang baik, benar, terukur, dan teratur dapat meningkatkan derajat kebugaran jasmani (ketahanan fisik). Tetapi, hasil yang didapatkan dari penelitian bertolak belakang dikarenakan tidak terdapat variasi kategori aktivitas fisik yang dilakukan siswa di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan. Data aktivitas fisik ini belum mewakili pola aktivitas yang sebenarnya dilakukan siswa setiap harinya mulai awal masuk pendidikan hingga saat penelitian, karena hanya dilihat dan diukur pada saat penelitian berlangsung saja. Baik tidaknya ketahanan fisik siswa di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan tidak diperoleh hanya dengan melakukan aktivitas fisik dalam sehari atau dua hari saja seperti pada penelitian yang dilakukan. Tetapi, ketahanan fisik tersebut diperoleh dari latihan-latihan pembebanan fisik yang sudah dilakukan secara teratur sejak awal pendidikan hingga diakhir pendidikan nantinya. Karena latihan-latihan fisik tersebut adalah bagian dari pelaksanaan Dasar Kebhayangkaraan Pendidikan Kepolisian dimana tujuan akhir pendidikan yakni terbentuknya postur tubuh yang ideal dan sehat samapta agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Supriyanto (203) terhadap siswa ekstrakulikuler bola bsaket di SMP Negeri 2 Ketapang Kabupaten Sampang mengemukakan bahwa beberapa kegiatan fisik seperti latihan lari angkat paha, lompat tepuk, push up dengan pola circuit training dapat memberikan peningkatan kesegaran jasmani pada siswa ekstrakulikuler bola basket. Oleh karena itu, ketahanan fisik siswa yang diperoleh pada saat penelitian umumnya tergolong ketahanan fisik baik disebabkan adanya pola latihan fisik yang selama ini dijalankan dalam pendidikan. 8

KESIMPULAN Status gizi siswa sebanyak 0,5% kurus, 98,5% normal, dan,0% kelebihan berat badan (overweight) berdasarkan nilai IMT. Aktivitas fisik semua siswa tergolong ringan berdasarkan nilai METs. Ketahanan fisik siswa sebanyak 0,5% cukup, 9,2% baik, dan 8,3% istimewa berdasarkan nilai skala kesamaptaan jasmani. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara status gizi dengan ketahanan fisik siswa (p = 0,88; r = -0,095) dan terdapat pula hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan ketahanan fisik siswa (p = 0,88; r = - 0,07). SARAN Perlu diadakan penelitian selanjutnya, dilakukan pemantauan status gizi, asupan makan, dan pengukuran ketahanan fisik secara berkala serta bagi para siswa agar tetap menjaga dan mempertahankan status gizinya pada batas normal dengan memperhatikan pola makan dan aktivitas fisik. DAFTAR PUSTAKA Adrianto, EH. & DNA. Ningrum. 200. Hubungan antara Tingkat Kesegaran Jasmani dan Status Gizi dengan Produktivitas Kerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5 (2), hal. 45-50. Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ali, M. 202. Kontribusi Status Gizi dan Motivasi Belajar terhadap Kesegaran Jasmani Mahasiswa Porkes Unja. Jurnal Cerdas Sifa, (), hal. 9-98. Anwar, F. & H. Riyadi. 2009. Status Gizi dan Status Kesehatan Suku Baduy. Jurnal Gizi dan Pangan, 4 (2), hal. 72-82. Berlian, MA. & A. Pranoto. 2009. Profil Nilai Kesamaptaan Jasmani dan Sindrom Metabolik pada Penerbang TNI Angkatan Udara. Media Gizi & Keluarga, 4 (2), hal. 9-96. Fatmah. 20. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk Agung. Hapsari, M., ST. Penggalih & E. Huriyati. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi dan Stamina Atlet pada Sebuah Klub Sepak Bola. Berita Kedokteran Masyarakat, 23 (4), hal. 92-99. Kusnan, DEA. 2006. Keseimbangan Energi dan Ketahanan Fisik Siswa Pukdikzi Kodiklat TNI AD pada Saat Puasa. Jurnal Gizi dan Pangan, (2), hal. 78-82. Marliyati, SA., M. Simanjuntak & DS. Kencana. 200. Sosial Ekonomi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pria Dewasa dalam Kaitannya dengan Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner di Pedesaan dan Perkotaan Bogor, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 5 (), hal. 5-25. Mulyana. 2006. Pengaruh Pembebanan Fisikal dalam Pendidikan Dasar Kebhayangkaraan pada Pendidikan Pembentukan Kepolisian, Dianalisis dengan Menggunakan Analisis Konfirmator. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 6 (6), hal. 77-86. 9

Putra, AP. & RI. Avandi. 203. Analisis Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa SMA Putera Kelas X (Study pada SMA PGRI, SMA Negeri 2 dan 3 Jombang). Jurnal Pendidikan Jasmani, (), hal. -6. Rachmawati, R., D. Briawan & H. Riyadi. 2005. Konsumsi Pangan, Pengeluaran Energi dan Ketahanan Fisik Taruna Akademi Kepolisian Semarang. Media Gizi & Keluarga, 29 (), hal. 57-67. Setiawan, TA. & B. Rahardjo. 203. Hubungan Status Gizi terhadap Kesegaran Jasmani pada Siswa Putera Kelas VII SMP Negeri Budoran Sidoarjo. Jurnal Kesehatan Olahraga, (), hal. -9. Setyowati, RD. 2008. Sistem Penyelenggaraan Makanan, Tingkat Konsumsi, Status Gizi Serta Ketahanan Fisik Siswa Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD Bogor, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 3 (2), hal. 79-85. SK Kalemdiklat Polri. 2008. Pedoman Pelaksanaan Dasar Bhayangkara Pendidikan Pembentukan Brigadir Polri. Jakarta: Mabes Polri Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. SK Kalemdiklat Polri. 2007. Pedoman Penilaian Peserta Pendidikan Polri. Jakarta: Mabes Polri Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. Supriyanto. 203. Pengaruh Latihan Lari Angkat Paha, Lompat Tepuk, Push-Up dengan Pola Circuit Training terhadap Peningkatan Kesegaran Jasmani (Studi pada Siswa Ekstrakulikuler Bola Basket SMP Negeri 2 Ketapang Kabupaten Sampang). Jurnal Prestasi Olahraga, (), hal. -20. Susilowati. 2007. Faktor-Faktor Kesegaran Jasmani pada Polisi Lalu Lintas di Kota Semarang. Media Gizi & Keluarga, 4 (2), hal. 9-98. Wardani, NEJ. & K. Roosita. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi dan Produktivitas Kerja Pria Dewasa: Studi Kasus di Perkebunan Teh Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal Gizi dan Pangan, 3 (2), hal. 7-78. Widodo, BS. & NW. Kusnanik. 203. Tingkat Kesegaran Jasmani pada Siswa SMP Negeri 2 Krembung dan SMP Negeri 2 Sidoarjo. Jurnal Prestasi Olahraga, (), hal. -5. 0

Tabel. Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Penelitian di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan Tahun 203 Status Gizi Menurut IMT Kurus Normal Kelebihan Berat Badan (Overweight) Variabel Penelitian n % 90 2 0,5 98,5,0 Aktivitas Fisik Menurut Nilai METs Aktivitas Ringan Aktivitas Fisik Hari Libur Aktivitas Ringan Aktivitas Fisik Hari Kerja Aktivitas Ringan Aktivitas Sendang Ketahanan Fisik Menurut Skala Penilaian Kesamaptaan Jasmani Cukup Baik Istimewa 93 93 88 5 76 6 97,4 2,6 0,5 9,2 8,3 Sumber: Data Primer, 203 Total 93 Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Tabulasi Silang Antara Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Fisik Siswa di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan Tahun 203 Status Gizi Kurus Normal Overweight Ketahanan Fisik Total Cukup Baik Istimewa n % n % n % n % 0 0 0,0 0,5 0,0 0 74 2 0,0 9,6 5 0 7,9 0,0 90 2 Aktivitas Fisik Aktivitas Ringan 0,5 76 9,2 6 8,3 93 Total 0,5 76 9,2 6 8,3 93 Sumber: Data Primer, 203

Tabel 3. Hasil Uji Spearman Correlation antara Nilai IMT dan Nilai METs dengan Nilai Skala Penilaian Kesamaptaan Jasmani Siswa di SPN Batua Makassar, Sulawesi Selatan Tahun 203 Variabel Uji Nilai IMT (kg/m 2 ) Nilai METs rata-rata aktivitas fisik N 93 93 Sumber: Data Primer, 203 Nilai Skala Kesamaptaan Jasmani Nilai Signifikan Koefisien Korelasi (p) (r) Ket. 0,88-0,095 Tidak signifikan 0,88-0,07 Tidak signifikan 2