1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

BAB V RENCANA PENANGANAN

Gambar 1.1. Peta Potensi Ikan Perairan Indonesia (Sumber

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 7

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

BAB IX BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (BREAKWATER)

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

BAB VI ALTERNATIF PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

Bambang Istijono 1 *, Benny Hidayat 1, Adek Rizaldi 2, dan Andri Yosa Sabri 2

PENGAMANAN PANTAI DI WILAYAH PROVINSI BANTEN Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan.

METODE PELAKSANAAN GROIN (BANGUNAN PENGAMAN PANTAI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

BAB V EVALUASI KINERJA PELABUHAN

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN REVETMENT MENGGUNAKAN TUMPUKAN BRONJONG DI PANTAI MEDEWI JEMBRANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun oleh : DHANANG SAMATHA PUTRA L2A DWI RETNO ANGGRAENI L2A Disetujui pada : Hari : Tanggal : November 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

STUDI KECEPATAN JATUH SEDIMEN DI PANTAI BERLUMPUR (STUDI KASUS LOKASI PANTAI BUNGA BATUBARA SUMATERA UTARA)

1. DEFINISI BENDUNGAN

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Pengelolaan sumber daya air adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MAKALAH PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI REVETMENT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Waduk yang sangat strategis di karsidenan Banyumas yang terdiri dari

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Gambar 2.1 Batasan Pantai (Triatmodjo B, 1999)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

SDA RPT0. Konsep. Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume I : Umum Bagian 7 : Pekerjaan Dewatering

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

Prakata. Penulisan pedoman ini mengacu pada Pedoman BSN No. 8 Tahun 2000 dan ketentuan terkait lainnya yang berlaku.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

JUSTIFIKASI TEKNIS PERUBAHAN VOLUME PEKERJAAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus, dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab terjadinya erosi pantai seperti pembukaan lahan baru dengan menebang hutan mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan -ikan karang), sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir. Salah satu metode penanggulangan erosi pantai adalah penggunaan struktur pelindung pantai, dimana struktur tersebut berfungsi sebagai peredam energi gelombang pada lokasi tertentu. Namun banyak tulisan sebelumnya bahwa struktur pelindung pantai dengan material batu alam yang cenderung tidak ramah lingkungan dan tidak ekonomis lagi apabila dilaksanakan pada daerah-daerah pantai yang mengalami kesulitan dalam memperoleh material tersebut. Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu menahan kerusakan karena serangan gelombang, mengubah laju transpor sedimen sepanjang pantai, mengurangi energi gelombang yang sampai ke pantai, dan reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain. 1

Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai, konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai, dan konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar garis pantai. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya. 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami bangunan pantai dan beberapa contohnya. 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Bangunan Pantai Secara umum bangunan pantai dibagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah dinding pantai atau revetment yang dibangun pada garis pantai atau di daratan yang digunakan untuk melindungi pantai langsung dari serangan gelombang. Kelompok kedua meliputi groin dan jetty. Groin adalah bangunan yang menjorok ke arah laut yang digunakan untuk menangkap/menahan gerak sedimen sepanjang pantai, sehingga transport sedimen sepanjang pantai berkurang/berhenti. Biasanya groin dibuat secara berseri, yaitu beberapa groin dibuat dengan jarak antara groin tertentu di sepanjang pantai yang dilindungi. Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang ditempatkan di kedua sisi muara sungai. Bangunan ini digunakan untuk menahan sedimen/pasir yang bergerak sepanjang pantai masuk dan mengendap di muara sungai. Kelompok ketiga adalah pemecah gelombang ( breakwater) yang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai. Bangunan tipe pertama banyak digunakan sebagai pelindung pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum mencapai pantai. Bangunan ini dapat dibuat dalam satu rangkaian pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah dengan panjang tertentu. Bangunan tipe kedua biasanya digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan perairan pelabuhan dari gelombang sehingga kapal-kapal dapat merapat ke dermaga untuk melakukan bongkar-muat barang dan menaik turunkan penumpang. Menurut bentuknya bangunan pantai dapat dibedakan menjadi bangunan sisi miring dan tegak. Termasuk dalam kelompok pertama adalah bangunan dari tumpukan batu yang bagian luarnya diberi lapis 3

pelindung yang terbuat dari batu-batu ukuran besar, blok beton, atau batu buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti tetrapod, quadripods, tribars, dolos dan sebagainya. Lapis pelindung ini harus mampu menahan serangan gelombang sedangkan yang termasuk tipe kedua adalah bangunan yang terbuat dari pasangan batu, kaison beton, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton dan sebagainya. Tipe bangunan pantai yang digunakan biasanya ditentukan oleh ketersediaan material di atau di dekat lokasi pekerjaan, kondisi dasar laut, kedalaman air, dan ketersediaan perlatan untuk pelaksanaan pekerjaan. Batu adalah salah satu bahan utama yang digunakan untuk membuat bangunan. Faktor penting lainnya adalah karakteristik dasar laut yang mendukung bangunan tersebut dibawah pengaruh gelombang. 2.2. Contoh Bangunan Pantai Berikut ini beberapa contoh bangunan pantai yaitu : 2.2.1. Dinding Pantai atau Revetment Gambar 1. Rip-Rap Revetment Dinding pantai atau revetment adalah bangunan yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang ( overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. 4

Permukaan bangunan yang mengahadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal, sedang revetment mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu, atau tumpukan batu. Gambar 2. menunjukkann penempatan revetment dan bentuk tampang lintangnya. Bangunan tersebut terbuat dari tumpukan batu dengan lapis luarnya terdiri dari batu dengan ukuran yang lebih besar. Gambar 2. Penempatan Revetment Dan Bentuk Tampang Lintangnya Dalam perencanaan revetment, perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan, dan tanah fondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan sebagainya. Fungsi bangunan akan menentukan pilihan bentuk. Permukaan bangunan dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga. Bangunan sisi tegak dapat juga digunakan sebagai dermaga atau tempat penambatan kapal. Tetapi sisi tegak kurang efektif terhadap serangan 5

gelombang terutama terhadap limpasan dibanding dengan bentuk lengkung (konkaf). Pemakaian sisi tegak dapat mengakibatkan erosi yang cukup besar atau dasar bangunan berada di air dangkal. Untuk mencegah erosi tersebut, diperlukan perlindungan didasar bangunan yang berupa batu dengan ukuran dan gradasi tertentu. Untuk mencegah keluarnya butir-butir tanah halus melalui sela-sela batuan yang dapat berakibat terjadinya penurunan bangunan, pada dasar fondasi diberi lapis geotextile. Sisi miring dan kasar dapat menghancurkan dan menyerap energi gelombang, mengurangi kenaikan gelombang ( wave runup), limpasan gelombang, dan erosi dasar. Bangunan dengan sisi lengkung konkaf adalah yang paling efektif untuk mengurangi limpasan gelombang. Apabila puncak bangunan digunakan untuk jalan atau maksud lain, bentuk ini merupakan yang paling baik untuk perlindungan puncak bangunan. Seperti telah dijelaskan bahwa salah satu fungsi utama revetment adalah menahan terjadinya limpasan gelombang. Air yang melimpas di belakang bangunan akan terinfiltrasi melalui permukaan tanah dan mengalir kembali ke laut. Apabila perbedaan elevasi muka air di belakang dan di depan bangunan cukup besar dapat menimbulkan kecepatan aliran cukup besar yang dapat menarik butiran tanah di belakang dan pada fondasi bangunan ( piping). Keadaan ini dapat mengakibatkan rusak/runtuhnya bangunan. Penanggulangan dari keadaan tersebut dapat dilakukan dengan : 1) Membuat elevasi puncak bangunan cukup tinggi sehingga tidak terjadi limpasan, 2) Di belakang bangunan dilindungi dengan lantai beton atau aspal dan dilengkapi dengan saluran drainase, 3) Dengan membuat konstruksi yang dapat menahan terangkutnya butiran tanah/pasir, misalnya dengan menggunakan geotextile yang berfungsi sebagai saringan. Di dalam perencanaan revetment perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya erosi di kaki bangunan. Kedalaman erosi yang terjadi 6

tergantung pada bentuk sisi bangunan, kondisi gelombang, dan sifat tanah dasar. Untuk melindungi erosi tersebut maka pada kaki bangunan ditempatkan batu pelindung. Selain itu pada bangunan sisi tegak harus dibuat turap yang terpancang di bawah sisi depan bangunan yang berfungsi untuk mencegah gerusan di bawah bangunan. Kedalaman erosi maksimum terhadap tanah dasar asli adalah sama dengan tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di depan bangunan. Gambar 3. Dinding Pantai Yang Bisa Terbuat Dari Beton Atau Pasangan Batu Gambar 3. di atas adalah dinding pantai yang bisa terbuat dari beton atau pasangan batu. Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat. Apabila tanah dasar relatif lunak, maka diperlukan fondasi tiang. 7

Gambar 4. Dinding Pantai Dengan Sisi Tegak Yang Bisa Terbuat Dari Turap Baja, Kayu, Atau Bambu Gambar 4. di atas adalah dinding pantai dengan sisi tegak yang bisa terbuat dari turap baja, kayu atau bambu. Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat atau bertambatnya perahu- tanah di perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan belakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung. Gambar 5. Dinding Pantai Yang Terbuat Dari Tumpukan Bronjong 8

Gambar 5. di atas adalah contoh dinding pantai yang terbuat dari tumpukan bronjong. Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah ( runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastik. Gambar 6. Revetment Dari Tumpukan Batu Pecah Yang Dibuat Dalam Beberapa Lapis Gambar 6. di atas adalah revetment dari tumpukan batu pecah yang dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangann gelombang. Lapis dibawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran yang lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. 9

Kerusakan yang terjadi seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu pelindung tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan baut pelindung di lokasi bangunan. Gambar 7. Revetment Yang Terbuat Dari Tumpukan Pipa (Buis) Beton Gambar 7. di atas adalah revetment yang terbuat dari tumpukan pipa (buis) beton. Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia, seperti beberapa pantai di Manado, Pangandaran, Pekalongan, Tuban, Bali, dan beberapa daerah lainnya. Bangunan ini terbuat dari pipa beton yang berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong- gorong. 2.2.2. Pemecah Gelombang (Breakwater) Breakwater merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pelabuhan dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut. Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal dapat keluar/masuk pelabuhan melalui celah tersebut. Dengan 10

adanya breakwater ini daerah perairan pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah. Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang lepas pantai. Gambar 8. Pemecah Gelombang Sambung Pantai Gambar 9. Pemecah Gelombang Lepas Pantai 11

Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai. Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh celah. Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air, dan tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan). 12

Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut. Dari jenis PGLP (Pemecah Gelombang Lepas Pantai) maupun PGSP (Pemecah Gelombang Sambung Pantai) terdapat tiga tipe pemecah gelombang yakni : 1) Pemecah Gelombang Sisi Miring (PGSM) PGSM biasanya terbuat dari tumpukan batu alam, blok beton, gabungan antara blok beton dengan batu pecah, serta batu buatan dari beton dengan bentuk khusus seperti Tetrapod, Quadripod, Tribars, Dolos, dan sebagainya. Gambar 10. Batu Buatan Dari Beton Dengan Bentuk Khusus 13

Gambar 11. Pemecah Gelombang Dengan Lapis Lindung Tetrapod Gambar 12. Pemecah Gelombang Dengan Lapis Pelindung Blok Beton Pemecah gelombang jenis ini banyak digunakan di Indonesia sebab sebagian besar dasar laut di perairan Indonesia terdiri dari tanah lunak (soft clay) serta tersedianya batu alam sebagai bahan utama PGSM. Pada bagian atas PGSM dilengkapi dengan dinding beton yang berfungsi untuk menahan limpasan air di atas bangunan. Gambar 13. Bangunan Pantai Sisi Miring Yang Terdiri Dari Tumpukan Batu 14

Ada dua macam PGSM, yaitu : a) Overtopping Breakwater Merupakan pemecah gelombang yang direncanakan dengan memperkenankan air melimpas di atas pemecah gelombang. Pemecah gelombang tipe ini biasanya direncanakan apabila di daerah yang dilindungi tidak begitu sensitif terutama terhadap gelombang yang terjadi akibat adanya overtopping. b) Non-Overtopping Breakwater Merupakan pemecah gelombang yang direncanakan dengan tidak memperkenankan air melintas di atas bangunan tersebut. Pemecah gelombang ini direncanakan apabila daerah yang dilindungi sensitif terhadap gelombang jika terjadi overtopping. Keuntungan tipe PGSM ini yaitu : a) Elevasi puncak bangunan rendah, b) Gelombang refleksi kecil/meredam energy gelombang, c) Kerusakan berangsur-angsur, d) Perbaikan mudah e) Murah. Kerugian tipe PGSM ini yaitu : a) Dibutuhkan jumlah material besar, b) Pelaksanaan pekerjaan lama, c) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan besar, d) Lebar dasar besar. 2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak (PGST) PGST dibuat apabila tanah dasar (seabed) mempunyai daya dukung yang besar dan tahan terhadap erosi. Apabila seabed mempunyai lapisan atas berupa lumpur atau pasir halus, maka lapisan tersebut harus dikeruk 15

terlebih dahulu kemudian dibuat pondasi dari tumpukan batu untuk menyebarkan beban pada luasan yang lebih besar. Dasar tumpukan batu ini dibuat agak lebar sehingga kaki bangunan dapat lebih aman terhadap penggerusan. PGST dapat dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal, kaison beton, turap beton, baja dan sebagainya. Suatu blok beton mampunyai berat antara 10 sampai 50 ton. Gambar 14. Pemecah Gelombang Sisi Tegak Dari Blok Beton Dalam perencanaan pemecah gelombang sisi tegak, perlu diperhatikan hal-ha sebagai berikut : a) Tinggi gelombang maksimum yang direncanakan harus ditentukan dengan baik, karena stabilitas PGST terhadap penggulingan merupakan faktor penting. b) Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya Clapotis, yaitu superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul menjadi gelombang stasioner. c) Pondasi bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan yang dapat membahayakan stabilitas bangunan. 16

Keuntungan tipe PGST ini yaitu : a) Pelaksanaan pekerjaan cepat, b) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil, c) Luas perairan pelabuhan lebih besar, d) Sisi dalamnya dapat digunakan sebagai dermaga atau tempat tambatan, e) Biaya perawatan kecil. Kerugian tipe PGST ini yaitu : a) Mahal, b) Elevasi puncak bangunan tinggi, c) Tekanan gelombang besar, d) Diperlukan tempat pembuatan kaison yang luas, e) Kalau rusak sulit diperbaiki, f) Diperlukan peralatan berat, g) Erosi kaki pondasi. 3) Pemecah Gelombang Campuran (PGC) Pada dasarnya, terdapat tiga Pemecah gelombang campuran terdiri dari PGST yang dibuat di atas pemecah gelombang tumpukan batu (rubble mound). Bangunan ini dibuat apabila kedalaman air macam PGC, yaitu : a) Tumpukan batu dibuat sampai setinggi muka air tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak hanya sebagai penutup bagian atas. b) Tumpukan batu dibuat setinggi muka air terendah sedangkan bangunan tegak harus menahan air tertinggi (pasang). 17

Gambar 15. Pemecah Gelombang Campuran Keuntungan tipe PGC ini yaitu : a) Pelaksanaan pekerjaan cepat, b) Kemungkinan kerusakan pada waktu pelaksanaan kecil, c) Luas perairan pelabuhan besar. Kerugian tipe PGC ini yaitu : a) Mahal, b) Diperlukan tempat pembuatan kaison yang luas, c) Diperlukan peralatan berat. 2.2.3. Jetty Jetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakkan di kedua sisi muara sungai yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Pada penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan dimuara dapat mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhadap pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas didepan muara gelombang pecah. Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan kapal masuk kemuara sungai. 18

Gambar 16. Jetty Selain untuk melindungi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai yang bermuara pada pantai yang berpasir dengan gelombang yang cukup besar sering mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir. Karena pengaruh gelombang dan angin, endapan pasir terbentuk di muara. Transport akan terdorong oleh gelombang masuk kemuara dan kemudian diendapkan. Endapan yang sangat besar dapat menyebabkan tersumbatnya muara sungai. Penutupan muara sungai dapat menyebabkan terjadinya banjir didaerah sebelah hulu muara. Pada musim penghujan air banjir dapat mengerosi endapan sehingga sedikit demi sedikit muara sungai terbuka kembali. Selama proses penutupan dan pembukaan kembali tersebut biasanya disertai dengan membeloknya muara sungai dalam arah yang sama dengan arah transport sedimen sepanjang pantai. Jetty dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut, mengingat fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir, maka dapat digunakan salah satu dari bangunan berikut, yaitu jetty panjang, jetty sedang, jetty pendek. Jetty panjang apabila ujungnya berada diluar gelombang pecah. Tipe ini efektif untuk menghalangi masuknya sedimen 19

kemuara, tetapi biaya konstruksi sangat mahal, sehingga kalau fungsinya hanya untuk penanggulangan banjir maka penggunaan jetty tersebut tidak ekonomis. Kecuali apabila daerah yang harus dilindungi terhadap banjir sangat penting. Jetty sedang dimana ujungnya berada antara muka air surut dan lokasi gelombang pecah, dapat menahan sebagian transport sedimen sepanjang pantai. Alur diujung jetty masih memungkinkan terjadinya endapan pasir. Pada jetty pendek, kaki ujung bangunan berada pada permukaan air surut. Fungsi utama bangunan ini adalah menahan berbeloknya muara sungai dan mengkonsentrasikan aliran pada alur yang telah ditetapkan untuk bisa mengerosi endapan, sehingga pada awal musim penghujan di mana debit besar (banjir) belum terjadi, muara sungai telah terbuka. Selain ketiga tipe jetty tersebut, dapat pula dibuat bangunan yang ditempatkan pada kedua sisi atau hanya satu sisi tebing muara yang tidak menjorok ke laut. Bangunan ini sama sekali tidak mencegah terjadinya endapan dimuara, fungsi bangunan ini sama dengan jetty pendek, yaitu mencegah berbeloknya muara sungai dengan mengkonsentrasikan aliran untuk mengerosi endapan. 2.2.4. Groin (Groyne) Groin adalah bangunan pelindung pantai yang biasanya dibuat tegak lurus garis pantai dan berfungsi untuk menahan pengiriman sedimen sepanjang pantai, sehingga bisa mengurangi/menghentikan erosi yang terjadi. Bangunan ini juga bisa digunakan untuk menahan masuknya pengiriman sedimen sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai. Groin hanya bisa menahan pengiriman sedimen sepanjang pantai dalam disepanjang pantai terjadi pengiriman sedimen sepanjang pantai. Groin yang ditempatkan dipantai akan menahan gerak sedimen tersebut, sehingga sedimen mengendap disisi sebelah hulu (terhadap arah pengiriman sedimen sepanjang pantai). Di sebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi, sementara suplai dari sebelah hulu terhalang 20

oleh bangunan, akibatnya daerah di hilir groin mengalami difisit sedimen sehingga pantai mengalami erosi. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan garis pantai yang akan terus berlangsung sampai dicapai suatu keseimbangan baru. Keseimbangan baru tersebut tercapai pada saat sudut yang dibentuk oleh gelombang pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, dimana tidak terjadi angkutan sedimen sepanjang pantai. Gambar 17. Groin (Groyne) 2.2.5. Seawall Gambar 18. Seawall Seawall hampir serupa dengan revetment (struktur pelindung pantai yang dibuat sejajar pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu 21

dibuat sejajar pantai tetapi seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat dikatakan sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap kekuatan gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi gelombang, tetapi gelombang yang memukul permukaan seawall akan dipantulkan kembali dan menyebabkan gerusan pada bagian tumitnya. 2.2.6. Artificial Headland Tanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang ujung pantai mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses-proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat memberikan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif dari berbagai macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir, namun umurnya biasanya tidaklah panjang antara 1 sampai 5 tahun. Gambar 19. Artificial Headland Tanjung buatan berfungsi menstabilkan daerah pesisir pantai, membentuk garis pantai semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang akan hilang pada daerah shoreline 22

dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari tanjung. Struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan. Jika erosi berlangsung terus-menerus tanjung mungkin perlu diperpanjang atau dipindahkan untuk mencegah kegagalan struktural, meskipun tanjung buatan akan terus memberikan perlindungan sebagai breakwaters perairan dekat pantai. 2.2.7. Beach Nourishment Beach Nourishment merupakan usaha yang dilakukan untuk memindahkan sedimentasi pada pantai ke daerah yang terjadi erosi, sehingga menjaga pantai tetap stabil. Gambar 20. Beach Nourishment Kita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir. Stabilitasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplai pasir ke daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus, maka suplai pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir. Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sisi lain dari pantai. 23

2.2.8. Terumbu Buatan Terumbu buatan ( artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika usaha ini telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mulamula dilakukan dengan menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk menarik dan meningkatkan populasi ikan. Di Indonesia, terumbu buatan mulai disadari peranan dan kehadirannya oleh masyarakat luas sejak tahun 1980-an, pada saat dimana Pemda DKI. Jakarta menyelenggarakan program bebas becak, dengan merazia seluruh becak yang beroperasi di ibu kota dan kemudian mengalami kesulitan dalam penampungannya, sehingga pada akhirnya bangkai becak tersebut dibuang ke laut. Berbagai macam cara, baik tradisional maupun modern, bentuk dan bahan telah digunakan sebagai terumbu buatan untuk meningkatkan kualitas habitat ikan dan biota laut lainnya. Gambar 21. Terumbu Buatan Dari Kubus Berongga Saat ini sedang terjadi pergeseran paradigma rekayasa pantai dari pendekatan rekayasa secara teknis yang lugas ( hard engineering approach) ke arah pendekatan yang lebih ramah lingkungan (soft engineering approach). Salah satu contoh misalnya adalah bangunan pemecah gelombang (breakwater) yang semula ambangnya selalu terletak di atas muka air laut, kini diturunkan elevasinya hingga terletak dibawah muka air laut. 24

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Bangunan pantai merupakan bangunan yang digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Sesuai dengan fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu : a) Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar dengan garis pantai. Bangunan yang termasuk dalam kelompok ini adalah dinding pantai atau revetment. b) Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai. Kelompok ini meliputi groin dan jetty. c) Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah pemecah gelombang ( breakwater), yang dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang lepas pantai dan pemecah gelombang sambung pantai. Selain itu, bangunan pantai juga terdiri dari Seawall, Artificial Headland, Beach Nourishment, dan Terumbu Buatan. 3.2. Saran Dalam merencanakan suatu bangunan pantai hendaknya ikut berperan dalam proses pengamanan pantai tersebut yaitu dengan ikut melestarikan ekosistem laut beserta isinya, melakukan pembangunan sesuai peraturan yang berlaku agar tidak melewati garis pantai, serta tidak melakukan penambangan pasir atau perusakan karang. 25

DAFTAR PUSTAKA WEBSITE http://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/ http://resashogi.blogspot.com/2012/05/bangunan-pelindung-pantai.html http://nikmah26.wordpress.com/2013/09/02/breakwater-teknik-kelautan/ http://gilang21.webs.com/apps/blog/show/2870664 http://operator-it.blogspot.com/2013/11/bangunan-pelindung-pantaibagian-2.html http://operator-it.blogspot.com/2013/11/bangunan-pelindung-pantaibagian-1.html http://geologirekayasaunhas.blogspot.com/2011/05/bangunan-pelindungpantai.html http://www.scribd.com/doc/182490706/makalah-konstruksi-bangunan- Pantai-pdf 26