BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Pada studi ini telah dilakukan pengkajian mengenai perilaku transmisi gelombang dan stabilitas susunan kantong pasir. Pengaruh beberapa parameter terhadap transmisi gelombang maupun stabilitas pada pemecah gelombang kantong pasir tipe tenggelam dikaji pada penelitian ini. Penelitian ini bersifat pengujian eksperimental yang dilakukan di kolam gelombang dengan lebar 0,80meter, kedalaman 0,80meter dengan panjang 20meter. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari pengujian transmisi gelombang maupun stabilitas susunan kantong pasir adalah sebagai berikut: 1. Permukaan relatif halus dan koefisien permabilitas susunan yang relatif kecil, 2,10-2 cm/detik (Recio dan Oumeraci, 2008a), merupakan karakter yang dimiliki oleh kantong pasir. Kondisi tersebut menyebabkan susunan kantong pasir mempunyai karakter hidrolis berbeda dibandingkan susunan batuan. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil prediksi model transmisi gelombang pemecah gelombang tipe rubble-mound (Van der Meer, 1991; van der Meer, et al., 2005; Seabrooks dan Hall, 1998), serta pemecah gelombang tipe reef breakwater (Armono, 2003), dimana hasil prediksi tersebut memperlihatkan kecenderungan under-estimate dan over-estimate. Kondisi ini memberi pengertian bahwa pengurangan energi gelombang pada pemecah gelombang susunan kantong pasir lebih rendah dibandingkan pemecah gelombang tipe rubble-mound, namun lebih tinggi apabila dibandingkan reef breakwater. Penggunaan kantong pasir sebagai pemecah gelombang mempunyai kelebihan, yaitu dapat memanfaatkan bahan yang terdapat di lokasi pekerjaan (Yuwono, 1992; Zhu, et al., 2004), mengatasi kesulitan pengadaan batuan (Silvester dan Hsu, 1992; Restall, et. al., 2001; Zhu, et al, 2004; Shin dan Oh, 2007), kemudahan dalam pelaksanaan dan kemudahan pengadaan pasir yang banyak tersedia di lokasi (Zhu, et al., 2004). Atas dasar pertimbangan tersebut 137

2 di atas, penggunaan kantong pasir sebagai pemecah gelombang perlu dikembangkan sebagai pemecah gelombang alternatif. Sesuai hasil penggunaan model transmisi yang ada terhadap data pengujian menunjukkan hasil prediksi yang kurang akurat, maka perlu dikembangkan perumusan model transmisi gelombang susunan kantong pasir. Didasarkan pada variabel-variabel yang berperan dalam proses transmisi gelombang disusun suatu persamaan model transmisi gelombang. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: Untuk gelombang reguler: 1 Kt = (7-1) -4,917 0,461 0,288 0,116 d Bw Hi Ar 1+ 69,427 ( BLc) -0, h gt gt cot α Untuk gelombang irreguler: 1 Kt = (7-2) -3,632 0,385 0,333 0,179 d Bw Hi Ar 1+ 37,319 ( BLc) -0, h gt gt cot α Persamaan 7-1 dan 7-2 tersebut valid untuk kondisi sebagai berikut: Gelombang Irreguler Gelombang Reguler minimum maximum minimum maximum d/h 1,000 1,333 1,000 1,333 Bw/gT 2 0,004 0,113 0,003 0,099 Hi/gT 2 0,003 0,015 0,001 0,014 Syarat kondisi Bentuk Kantong: guling (B1): bantal (B2): Blockiness Coefficient BLc 0,975 0,880 Kemiringan, cot α 1,5 2,0 1,5 2,0 Ar/cot α Susunan SK1 SK2 SK3 Kantong S1.5 S2.0 S1.5 S2.0 S1.5 S2.0 Kantong B1 1,646 1,235 0,802 0,602 1,079 0,809 Kantong B2 1,073 0,805 0,880 0,660 0,967 0,

3 Karena terdapat perbedaan perilaku transmisi gelombang reguler dan irreguler, sehingga terdapat dua jenis permodelan yaitu model transmisi gelombang reguler dan irreguler, seperti disajikan pada Persamaan 7-1 dan 7-2. Apabila permodelan transmisi irreguler diterapkan pada gelombang reguler cenderung over estimate, maka diperlukan faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut dirumuskan sebagai: Y = 0,229 ln (X) + 1,034 (7-3) Dimana X adalah Kt ukur-reguler. Hal tersebut juga berlaku pada permodelan reguler apabila diterapkan terhadap gelombang irreguler. Hasil penerapan cenderung under estimate, maka diperlukan koreksi, dimana faktor koreksi tersebut dirumuskan sebagai: 2 Y = 1,639 X 2,754 X + 2,157 (7-4) X adalah Kt ukur-irreguler. Selanjutnya prediksi koefisien transmisi gelombang irreguler maupun reguler ditentukan sebagai berikut: Kt hitung terkoreksi = Kt hitung x Y (7-5) Kt hitung masing-masing merupakan Kt hitung-reguler hasil Persamaan 7.1 dan Kt hitung-irreguler dan reguler. hasil Persamaan 7.2 yang diterapkan terhadap data irreguler 2. Respon kantong pasir terhadap gaya gelombang. Pergerakan kantong pasir di daerah kemiringan struktur. Pengujian pemecah gelombang kantong pasir bersifat overtopping, sehingga kecepatan aliran up-rush lebih dominan sebagai penyebab kantong pasir tercabut dari susunannya dibandingkan kecepatan down-rush. Fenomena ini berbeda dengan Jensen, (1984); Recio dan Oumeraci (2008b). Pergerakan kantong di daerah miring dipengaruhi oleh gaya jepit antar kantong dan kekakuan kantong. Hasil pengujian menunjukkan kantong bergerak secara keseluruhan, hal ini mengindikasikan kekakuan kantong lebih besar dibandingkan gaya jepit antar kantong. Kekakuan kantong dipengaruhi oleh ukuran kantong dan kepadatan kantong pasir. Kondisi ini menyebabkan perilaku deformasi kantong pasir tidak sesuai dengan Recio (2007). 139

4 Pergerakan kantong pasir di daerah puncak struktur. Sama seperti di daerah kemiringan struktur, gaya gelombang dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh luas penampang kantong, kemiringan struktur dan kecepatan aliran. Sesuai peningkatan luas tampang kantong pasir, gaya gelombang juga makin meningkat. Hasil pengujian menunjukkan kantong bentuk B2 lebih mudah berpindah dibandingkan kantong B1, hal disebabkan luas tampang A T dan A S kantong B2 lebih besar dari B1. Kecepatan aliran dipengaruhi oleh luas bidang gesek antara aliran dengan kantong pasir. Sesuai peningkatan gaya gesek, kecepatan aliran gelombang berkurang, sehingga terjadi penurunan gaya gelombang. Hasil pengujian menunjukkan jumlah kantong pasir terseret pada struktur dengan kemiringan curam (cot α = 1,5) lebih banyak dibandingkan pada struktur dengan kemiringan landai (cot α = 2,0). Deformasi kantong dipengaruhi elastisitas kantong pasir. Elastisitas kantong pasir dipengaruhi oleh kepadatan dan perbandingan panjang terhadap tebal kantong. Hasil pengujian menunjukkan tidak terjadi deformasi pada kantong pasir, hal ini tidak sesuai dengan Recio (2007). Kondisi disebabkan kantong pasir B1 dan B2 mempunyai kepadatan masing-masing 88% dan 73%, serta perbandingan l/t masing-masing 2,18 dan 3,81. Sedangkan pada Recio kepadatan kantong mencapai 80% namun perbandingan l/t mencapai 4,18. Perubahan posisi kantong akibat gaya tubrukan gelombang terjadi dimulai pada lapisan 3-4 untuk bentuk B1 dan lapisan 5-6 untuk bentuk B2 yaitu sekitar 20-25cm di bawah paras muka air tenang (SWL). Respon susunan kantong pasir terhadap gaya gelombang. Gaya gelombang terhadap susunan kantong pasir ditentukan oleh luas penampang kantong dan kecepatan aliran gelombang. Bentuk, susunan dan kemiringan struktur berpengaruh terhadap stabilitas susunan kantong pasir. Pada bentuk kantong sama, susunan SK1, sumbu panjang kantong sejajar arah gelombang, mempunyai stabilitas paling tinggi, sedangkan susunan SK2, sumbu panjang kantong tegak lurus gelombang, mempunyai stabilitas paling rendah. Pada susunan sama, bentuk B1 lebih stabil dibandingkan bentuk B2. 140

5 Kantong pasir mempunyai sifat elastis, bentuk kantong dan pasir yang ada di dalamnya menyesuaikan terhadap serangan gelombang berikutnya. Fenomena ini sesuai hasil penelitian Recio dan Oumeraci (2007). Hasil pengujian menunjukkan bahwa setelah gelombang mencapai 600 gelombang tidak terjadi perubahan kerusakan secara signifikan. Keadaan ini sesuai hasil studi Matsumi, et al. (2004). Gaya gesek (interlocking) antar kantong relatif kecil, sehingga perubahan kemiringan dan ukuran kantong berpengaruh terhadap Koefisien Stabilitas, K D. Hal ini terlihat pada hasil penerapan model stabilitas Hudson (1959) terhadap data uji stabilitas susunan kantong pasir. Susunan kantong mempunyai harga K D bervariasi sesuai dengan perubahan kemiringan, susunan dan bentuk kantong pasir. Hasil penerapan model stabilitas kantong pasir (Wouters, 1998 dan Oumeraci, et al., 2002) terhadap data uji stabilitas susunan kantong pasir menunjukkan hasil prediksi yang kurang akurat. Oleh sebab itu perlu dikembangkan perumusan model stabilitas susunan kantong pasir. Model tersebut memasukkan faktor tingkat kerusakan, jenis susunan dan kemiringan struktur. Persamaan usulan model stabilitas adalah sebagai berikut: Bentuk kantong B1: H D ( ξ) 0, 841 0,290 0,115 Ar 3,193 ( S) cot α = (7-6) Bentuk kantong B2: H D = 3,611 (S) 0,069 ( ξ ) 0,823 Ar cot α 0,536 (7-7) Persamaan permodelan, seperti yang tertulis pada Persamaan 7-6 dan 7-7 berlaku pada kondisi sebagai berikut: A. Kondisi Gelombang: Jenis gelombang Syarat kondisi Reguler Jumlah gelombang maximum, N

6 Syarat kondisi B. Kondisi Struktur: Bahan struktur kantong Pengisi Struktur pasir Bentuk : guling (B1): bantal (B2): Perbandingan panjang/lebar (l/b) 2,052 1,220 Perbandingan panjang/tebal (l/t) 2,178 3,805 Blockiness Coefficient BLc 0,975 0,880 Kepadatan kantong rata-rata, % 88,00% 73,00% Panjang Karakteristik D, cm 10,744 11,119 Kemiringan, cot α 1,5 2,0 1,5 2,0 Tingkat Kerusakan, S, % 0,83 22,50 0,69 24,27 Kerapatan massa relatif, 0,933 Syarat kondisi: Susunan Kantong SK1 SK2 SK3 S1.5 S2.0 S1.5 S2.0 S1.5 S2.0 Kantong B1: Ar 2,470 2,470 1,203 1,203 1,618 1,618 Ar/cot α 1,646 1,235 0,802 0,602 1,079 0,809 Kantong B2: Ar 1,610 1,610 1,139 1,139 1,450 1,450 Ar/cot α 1,073 0,805 0,880 0,660 0,967 0, Saran Penelitian ini bersifat pengujian eksperimental di laboratorium. Pengujian terbatas pada perilaku transmisi gelombang kantong pasir, dengan membuat variasi gelombang dan geometri struktur. Selain transmisi gelombang, peranan defraksi, refraksi dan perubahan garis pantai merupakan hal yang penting dalam sistem pengaman pantai. Maka penelitian ini perlu dikembangkan untuk pengujian 3-D yang dilakukan langsung di lapangan, sehingga variabel-variabel yang tidak dapat diperoleh di dalam pengujian 2-D dapat diketahui perilakunya. Pada penelitian ini telah ditunjukkan bahwa faktor permukaan kantong pasir berpengaruh terhadap karakter transmisi gelombang maupun stabilitas susunan kantong pasir. Untuk peningkatan kinerja susunan kantong pasir perlu 142

7 dikembangkan metode yang dapat meningkatkan kekasaran permukaan dan gaya gesek (interlocking) antar kantong. Pada saat ini bentuk kantong terbatas bantal atau guling, sehingga susunan kantong pasir merupakan susunan yang relatif kedap air dan halus permukaannya. Kondisi ini kurang menguntungkan untuk peredaman gelombang maupun stabilitas. Sesuai dengan bentuk kantong yaitu bentuk bantal dan guling, maka stabilitas susunan kantong terbatas didukung faktor berat sendiri kantong. Kekuatan stabilitas susunan kantong pasir tersebut belum dapat memanfaatkan faktor interlocking antar kantong. Sesuai perkembangan metode penyambungan kantong yang makin baik, diharapkan bentuk kantong dapat dikembangkan dengan bentuk-bentuk baru yang lebih efektif dan efisien dalam peredaman energi gelombang dan mampu meningkatkan stabilitas susunan. Bentuk kantong bisa dikembangkan menjadi bentuk tetrapod, dolos atau bentuk lain yang diharapkan makin meningkatkan kinerja susunan kantong sebagai pemecah gelombang. Pada studi ini, pengujian stabilitas terbatas pada kemiringan cot α = 1,5 2,0, oleh sebab itu perlu dikembangkan variasi kemiringan. Pengembangan variasi kemiringan dimaksudkan agar dapat ditentukan kemiringan kritis maupun kemiringan optimum susunan kantong pasir. Permukaan kantong pasir kurang memberikan efek kekasaran permukaan, sehingga kurang efisien dalam stabilitas. Metode Pemberian lapisan bitumen perlu dikembangkan untuk peningkatan gesekan (interlocking) antar kantong pasir. Kantong pasir merupakan struktur komposit, gabungan antara kantong dan bahan pengisi kantong. Kantong pasir merupakan struktur yang fleksibel (Hornsey, et al., 2003), dimana tingkat elastisitas ditentukan oleh sifat bahan pengisi kantong, tingkat kepadatan dan ukuran kantong. Menurut Shin dan Oh (2007) tingkat kepadatan kantong di lapangan sekitar 70-80%, sedangkan Recio (2007) menyarankan kepadataan kantong pasir sekitar 80 %. Pada studi ini tingkat kepadatan kantong masing-masing 73% untuk B2 dan 88% untuk B1. Tingkat kepadatan, ukuran kantong dan sifat pasir pengisi berpengaruh terhadap fleksibilitas kantong. Oleh sebab itu tingkat kepadatan, 143

8 ukuran kantong dan sifat pasir pengisi merupakan faktor berpengaruh terhadap kekakuan kantong pasir. Panjang zona jepitan kantong dan luas penampang kantong merupakan faktor berpengaruh terhadap mekanisme deformasi susunan kantong pasir. Panjang zona jepitan susunan menjadi penyebab perbedaan perilaku kantong pasir dalam merespon gaya gelombang antara hasil penelitian ini dengan Recio dan Oumeraci (2007). Dari uraian tersebut di atas maka faktor kekasaran permukaan kantong, kemiringan susunan, ukuran kantong dan bentuk kantong pasir berpengaruh respon susunan kantong pasir terhadap serangan gelombang. Faktor-faktor tersebut merupakan topik menarik untuk diteliti lebih lanjut. 144

Bab IV Analisa Hasil Pengujian

Bab IV Analisa Hasil Pengujian Bab IV Analisa Hasil Pengujian 4.1 Pendahuluan Uji model fisik transmisi gelombang merupakan pengujian mengenai respon gelombang terhadap struktur. Pada pengujian respon gelombang tersebut, parameter struktur

Lebih terperinci

DAFTAR GAMBAR. No. Gambar Judul Gambar Halaman. Bab I Skema Pengurangan Berat Batuan Pelindung Selama Penanganan

DAFTAR GAMBAR. No. Gambar Judul Gambar Halaman. Bab I Skema Pengurangan Berat Batuan Pelindung Selama Penanganan DAFTAR GAMBAR No. Gambar Judul Gambar Halaman Bab I Gambar 1.1 Skema Pengurangan Berat Batuan Pelindung Selama Penanganan 2 Bab II Gambar 2.1 Pengaruh Relatif Tinggi Puncak terhadap Stabilitas 20 Gambar

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian 3.1 Tahapan Penelitian Studi penelitian yang telah dilakukan bersifat eksperimental di Kolam Gelombang Laboratorium Lingkungan dan Energi Laut, Jurusan Teknik Kelautan FTK, ITS

Lebih terperinci

DAFTAR NOTASI. Symbol Definisi Dimensi

DAFTAR NOTASI. Symbol Definisi Dimensi DAFTAR NOTASI Symbol Definisi Dimensi Latin Besar A luas penampang (L 2 ) At luas penampang struktur pemecah gelombang (L 2 ) A e luas rata-rata kerusakan penampang pemecah gelombang (L 2 ) Ar Axial Ratio

Lebih terperinci

PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM

PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM Volume, No. 3, Oktober 03: 0 0 PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM Ferry Fatnanta Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Riau, Kampus Binawidya Jln.

Lebih terperinci

Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam

Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam ISS 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam Ferry Fatnanta Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Kampus

Lebih terperinci

Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam

Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam Fatnanta, dkk. ISS 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Perilaku Deformasi Pemecah Gelombang Kantong Pasir Tipe Tenggelam Ferry Fatnanta Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STABILITAS PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM

KARAKTERISTIK STABILITAS PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 14, NO. 2, NOVEMBER 2010: 143-149 KARAKTERISTIK STABILITAS PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM Ferry Fatnanta 1*), Widi Agoes Pratikto 2, Haryo Dwito Armono 2, dan Wahyudi

Lebih terperinci

The Stability Characteristics Of Submerged Sandbags Breakwater KARAKTER STABILITAS PEMECAH GELOMBAG KATOG PASIR TIPE TEGGELAM Ferry Fatnanta 1), Jaji Abdurrosyid 2) 1) Jurusan Teknik Sipil FT Universitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK

EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM ABSTRAK EFEKTIVITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG DENGAN VARIASI BATU PELINDUNG DOLOS DAN TETRAPOD PADA KONDISI TENGGELAM Adrian Putra Adibrata NRP: 1421910 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Namun beberapa garis pantai di Indonesia mengalami erosi dan beberapa kolam pelabuhan

Lebih terperinci

STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS

STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS 1 STABILITAS ARMOR BREAKWATER MENGGUNAKAN KANTONG BATUAN ARMOUR BREAKWATER STABILITY USING ROCK POCKETS Imam Rohani, M. Arsyad Thaha, Chairul Paotonan Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,

Lebih terperinci

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK

PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI ABSTRAK PEMODELAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN VARIASI PELINDUNG LAPISAN INTI PADA UJI LABORATORIUM DUA DIMENSI Nurdiyana NRP: 1121022 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Pemecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemecah gelombang atau breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pantai/pelabuhan dari gangguan gelombang dan untuk perlindungan pantai terhadap

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Stabilitas Pondasi pada Vertical Breakwater dengan Variasi Lebar dan Konfigurasi Kantong Pasir Moch. Sigit Firmansyah, Haryo D. Armono, dan Sujantoko Jurusan

Lebih terperinci

Stabilitas Penahan Gelombang Kantong Pasir Bentuk Guling

Stabilitas Penahan Gelombang Kantong Pasir Bentuk Guling Stabilitas Penahan Gelombang Kantong Pasir Bentuk Guling Haryo Dwito Armono, Sujantoko Ferry Fatnanta ABSTRAK Permasalahan umum pada daerah pantai adalah abrasi, terutama disebabkan oleh aktivitas gelombang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait

ABSTRAK. Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait ABSTRAK Unjuk Kerja Bangunan Pemecah Gelombang Ambang Rendah Blok Beton Berkait Permintaan yang tinggi akan batu pelindung dengan ukuran besar menimbulkan permasalahan teknis dan biaya pada saat pembangunan

Lebih terperinci

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

STABILITAS PENAHAN GELOMBANG KANTONG PASIR BENTUK GULING

STABILITAS PENAHAN GELOMBANG KANTONG PASIR BENTUK GULING Ferry F., Widi Agus P., Wahyudi C., Haryo Dwito A. Stabilitas Penahan Gelombang Kantong pasir Bentuk Guling TEKNIK KEAIRAN STABILITAS PENAHAN GELOMBANG KANTONG PASIR BENTUK GULING Ferry Fatnanta *), Widi

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN PENEMPATAN GEOTUBE PADA LAPISAN INTI ABSTRAK

STUDI KESTABILAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN PENEMPATAN GEOTUBE PADA LAPISAN INTI ABSTRAK STUDI KESTABILAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG SISI MIRING DENGAN PENEMPATAN GEOTUBE PADA LAPISAN INTI Mahendra Ginting NRP: 1121020 Pembimbing: Olga Catherina Pattipawaej, Ph.D. ABSTRAK Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Soal :Stabilitas Benda Terapung

Soal :Stabilitas Benda Terapung TUGAS 3 Soal :Stabilitas Benda Terapung 1. Batu di udara mempunyai berat 500 N, sedang beratnya di dalam air adalah 300 N. Hitung volume dan rapat relatif batu itu. 2. Balok segi empat dengan ukuran 75

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Erni Yulianti Dosen Program Studi Teknik Sipil Sumberdaya Air

Lebih terperinci

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG

DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG DESAIN STRUKTUR PELINDUNG PANTAI TIPE GROIN DI PANTAI CIWADAS KABUPATEN KARAWANG Fathu Rofi 1 dan Dr.Ir. Syawaluddin Hutahaean, MT. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh.

BAB I PENDAHULUAN. langsung berada dibawah Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Aceh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Lampulo merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang sejak beberapa tahun terakhir ini mengalami sejumlah perkembangan fisik yang berarti. Kolam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah suatu lapisan yang berada di atas tanah dasar yang sudah dipadatkan, dimana fungsi dari lapisan ini adalah memikul beban lalu lintas

Lebih terperinci

Karakteristik Gelombang terhadap Struktur

Karakteristik Gelombang terhadap Struktur II LABORATORIUM GELOMBANG PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Gambar... iii Daftar Tabel Daftar Gambar i

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Agregat Penelitian ini menggunakan agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya yang berlokasi di Kecamatan Bongomeme. Agregat dari lokasi ini kemudian diuji di Laboratorium Transportasi

Lebih terperinci

STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT

STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT STUDI TRANSMISI GELOMBANG DAN STABILITAS ANCHOR PADA BUDIDAYA RUMPUT LAUT Agus Sufyan 1*, Haryo Dwito Armono 2, Kriyo Sambodho 3 Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Kelautan, FTK ITS, Surabaya, Indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL STUDI LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG HEXAPOD, TETRAPOD, DAN KUBUS MODIFIKASI Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : NABILLA

Lebih terperinci

BAB II TEORI TERKAIT

BAB II TEORI TERKAIT II. TEORI TERKAIT BAB II TEORI TERKAIT 2.1 Pemodelan Penjalaran dan Transformasi Gelombang 2.1.1 Persamaan Pengatur Berkenaan dengan persamaan dasar yang digunakan model MIKE, baik deskripsi dari suku-suku

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR

BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR VI - BAB VI PERENCANAAN STRUKTUR 6. Tinjauan Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan struktur bangunan pantai yang direncanakan dalam hal ini bangunan pengaman pantai

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

Analisa Concrete Block Anchor pada Floating Breakwater dengan Uji Fisik

Analisa Concrete Block Anchor pada Floating Breakwater dengan Uji Fisik Analisa Concrete Block Anchor pada Floating Breakwater dengan Uji Fisik Oleh : Risandi Dwirama Putra 4307 100 037 Dosen Pembimbing: Ir. Sujantoko, M.Sc Haryo Dwito Armono, ST, M.Eng, PhD LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah daratan dan perairan yang besar. Kawasan daratan dan perairan di Indonesia dibatasi oleh garis pantai yang menempati

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m

SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG. 6.5 m SOAL A: PERENCANAAN PANGKAL JEMBATAN DENGAN PONDASI TIANG 0. 0.4 ± 0.0 0. 0.8 30 KN I 3. m.0 0.3 30 KN.0.7 m m 9 m II II 0.7 m. m Panjang abutment tegak lurus bidang gambar = 0. m. Tiang pancang dari beton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman

BAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi tiang adalah salah satu bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman tertentu, biasanya

Lebih terperinci

Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater tipe Catamaran

Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater tipe Catamaran Studi Eksperimen; Analisa Redaman Gelombang pada Floating Concrete Breakwater tipe Catamaran Januar Saleh Kaimuddin 4306 100 057 Yoyok Setyo, ST. MT Dr. Ir. Suntoyo, M. Eng Department of Ocean Engineering

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S)

PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) PENGARUH PASIR TERHADAP PENINGKATAN RASIO REDAMAN PADA PERANGKAT KONTROL PASIF (238S) Daniel Christianto 1, Yuskar Lase 2 dan Yeospitta 3 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. S.Parman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 17 Juni 2006 gempa sebesar 6,8 skala Richter mengguncang Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan lempeng Ausralia

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN BENTUK SPEKTRAL GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG

ANALISA PERUBAHAN BENTUK SPEKTRAL GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG ANALISA PERUBAHAN BENTUK SPEKTRAL GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG Asrin Ginong PRATIKINO 1 *, Haryo Dwito ARMONO 1 dan Mahmud MUSTAIN 1 1 Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS Surabaya *Email : asringinong@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI KETINGGIAN PENEMPATAN RAKIT BUDIDAYA RUMPUT LAUT GANDA DALAM MEREDUKSI GELOMBANG

PENGARUH VARIASI KETINGGIAN PENEMPATAN RAKIT BUDIDAYA RUMPUT LAUT GANDA DALAM MEREDUKSI GELOMBANG Tesis LL2340 PENGARUH VARIASI KETINGGIAN PENEMPATAN RAKIT BUDIDAYA RUMPUT LAUT GANDA DALAM MEREDUKSI GELOMBANG Oleh Dimas Satyagangga Ardaputra NRP. 410 520 5002 PPs Teknologi Kelautan Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil pengujian agregat kasar dan halus No Jenis Pengujian Satuan Hasil Spesifikasi

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai

Lebih terperinci

Respon Gelombang Terhadap Perubahan Freeboard dan Geometris Pada Pemecah Gelombang Kantong Pasir

Respon Gelombang Terhadap Perubahan Freeboard dan Geometris Pada Pemecah Gelombang Kantong Pasir SEMINAR NASIONAL DAN WORKSHOP PERKEMBANGAN TEKNIK PANTAI DI INDONESIA MENGHADAPI PERUBAHAN IKLI M Respon Gelombang Terhadap Perubahan Freeboard dan Geometris Pada Pemecah Gelombang Kantong Pasir Oleh:

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Morfologi Sungai Perhitungan ini akan menjelaskan langkah-langkah perhitungan hidrometri dan menentukan tipe morfologi Sungai Progo. Contoh perhitungan diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kondisi topografi maupun kondisi geologi yang berbeda-beda pada setiap pulau. Pada satu pulau, jenis tanah maupun

Lebih terperinci

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus, dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN

LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN LAMPIRAN 1 DISTRIBUSI UKURAN BUTIRAN Tabel Pengujian analisa saringan agregat halus dan kasar Lokasi asal sampel Sungai Progo segmen Kebon Agung II Jenis sampel Sedimen dasar sungai Berat sampel yang di

Lebih terperinci

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI

BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 145 BAB VI PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PANTAI 6.1. Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan

Lebih terperinci

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI

BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI BAB VII PERHITUNGAN STRUKTUR BANGUNAN PELINDUNG PANTAI 7.. Perhitungan Struktur Seawall Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan telah dihitung pada Bab IV, data yang didapatkan adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN

BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 117 BAB VII PERENCANAAN KONSTRUKSI BANGUNAN 7.1 ANALISA MASALAH PENUTUPAN MUARA Permasalahan yang banyak di jumpai di muara sungai adalah pendangkalan/penutupan mulut sungai oleh transport sedimen sepanjang

Lebih terperinci

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA

APLIKASI METODE FUNGSI TRANSFER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA APLIKASI METODE UNGSI TRANSER PADA ANALISIS KARAKTERISTIK GETARAN BALOK KOMPOSIT (BAJA DAN ALUMINIUM) DENGAN SISTEM TUMPUAN SEDERHANA Naharuddin, Abdul Muis Laboratorium Bahan Teknik, Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Tinjauan Umum Dalam negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, sangat dirasakan kebutuhan adanya suatu angkutan yang efektif, dalam arti aman,

Lebih terperinci

STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI PANTAI GLAGAH YOGYAKARTA. Abstrak. Abstract

STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI PANTAI GLAGAH YOGYAKARTA. Abstrak. Abstract JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 57-65 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose STUDI MODEL FISIK STABILITAS DESAIN BREAKWATER TERHADAP HEMPASAN GELOMBANG DI

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Jalan Konstruksi perkerasan jalan adalah lapisan yang terletak di atas tanah dasar yang berfungsi untuk mendukung beban lalulintas dan meneruskannya sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontruksi struktur merupakan sarana yang dirancang, dibangun serta dipelihara untuk memfasilitasi interaksi antara manusia. Dari sedemikian banyak macam struktur yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konstruksi Perkerasan Lentur Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan itu berfungsi untuk

Lebih terperinci

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek

Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-280 Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang di Teluk Sumbreng, Kabupaten Trenggalek Dzakia Amalia Karima dan Bambang Sarwono Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Bojong Renged Cabang Teluknaga Kabupaten Tangerang. Pemilihan tempat penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

Tanah Homogen Isotropis

Tanah Homogen Isotropis Tanah Homogen Isotropis adalah tanah homogen yang mempunyai nilai k sama besar pada semua arah (kx = kz = ks). ks kx x z kz s Tanah Homogen Anisotropis adalah tanah homogen yang memiliki nilai k tidak

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Vol.15 No.2. Agustus 2013 Jurnal Momentum ISSN : X

Vol.15 No.2. Agustus 2013 Jurnal Momentum ISSN : X ANALISIS BREAK WATER PADA PELABUHAN TELUK BAYUR DENGAN MENGGUNAKAN BATU ALAM, TETRAPOD, DAN A-JACK OLEH: Ahmad Refi Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Padang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN

BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN 71 BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN 4.1. Geometri lereng Pada tugas akhir ini, bentuk lereng yang ditinjau adalah sebagai berikut : Gambar

Lebih terperinci

Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo

Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo Perencanaan Stabilitas Lapis Lindung Tertapond Pada Pemecah Gelombang Di Pantai Glagah Kulon Progo Lutfi Aqil 1,a, Ida Bagus Agung 1,Dewi Sulistyorini 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal

BAB III LANDASAN TEORI. Boussinesq. Caranya dengan membuat garis penyebaran beban 2V : 1H (2 vertikal BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Distribusi Tegangan Dalam Tanah Berbagai cara telah digunakan untuk menghitung tambahan tegangan akibat beban pondasi. Semuanya menghasilkan kesalahan bila nilai banding z/b

Lebih terperinci

PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL. David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc

PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL. David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc PRE-DRIVING ANALYSIS MENGGUNAKAN TEORI GELOMBANG UNTUK PEMANCANGAN OPTIMAL David E. Pasaribu, ST Ir. Herry Vaza, M.Eng.Sc 11 November 2008 I. PENDAHULUAN a. Pondasi tiang pancang adalah salah satu jenis

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. 1 Mengikat rel, sehingga lebar sepur terjaga Meneruskan beban dari rel ke lapisan balas Menumpu batang rel agar tidak melengkung ke bawah saat dilewati rangkaian KA 2 Kayu Beton

Lebih terperinci

PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM

PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM TEKNIK1SIPIL Volume 12, No. 3, Oktober 213: 21-22 PERMODELAN KOEFISIEN GELOMBANG TRANSMISI PADA PEMECAH GELOMBANG KANTONG PASIR TIPE TENGGELAM Ferry Fatnanta Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Riau, Kampus

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Agregat Penelitian ini menggunakan agregat kasar, agregat halus, dan filler dari Clereng, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Hasil pengujian agregat ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami

Gb 2.5. Mekanisme Tsunami TSUNAMI Karakteristik Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu dari kata tsu dan nami. Tsu berarti pelabuhan dan nami berarti gelombang. Istilah tersebut kemudian dipakai oleh masyarakat untuk menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelongsoran Tanah Kelongsoran tanah merupakan salah satu yang paling sering terjadi pada bidang geoteknik akibat meningkatnya tegangan geser suatu massa tanah atau menurunnya

Lebih terperinci

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN Kondisi aliran dalam saluran terbuka yang rumit berdasarkan kenyataan bahwa kedudukan permukaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH DAN BENTUK SUSUNAN UNIT FLOATING BREAKWATER TERHADAP KOEFISIEN REFLEKSI DAN KOEFISIEN TRANSMISI GELOMBANG

PENGARUH JUMLAH DAN BENTUK SUSUNAN UNIT FLOATING BREAKWATER TERHADAP KOEFISIEN REFLEKSI DAN KOEFISIEN TRANSMISI GELOMBANG PENGARUH JUMLAH DAN BENTUK SUSUNAN UNIT FLOATING BREAKWATER TERHADAP KOEFISIEN REFLEKSI DAN KOEFISIEN TRANSMISI GELOMBANG Anuar (1), Haryo Dwito Armono, ST.,M.Eng,Ph.D (2), Sujantoko, ST.,MT (2) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan

(6.38) Memasukkan ini ke persamaan (6.14) (dengan θ = 0) membawa kita ke faktor refleksi dari lapisan 6.6.3 Penyerapan oleh lapisan berpori Selanjutnya kita mempertimbangkan penyerapan suara oleh lapisan tipis berpori, misalnya, dengan selembar kain seperti tirai, atau dengan pelat tipis dengan perforasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aspal Menurut Sukirman, (2007), aspal didefinisikan sebagai material perekat berwarna hitam atau coklat tua, dengan unsur utama bitumen. Aspal dapat diperoleh di alam ataupun

Lebih terperinci

Analisa Concrete Block Anchor Pada Floating Breakwater

Analisa Concrete Block Anchor Pada Floating Breakwater Analisa Concrete Block Anchor Pada Floating Breakwater Risandi Dwirama Putra *, Sujantoko 1, Haryo Dwito Armono 1 * Mahasiswa Teknik Kelautan, 1 Staf Pengajar Teknik Kelautan Jurusan Teknik Kelautan -

Lebih terperinci

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika

Mekanika Fluida II. Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika Mekanika Fluida II Karakteristik Saluran dan Hukum Dasar Hidrolika 1 Geometri Saluran 1.Kedalaman (y) - depth 2.Ketinggian di atas datum (z) - stage 3.Luas penampang A (area cross section area) 4.Keliling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban

PENDAHULUAN. Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban BAB xviii I ENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hal yang umum terjadi dalam pelaksanaan di lapangan, bahwa kondisi beban balok struktur baja tidak selalu persis bekerja pada pusat geser. Apabila diteliti khususnya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil simulasi model penjalaran gelombang ST-Wave berupa gradien stress radiasi yang timbul sebagai akibat dari adanya perubahan parameter gelombang yang menjalar memasuki perairan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN. densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN. densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN 4.1 Data Data-data yang digunakan untuk analisa penelitian meliputi data pengujian densitas ; pengujian densitas sesaat setelah dikeluarkan dari cetakan (initial

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Interaksi Sistem Kegiatan Dan Jaringan Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para perencana transportasi adalah sebagai berikut: 1. Memahami cara kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN 21 BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN III.1 Perencanaan Dimensi Penampang Benda Uji Dalam pembuatan pelat komposit beton deck-metal ada persyaratan minimal untuk tebal beton dan dimensi penampang deck metal

Lebih terperinci