MAKALAH PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI REVETMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI REVETMENT"

Transkripsi

1 MAKALAH PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI REVETMENT KELOMPOK 4 Dosen Pengampuh : Asta, S.T., M.Eng. Hari, Tanggal : Senin, 27 Februari 2017 DISUSUN OLEH : ANDRI INDRIANTO ENDAH DWI SEPTIANA JOHAN WAHYUDI ARDY FAJAR SAPUTRO RUSMIYANTI UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL P a g e

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Perencanaan Bangunan Pantai yang berjudul Revetment. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada para pembimbing yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah yang akan penulis susun selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca serta dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran mengenai bangunan pantai yaitu Revetment. Tarakan, 27 Februari P a g e

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN Lat ar Belakang Ru musan Masalah Tuj uan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN De finisi Bathymetri, Data Angin, Arus, Pasang Surut, Gelombang, dan Data Tanah Pe ngertian Dinding Pantai dan Revetment Jen is-jenis Dinding Pantai Kla sifikasi Revetment Klasifikasi berdasarkan lokasi Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal Ba han Revetment Concrette mattresses Revetment pabrikasi Revetment tipe blok bergigi Ker usakan Dinding Pantai dan Penanggulangannya...17 BAB III PENUTUP Kes impulan P a g e

4 3.2...Sar an P a g e

5 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pantai yaitu : a. Memperkuat/melindungi pantai agar mampu menahan serangan gelombang, b. Mengubah laju transport sedimen sepanjang pantai, c. Reklamasi dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain. Sesuai dengan fungsinya tersebut, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu: a. Konstruksi yang dibangun dipantai dan sejajar dengan garis pantai, contohnya dinding pantai atau revetment. b. Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai dan sambung ke pantai, contohnya groin dan jetty. c. Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kira-kira sejajar dengan garis pantai, contohnya pemecah gelombang (breakwater). Penggunaan tipe bangunan pantai ditentukan oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan material di atau di dekat lokasi pekerjaan, kondisi dasar laut, kedalaman air dan ketersediaan peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan. Di samping itu, karakteristik dasar laut juga menjadi salah satu faktor penting lainnya. Tanah dasar (fondasi bangunan) harus dapat mempunyai daya dukung yang cukup sehingga stabilitas bangunan dapat terjamin. 5 P a g e

6 1.2 RUMUSAN MASALAH a. Apa pengertian dari revetment? b. Jelaskan jenis-jenis dinding pantai! c. Jelaskan klasifikasi revetment! d. Jelaskan bahan revetment! e. Jelaskan kerusakan dinding pantai dan penanggulangannya! 1.3 TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami salah satu tipe bangunan pantai dan bagaimana menangani kerusakan yang terjadi pada konstruksi bangunan pantai. 6 P a g e

7 BAB II PEMBAHASAN 2.1 DEFINISI BATHYMETRI, DATA ANGIN, ARUS, PASANG SURUT, GELOMBANG DAN DATA TANAH Definisi Bathymetri Batimetri (dari bahasa Yunani: βαθυς, berarti "kedalaman", dan μετρον, berarti "ukuran") adalah ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi lantai samudra atau danau (id.wikipedia.org). Batimetri juga didefinisikan sebagai gambaran relief dasar laut, perbedaan kenampakan atau ciri-ciri dasar laut dan mempunyai arti penting dalam penelitian karena dengan mengetahui roman muka bumi akan memudahkan mengetahui kondisi morfologi suatu daerah (Nontji,1987). Sebuah peta batimetri umumnya menampilkan relief lantai atau dataran dengan garis-garis kontor (contour lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contours atau isobath), dan dapat memiliki informasi tambahan berupa informasi navigasi permukaan. Di daratan, garis kontur menghubungkan tempat-tempat berketinggian sama, sedangkan kontur pada batimetri menghubungkan tempat-tempat dengan kedalaman sama di bawah permukaan air Definisi Data Angin Data angin adalah pengelompokkan data sesuai dengan tahun, bulan, tanggal, jam, arah, dan kecepatan angin Definisi Arus Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas 7 P a g e

8 yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang. Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng, downwelling.selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu: 1. Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau pulau yang ada di sekitarnya: Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan. 2. Gaya Coriollis dan arus ekman : Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya perubahan perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan. 3. Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik Definisi Pasang Surut Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke 8 P a g e

9 arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. 1. Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. 2. Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat Definisi Gelombang Gelombang laut tercipta karena adanya transfer energi dari angin ke permukaan laut. Energi yang tertransferkan ini akan bergerak melintasi permukaan laut, dimana air laut sendiri bergerak dalam gerakan "membundar" (circular motion) di bawah permukaan laut. 9 P a g e

10 Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal. 10 P a g e

11 2.1.6 Definisi Data Tanah Diperoleh dari pengambilan sampel di lokasi kemudian dilakukan pengujian di Laboraturium Mekanika Tanah untuk mendapatkan sifat fisik tanah. Data tanah yang diperlukan pada penyelidikan tanah untuk analisa longsor meliputi : Data Bor Mesin, meliputi : muka air tanah (MAT), Standart Penetration Test (SPT) Soil Properties, meliputi : kohesi (c), sudut geser (ø), berat lsi (γ) tanah, water content (w), void ratio (e) Engineering properties, meliputi : hasil dari Triaxial Test, Unconfined Test, maupun Consolidation Test 2.2 PENGERTIAN DINDING PANTAI ATAU REVETMENT Dinding pantai atau revetment adalah bangunan pantai yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa vertikal atau miring. Dinding pantai biasanya berbentuk vertikal, sedang revetment mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai, dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan buis beton, turap, kayu atau tumpukan batu (Triatmodjo,Teknik Pantai, 1999). Gambar 2.1. Dinding Pantai atau Revetment (Teknik Pantai,1999) 11 P a g e

12 Dalam perencanaan dinding pantai, perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air, baik itu di depan maupun di belakang. Fungsi bangunan akan menentukan pemilihan bentuk. Permukaan bangunan dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga. Pemakaian sisi tegak, dapat mengakibatkan erosi yang cukup besar apabila dasar bangunan berada di air dangkal. Bangunan dengan sisi lengkung atau konkaf adalah yang paling efektif untuk mengurangi limpasan gelombang. 2.3 JENIS-JENIS DINDING PANTAI Pada dasarnya, dinding pantai dibuat dalam berbagai jenis tergantung fungsi yang diinginkan dari dinding pantai tersebut. Berikut ini diberikan beberapa jenis dinding pantai. a. Dinding pantai beton, dinding pantai ini terbuat dari beton atau pasangan batu. Bangunan ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat. Bangunan ini juga berfungsi untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat dengan garis pantai. b. Dinding pantai turap, sesuai namanya, dinding pantai ini didukung oleh pondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondsi oleh serangan gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selainitu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. c. Dinding pantai dari tumpukan bronjong, bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang di dalamnya diisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energy gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah. Kelemahan bronjong adalah korosi pada 12 P a g e

13 kawat anyaman yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. d. Dinding pantai (revetment), bangunan ini terbuat dari tumpukan pipa (buis) beton. Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia, seperti di beberapa pantai di Menado, Pangandaran, Pekalongan, Tuban, Bali, dan salah satunya juga terdapat di Kota Ternate. Kelebihan dari bangunan ini adalah mudah dan cepat pelaksanaannya, tidak memerlukan peralatan yang berat, relatif murah, dan dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat. Biasanya digunakan pipa berdiameter 1,0 m, tinggi 0,5 m dan tebal 0,1 m. 2.4 KLASIFIKASI REVETMENT 2.4.1Klasifikasi berdasarkan lokasi Perkuatan lereng tanggul (levee revetment) Dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan gelombang pantai. Perkuatan tebing sungai (low water revetment) Berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan gelombang dan mencegah proses meander pada tebing pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada saat banjir. Perkuatan lereng menerus (high water revetment) Dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara menerus atau pada bagian pantai yang tidak ada bantarannya Berdasarkan perlindungan alur arah horizontal a. Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung: - Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali; - Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu curah (dumpstone). 13 P a g e

14 b. Perkuatan tebing secara langsung: Penggunaan perkuatan tebing secara langsung jika palung sungai belum terlanjur berpindah ke kondisi yang tidak menguntungkan, dan lahan di sisi luar palung diharapkan sama sekali tidak boleh tergerus oleh aliran sungai. c. Perkuatan tebing secara tidak langsung: - Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu; - Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu dikombinasi dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan perkuatan tebing secara tidak langsung jika palung sungai sudah terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan sehingga perlu diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik. 2.5 BAHAN REVETMENT Bangunan revetment ditempatkan sejajar atau hampir sejajar dengan garis pantai dan bisa terbuat dari pasangan batu, beton, tumpukan pipa (buis) beton, turap, kayu atau tumpukan batu. Dalam perencanaan dinding pantai atau revetment perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan, lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan dan sebagainya. Ada dua kelompok revetment, yaitu permeable dan impermeable. a. Permeable Revetment - Open filter material (rip rap) :Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang dilapisi filter pada bagian dasar bangunan. 14 P a g e

15 - Stone pitching : Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. - Concrete block revetment : Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton dengan ukuran tertentu dan lapisan filter pada bagian dasar bangunan. b. Impermeable Revetment - Aspalt revetment : Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang dilindungi. - Bitumen grouted stone : Yaitu revetment yang terbuat dari blok beton yang diisi oleh aspal (spaesi aspal). Beberapa contoh bahan penyusun revetment secara umum antara lain: 1. Revetment dari susunan blok beton Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga digunakan untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat dengan garis pantai. 2. Revetment dengan turap baja Bangunan ini didukung oleh fondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah fondasi oleh serangan gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi dengan batu pelindung. Fondasi bangunan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak merata yang dapat menyebabkan pecahnya konstruksi. 3. Revetment dengan sisi tegak Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai dermaga untuk merapat/bertambatnya perahu-perahu/kapal kecil pada saat laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah 15 P a g e

16 dibelakangnya, turap tersebut diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung. 16 P a g e

17 4. Revetment dari tumpukan bronjong Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diiisi batu. Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak bangunan bisa rendah (runup kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastic (PVC). 5. Revetment dari tumpukan batu pecah Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangan gelombang. Lapis di bawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar. Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan batu pelindung di dekat lokasi bangunan. 6. Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di Indonesia. Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong, sumur gali, dan sebagainya. Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan didalamnya dapat diisi dengan batu atau beton siklop. 17 P a g e

18 2.5.1 Concrette Mattresses Suatu matras beton secara sederhana adalah suatu elemen konstruksi yang dibentuk dengan cara menyuntikkan suatu bahan grout koloid ke dalam suatu cetakan yang terbuat dari bahan fabric sintetik. Ketebalan matras ditentukan oleh penyekat woven di dalam fabric tersebut. Sistem ini mengijinkan konstruksi dari elemen-elemen yang berbeda, yang dapat digunakan untuk pencegahan erosi, memperbaiki aliran air, atau sebagai bahan kedap air (waterproofing). Berbagai jenis matras telah dipatenkan. Matras beton digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain: proteksi dan konsolidasi lereng atau dasar kanal, sungai, saluran, tebing pantai, atau strukturstruktur sejenis. Matras beton dapat disesuaikan untuk pelbagai keperluan yang berbeda dalam badan air atau konstruksi maritim, dan kemudian dimensinya ditentukan menurut kebutuhan. Campuran beton yang biasa digunakan sebagai bahan pengisi adalah semen (tipe V untuk aplikasi pada lingkungan maritim) sebesar 600 kg/m3, pasir 1200 kg/m3, air 360 kg/m3 (rasio w/c = 0,6). Menurut tipenya dikenal 2 kelompok: - Matras standar; yang biasanya digunakan jika tanah dasar keras, untuk memenuhi fungsi perlindungan tebing dan dasar sungai atau untuk menyekat struktur-struktur hidrolis. - Matras panel; memiliki kapasitas drainasi yang tinggi karena lubang-lubang drain (weep hole) yang besar pada selang 0,6 dan 2,0 pada kedua arah menurut kebutuhan. Tersedia untuk sebarang 18 P a g e

19 panjang dan lebar dengan berat luas antara 200 sampai 1000 kp/m2 sehingga dapat dirakit sesuai dengan keperluan khusus. Beberapa keuntungan penggunaan matras beton adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan, yaitu berat dasar sesuai dengan keperluan 2. Dapat dibuat dalam bentuk kaku atau lentur 3. Dengan atau tanpa sambungan 4. Tembus atau kedap air 5. Relatif tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca buruk selama pelaksanaan 6. Instalasi di bawah air juga dimungkinkan 7. Tidak diperlukan predraining 8. Pelaksanaan relatif cepat 9. Ketahanan (durability) hampir tidak terbatas 10. Tidak memerlukan sheet piling 11. Ekonomis 12. Penyederhanaan prosedur pelaksanaan karena hanya menggunakan satu proses dan satu bahan (buatan) saja 13. Berbagai tipe matras dapat dikombinasikan sesuai dengan keperluan 14. Secara ekologis menguntungkan 15. Telah terbukti memuaskan dalam pelbagai aplikasi 16. Cocok diterapkan pada hampir semua kondisi lereng/kontur 2.5.2Revetment Pabrikasi a. Filter Hidrostatis Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dari Revetment Systems International ini merupakan penanganan erosi monolitik kuat yang terdiri dari pembungkusan tanah berlapis ganda diisi dengan beton yang seluruhnya padat. Proses pembentukan multi-arah khusus yang diterapkan memungkinkan 19 P a g e

20 lapisan-lapisan bahan yang berbeda dibentuk bersama-sama pada pusat tertentu untuk membentuk filter hidrostatis yang memungkinkan perlindungan lapisan untuk bernafas, mengeluarkan tekanan hidrostatis di belakang struktur terpasang. Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis berbiaya rendah, permanen dan merupakan alternatif utama dalam metode tradisional pengendalian erosi seperti beton cast-insitu atau beton shot-in-situ, pemasangan batu, penutupan atau pelapisan dengan batu. Oleh karena keunikan konstruksi yang dibungkus bahan ini, Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis dapat dipasang baik di atas maupun di bawah permukaan air. Keberagaman fungsi rancangan dan pemasangan Lapisan Permukaan Beton Filter Hidrostatis membuatnya sesuai untuk berbagai proyek yang tak terbatas. b. Flexbox Sementara mempertahankan semua sifat sistem Lapisan permukaan Beton Filter Hidrostatis, sistem lapisan Flexblock dirancang untuk mengakomodasi pergerakan di tanah yang mendasari. Sifat ini benar-benar mengembangkan konsep perlindungan erosi dengan beton lapisan tersusun. Proses pembentukan yang dipatenkan ini yang dikembangkan oleh Revetment Systems International ini menciptakan sebuah lapisan yang terbagi menjadi panel-panel yang saling berhubungan dengan tabung grout. 20 P a g e

21 Tabung-tabung tersebut memungkinkan adanya keseragaman inflasi lapisan. Setiap tabung grout dirancang untuk berfungsi sebagai titik potong yang memungkinkan setiap panel bergerak secara bebas sewaktu lapisan tersusun mempertahankan kelengkapan perlindungan. Seperti halnya dengan berbagai macam sistem perlindungan yang ditawarkan oleh Revetment Systems International, sistem Flexblock dapat dipasang baik di atas maupun di bawah permukaan air. Sifat unik sistem Flexblock ini menawarkan solusi efektif terhadap masalah pengendalian erosi yang memerlukan sistem perlindungan yang fleksibel dengan biaya kompetitif. c. Growth Matt Produk ini telah dirancang dengan memanfaatkan efek-efek pengikatan dan kamuflase tumbuh-tumbuhan, dengan stabilitas dan perlindungan tanggung yang dijaga melalui gabungan jaringan yang berkelanjutan dari susunan yang dimasuki tabung grout. Growth Matt diletakkan di atas permukaan yang ada atau yang bagian atasnya tanah dengan grout berkekuatan tinggi. Ulir susunan antara jaringan tabung bertujuan untuk mempertahankan tanah sebelum penanaman tumbuhan. Jika area yang diberi benih telah terbentuk dengan sendirinya, ulir-ulir susunan dapat membantu mengikat tanahan ke struktur jaringan, dan kemudian membentuk perisai pelindung yang terpadu terhadap erosi. Seperti yang dijelaskan di 21 P a g e

22 atas, susunan tersebut dapat diwarnai di lokasi atau di mill untuk mengkamuflasekan produk lebih lanjut. Aplikasi produknya beragam dari pengaliran dengan garis keliling hingga saluran pengalihan, aliran air banjir dengan kekentalan rendah, perlindungan tanggul dan pekerjaan lapangan (batu kerikil dapat disebarkan di atas area untuk menggantikan tumbuhan). Penggunaan grout yang efisien di seluruh sistem merupakan alternatif yang efektif dengan harga yang menguntungkan Revetment Tipe Blok Beton Bergigi Struktur revetment terdiri dari unit-unit pelindung yang disusun membentuk kemiringan dikenal dengan struktur tipe rubel (periksa Gambar 4). Unit pelindung bagian luar yang dikenal dengan istilah armor ini dapat dibuat dari batu belah/bulat atau dari blok-blok beton. Blok beton sebagai armor yang sudah dikenal antara lain kubus, tetrapod, aknon, dan dolos. Blok Beton Bergigi ini merupakan balok beton dengan perbandingan ukuran panjang (p): lebar (l) : tinggi (t) = 6 : 4 : 5. Ukuran minimum = 20 cm. Pada bagian depan dipasang gigi dengan tebal 8 cm dan tinggi 10 cm. Di bagian belakang diberi lubang dan dilengkapi dengan sekat. Sekat dimaksudkan agar tidak terjadi pergeseran posisi blok beton arah horizontal. Pada Gambar 5 disajikan sketsa blok beton bergigi. Terbatasnya batu alam dengan ukuran dan berat tertentu, telah mendorong penelitian dan inovasi yang menghasilkan batu pengganti, yang dikenal dengan blok beton bergigi. Stabilitas unit armor ditentukan oleh koefisien stabilitas yang disingkat KD. Untuk 22 P a g e

23 tinggi gelombang yang sama, makin besar harga KD, maka berat armor yang diperlukan makin ringan, yang berarti lebih ekonomis. Armor tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi bekerja bersama-sama. Ikatan antar unit yang satu dengan yang lain tergantung dari jenis armor. Salah satu fungsi dari penelitian di Puslitbang Sumber Daya Air adalah mencari jenis armor yang mempunyai harga KD yang besar, sehingga diperoleh unit armor yang ringan dan apabila memungkinkan dalam pelaksanaannya tidak menggunakan alat-alat berat. Dari beberapa blok beton yang telah diuji coba, salah satunya adalah blok beton bergigi. Ikatan antara blok yang satu dengan yang lain (interlocking) diperkuat dengan adanya gigi, sehingga sulit lepas. Dari hasil penelitian diperoleh harga KD untuk blok beton bergigi ini adalah 4.0. Selain berat armor, salah satu besaran lain adalah tinggi rayapan. Pada tembok yang kedap dan halus, tinggi rayapan akan lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan permeabel yang kasar. Untuk mengurangi tinggi rayapan, maka dalam pemasangan blok-blok beton diberi celah. Bidang celah diusahakan agar terjadi suatu proses aliran air yang masuk ke celah yang dapat mengurangi tinggi rayapan. Makin rendah tinggi rayapan, elevasi struktur akan makin rendah dan biaya yang diperlukan akan lebih murah. 2.6 KERUSAKAN DINDING PANTAI DAN PENANGGULANGANNYA Kegagalan pada sebuah dinding pantai dapat berupa gerusan (erosi) pada dasar dinding pantai akibat tidak terlindungi, pergeseran elemen bangunan pantai akibat 23 P a g e

24 terjangan gelombang, kegagalan gelinding akibat ikatan angker yang lemah (dinding pantai jenis turap), dan terjadi perbedaan elevasi pada muka air pada bagian muka dan belakang dinding pantai (Failure Mechanisms For Flood Defence Structures, 2007). Perbedaan elevasi muka air laut di belakang dan di depan bangunan tersebut dapat menimbulkan kecepatan aliran cukup besar yang dapat menarik butiran tanah di belakang dan pada pondasi bangunan (piping). Keadaan ini dapat mengakibatkan rusak atau runtuhnya bangunan. Gambar 2.2. Kegagalan gelinding pada Pantai Lebih, Pulau Bali (Laporan Survei: Kerusakan Pantai dan Penanggulangannya,2011) Pada gambar 2.2 di atas dapat dilihat, akibat perencanaan yang kurang baik, dinding pantai buis beton mengalami kegagalan gelinding yang menyebabkan dinding pantai tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Keadaan ini juga dapat membahayakan pemukiman setempat. Gambar 2.2 juga menunjukkan kemungkinan 24 P a g e

25 kegagalan gelinding terjadi akibat lapisan pasir di belakang dinding pantai tersebut tidak mampu mengimbangi tekanan di muka bangunan akibat limpasan gelombang yang sangat besar. Penanggulangannya yaitu dengan membuat sebuah dinding pantai yang sesuai dengan fungsinya yaitu dapat menahan limpasan gelombang yang sangat besar sehingga dapat mencegah terjadinya gelinding. Adapun penanggulangan yang dapat dilakukan apabila terjadi perbedaan elevasi muka air laut yaitu Membuat elevasi puncak bangunan cukup tinggi sehingga tidak terjadi limpasan Pada belakang bangunan dilindungi dengan lantai beton atau aspal dan dilengkapi dengan saluran drainase, atau Membuat konstruksi yang dapat menahan terangkutnya butiran tanah/pasir, misalnya dengan menggunakan geotekstil yang berfungsi sebagai saringan. 25 P a g e

26 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Dinding pantai atau revetment adalah bangunan pantai yang memisahkan daratan dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai pelindung pantai terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Bangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Adapun jenis-jenis dinding pantai yaitu dinding pantai beton, dinding pantai turap, dinding pantai dari tumpukan beronjong dan dinding pantai (revetment). Revetment itu sendiri diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan berdasarkan perlindungan alur arah horizontal. Ada berbagai bahan penyusun revetment antara lain revetment dari susunan blok beton, revetment dengan turap baja, revetment dengan sisi tegak, revetment dengan tumpukan bronjong, revetment dari tumpukan batu pecah, revetment dari tumpukan pipa (buis) beton. Dalam perencanaannya tidak boleh asal-asalan agar tidak terjadi salah fungsi yang menyebabkan bangunan pantai yang dibangun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Berbagai kerusakan yang terjadi pada bangunan pantai terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air laut. Perbedaan elevasi muka air laut di belakang dan di depan bangunan tersebut dapat menimbulkan kecepatan aliran cukup besar yang dapat menarik butiran tanah di belakang dan pada pondasi bangunan (piping). Keadaan ini yang menyebabkan munculnya berbagai penyebab kerusakan pada bangunan pantai seperti kegagalan guling dan erosi yang terjadi pada dasar dinding pantai. Untuk 26 P a g e

27 penanggulangannya, dapat dilakukan dengan membuat konstruksi yang dapat menahan terangkutnya butiran tanah/pasir, misalnya dengan menggunakan geotekstil yang berfungsi sebagai saringan. 3.2 SARAN Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui lebih jauh tentang penyebab terjadinya kerusakan (kegagalan) pada bangunan pantai sehingga penanggulangannya juga dapat dimaksimalkan. 27 P a g e

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya.

1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah penjelasan mengenai bangunan pantai dan beberapa contohnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain proses alami, seperti angin, arus, dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab

Lebih terperinci

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum

PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI. Kementerian Pekerjaan Umum PENANGANAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Kementerian Pekerjaan Umum 1 KERUSAKAN 501 Pengendapan/Pendangkalan Pengendapan atau pendangkalan : Alur sungai menjadi sempit maka dapat mengakibatkan terjadinya afflux

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN

TUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PENANGANAN

BAB V RENCANA PENANGANAN BAB V RENCANA PENANGANAN 5.. UMUM Strategi pengelolaan muara sungai ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan, diantaranya adalah pemanfaatan muara sungai, biaya pekerjaan, dampak bangunan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung

TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN 4.1 Pemilihan Tipe Dinding Penahan Dalam penulisan skripsi ini penulis akan menganalisis dinding penahan tipe gravitasi yang terbuat dari beton yang

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN PEMELIHARAAN RUTIN JALAN DAN JEMBATAN PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN UPR. 02 UPR. 02.4 PEMELIHARAAN RUTIN TALUD & DINDING PENAHAN TANAH AGUSTUS 1992 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG )

PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN INFRASTRUKTUR REKLAMASI PANTAI MARINA SEMARANG ( DESIGN OF THE RECLAMATION INFRASTRUCTURE OF THE MARINA BAY IN SEMARANG ) Disusun oleh : Haspriyaldi L2A 000 081

Lebih terperinci

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 96 BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK 6.1 Perlindungan Muara Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai

Lebih terperinci

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR

BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air

Lebih terperinci

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG

MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG MATERI KULIAH MEKANIKA TEKNIK OLEH : AGUNG SEDAYU TEKNIK PONDASI TEKNIK ARSITEKTUR UIN MALIKI MALANG Pengertian Pondasi Adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang bertugas mendukung seluruh beban

Lebih terperinci

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET

KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET KRITERIA PERENCANAAN BENDUNG KARET Bendung karet adalah bendung gerak yang terbuat dari tabung karet yang mengembang sebagai sarana operasi pembendungan air. Berdasarkan media pengisi tabung karet, ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemecah gelombang atau breakwater adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah pantai/pelabuhan dari gangguan gelombang dan untuk perlindungan pantai terhadap

Lebih terperinci

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN 1. GAMBAR KONSTRUKSI JALAN a) Perkerasan lentur (flexible pavement), umumnya terdiri dari beberapa lapis perkerasan dan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Gambar 6 Jenis Perkerasan Lentur Tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air (Grim,

Lebih terperinci

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall )

DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) DINDING PENAHAN TANAH ( Retaining Wall ) A. PENGERTIAN Dinding penahan tanah (DPT) adalah suatu bangunan yang dibangun untuk mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat di

Lebih terperinci

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III 3.1 Tinjauan Umum Dalam penulisan laporan Tugas Akhir memerlukan metode atau tahapan/tata cara penulisan untuk mendapatkan hasil yang baik dan optimal mengenai pengendalian banjir sungai

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 5 BAB II 2.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar perencanaan agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam perhitungan dan pelaksanaan pekerjaan di

Lebih terperinci

PENGANTAR PONDASI DALAM

PENGANTAR PONDASI DALAM PENGANTAR PONDASI Disusun oleh : DALAM 1. Robi Arianta Sembiring (08 0404 066) 2. M. Hafiz (08 0404 081) 3. Ibnu Syifa H. (08 0404 125) 4. Andy Kurniawan (08 0404 159) 5. Fahrurrozie (08 0404 161) Pengantar

Lebih terperinci

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 87 BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI 6.1 Perlindungan Pantai Secara alami pantai telah mempunyai perlindungan alami, tetapi seiring perkembangan waktu garis pantai selalu berubah. Perubahan garis

Lebih terperinci

Pengendalian Banjir Sungai

Pengendalian Banjir Sungai Pengendalian Banjir Sungai Bahan Kuliah Teknik Sungai Dr. Ir. Istiarto, M.Eng. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan FT UGM Sungai Saluran drainasi alam tempat penampung dan penyalur alamiah air dari mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia banyak sekali daerah yang,mengalami longsoran tanah yang tersebar di daerah-daerah pegunngan di Indonesia. Gerakan tanah atau biasa di sebut tanah longsor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini teknologi terus berkembang seiring kemajuan jaman. Teknologi di bidang konstruksi bangunan juga mengalami perkembangan pesat, termasuk teknologi dalam bidang

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam

Gambar 1.1. Dinding penahan tanah geofoam Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) 1. Pengertian dan Fungsi Dinding penahan tanah (retaining wall) merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan raya, dan bangunan lingkungan lainnya

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami banjir. 2. Memahami gelombang pasang.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Kotamadya Semarang yang merupakan Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah, memiliki kondisi yang cukup kompleks. Sebagai kota yang terletak di pesisir utara pulau Jawa, dahulu

Lebih terperinci

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI

D3 JURUSAN TEKNIK SIPIL POLBAN BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Stabilitas Talud (Stabilitas Lereng) Suatu tempat yang memiliki dua permukaan tanah yang memiliki ketinggian yang berbeda dan dihubungkan oleh suatu permukaan disebut lereng (Vidayanti,

Lebih terperinci

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound.

Erosi, revretment, breakwater, rubble mound. ABSTRAK Pulau Bali yang memiliki panjang pantai 438 km, mengalami erosi sekitar 181,7 km atau setara dengan 41,5% panjang pantai. Upaya penanganan pantai yang dilakukan umumnya berupa revretment yang menggunakan

Lebih terperinci

Stabilitas lereng (lanjutan)

Stabilitas lereng (lanjutan) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana 12 MODUL 12 Stabilitas lereng (lanjutan) 6. Penanggulangan Longsor Yang dimaksud dengan penanggulangan longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Salah satu kekayaan tersebut yaitu nikel. Nikel adalah hasil tambang yang bila diolah dengan

Lebih terperinci

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON Tirza Jesica Kakisina * Abstract The north coast of Baguala bay was became stricture by

Lebih terperinci

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut: Pondasi Caisson atau Pondasi Sumuran Pondasi sumuran adalah suatu bentuk peralihan antara pondasi dangkal dan pondasi tiang dan digunakan apabila tanah dasar (tanah keras) terletak pada kedalaman yang

Lebih terperinci

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi

BAB III. Pengenalan Denah Pondasi BAB III RENCANA PONDASI DAN DETAIL PONDASI Pengenalan Denah Pondasi Pondasi (Sub Structure/Foundation) sering disebut struktur bangunan bagian bawah, yaitu merupakan konstruksi yang terletak di bawah permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa

BAB I PENDAHULUAN. gelombang laut, maka harus dilengkapi dengan bangunan tanggul. diatas tadi dengan menggunakan pemilihan lapis lindung berupa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Tinjauan Umum Dalam negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah yang sangat luas, sangat dirasakan kebutuhan adanya suatu angkutan yang efektif, dalam arti aman,

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH

KAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH 127 BAB III 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 1 PENDAHULUAN Bab PENDAHULUAN Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam sebuah bangunan pasti terdapat elemen-elemen struktur yang saling terikat sehingga sebuah bangunan menjadi kokoh, adapun elemen-elemen struktur tersebut yaitu

Lebih terperinci

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang

Trestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP 8.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pembangunan Dermaga Pangkalan TNI Angkatan Laut Tarakan - Kalimantan Timur yang meliputi : analisa data, perhitungan reklamasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan. Tanah merupakan bahan bangunan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN NO. 0081T/Bt/1995 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Sejalan dengan mekanisme perencanaan Proyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tanggal 17 Juni 2006 gempa sebesar 6,8 skala Richter mengguncang Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan lempeng Ausralia

Lebih terperinci

STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL

STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL STABILITAS STRUKTUR PELINDUNG PANTAI AKIBAT PEMANASAN GLOBAL Sinatra 1 dan Olga Pattipawaej 1 Program Studi Double Degrre, Teknik Sipil-Sistem Informasi, Universitas Kristen Maranatha, Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.1 TINJAUAN UMUM Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan tahapan atau metedologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 Sunaryo 1, Darwizal Daoed 2, Febby Laila Sari 3 ABSTRAK Sungai merupakan saluran alamiah yang berfungsi mengumpulkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP Diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (Strata - 1) pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Umum Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Diakibatkan

Lebih terperinci

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN

BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN BAB 9. B ANGUNAN PELENGKAP JALAN Bangunan pelengkap jalan raya bukan hanya sekedar pelengkap akan tetapi merupakan bagian penting yang harus diadakan untuk pengaman konstruksi jalan itu sendiri dan petunjuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan luas wilayah daratan dan perairan yang besar. Kawasan daratan dan perairan di Indonesia dibatasi oleh garis pantai yang menempati

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan / maritim, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan / keamanan, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 7

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 7 Desain Pengamananan Pantai Pulau Karakelang, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara Bab 7 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO Bab 7 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO Desain Pengamanan

Lebih terperinci

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air

Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Prasarana/Infrastruktur Sumber Daya Air Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Air Struktural: Pemanfaatan air Pengendalian daya rusak air Pengaturan badan air (sungai, situ, danau) Non-struktural: Penyusunan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang)

LEMBAR PENGESAHAN. PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) ii LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BANGUNAN PELINDUNG PANTAI TAMBAK MULYO, SEMARANG (Design of The Shore Protection for Tambak Mulyo, Semarang) Disusun Oleh : BASRINDU BURHAN UTOMO L2A 003 034 DWI PRASETYO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Mario P. Suhana * * Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Email: msdciyoo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB III DATA DAN ANALISA BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,

Lebih terperinci

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA

1.2. ELEMEN STRUKTUR UTAMA STRUKTUR MASSA 1.1. PENDAHULUAN Struktur bangunan adalah komponen penting dalam arsitektur. Tidak ada bedanya apakah bangunan dengan strukturnya hanya tempat untuk berlindung satu keluarga yang bersifat

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT)

TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT) 1 TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT) I. Pengertian II. TPT adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu pada umumnya dipasang pada daerah tebing yang labil. Jenis konstruksi antara

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN

BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN BAB V PERENCANAAN DAM PENGENDALI SEDIMEN 5.1 Tinjauan Umum Sistem infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan yang berhubungan langsung dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya beban diatasnya. Pondasi

Lebih terperinci

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa

Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Membangun kincir air tipe Pusair untuk irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 5.1 Kesimpulan 1. Konstruksi geotube merupakan suatu konstruksi yang memadukan material geotekstil sebagai pembungkus dan pasir atau lanau sebagai material pengisi yang dibentuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN DERMAGA PETI KEMAS DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN IX DINDING DAN RANGKA Oleh : A.A.M DINDING Menurut fungsinya dinding dapat dibedakan menjadi 2, yaitu: 1. Dinding Struktural : Yaitu dinding yang berfungsi untuk ikut menahan beban struktur,

Lebih terperinci

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah.

PONDASI. Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. PONDASI Prinsip pondasi : 1. Harus sampai ke tanah keras. 2. Apabila tidak ada tanah keras harus ada pemadatan tanah/perbaikan tanah. Pengertian umum untuk Pondasi adalah Struktur bagian bawah bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat

Lebih terperinci

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE PERMUKAAN UNTUK JALAN RAYA a) Mengalirkan air hujan dari permukaan jalan agar tidak terjadi genangan. b) Mengalirkan air permukaan yang terhambat oleh

Lebih terperinci

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan

Ach. Lailatul Qomar, As ad Munawir, Yulvi Zaika ABSTRAK Pendahuluan Pengaruh Variasi Jarak Celah pada Konstruksi Dinding Pasangan Bata Beton Bertulang Penahan Tanah Terhadap Deformasi Lateral dan Butiran Yang Lolos Celah dari Lereng Pasir + 20% Kerikil Ach. Lailatul Qomar,

Lebih terperinci

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG Ariestides K. T. Dundu Dosen Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Batu Putih terletak di paling utara dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN

BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN BAB V ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF JEMBATAN Perkembangan teknologi saat ini memungkinkan untuk membangun berbagai jenis konstruksi jembatan, yang pelaksanaannya menyesuaikan dengan kebutuhan kondisi setempat.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG

PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG PERENCANAAN DINDING PENAHAN TANAH PADA RUAS JALAN TENGGARONG SEBERANG KM 10 KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG 1.1 Latar Belakang JUMRI BAB I PENDAHULUAN Tenggarong Seberang merupakan pemekaran dari Tenggarong

Lebih terperinci

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali KONSTRUKSI PONDASI 9.1 Konstruksi Pondasi Batu Kali atau Rollaag Konstruksi pondasi ini merupakan bagian dari konstruksi bangunan gedung dan sangat penting karena sangat menentukan kekokohan bangunan.

Lebih terperinci

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa

Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Konstruksi dan Bangunan Pembuatan bendung beronjong dengan sekat semikedap air pada irigasi desa Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 360/KPTS/M/2004 Tanggal : 1 Oktober 2004 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH

BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH Mata Kuliah : Pondasi Kode Mata Kuliah : SPR241 SKS : 2 Unit Kompetensi : Merencanakan Pondasi Bangunan BAB II DESKRIPSI KOMPETENSI MATA KULIAH Kompetensi 1. Menguasai Sifat-Sifat Teknis Tanah dan Batuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan

Lebih terperinci

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON

BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON BAB V PEMBAHASAN 5.1 STRUKTUR BETON Beton bertulang adalah struktur komposit yang sangat baik untuk digunakan pada konstruksi bangunan. Pada struktur beton bertulang terdapat berbagai keunggulan akibat

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum 4 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum PPI Logending Pantai Ayah Kabupaten Kebumen menggunakan bangunan pengaman berupa pemecah gelombang dengan bentuk batuan buatan hexapod (Gambar 2.1). Pemecah gelombang

Lebih terperinci

garis kontur permukaan tanah digunakan sebagai pedoman dalam menentukan elevasi

garis kontur permukaan tanah digunakan sebagai pedoman dalam menentukan elevasi BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN 2.1 Perencanaan Letak Konstruksi Perencanaan letak konstruksi berkaitan dengan fungsi bangunan tersebut. Maka sebelum ditetapkan letak dari bangunan tersebut perlu diadakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Persiapan Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di lokasi studi yaitu Jalan Raya Sekaran di depan Perumahan Taman Sentosa Gunungpati,

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH Pelatihan Tukang Bekisting dan Perancah Nomor Modul SBW 07 Judul Modul TEKNIK PEMASANGAN DAN PEMBONGKARAN BEKISTING DAN PERANCAH DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Secara umum pelabuhan (port) merupakan daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang dan arus, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL STUDI LAPIS LINDUNG PEMECAH GELOMBANG HEXAPOD, TETRAPOD, DAN KUBUS MODIFIKASI Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : NABILLA

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI KONDISI WILAYAH STUDI 6 BAB II KONDISI WILAYAH STUDI 2.1 Tinjauan Umum Kondisi wilayah studi dari Kali Babon meliputi kondisi morfologi Kali Babon, data debit banjir, geoteknik, kondisi Bendung Pucang

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA

PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Perencanaan Bangunan Pemecah Gelombang Erni Yulianti PERENCANAAN BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG (PENGAMAN PANTAI LABUHAN) DI KABUPATEN SUMBAWA Erni Yulianti Dosen Program Studi Teknik Sipil Sumberdaya Air

Lebih terperinci

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu

TIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Daerah yang menjadi objek dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah pesisir Kecamatan Muara Gembong yang terletak di kawasan pantai utara Jawa Barat. Posisi geografisnya

Lebih terperinci

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG (The Breakwater Design of Tambaklorok Port of Fish Semarang) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 9 ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO Bab ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO Desain Pengamananan Pantai Manokwari

Lebih terperinci

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13

Bendungan Urugan I. Dr. Eng Indradi W. Tuesday, May 14, 13 Urugan I Dr. Eng Indradi W. urugan Bendungan yang terbuat dari bahan urugan dari borrow area yang dipadatkan menggunakan vibrator roller atau alat pemadat lainnya pada hamparan dengan tebal tertentu. Desain

Lebih terperinci

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN

FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN FONDASI DALAM BAB I PENDAHULUAN A. FUNGSI FONDASI PENDAHULUAN Meneruskan beban yang diterima ke tanah dasar fondasi kepada tanah, baik beban dalam arah vertical maupun horizontal. Fungsi fondasi tiang

Lebih terperinci

5- PEKERJAAN DEWATERING

5- PEKERJAAN DEWATERING 5- PEKERJAAN DEWATERING Pekerjaan galian untuk basement, seringkali terganggu oleh adanya air tanah. Oleh karena itu, sebelum galian tanah untuk basement dimulai sudah harus dipersiapkan pekerjaan pengeringan

Lebih terperinci