BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakanng Masalah. Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan perusahaan tekstil yang bergerak dibidang pertenunan (weaving).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

3 BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kinerja khususnya dalam perencanaan produksi. Salah satu perencanaan produksi

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha

Ekonomi & Bisnis Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dengan tetap mempertahankan dari segi yang menguntungkan bagi

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. industri otomotif dan komponen, sehingga tercipta industri otomotif nasional yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BUKU PANDUAN PENGGUNAAN APLIKASI

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot.

Universitas Bina Nusantara. USULAN PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL di PT. PRATAMA ABADI INDUSTRI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam jadwal produksi induk. Contoh dari depended inventory adalah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi sekarang ini, persaingan global yang tajam banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2016 menjadi awal mula pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Jenis sediaan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pada masa sekarang ini keadaan ekonomi yang tumbuh dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai bidang usaha dewasa ini sudah mulai terasa dampaknya termasuk

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara. Perusahaan ini berada di JL. Raya Moh Toha Km 5/23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

MANAJEMEN PERSEDIAAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prosiding Manajemen ISSN:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk dapat menghasilkan produk dengan optimal. Namun

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang produksi, distribusi maupun retail untuk mengoptimalkan tingkat

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. membutuhkan persediaan dalam kegiatan operasi perusahaan. Menurut Riah

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 Landasan Teori

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

Analisis Penerapan MRP Terhadap Perencanaan Dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada PT. Latif Di Kediri

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bagian bab ini memuat teori-teori dari para ahli yang dijadikan sebagai

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan didunia bisnis saat ini terasa semakin ketat, terutama semenjak perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dan Cina mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2010. Perjanjian tersebut sebenarnya telah disepakati sejak tahun 2002 oleh Indonesia dan pemerintah pun tidak akan mengundur berlakunya pelaksanaan perjanjian ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) tersebut. Indonesia sebagai penandatangan akan tetap berkomitmen terhadap perjanjian yang telah disepakati antar negara-negara ASEAN dan Cina itu. Seiring dengan berlakunya ACFTA mulai timbul kekhawatiran masyarakat Indonesia terkait produk lokal yang rawan tergerus produk impor Cina dan persaingan diberbagai sektor industri yang akan semakin ketat. Diperkirakan ada sepuluh sektor industri yang paling dirugikan dalam perjanjian perdagangan tersebut, salah satunya adalah sektor industri tekstil. Cina merupakan negara pesaing terkuat dalam industri tekstil Indonesia. Biro Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperlihatkan nilai ekpor tekstil Indonesia terhadap Cina sebagai berikut (angka di antara tanda kurung menandakan peringkat) : 1. Serat sintetik : 7,2 (1) 2. Serat lainnya dengan nilai 13,1 (3) 3. Benang tekstil (untuk pembuatan kain) memiliki nilai 73,7 (3) 4. Benang dan kain yang memiliki kekhususan tertentu (special yarns and fabrics) : 10,2, (5)

Total nilai ekspor 104,2 Sementara Indonesia mengimpor : 1. Kapas dengan nilai 55,6 (3) 2. Benang tekstil dengan nilai 33,8 (2) 3. Kain kapas dengan value 58,3 (1) 4. Mesin tekstil dan pengolahan kulit dengan value 33,8 (4) Total nilai impor 180,8 Sumber : www.bps.go.id Dari data ini jelas terlihat bahwa impor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia dari Cina lebih banyak daripada ekspornya. Data ini juga sekaligus menunjukkan dimana sebenarnya letak kekuatan tekstil Indonesia, yaitu pada serat. Kelemahan tekstil kita terutama ada pada ketergantungan akan bahan baku berupa kapas, benang dan mesin. Angka-angka pertumbuhan ekspor impor tekstil ini masih akan terus berubah secara dinamis mengikuti gerak perkembangan industrinya. Diawal perkembangannya, industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan yang pesat pada tahun 1992, sehingga pada saat itu menjadi penghasil devisa tertinggi di antara komoditas nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar US$ 3.5 milyar. Industri tekstil tersebut tidak berbasis pada produksi bahan baku domestik yang kuat. Bahan baku tekstil yang berupa serat kapas harus diimpor. Setiap tahun Indonesia mengimpor kapas dalam jumlah besar. Pada tahun 1993 Indonesia mengimpor 414.000 ton atau di atas 96% total kebutuhan nasional dan

kurang dari 4% yang dapat disediakan dari hasil kapas dalam negeri. (Baharsjah,1993) Adapun data indeks terbaru mengenai tingkat produksi besar dan sedang yang tertera di BPS (Biro Pusat Statistik) Indonesia sebagai berikut : Tabel 1.1 Indeks Produksi Industri Besar dan Sedang Menurut Dua Digit Kode ISIC, Tahun 2010-2011 Kode Industri 15 16 Uraian Makanan dan Minuman Pengolahan Tembakau 2010 Rata an Tah Triwulan unan 2010 2011 Rata an Tah Triwulan unan 2011 I II III IV I II III IV 279.05 289.73 303.36 303.91 294.01 292.16 315.28 326.80 201.85 205.00 199.85 203.90 202.65 209.64 227.60 223.22 17 Tekstil 91.89 93.96 94.27 104.44 96.14 106.69 101.56 102.99 Pakaian 18 Jadi Kulit dan Barang dari 19 Kulit dan Alas Kaki Sumber : www.bps.go.id (7 Maret 2012) 81.77 85.01 85.09 89.38 85.31 90.68 89.37 89.63 125.96 126.44 125.07 135.39 128.22 145.17 144.87 139.15 Dari tabel data diatas terlihat bahwa indeks tingkat produksi tekstil di Indonesia dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, meskipun tingkat produksi pada Triwulan IV tahun 2011 dan Rataan Tahunan 2011 belum diketahui. Ini salah satu bukti bahwa saat ini

perkembangan industri tekstil di Indonesia sangat lamban. Dan tak bisa dipungkiri industri tekstil kita selama ini masih tertolong dengan adanya aturan kuota tekstil dunia sehingga industri tekstil kita masih mampu bertahan karena mendapat limpahan order dari negara negara yang telah kelebihan kuota. Secara umum industri tekstil diartikan sebuah industri yang bahan bakunya berasal dari serat (kapas, poliester, rayon) yang dipintal (spinning) menjadi benang dan kemudian dianyam/ditenun (weaving) atau dirajut (knitting) menjadi kain yang setelah dilakukan penyempurnaan (finishing) digunakan untuk bahan baku produk tekstil. Tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang diolah menjadi benang atau kain sebagai bahan untuk pembuatan busana dan berbagai produk kerajinan lainnya. Dari pengertian tekstil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bahan/produk tekstil meliputi produk serat, benang, kain, pakaian dan berbagai jenis benda yang terbuat dari serat. Pada umumnya bahan tekstil dikelompokkan menurut jenisnya sebagai berikut: 1. Berdasar jenis produk/bentuknya: serat staple, serat filamen, benang, kain, produk jadi (pakaian / produk kerajinan dll) 2. Berdasar jenis bahannya: serat alam, serat sintetis, serat campuran 3. Berdasarkan jenis warna/motifnya: putih, berwarna, bermotif/bergambar 4. Berdasarkan jenis kontruksinya: tenun, rajut, renda, kempa. benang tunggal, benang gintir.

Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil sangat bergantung pada ketersediaan bahan baku. Bahan baku yang berkualitas, tentu akan menghasikan produk yang berkualitas juga. Salah satu perusahaan tekstil yang bergerak dibidang produksi weaving (tenun) adalah PT. Tarumatex. PT. Tarumatex menghasilkan produk tekstil berupa kain grey tenun atau kain mentah. Kain grey tenun atau kain mentah tersebut harus melalui proses coloring (pewarnaan) dan finishing (penyempurnaan) sebelum dijual ke konsumen. Kain merupakan salah satu produk tekstil yang terbuat dari benang yang ditenun. Bahan baku untuk membuat kain adalah benang. Ada banyak sekali jenis-jenis benang, yang dikelompokkan berdasarkan seratnya, ada yang berasal dari serat alam seperti kapas dan serat buatan. PT. Tarumatex selalu berusaha bertahan dalam persaingan, namun semakin meningkatnya harga segala kebutuhan pokok dan bahan bakar minyak ditambah dengan semakin tingginya persaingan industri tekstil khususnya dengan masuknya pedagang Cina, sehingga membuat PT. Tarumatex tidak mengalami peningkatan produktivitas yang berarti dari tahun-tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan biaya produksi yang tidak dapat ditekan. Besarnya biaya produksi dalam perusahaan dikarenakan oleh besarnya biaya persediaan. Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyiapan, dan biaya kekurangan bahan baku. Namun biaya persediaan yang dapat dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Sedangkan biaya kekurangan bahan baku dan penyiapan sebagai biaya opportunity.

Dalam memenuhi permintaan pelanggannya PT. Tarumatex memiliki kebijakan sendiri dalam melakukan pengendalian persediaanya. Perusahaan melakukan pemesanan persediaannya setiap dua bulan sekali, dengan jumlah dan interval yang tidak tetap sesuai dengan pemesanan. Oleh karena itu persediaan yang tersisa tersimpan didalam gudang tidak menentu, sehingga selalu terjadi penumpukan bahan baku dan terkadang kekurangan bahan baku, sehingga menimbulkan bertambahnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan maupun biaya kekurangan. Hal ini berarti besarnya investasi perusahaan ada pada persediaan yang tak menentu, padahal jika perusahaan mampu menentukan berapa besarnya yang mereka perlukan secara tepat jumlah dan tepat waktu besarnya persediaan dapat dikelola secara efektif. Tabel 1.2 Data Total Permintaan Kain Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011

8,800,000 8,300,000 meter 7,800,000 7,300,000 6,800,000 2009 2010 2011 Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex Tabel 1.3 Data Persediaan Bahan Baku Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011

Bahan Baku Kain Polyester Rayon (PR) 2,000.00 1,500.00 Bale 1,000.00 500.00 0.00 2009 2010 2011 P150 927.91 983.462 1132.22 Ry30 997.12 1057.97 1464.61 Tabel 1.4 Data Biaya Total Persediaan Di PT. Tarumatex Tahun 2009-2011 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2009 2010 2011 Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan Sumber : Bagian Produksi PT. Tarumatex Melihat permasalahan diatas mengenai tingginya biaya yang timbul akibat persediaan dalam gudang dan pemesanan bahan baku, sehingga semakin besar biaya-biaya yang ditimbulkan, seperti biaya akomodasi dan transportasi. Oleh sebab itu PT. Tarumatex harus mampu membuat suatu pengelolaan dan perencanaan bahan baku atas permintaan yang ada. Untuk itu PT. Tarumatex perlu

menerapkan teknik perencanaan persediaan bahan baku yang tepat dalam rangka mengendalikan persediaannya. Persediaan merupakan salah satu bagian terbesar dalam penggunaan modal kerja perusahaan dan merupakan aktiva yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Pesediaan yang terlalu berlebihan akan merugikan perusahaan karena ini berarti lebih banyak uang atau modal yang tertanam dalam persediaan dan biayabiaya yang timbul akibat adanya penyimpanan tersebut. Sebaliknya apabila persediaan terlalu kecil akan timbul biaya-biaya karena kekurangan persediaan bahan baku, seperti biaya pemesanan, biaya akomodasi dan biya transportasi yang tinggi, bahkan apabila permintaan konsumen tidak terpenuhi karena kekurangan persediaan bahan baku, jelas sekali akan menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Kegiatan produksi di PT. Tarumatex harus diarahkan pada tindakan yang menuju kearah keberhasilan dari usaha itu sendiri, dimana tindakan tersebut dapat diterapkan dalam fungsi-fungsi manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian. Perencanaan merupakan fungsi pertama yang harus dilakukan, karena melalui perencanaan yang baik segala kegiatan dan tujuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat dengan jelas dirumuskan dan diperinci sehingga dapat teroganisir sesuai dengan harapan. Jadi pada dasarnya, perencanaan ini merupakan tahapan yang sangat penting untuk mengamankan rencana yang telah dibuat dan yang akan direncanakan. Salah satu aspek yang

harus direncanakan dalam perusahaan manufaktur adalah perencanaan bahan baku. Selanjutnya agar kegiatan pelaksanaan dapat dijalankan sesuai dengan rencana, maka diperlukan suatu pengendalian atau pengawasan pada setiap proses kegiatan agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Perencanaan bahan baku perusahaan menunjukkan suatu proses sejak dari tahap persiapan yang diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data dan informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana perusahaan sendiri, implementasi dari rencana tersebut sampai pada akhirnya tahap pegawasan dan evaluasi dari hasil pelaksanaan rencana tersebut. Perusahaan harus mampu melaksanakann fungsifungsi manajemen secara menyeluruh agar dapat melakukan kegiatan operasi yang efektif dan efisien. Dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku yang efektif dan efisien diperlukan keahlian dan ketelitian yang tinggi dan menjadi salah satu faktor penting dari kegiatan perindustrian salah satunya bagi PT. Tarumatex. Hal ini dikarenakan perencanaan kebutuhan bahan baku dapat mempengaruhi jalannya proses produksi yang akan berlangsung dan juga akan mempengaruhi variabel biaya produksi dari produk tersebut. Tingkat kefektifan dalam perencanaan kebutuhan bahan baku diukur dari pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini ketepatan dalam menetapkan metode atau teknik yang digunakan dalam

melakukan perencanaan kebutuhan bahan baku merupakan ukuran pencapaian target atau tujuan perusahaan itu sendiri. Tingkat efisiensi dapat diukur dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi merupakan suatu tidakan yang berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak biaya dan waktu dalam proses pengerjaannya. Dalam penelitian kali ini, tingkat efisiensi dapat diukur dari jumlah akhir atau total biaya persediaan bahan baku dari perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku yang paling rendah (minimal cost) berdasarkan penerapan metode atau teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yang ditetapkan. Perencanaan dan pengendalian kebutuhan bahan baku harus menjadi hal penting dan menjadi salah satu inti perhatian bagi PT. Tarumatex. Kemampuan dalam mengatur persediaan yang tepat akan memberikan dampak positif bagi kemajuan dan kinerja perusahaan dalam mengatur biaya-biaya yang harus dikeluarkan. Permasalahan perencanaan bahan baku tersebut dapat diatasi dengan berbagai metode dalam persediaan, salah satunya dengan metode Material Requirement Planning (MRP). Menurut Vincent Gaspers (2004:177) mengatakan bahwa Material Requirement Planning (MRP) adalah : Perencanaan kebutuhan bahan baku (Material Requirement Planning) adalah metode penjadwalan untuk perencanaan pembelian pesanan (purchased

planned orders) dan perencanaan pesanan manufktur (manufactured planned oders). MRP merupakan metode perencanaan (planning) dan penjadwalan (scheduling) pesanan dan inventory untuk item-item permintaan yang bersifat tidak bebas (dependent inventory) yaitu permintaan satu produk berkaitan dengan permintaan untuk produk produk lainnya. Jadi, MRP adalah teknik untuk merencanakan dan menjadwalkan bahan baku yang digunakan untuk proses produksi sesuai dengan jadwal produksi. Dengan menggunakan sistem MRP dapat diketahui berapa banyak dan kapan suatu bahan baku yang dibutuhkan akan dipesan. Konsep MRP adalah menyediakan bahan baku pada jumlah, waktu dan jenis secara tepat, sehingga dapat selalu tersedia pada saat dibutuhkan guna memproduksi suatu barang atau produk. Dari penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa MRP juga merupakan metode yang dapat digunakan untuk mengendalikan persediaan kebutuhan bahan baku. Menurut Agus Ristono (2009:2) dalam bukunya Manajemen Persediaan, menerangkan bahwa : Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan.

Tujuan MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak mungkin penumpukan bahan baku dalam persediaan dan untuk memastikan berapa banyaknya bahan baku yang harus disediakan sesuai pesanan dengan periode waktu yang tepat. Komponen dasar dari MRP terdiri dari Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule-MPS), Struktur Produk (Bill of Material) dan Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record). Dalam proses MRP, terdapat beberapa teknik untuk menentukan besarnya lot atau besarnya kuantitas pesanan, diantaranya teknik Lot For Lot (LFL), Fixed Order Quantity (FOQ), Fixed Period Quantity (FPQ), Least Unit Cost (LUC), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Part Period Balancing (PPB), Silver Mean (SM), dan lain-lain. Salah satu dari teknik-teknik perhitungan lot dalam MRP ini bisa dijadikan solusi untuk merencanakan jumlah pesanan yang efektif sehingga biaya-biaya yang seharusnya tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan bisa dikendalikan. Berdasarkan permasalahan diatas, penulis bermaksud melakukan penelitian tentang sistem perencanaan kebutuhan bahan baku dengan judul Analisis Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku dalam Upaya Efisiensi Biaya Total Persediaan Pada PT. Tarumatex (Studi Komparatif Dengan Metode Lot For Lot, Fixed Order Quantity dan Fixed Period Quantity). Karena sistem perencanaan persediaan bahan baku di PT. Tarumatex belum efektif sehingga menimbulkan biaya total persediaan perusahaan yang cukup tinggi.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Proses produksi merupakan suatu kegiatan yang didalamnya dibutuhkan berbagai sumber daya produksi itu sendiri, diantaranya modal produksi, bahan baku produksi, fasilitas produksi (mesin; kendaraan; dll), tenaga kerja, tempat dan waktu produksi. Proses produksi yang baik tentu didasari oleh perencanaan produksi yang baik pula, dimana semua kegiatan-kegiatan produksinya berjalan lancar dan terkendali sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi perusahaan tersebut. Salah satu aspek yang perlu direncanakan sejak awal sebelum dilakukannya proses produksi adalah perencanaan persediaan bahan baku. Perencanaan persediaan kebutuhan bahan baku bertujuan untuk mengurangi ketidakpastian produksi akibat fluktuasi supply bahan baku dan mengantisipasi baik penurunan atau peningkatan permintaan pelanggan. Jika persediaan bahan baku terlalu sedikit, hal ini akan menghambat dan mengganggu kelancaran proses produksi serta dapat menurunkan tingkat pelayanan kepada pelanggan. Sebaliknya, jika persediaan bahan baku terlalu banyak, hal ini dapat

meningkatkan biaya-biaya persediaan yang besar serta dapat menimbulkan risiko kerusakan bahan baku karena penimbunan yang terlalu banyak dan penyimpanan bahan baku yang cukup lama. Untuk itu diperlukan perencanaan bahan baku yang sesuai dengan kapasitas dan kemampuan perusahaan itu sendiri. PT. Tarumatex adalah perusahaan tekstil yang bergerak di bagian weaving (tenun) yang memproduksi berbagai macam kain. PT. Tarumatex memproduksi produknya berdasarkan pada pemesanan atau job order. Dalam melakukan produksi dibutuhkan bahan baku berupa benang. Perencanaan kebutuhan bahan baku ini sangat penting karena jika perusahaan mengalami kondisi kelebihan atau kekurangan bahan baku, yang jika tidak diolah sedemikian rupa dapat menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan. Masalah perencanaan bahan baku adalah yang paling mendasar, yakni apabila proses produksi terdapat jumlah persediaan berlebihan yang mengakibatkan kerusakan atau keusangan bahan baku dan jumlah persediaan yang terlalu sedikit sehingga tidak mampu melayani semua permintaan pelanggan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses perencanaan kebutuhan bahan baku, yaitu adanya waktu antara barang sejak dipesan sampai dikirim (lead time), keterbatasan sumber daya yang dimiliki perusahaan, seperti bahan baku yang tersedia dan jumlah mesin yang dimiliki oleh perusahaan apakah cukup untuk memenuhi permintaan pelanggan atau tidak, selain itu dalam menerima pesanan perusahaan harus memperhatikan berapa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pesanan tersebut.

Dari latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan yang dihadapi oleh PT. Tarumatex pada proses produksinya adalah belum efektifnya penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dalam perusahaan yang ditandai dengan masih besarnya jumlah total biaya persediaan sehingga menimbulkan masalah-masalah dalam proses produksi dan menimbulkan peningkatan biaya produksi perusahaan. Penelitian ini membatasi ruang lingkupnya dengan berfokus pada penerapan perencanaan kebutuhan bahan baku dengan teknik perhitungan Lot dalam metode MRP untuk produk kain Polyester Rayon (PR) pada PT. Tarumatex dalam upaya efisiensi biaya total persediaan. 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana metode atau kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang diterapkan oleh PT. Tarumatex? 2. Bagaimana tingkat biaya total persediaan di PT. Tarumatex? 3. Bagaimana penerapan 3 (tiga) teknik perencanaan kebutuhan bahan baku yaitu dengan teknik Lot For Lot, Fixed Order Quantity, dan Fixed Period Quantity dan implementasinya terhadap biaya total persediaan bahan baku?

4. Metode perencanaan kebutuhan bahan baku mana yang paling tepat bagi PT. Tarumatex sehingga dapat menciptakan efisiensi biaya persediaan? 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Hasil Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Gambaran kebijakan perencanaan kebutuhan bahan baku yang dilakukan oleh PT. Tarumatex. 2. Gambaran tingkat biaya persediaan di PT. Tarumatex. 3. Membandingkan teknik penentuan lot dalam metode MRP mana yang paling tepat bagi PT. Tarumatex dalam melakukan perencanaan kebutuhan bahan bakunya. 4. Rekomendasi metode penerapan kebutuhan bahan baku bagi PT. Tarumatex. 1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian Kegunaan hasil penelitian ini dapat dikelompokkan pada kegunaan ilmiah dan kegunaan praktis, diantaranya : a) Kegunaan Ilmiah

Secara ilmiah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetauan serta referensi pengembangan ilmu manajemen operasional, khususnya dalam hal teori perencanaan bahan baku dengan metode MRP. b) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi perusahaan tekstil dan pertimbangan yang berarti dalam menerapkan metode perencanaan bahan baku.