Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi diri (Chaer, 2007:33). Oleh karena itu, bahasa merupakan hal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO. Jurnal Publikasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pengarang karya sastra tentu mempunyai berbagai ciri khas dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam pembahasan bab ini, peneliti akan memaparkan sekaligus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. metaforis, lokalitas merupakan sebuah wilayah tempat masyarakatnya secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, memberikan saran atau pendapat, dan lain sebagainya. Semakin tinggi

MACAM-MACAM MAJAS (GAYA BAHASA)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan karya ilmiah tentunya tidak terlepas dari buku-buku pendukung

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi anggota

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan untuk memahami hal-hal yang lain (KBBI, 2003: 588).

TEMA DAN GAYA BAHASA KARYA HAJI ABDUL MALIK

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. Pertama,

untuk dibicarakan. Hal ini dikarenakan bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi manusia untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

BAB 1 PENDAHULUAN. Unsur utama karya sastra adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan. Hubungan bahasa

GAYA BAHASA DALAM CERITA MADRE KARYA DEWI LESTARI

BABII LANDASAN TEORI. secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL LA GRANDE BORNE KARYA NH. DINI

Gaya Bahasa dalam Karangan Bahasa Jawa Siswa Kelas VI SDN 2 Carat Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2011/2012

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM IKLAN DI RCTI. E- mail : ABSTRAK

ANALISIS GAYA BAHASA PERTENTANGAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY ARTIKEL E-JOURNAL

KARAKTERISTIK PEMAKAIAN GAYA BAHASA DALAM WACANA STIKER KENDARAAN BERMOTOR (TINJAUAN SOSIOLINGUISTIK)

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM PUISI KARANGAN SISWA KELAS IX MADRASAH TSANAWIYAH MADANI CERUK IJUK TAHUN AJARAN 2012/2013 ARTIKEL E-JOURNAL

Novel Selamat Tinggal Jeanette merupakan novel yang mempunyai latar belakang adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangsari memiliki beberapa upacara adat Jawa, salah satu di

PEMANFAATAN GAYA BAHASA DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE. SKRIPSI Oleh :

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah, diperlukan sebuah konsep guna

BAB 3 METODE PENELITIAN

ARTIKEL PENELITIAN. Diksi dan Gaya Bahasa Novel Moga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye. Oleh: ROSA MAULIDYA

KONTRIBUSI MINAT BACA PUISI DAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI

GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS SEBAGAI ALTERNATIF KAJIAN PENGEMBANGAN

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

BAB 2 GAYA BAHASA IKLAN

ANALISIS GAYA BAHASA IKLAN ELEKTRONIK PRODUK KOSMETIK. Fadlun Al fitri

MAJAS Materi Kelas X. 1. Majas perbandingan 2. Majas penegasan 3. Majas sindiran 4. Majas pertentangan

ANALISIS GAYA BAHASA CALON PRESIDEN PADA ACARA DEBAT DALAM PEMILIHAN UMUM 2014 SKRIPSI. Oleh: Ahmad Rizal Arafat NIM

GAYA BAHASA IKLAN PRODUK KESEHATAN DAN KOSMETIK PADA HARIAN PAGI POSMETRO PADANG

ANALISIS GAYA BAHASA KUMPULAN CERPEN MATAHARI DI RUMAHKU

I. KAJIAN PUSTAKA. yakni bentuk novel lebih pendek dibanding dengan roman, tetapi ukuran

ANALISIS MAJAS PERBANDINGAN MELALUI PENDEKATAN SEMIOTIK PADA KUMPULAN PUISI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 9 JEMBER

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI SETIAP BARIS HUJAN KARYA ISBEDY STIAWAN ZS ARTIKEL ILMIAH RANI FUJIATI NINDRI NPM

ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI AKU KARYA CHAIRIL ANWAR

MAJAS DALAM KUMPULAN PUISI DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Oleh

GAYA BAHASA DALAM SELOKO TUNJUK AJAR TEGUR SAPO UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI KELURAHAN SENGETI KECAMATAN SEKERNAN KABUPATEN,UARO JAMBI SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. fiksi yaitu cerita rekaan atau cerita khayalan. Hal ini disebabkan fiksi merupakan karya naratif

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut berjudul Gaya Bahasa Sindiran pada Rubrik Kartun Terbitan Kompas Edisi

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI PEREMPUAN WALIKOTA JILID 2 KARYA SURYATATI A. MANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Tinjauan Pustaka

INTISARI A. LATAR BELAKANG

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

KUMPULAN CERPEN MATA YANG ENAK DIPANDANG

ANALISIS PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA PUISI KARYA SISWA SMA DI YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. kata-kata indah yang menjadikan puisi memiliki daya tarik dan nilai keindahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai

II. LANDASAN TEORI. Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style

PEMAKAIAN MAJAS DALAM RUBRIK GAGASAN PADA SURAT KABAR SOLOPOS DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN DI SMP NEGERI 3 SRAGEN

POLA GAYA BAHASA DALAM TEKS PIDATO SISWA KELAS X SMA MAARIF LAWANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013. Dianti Setia Dharma 1 Sumadi 2 Titik Harsiati 3

GAYA BAHASA NOVEL SAAT UNTUK MENARUH DENDAM DAN SAAT UNTUK MENABURKAN CINTA KAYRA JULIUS R. SIYARANAMUAL

PENGGUNAAN MAJAS DALAM PUISI MENGGUNAKAN MEDIA LAGU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I GUNUNG TALANG

Majas (Gaya Bahasa) Macam-Macam Gaya Bahasa. A. Gaya Bahasa Penegasan

Ditulis pada Sabtu, 14 Februari :03 WIB oleh damian dalam katergori others tag

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

GAYA BAHASA KOMENTATOR SEPAK BOLA DALAM ACARA INDONESIA SUPER LEAGUE DI STASIUN TELEVISI ANTV

GAYA BAHASA DALAM NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM NOVEL TERJEMAHAN SANG PENGEJAR LAYANG-LAYANG (THE KITE RUNNER) KARYA KHALED HOSSEINI (KAJIAN STILISTIKA)

ANALISIS GAYA BAHASA HIPERBOLA DAN PERSONIFIKASI PADA NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau penyucian jiwa pada pembacanya, yaitu setiap orang yang intens membaca

GAYA BAHASA NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TENTANG GAYA BAHASA DI SMA KELAS X

MAJAS DALAM ROMAN HABIS GELAP TERBITLAH TERANG TERJEMAHAN ARMIJN PANE

PENGGUNAAN GAYA BAHASA DALAM DEBAT CALON GUBERNUR DAN CALON WAKIL GUBERNUR DKI JAKARTA PERIODE

GAYA BAHASA RETORIS PADA LIRIK LAGU-LAGU DALAM ALBUM WALI BAND SKRIPSI. Oleh: Vivi Ayu Dwi Agustin

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM SLOGAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan sastra yaitu tentang gaya bahasa pada novel. Penelitian itu yang dilakukan

ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN CERPEN RECTOVERSO KARYA DEWI LESTARI

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Gaya Bahasa Ironi dan Pesan Moral lagu-lagu SLANK dalam Album Anti

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR Oleh

struktur yang terdapat dalam Mozaik 2 Simpai Keramat! 2. Presentasikan hasil diskusi Anda!

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU SLANK DALAM ALBUM JURUS TANDUR NOMOR DELAPAN BELAS SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 ANALISIS GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN NOVEL MIMPI BAYANG JINGGA KARYA SANIE B.

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN GAYA BAHASA)

BAB II LANDASAN TEORI. penelitian dengan menggunakan kajian stilistika yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. karya puisi pasti tidak akan terlepas dari peran sebuah bahasa. Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada Acara Indonesia Lawak Klub Di Trans 7 ini membutuhkan penelitian yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

Transkripsi:

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PADA KUMPULAN CERPEN HUJAN KEPAGIAN KARYA NUGROHO NOTOSUSANTO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (S.Pd.) Oleh Meizar Fatkhul Izza NIM 1110013000043 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

ABSTRAK Meizar Fatkhul Izza, 1110013000043, Penggunaan Gaya Bahasa pada Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Rosida Erowati, M.Hum., September 2014. Penelitian ini beranjak dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Gaya bahasa apa sajakah yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto? 2. Apa makna gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto? 3. Bagaimana implikasi penggunaan gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk mendeskripsikan data yang berupa gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. Teknik penelitian yang digunakan adalah analisis dokumen yaitu kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto dan studi pustaka untuk mencari dan mengumpulkan data dari kepustakaan yang berupa buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu gaya bahasa. Hasil penelitian menemukan delapan jenis gaya bahasa dari lima puluh lima gaya bahasa, antara lain gaya bahasa 1) Perumpamaan, 2) Personifikasi, 3) Antitesis, 4) Hiperbola,5) Metonimia, 6) Sinekdoke, 7) Epizeukis, 8) Anadilopsis. Gaya bahasa yang digunakan Nugroho Notosusanto maknanya terkesan menekankan dan menguatkan. Gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas XI, dengan Standar Kompetensi memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen. Siswa mampu mengidentifikasi gaya bahasa dan mengaitkan makna gaya bahasa dengan kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Cerita Pendek, Gaya Bahasa, Hujan Kepagian. i

ABSTRACT Meizar Fatkhul Izza, 1110013000043, "The usage of language style in the Short Story Collection of Hujan Kepagian,Nugroho Notosusanto and its implication in Indonesian Language Learning and Literature". Indonesia Language and Literature Education Departemen, Faculty of Tarbiya and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. Advisor: Rosida Erowati, M. Hum, September 2014. This research based on the formulation of the problem as follows : 1. What are the language style in the short story collection of Hujan Kepagian? 2. What is the meaning of the language style in the short story collection of Hujan Kepagian? How is the implication of the usage of language style in Hujan Kepagian in Indonesian Language Learning and Literature. This study used qualitative method to describe the data about language style in the short story collection of Hujan Kepagian. The technique of the study used document analysis about language style in the short story collection of Hujan Kepagian and literature review to find and collect the data from the books that is related with the object of the study; language style. The results of the study is finding eight language styles of fifty-five language styles, such as : language style, 1 ) Parable, 2 ) Personification, 3 ) antithesis, 4 ) Hyperbole, 5 ) metonymy, 6 ) Sinekdoke, 7 ) Epizeukis, 8 ) Anadilopsis. Style of language used Nugroho Notosusanto meaning impressed emphasize and strengthen. The language style in short story collection of Hujan Kepagian can be implicated in Indonesian Language and Literature Learning in Senior High School XI, the competence standard in literature discourse understanding through reading poetry and short stories. The students are able to identify the language stylesand associate the language styles with daily life. Keywords: Short Story, Style, Hujan Kepagian ii

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa atas limpahan rahmat, nikmat, dan hidayah serta inayah Allah Swt. penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Nabi Agung, khotamulanbiya, Nabi Muhammad saw. yang telah membawa umatnya keluar dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang. Penyusunan skripsi ini diselesaikan dengan baik karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah, ZA selaku penasihat Akademik yang selalu memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagi penulis. Dra. Hindun M, Pd. Novi Diah Haryanti, M.Hum. dan Ahmad Bahtiar, M.Hum. juga para dosen lainnya yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang berguna kepada penulis. 3. Rosida Erowati, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 4. Ucapan yang paling istimewa untuk kedua orang tua, Buntomo, S.pd dan Siti Royanah, serta adik yang tercinta Dwi Rizqi Amalia atas segala bentuk cintanya yang tak pernah ada batasnya kepada Ananda. 5. KH. Drs. Misbahul Anam Attijani selaku orang tua yang selalu memberi motivasi moral dan materil. 6. Ucapan terima kasih untuk Raras Oktaviany, seseorang yang selama ini menjadi patahan hidup dalam kehidupan penulis. Terima kasih untuk cinta, semangat, motivasi, dan semua hal yang sudah dilakukan untuk penulis. iii

7. Ucapan spesial untuk orang-orang hebat di sekeliling penulis, Dimas Albiyan, Fahrudin Mualim, Puguh Apria Rantau, Aris Fadilah dan segenap keluarga Kemangilodi Sastra Indonesia. Terima kasih untuk kebersamaan kita selama ini. Semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua. 8. Sahabat-sahabat Pojok Seni Tarbiyah (Postar) yang selalu mendukung, memotivasi, serta mendengarkan keluh-kesah penulis. 9. Teman-teman angkatan 2010, khususnya Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini kepada penulis. 10. Para tutor dan staf Homeschooling Kak Seto Pusat yang telah memberi semangat dan bantuan moral dan materil. Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu dengan kebaikan dan ketulusan selalu mendapat balasan dari Allah Swt. Penulis pun sadar masih banyak sekali kekurangan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi seluruh pembacanya. Jakarta, 21 September 2014 Penulis iv

DAFTAR ISI ABSTRAK...... ABSTRACT... KATA PENGANTAR..... DAFTAR ISI... i iii iv vi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah.... 1 B. Identifikasi Masalah..... 3 C. Pembatasan Masalah... 3 D. Rumusan Masalah..... 4 E. Tujuan Penelitian..... 4 F. Manfaat Penelitian... 4 G. Metode Penelitian 6 BAB II LANDASAN TEORI... 9 A. Hakikat Gaya Bahasa... 9 1. Pengertian Gaya Bahasa. 9 2. Jenis Gaya Bahasa.. 10 B. Hakikat Cerpen... 25 1. Pengertian Cerpen..... 25 2. Ciri-Ciri Cerpen... 27 C. Penelitian yang Relevan... 30 D. Pembelajaran Sastra... 31 BAB III PROFIL NUGROHO NOTOSUSANTO... 34 A. Biografi Nugroho Notosusanto... 34 B. Karya Nugroho Notosusanto... 38 C. Pemikiran Nugroho Notosusanto... 42 v

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN CERPEN HUJAN KEPAGIAN 46 A. Deskripsi Data... 46 1. Penggunaan Gaya Bahasa untuk Menyampaikan Intrinsik Cerpen Senyum dan Cerpen Bayi dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto...46 B. Gaya Bahasa yang terdapat dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian...71 C. Analisis Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian 98 D. Makna Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian.100 E. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia......102 BAB V PENUTUP... 104 A. Simpulan... 104 B. Saran... 105 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra dapat digunakan seseorang untuk menyampaikan ide pikirannya. Dalam perkembangannya, sastra memiliki peranan penting dalam perkembangan zaman. Sastra dapat mempersatukan suku-suku di suatu negara dan bahkan menyatukan bangsa-bangsa yang ada di dunia. Penggunaan bahasa sastra juga ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik atau luar bahasa, antara lain faktor sosial yang merupakan faktor yang berpengaruh dalam sastra bahasa. Pandangan demikian memang cukup beralasan karena pada dasarnya sastra adalah bagian dari suatu sistem sosial. Bahasa pengarang memiliki ciri khas yang membedakan bahasa satu dengan bahasa yang lain. Bahasa memiliki bentuk dalam membedakanya. Proses saling mempengaruhi antar bahasa yang satu dengan bahasa yang lain tidak bisa dihindarkan. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa bahasa adalah simbol yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi. Gaya bahasa merupakan bagian dari pilihan kata atau diksi. Diksi merupakan penentuan kata yang tepat sesuai dengan tata bahasanya. Gaya bahasa sendiri merupakan optimalisasi atas kekayaan bahasa yang dimiliki oleh seseorang baik itu dari hasil tulisan ataupun hasil tuturan. Gaya bahasa menentukan keindahan dalam wacana secara imajinatif. Gaya bahasa merupakan hal yang sangat menarik di dalam karya sastra khususnya dalam cerpen. Gaya bahasa juga sebagai perantara bagi pengarang untuk menyampaikan gagasan yang sesuai dengan tujuannya. Gaya bahasa mempunyai keterkaitan dengan sebuah karya sastra. Dalam hal ini mempunyai keterkaitan dengan cerpen. Gaya bahasa digunakan penulis untuk mengungkapkan ide-idenya. Pengarang menggunakan bahasa secara tepat bertujuan untuk mempengaruhi pembaca agar 1

2 menjadi suatu ciri dalam karyanya. Wacana memiliki banyak gaya dalam cerpen. Pengarang menggunakan gaya bahasa agar terkesan memberikan keindahan dalam karyanya. Selain itu, gaya bahasa dapat diartikan sebagai media untuk menyampaikan isi dalam sebuah cerpen. Sejak zaman dahulu, telah banyak sastrawan yang menggunakan karya sastra untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di zamannya hidup. Karyakarya sastra tersebut bersifat abadi, sehingga di kemudian hari orang-orang yang ada pada zaman yang jauh setelah karya sastra tersebut ditulis, tetap bisa mengetahui gambaran sejarah peristiwa yang tertuang dalam karya sastra tersebut. Sastra dan sejarah merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Di Indonesia lahir banyak sastrawan yang mampu menuliskan sejarah peristiwa perjalanan Bangsa Indonesia dalam karyanya. Di antaranya merupakan orang-orang yang berlatarbelakang jurnalis, aktivis, bahkan politikus. Mereka melalui karya sastra yang ditulisnya mampu mencerminkan sejarah perjalanan bangsanya, juga melakukan kritik sosial, penyebaran gagasan untuk kemerdekaan, perlawanan terhadap penguasa, penjajahan, penindasan, dan ketidakadilan. Dalam sejarah sastra Indonesia, nama Nugroho Notosusanto dikenal sebagai sastrawan yang berlatarbelakang tentara. Karyanya banyak menceritakan tentang sejarah perjalanan bangsa. Tidak sedikit dari karya sastra yang menampilkan kisahkisah di sekitar revolusi. Karya sastra yang mencerminkan sejarah perjalanan bangsa, misalnya karya Nugroho Notosusanto yaitu, kumpulan cerpen Hujan Kepagian. Kumpulan cerpen Hujan Kepagian Nugroho Notosusanto berhasil mencerminkan peristiwa yang dialaminya dengan gaya bahasa yang khas. Penggunaan gaya bahasa ini sangat menarik dan menggugah hati. Penggunaan gaya bahasanya mampu memperjelas makna yang ingin disampaikan pengarang. Berdasarkan latar belakang tersebut, Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto menarik untuk diteliti. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis berpendapat bahwa perlu

3 dilakukannya sebuah penelitian terhadap penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian yang berisikan cerpen-cerpen karya Nugroho Notosusanto. Dalam menganalisis cerpen Hujan Kepagian peneliti membatasi pada menurut Tarigan. Dengan melakukan kajian gaya bahasa tersebut, kita dapat melihat gambaran dengan jelas kondisi yang digambarkan oleh Nugroho Notosusanto dalam cerpen-cerpennya tersebut. Judul dari penelitian ini adalah Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian Karya Nugroho Notosusanto dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. B. Identifikasi Masalah Pengkajian dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto ini terdapat beberapa pokok permasalahan antara lain: 1. Gaya bahasa yang terdapat dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. 2. Makna gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. 3. Belum adanya implikasi tentang kajian pembahasan penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. C. Pembatasan Masalah Kegiatan analisis sebuah karya sastra tidak harus meliputi semua aspek yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Penulis mengambil masalah yang berkaitan dengan penggunaan gaya bahasa atau majas dalam cerpen Senyum dan cerpen Bayi yang ada dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto dan Makna gaya bahasa yang digunakan dalam cerpen Senyum dan cerpen Bayi dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto.

4 D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah mengenai gaya bahasa yang akan dianalisis, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Gaya bahasa apa saja yang ada dalam kumpulan cerpen Hujan kepagian karya Nugroho Notosusanto? 2. Apakah makna gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Hujan kepagian karya Nugroho Notosusanto? 3. Bagaimana implikasi penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan gaya bahasa yang ada dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. 2. Mendeskripsikan makna gaya bahasa yang digunakan dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. 3. Mendeskripsikan implikasi penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA F. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan dalam pengajaran bidang bahasa dan sastra Indonesia, khususnya tentang gaya bahasa dan pembelajaran sastra.

5 2. Manfaat praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, antara lain. a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menjadi jawaban dari masalah yang dirumuskan. Selain itu, dengan selesainya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi peneliti untuk semakin aktif dan kreatif menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi dunia sastra dan pendidikan. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi guru tentang pendekatan struktural genetik untuk dijadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif. c. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi kumpulan cerpen Hujan Kepagian dan mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca semakin jeli dalam memilih bahan bacaan dengan memilih cerpen-cerpen yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi. d. Bagi Institusi Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai gaya bahasa untuk dijadikan acuan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia serta diharapkan agar institusi semakin jeli dalam memilih bahan bacaan khususnya cerpen untuk media pembinaan kepribadian.

6 G. Metode Penelitian Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang peneliti dalam memilih metode yang digunakan, seperti jenis data yang akan diteliti serta kerangka berpikir yang menyertainya sehingga tujuan peneliti bisa tercapai. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Melalui metode ini, peneliti dilibatkan langsung dalam situasi yang sedang dipelajari. Analisis metode kualitatif ini memfokuskan pada penunjukkan makna, deskripsi, penjernihan, dan penempatan data pada konteksnya masing-masing dan seringkali menggambarkannya dalam bentuk kata-kata daripada dalam bentuk angkaangka. Format desain penelitian kualitatif secara teoretis berbeda dengan format penelitian kuantitatif, namun perbedaannya terletak pada kesulitan di dalam membuat desain penelitian kualitatif itu sendiri karena umumnya penelitian kualitatif yang tidak berpola. 1 Menurut Moleong, penelitian kualitatif yaitu: penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan sebagainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 2 1. Objek Penelitian Sesuai tujuan penelitian, yang menjadi objek penelitian ini adalah gaya bahasa dalam cerpen Senyum dan Bayi dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto. 2. Data dan Sumber Data Penelitian a. Data Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, dan wacana yang terdapat dalam cerpen Senyum dan Bayi pada kumpulan cerpen Hujan 1 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi,Eekonomi,Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2007), h.67 2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 6

7 Kepagian karya Nugroho Notosusanto yang di dalamnya terkandung gagasan mengenai unsur-unsur cerita. b. Sumber Data Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. 1) Sumber Data Primer Sumber data primer dalam penelitian ini adalah cerpen Senyum dan Bayi dalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian karya Nugroho Notosusanto diterbitkan pada tahun 1990 oleh Balai Pustaka. 2) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu buku maupun artikel yang berkaitan dengan penelitian-penelitian dan karya-karya Nugroho Notosusanto. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Membaca buku kumpulan cerpen Hujan Kepagian khususnya cerpen Senyum dan Bayi secara berulang. b. Mencatat kalimat-kalimat yang menyatakan penggunaan gaya bahasa. c. Mengurutkan kalimat-kalimat yang menyatakan penggunaan gaya bahasa yang diteliti. d. Menentukan kalimat-kalimat yang sesuai dengan penggunaan gaya bahasa yang diteliti. e. Menyimpulkan kalimat-kalimat yang sesuai dengan penggunaan gaya bahasa yang diteliti. f. Menyimpulkan makna gaya bahasa yang diteliti 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis mengalir yang meliputi tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. a. Reduksi data

8 Pada langkah ini data yang diperoleh dicatat dalam uraian yang terperinci. Data-data yang dipilih hanya data yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis, yaitu gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen Senyum dan Bayi pada kumpulan cerpen Hujan Kepagian. b. Penyajian data Pada langkah ini, data-data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi mengenai gaya bahasa yang digunakan. c. Penarikan simpulan Pada tahap ini dibuat kesimpulan mengenai hasil dari data yang diperoleh sejak awal penelitian. Penarikan kesimpulan memuat hasil data berupa gaya bahasa apa saja yang digunakan pengarang dan apa makna gaya bahasa digunakan pengarang dalam buku kumpulan cerpen Hujan Kepagian.

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Hakikat Gaya Bahasa 1. Pengertian Gaya Bahasa Soepomo Poedjosoedarmoe dalam Made Sukada membicarakan gaya bahasa sebagai salah satu variasi bahasa, yaitu termasuk ragam, yang ditandai oleh suasana indah 1. Thrall dan Hibbard dalam Made Sukada menekankan gaya bahasa sebagai cara pengaturan kata-kata, untuk menyatakan individualitas penulis, ide, dan maksud dalam pikirannya. 2 Menurut Abrams dalam Burhan Nurgiyantoro gaya bahasa adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seseorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan 3. Gaya bahasa dapat memperkaya makna sehingga dapat menggapai pesan yang diinginkan secara lebih intensif hanya dengan sedikit kata. Dale dalam Tarigan berpendapat bahwa gaya bahasa adalah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu. 4 Sementara itu, Keraf membatasi gaya bahasa sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). 5 1 Made Sukada, Pembinaan Kritik Sastra Indonesia Masalah Sistematika Analisa Struktur Fiksi (Bandung: Angkasa, 1987), h.84 2 Ibid 3 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h.276 4 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, (Bandung: Angkasa, 1985), h. 5 5 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 113 9

10 Keraf berpendapat bahwa gaya bahasa harus memiliki sendi sebagai syarat bahasa yang baik. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut, yaitu kejujuran, sopan-santun, dan menarik. 6 Kejujuran dalam bahasa berarti mengikuti aturan-aturan serta kaidah-kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang berbelit-belit adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Ukuran sopan-santun dalam bahasa dilihat dari kejelasan dan kesingkatan kata atau kalimat yang digunakan. Sebuah gaya bahasa harus pula menarik. Gaya bahasa dalam bentuk tulisan atau lisan yang digunakan dalam karangan bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Sebuah gaya bahasa yang menarik dapat diketahui melalui beberapa hal berikut, yaitu variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup, dan penuh daya imajinasi. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah ciri khas pengarang dalam menuangkan ide atau gagasan ke dalam tulisan atau karyanya melalui bahasa yang khas dan indah. 2. Jenis Gaya Bahasa Tarigan membagi jenis gaya bahasa menjadi empat jenis, yaitu (1) gaya bahasa perbandingan, meliputi perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifrasis, antisipasi atau prolepsis, serta koreksio atau epanortosis, (2) gaya bahasa pertentangan, meliputi hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, paralepsis, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof atau inversi, apofasis atau preterisio, histeron proteron, hipalase, sinisme, serta sarkasme, (3) gaya bahasa pertautan, meliputi metonimia, sinekdoke, alusi, eufemisme, eponim, epitet, antonomasia, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, serta polisindeton, dan (4) gaya bahasa perulangan, meliputi aliterasi, asonansi, 6 Ibid

11 antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, serta anadiplosis. 7 Keraf membagi jenis gaya bahasa ke dalam empat kelompok, yaitu (1) berdasarkan pilihan kata, yang terdiri atas gaya bahasa resmi, gaya bahasa tak resmi, dan gaya bahasa percakapan, (2) berdasarkan nada, yang terdiri atas gaya sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah, (3) berdasarkan struktur kalimat, yang terdiri atas klimaks, antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi, (4) berdasarkan langsung tidaknya makna, yang terdiri atas gaya bahasa retoris, meliputi aliterasi, asonansi, anastrof, apofasis atau preterisio, apostrof, asindeton, polisindeton, kiasmus, elipsis, eufimismus, litotes, histeron proteron, pleonasme dan tautologi, perifrasis, prolepsis atau antisipasi, erotesis atau pertanyaan retoris, silepsis dan zeugma, koreksio atau epanortosis, hiperbol, paradoks, serta oksimoron, dan gaya bahasa kiasan, meliputi persamaan atau simile, metafora, alegori, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, sinisme, sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, serta pun atau paronomasia. 8 Sementara itu, Ratih Mihardja dalam Buku Pintar Sastra Indonesia membagi jenis gaya bahasa ke dalam empat kelompok, yaitu (1) Majas Perbandingan, meliputi alegori, alusio, simile, metafora, antropomorfisme, sinestesia, antonomasia,aptronim, metonimia, hipokorisme, litotes, Hiperbola, personifikasi, depersonifikasi, parsprototo, totum pro parte, eufimisme, disfemisme, fable, parable, perifrase, eponim, simbolik, (2) majas sindiran, meliputi ironi, sarkasme, sinisme, satire, innuendo, (3) majas penegasan meliputi, apofasis, pleonasme, repetisi, pararima, aliterasi, paralelisme, tautologi, sigmatisme, antanaklasis, klimaks, antiklimaks, inverse, retoris, ellipsis, koreksio, polisindenton, asindenton, interupsi, ekskalamasio, enumerasio, preterito, alonim, kolokasi, silepsis, zeugma, (4) majas pertentangan meliputi, paradox, oksimoron, antitesis, kontradiksi interminus, 7 Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 6 8 Ibid., h. 115-145

12 anakronisme. 9 Damayanti dalam Buku Pintar Sastra Indonesia membagi jenis gaya bahasa ke dalam empat kelompok, yaitu (1) gaya bahasa perulangan, meliputi aliterasi, asonansi, antanaklasis, kiasmus, epizeukis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodilopsis, epanalepsis, dan anadiplosis, (2) gaya bahasa perbandingan, meliputi perumpamaan, metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis, pleonasme dan tautologi, perifrasis, antisipasi, dan koreksio, (3) gaya bahasa pertentangan, meliputi hiperbola, litotes, ironi, oksimoron, paronomasia, zeugma dan silepsis, satire, inuendo, antifrasis, paradoks, klimaks, antiklimaks, apostrof, anastrof, apofasis, histeron proteron, hipalase, sinisme, dan sarkasme, (4) gaya bahasa pertautan, meliputi metonimia, sinekdoke, alusio, eufimisme, eponim, antonomasia, epitet, erotesis, paralelisme, elipsis, gradasi, asindeton, dan polisindeton. 10 Sedangkan Semi membedakan jenis gaya bahasa berdasarkan persamaan (metafora), meliputi alegori, personifikasi, hiperbola, litotes, dan eufemisme, serta berdasarkan hubungan (metonimia), meliputi sinekdoke pars prototo, sinekdoke totem proparte, ironi, inversi, repetisi, koreksi, klimaks, antiklimaks, antitesis, pertanyaan retoris, alusio, paralelisme, sarkasme, simbolik, pleonasme, paradoks, proterito, asindeton, dan polisindeton. 11 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis cenderung mengacu pada pendapat Tarigan bahwa jenis gaya bahasa dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu (1) gaya bahasa perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya bahasa perulangan. Adapun penjelasan masing-masing jenis gaya bahasa di atas adalah sebagai berikut. a. Gaya Bahasa Perbandingan Gaya bahasa perbandingan adalah gaya bahasa yang bermaksud membandingkan dua hal yang dianggap mirip atau memiliki kesamaan sifat 9 Ratih Mihardja, Buku Pintar Sastra Indonesia (Jakarta: Laskar Aksara), h. 28-39 10 D. Damayanti, Buku Pintar Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Araska, 2013), h. 43-61 11 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), h. 50-56

13 (bentuk). Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa perbandingan di antaranya adalah sebagai berikut: 1) Perumpamaan Perumpamaan atau simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. 12 Contoh: kedua kakak beradik itu bagaikan pinang dibelah dua wajahnya. 2) Metafora Tarigan berpendapat bahwa metafora adalah sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. 13 Contoh: Dio mata keranjang. 3) Personifikasi Tarigan berpendapat bahwa personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak. 14 Contoh: Bulan tersenyum senang. 4) Depersonifikasi Gaya bahasa depersonifikasi atau pembendaan adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau penginsanan. 15 Apabila personifikasi menginsankan atau memanusiakan benda-benda, maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan. Contoh: kalau dikau menjadi samudra, maka daku menjadi bahtera. 5) Alegori Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Biasanya alegori merupakan cerita-cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung namun bagi pembaca yang jeli justru jelas dan nyata. 16 Contoh: fabel kancil dan buaya. 12 Henry Guntur Tarigan, op.cit., h. 9 13 Ibid., h. 15 14 Ibid., h. 17 15 Ibid., h. 21 16 Ibid., h. 24

14 6) Antitesis Ducrot & Todorov dalam Tarigan berpendapat bahwa antitesis adalah sejenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. 17 Contoh: dia bergembira-ria atas kegagalanku dalam ujian ini. 7) Pleonasme dan Tautologi Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan, pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan) yang sebenarnya tidak perlu. 18 Contoh: saya telah mencatat kejadian itu dengan tangan saya sendiri. 8) Perifrasis Perifrasis adalah sejenis gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Namun pada gaya bahasa perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan sebuah kata saja. 19 Contoh: ayahanda telah tidur dengan tenang dan beristirahat dengan damai buat selama-lamanya (maksudnya meninggal). 9) Antisipasi atau Prolepsis Kata antisipasi berasal dari bahasa Latin anticipatio yang berarti mendahului atau penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan terjadi. 20 Contoh: kami sangat gembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari Bapak Bupati. 10) Koreksio atau Epanortosis Koreksio atau epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memeriksa dan memperbaiki 17 Ibid., h. 27 18 Ibid., h. 29 19 Ibid., h. 31 20 Ibid., h. 33

15 mana-mana yang salah. 21 Contoh: dia benar-benar mencintai Neng Tetty, eh bukan, Neng Terry. b. Gaya Bahasa Pertentangan Gaya bahasa pertentangan adalah gaya bahasa yang maknanya bertentangan dengan kata-kata yang digunakan. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa pertentangan di antaranya sebagai berikut: 1) Hiperbola Hiperbola adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. 22 Contoh: tendangannya membelah cakrawala. 2) Litotes Litotes adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan sebenarnya, misalnya untuk merendahkan diri. 23 Contoh: kemenangan kami ini tidak ada artinya sama sekali. 3) Ironi Ironi ialah majas yang menyatakan makna yang bertentangan, dengan maksud berolok-olok. 24 Contoh: tepat waktu sekali kamu, dari sepuluh pagi baru datang. 4) Oksimoron Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama. 25 Contoh: olahraga mendaki gunung memang sangat menarik hati walaupun sangat berbahaya. 21 Ibid., 34 22 Ibid., h. 55 23 Ibid., h. 58 24 Ibid., h. 61 25 Ibid., h. 63

16 5) Paronomasia Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang sama bunyinya tetapi artinya berbeda. 26 Contoh: oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung di pantai tanjung hatimu. 6) Paralipsis Paralipsis adalah gaya bahasa yang merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri. 27 Contoh: tidak ada orang yang menyenangi kamu (maaf) yang saya maksud membenci kamu di desa ini. 7) Zeugma dan Silepsis Zeugma dan silepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan cara menghubungkan sebuah kata dengan dua atau lebih kata lain yang pada hakikatnya hanya sebuah saja yang mempunyai hubungan dengan kata yang pertama. 28 Dalam zeugma terdapat gabungan gramatikal dua buah kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan, contoh: paman saya nyata sekali bersifat sosial dan egois. Sedangkan dalam silepsis, konstruksi yang digunakan itu secara gramatikal benar, tetapi secara semantic salah, contoh: wanita itu kehilangan harta dan kehormatannya. 8) Satire Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. 29 Contoh: jemu aku dengan bicaramu. 26 Ibid., h. 64 27 Ibid., h. 66 28 Ibid., h. 68 29 Ibid., h. 70

17 9) Inuendo Inuendo adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa ini menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung dan tampaknya tidak menyakitkan hati kalau ditinjau sekilas. 30 Contoh: dia berhasil masuk sekolah negeri dengan sedikit menyuap. 10) Antifrasis Antifrasis adalah gaya bahasa yang berupa penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya. Antifrasis akan dapat diketahui dan dipahami dengan jelas bila pembaca atau penyimak dihadapkan pada kenyataan bahwa yang dikatakan itu adalah sebaliknya. 31 Contoh: lihat! Mahasiswa paling rajin baru datang. (maksudnya terlambat) 11) Paradoks Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. 32 Contoh: di dalam keramaian aku masihmerasa sepi. 12) Klimaks Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasangagasan sebelumnya. 33 Contoh: untuk bisa terwujud terampil dalam pengajaran bahasa Indonesia, harus menguasai keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. 13) Antiklimaks Antiklimaks adalah kebalikan dari gaya bahasa klimaks. Antiklimaks merupakan suatu acuan yang berisi gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. 34 Contoh: jangankan sejuta, seratus, atau sepuluh, serupiahpun aku tak punya. 30 Ibid., h. 73 31 Ibid., h. 75 32 Ibid., h. 77 33 Ibid., h. 79 34 Ibid., h. 80

18 14) Apostrof Apostrof adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir. 35 Contoh: wahai roh-roh nenek moyang kami yang berada di negeri atas, tengah, dan bawah, lindungilah desa kami ini. 15) Anastrof atau Inversi Menurut Keraf dalam Tarigan, anastrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan subjek-predikat menjadi predikat-subjek. 36 Contoh: pergi merantaulah dia ke negeri sebrang tanpa meninggalkan apa-apa. 16) Apofasis atau Preterisio Apofasis atau preterisio adalah gaya bahasa yang digunakan oleh penulis, pengarang, atau pembicara untuk menegaskan sesuatu tetapi tampaknya menyangkalnya. 37 Contoh: saya tidak ingin menyingkapkan dalam rapat ini bahwa putrimu itu telah berbadan dua. 17) Histeron Proteron Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa histeron proteron adalah semacam gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau kebalikan dari sesuatu yang wajar. 38 Contoh: kalau kamu lulus ujian SMP nanti, maka kamu akan menduduki jabatan yang tinggi di kantor ini. 18) Hipalase Hipalase menurut Keraf dalam Tarigan adalah sejenis gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari suatu hubungan alamiah antara dua komponen gagasan. 39 Contoh: aku menarik sebuah kendaraan yang resah. (yang resah adalah aku, bukan kendaraan) 35 Ibid., h. 83 36 Ibid., h. 84 37 Ibid., h. 86 38 Ibid., h. 87 39 Ibid., h. 89

19 19) Sinisme Sinisme adalah sejenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. 40 Sinisme lebih kasar dari ironi. Contoh: kamu memang yang paling tampan di bumi, yang mampu memperistri semua gadis di muka bumi. 20) Sarkasme Menurut Poerwadarminta dalam Tarigan, sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Ciri utama sarkasme adalah selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakiti hati, dan kurang enak di dengar. 41 Contoh: Mulutmu harimaumu, lihat kelakuan dirimu sendiri sebelum menilai orang lain! c. Gaya Bahasa Pertautan Gaya bahasa pertautan adalah gaya bahasa yang maknanya saling bertautan dengan kata-kata yang digunakan. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa pertautan di antaranya sebagai berikut: 1) Metonimia Metonimia adalah sejenis gaya bahasa yang mempergunakan nama sesuatu barang bagi sesuatu yang lain berkaitan erat dengannya. 42 Contoh: Keluarga kami selalu minum Aqua. 2) Sinekdoke Moeliono dalam Tarigan berpendapat bahwa sinekdoke ialah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya atau sebaliknya. 43 contoh: (1) pars pro toto: sudah lama dia tidak kelihatan batang hidungnya. (2) totem pro parte: SMA Negeri 1 Tangerang menang dalam pertandingan bulu tangkis melawan SMA Negeri 2 Tangerang. 40 Ibid., h. 91 41 Ibid., h. 92 42 Ibid., h. 121 43 Ibid., h. 123

20 3) Alusi Alusi atau kilatan adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh berdasarkan anggapan adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para pembaca untuk menangkap pengacuan itu. 44 contoh: apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi? (kilatan yang mengacu ke pemberontakan kaum komunis). 4) Eufemisme Eufemisme adalah ungkapan yang lebih halus sebagai pengganti ungkapan yang dirasakan kasar yang dianggap merugikan atau yang tidak menyenangkan. 45 Contoh: tunaaksara pengganti buta huruf. 5) Eponim Eponim adalah semacam gaya bahasa yang mengandung nama seseorang yang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. 46 contoh: Hercules menyatakan kekuatan. 6) Epitet Epitet adalah semacam gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau sesuatu hal. 47 Contoh: lonceng pagi bersahut-sahutan menyongsong mentari yang menerangi alam. (lonceng pagi = ayam jantan). 7) Antonomasia Antonomasia adalah gaya bahasa yang merupakan penggunaan gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri. 48 Contoh: Gubernur DKI Jakarta akan meresmikan pembukaan jalan layang di Jakarta Pusat minggu depan. 44 Ibid., h. 124 45 Ibid., h. 125 46 Ibid., h. 127 47 Ibid., h. 128 48 Ibid., h. 129

21 8) Erotesis Erotesis adalah sejenis gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar serta sama sekali tidak menuntut suatu jawaban. 49 Contoh: apakah sudah wajar bila kesalahan atau kegagalan itu ditimpakan seluruhnya kepada guru? 9) Paralelisme Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frase-frase yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. 50 Contoh: baik kaum pria maupun kaum wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama secara hukum. 10) Elipsis Elipsis adalah gaya bahasa yang berupa penghilangan salah satu atau beberapa unsure penting dalam konstruksi sintaksis yang lengkap. 51 Contoh: mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat pergi atau berangkat) 11) Gradasi Gradasi adalah gaya bahasa yang mengandung suatu rangkaian atau urutan paling sedikit tiga kata atau istilah yang secara sintaksis bersamaan yang mempunyai suatu atau beberapa ciri semantic secara umum dan yang di antaranya paling sedikit suatu ciri diulang-ulang dengan perubahanperubahan yang bersifat kuantitatif. 52 Contoh: aku mempersembahkan cintaku padamu, cinta yang bersih dan suci, suci murni tanpa noda, noda yang selalu kujauhi dalam hidup ini, hidup yang berpedomankan perintah Tuhan, Tuhan pencipta alam semesta yang kupuja selama hidupku. 49 Ibid., h. 130 50 Ibid., h. 131 51 Ibid., h. 133 52 Ibid., h. 134

22 12) Asindeton Asindeton adalah semacam gaya bahasa yang berupa acuan padat dan mampat di mana beberapa kata, frase, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. Bentuk-bentuk tersebut biasanya dipisahkan oleh tanda koma. 53 Contoh: ayah, ibu, anak, merupakan inti suatu keluarga. 13) Polisindeton Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindeton. Dalam polisindeton, berapa kata, frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung. 54 Contoh: akhirnya saya menemuinya kemudian memegang tangannya dan memeluknya karena begitu rindunya. d. Gaya Bahasa Perulangan Gaya bahasa perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata, frase, ataupun bagian kalimat yang dianggap penting untuk member penekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Gaya bahasa yang termasuk ke dalam jenis gaya bahasa perulangan di antaranya sebagai berikut: 1) Aliterasi Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. 55 Contoh: dalam malam kelam aku tenggelam. 2) Asonansi Asonansi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan vokal yang sama. Biasanya dipakai dalam karya puisi ataupun dalam prosa 53 Ibid., h. 136 54 Ibid., h. 137 55 Ibid., h. 175

23 untuk memperoleh efek penekanan atau menyelamatkan keindahan. 56 Contoh: ini muka penuh luka siapa punya. 3) Antanaklasis Antanaklasis adalah gaya bahasa yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda. 57 Contoh: saya selalu membawa buah tangan untuk buah hati saya, jika saya pulang dari luar kota. 4) Kiasmus Menurut Ducrot dan Todorov dalam Tarigan, kiasmus adalah gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus pula merupakan inversi hubungan antara dua kata dalam satu kalimat. 58 Contoh: yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin justru merasa dirinya kaya. 5) Epizeukis Epizeukis adalah gaya bahasa perulangan yang bersifat langsung, yaitu kata yang ditekankan atau yang dipentingkan diulang beberapa kali berturut-turut. 59 Contoh: ingat, kamu harus bertobat, bertobat, sekali lagi bertobat agar dosa-dosamu diampuni oleh Tuhan. 6) Tautotes Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa tautotes adalah gaya bahasa perulangan atau repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi. 60 Contoh: aku menuduh kamu, kamu menuduh aku, aku dan kamu saling menuduh, kamu dan aku berseteru. 7) Anafora Anafora adalah gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap baris atau setiap kalimat. 61 Contoh: kaulah yang menginginkanku jadi pendampingmu, kaulah yang mengajakku untuk bersamamu, tapi kaulah yang menghancurkan hatiku berkeping-keping. 56 Ibid., h. 176 57 Ibid., h. 179 58 Ibid., h. 180 59 Ibid., h. 182 60 Ibid., h. 183 61 Ibid., h. 184

24 8) Epistrofa Epistrofa adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata atau frase pada akhir baris atau kalimat berurutan. 62 Contoh: Bahasa resmi adalah bahasa Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa Indonesia. Bahasa kebanggaan adalah bahasa Indonesia. 9) Simploke Keraf dalam Tarigan berpendapat bahwa simploke adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut. 63 Contoh: Ibu bilang saya pemalas. Saya bilang biar saja. Ibu bilang saya lamban. Saya bilang biar saja. Ibu bilang saya manja. Saya bilang biar saja. 10) Mesodilopsis Mesodilopsis adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan kata atau frase di tengah-tengah baris atau beberapa kalimat berurutan. 64 Contoh: Para pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa. Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat. Para polisi harus meningkatkan keamanan umum. 11) Epanalepsis Epanalepsis adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama dari baris, kalusa, atau kalimat menjadi terakhir. 65 Contoh: saya akan tetap berusaha mencapai cita-cita saya. 62 Ibid., h. 186 63 Ibid., h. 187 64 Ibid., h. 188 65 Ibid., h. 190

25 12) Anadiplosis Anadiplosis adalah sejenis gaya bahasa repetisi di mana kata atau frase terakhir dari suatu klausa atau kalimat menjadi kata atau frase pertama dari klausa atau kalimat berikutnya. 66 Contoh: Dalam raga ada darah Dalam darah ada tenaga Dalam tenaga ada daya Dalam daya ada segala B. Hakikat Cerpen 1. Pengertian Cerpen Cerpen merupakan karya sastra nonilmiah yang berbentuk prosa naratif. Cerpen sesuai dengan namanya, adalah cerita yang pendek. Akan tetapi, berapa ukuran panjang pendek itu memang tidak ada aturannya, tak ada kesepakatan di antara para pengarang dan para ahli. Edgar Allan Poe mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam, suatu hal yang kiranya tak mungkin dilakukan untuk sebuah novel. 67 Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan lebih banyak, secara implisit dari sekedar apa yang diceritakannya. 68 Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, cerita pendek adalah akronim dari cerita pendek.. 69 Sedangkan Nugroho Notosusanto berpendapat bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya di sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri. 70 66 Ibid., h. 191 67 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 10 68 Ibid., h. 11 69 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2008, cet. Keempat), h. 264 70 Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung: Angkasa, 1993), h. 176

26 Pendapat lain diungkapkan oleh Kosasih bahwa cerita pendek (cerpen) merupakan cerita yang menurut wujud fisiknya berbentuk pendek. Cerita pendek merupakan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Oleh karena itu, cerita pendek pada umumnya bertema sederhana, jumlah tokohnya terbatas, jalan ceritanya sederhana, dan latarnya meliputi ruang lingkup yang terbatas. 71 Sementara Ellery Sedgwick dalam Tarigan mengatakan bahwa cerita pendek adalah penyajian suatu keadaan tersendiri atau suatu kelompok keadaan yang memberikan kesan yang tunggal pada jiwa pembaca. Cerita pendek tidak boleh dipenuhi dengan hal-hal yang tidak perlu. 72 Selanjutnya Ajip Rosidi memberi batasan dan keterangan bahwa cerpen atau cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan ide 73. Semua bagian dari sebuah cerpen mesti terikat pada suatu kesatuan jiwa: pendek, padat, dan lengkap. Tak ada bagian-bagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Jeremy Hawthorn menambahkan bahwa: The short story typically limits itself to a brief span of time, and rather than showing its characters developing and maturing will show them at some revealing moment of crisis whether internal or external. Short stories rarely have complex plots; again the focus is upon a particular episode or situation rather than a chain of events. 74 Menurut Iwan Gunadi, Cerpen-cerpen itu lebih berfungsi sebagai jalan para penulisnya untuk masuk ke dunia sastra sekaligus mematahkan ekslusivitas sebutan sastrawan. 75 Menurut Widjojoko, cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang 9 E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 34 72 Tarigan, op. cit., h. 176 73 Ibid. 74 Jeremy Hawthorn, Studying the Novel: an Introduction, (New York: Great Britain, 1989), h. 23 75 Ahmadun Yosi Herfanda, Sastra Kota Bunga Rampai Esai Edisi Temu Sastra Jakarta 2003 (Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta, 2003), h.87

novel. 77 Ada cerpen yang pendek (short short story), bahkan mungkin pendek 27 menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Dilihat dari perkembangannya, cerita pendek dibagi dua, yaitu cerita pendek sastra (cerita serius) yakni cerpen yang mengandung nilai sastra (moral, etika, dan estetika) dan cerita pendek hiburan (cerpen pop) yakni cerita pendek yang umumnya untuk menghibur yang mengutamakan selera pembaca dan kurang memperhatikan unsur didakatis, moral, dan etika. 76 Stanton mengungkapkan bahwa satu yang terpenting yaitu cerita pendek haruslah berbentuk padat. Jumlah kata dalam cerpen harus lebih sedikit ketimbang jumlah kata dalam sekali berkisar 500-an kata, ada cerpen yang panjangnya cukupan (middle short story), serta ada cerpen yang panjang (long short story), yang terdiri dari puluhan atau bahkan beberapa puluh ribu kata. 78 Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa cerpen merupakan suatu karangan atau cerita nonilmiah yang menceritakan suatu peristiwa pokok mengenai kehidupan yang singkat tetapi padat dan berisi. Walaupun sama-sama pendek, panjang cerpen itu sendiri bervariasi. 2. Ciri-Ciri Cerpen Menurut E. Kosasih, ciri-ciri cerpen sebagai berikut: a. Alur lebih sederhana. b. Tokoh yang dimunculkan hanya beberapa orang. c. Latar yang dilukiskan hanya sesaat dan dalam lingkup yang relatif terbatas. 79 Sementara itu, menurut Tarigan, ciri-ciri cerpen sebagai berikut: a. Singkat, padu, intensif (brevity, unity, intensity). 76 Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI Press, 2006), h. 37 77 Robert Stanton, Teori Fiksi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 76 78 Burhan Nurgiyantoro, op.cit., h. 10 79 E. Kosasih, op.cit., h. 34