Analisis Daya Tampung Ternak Ruminansia pada Musim Kemarau di Daerah Pertanian Lahan Kering Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul

dokumen-dokumen yang mirip
B. D. Nugraha, E. Handayanta dan E. T. Rahayu

ANALISIS DAYA TAMPUNG TERNAK RUMINANSIA PADA MUSIM KEMARAU DI DAERAH PERTANIAN LAHAN KERING KECAMATAN SEMIN KABUPATEN GUNUNGKIDUL

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Efisiensi Produksi Sapi Potong pada Musim Kemarau di Peternakan Rakyat Daerah Pertanian Lahan Kering Kabupaten Gunungkidul

KAJIAN POTENSI LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KOTA PARE-PARE

Aksesibilitas Sumber Pakan Ternak Ruminansia pada Musim Kemarau di Daerah Pertanian Lahan Kering

ANALISIS POTENSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KECAMATAN DOLOK MASIHUL KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SEBARAN POPULASI SAPI FRIESIAN HOLSTEIN DI BEBERAPA KABUPATEN PROVINSI JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

U Hidayat Tanuwiria, A Yulianti, dan N Mayasari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600

Ransum Ternak Berkualitas (Sapi, Kambing, dan Domba)

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Soedjana (2011) berdasarkan data secara nasional, bahwa baik

EVALUASI POTENSI WILAYAH KECAMATAN WATES UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DENGAN POLA INTEGRATED FARMING

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

STATUS NUTRISI SAPI PERANAKAN ONGOLR DI KECAMATAN BUMI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Sistem Usahatani Integrasi Tanaman Pangan dengan Kerbau Lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN PURWOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Studi kasus Daerah Rawan Pangan)

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI. Oleh : Desvionita Nasrul BP

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

KETERSEDIAAN BIOMASA TANAMAN JAGUNG DI DESA SUKAJADI (P-6) KARANG AGUNG TENGAH, SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

Maulana Aziz a, Muhtarudin b, Yusuf Widodo b ABSTRACT

PENANAMAN Untuk dapat meningkatkan produksi hijauan yang optimal dan berkualitas, maka perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman. Ada beberapa hal yan

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI LIMBAH KULIT BUAH PISANG (Musa paradisiaca L.) DARI PEDAGANG GORENGAN DI KOTA MANOKWARI

PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) KELOMPOK TANI KALISAPUN DAN MAKANTAR KELURAHAN MAPANGET BARAT KOTA MANADO

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 38 No. 1 : (Januari 2018) ISSN

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

DAYA DUKUNG JERAMI JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI POTONG

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PAKAN MELALUI INTRODUKSI JAGUNG VARIETAS UNGGUL SEBAGAI BORDER TANAMAN KENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul (2013), wilayah Gunungkidul memiliki topografi

PEMANFAATAN BRANGKASAN KACANG HIJAU SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF KAMBING DAN DOMBA SAAT MUSIM PENGHUJAN DI GROBOGAN ABSTRACT

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

PENGARUH UMUR DAN PANJANG CACAHAN RUMPUT RAJA TERHADAPEFISIENSI BAGIANYANGTERMAI{AN DOMBA DEWASA

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PERBAIKAN KUALITAS PAKAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH KANDANG GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

POTENSI JERAMI KACANG TANAH SEBAGAI SUMBER PAKAN RUMINANSIA DI SULAWESI SELATAN

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

MANAJEMEN USAHA TANI PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS PRODUKSI LIMBAH TANAMAN PANGAN SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

POTENSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

PRODUKSI KAMBING BOERAWA PROVINSI LAMPUNG THE IDENTIFICATION OF BOERAWA GOAT NUTRITION STATUS IN BOERAWA GOAT PRODUCTION CENTER IN LAMPUNG PROVINCE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

VII. PEMECAHAN OPTIMAL MODEL INTEGRASI TANAMAN TERNAK

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

Transkripsi:

Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Oktober 2012:33-42 ISSN 2301-9921 Analisis Daya Tampung Ternak Ruminansia pada Musim Kemarau di Daerah Pertanian Lahan Kering Kecamatan Semin Kabupaten Gunungkidul Y. Alfian, F. I. Hermansyah, E. Handayanta, Lutojo, dan W. P. S. Suprayogi Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126 E-mail: ekahandayanta@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menghitung daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di wilayah desa Kemejing, kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul. Pengambilan data primer terdiri dari 17 responden dengan jumlah ternak sebanyak 28 ekor. Potensi bahan pakan dihitung berdasarkan produksi bahan pakan dikalikan dengan luas panen dan dinyatakan dalam bahan kering (BK), bahan organik (BO), protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN). Produksi sampel pakan hijauan diperoleh dari pengambilan cuplikan/pengubinan rumput dan limbah pertanian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan wilayah desa dalam menampung ternak ruminansia berdasarkan BK, BO, PK, dan TDN secara berturut-turut adalah 807,68 UT, 867,71 UT, 810,12 UT, dan 843,67 UT, sedangkan daya tampung di wilayah Kecamatan Semin berdasarkan BK, BO, PK, dan TDN secara berturut-turut adalah 10.248,52 UT, 10.720,75 UT, 9.313,78 UT dan 9.653,26 UT. Jumlah populasi ternak ruminansia di wilayah desa Kemejing pada musim kemarau (901,40 UT) melebihi daya tampung ternak ruminansia. Jumlah populasi ternak ruminansia di wilayah kecamatan Semin (9.880,70 UT) dapat terpenuhi kebutuhan pakannya berdasarkan ketersediaan BK dan BO, sedangkan berdasarkan ketersediaan PK dan TDN jumlah populasinya melebihi daya tampung yang ada. Kata kunci: pertanian lahan kering, bahan pakan, ternak ruminansia, daya tampung Analysis The Carrying Capacity of Ruminant Livestock in The Dry Season at Dry Land Agricultural Area Semin District Gunungkidul Regency ABSTRACT This research aims to calculate the carrying capacity of ruminant livestock in the dry season at the area Kemejing village, Semin subdistrict, district Gunungkidul. Taking of primary data consisted of 17 respondents to the number of animals many as 28 head. The potential is calculated based on the production of feed material feed material multiplied by the harvested area and expressed in dry matter (DM), organic matter (OM), crude protein (CP) and total digestible Nutrients (TDN). Production of green feed samples obtained from taking shots / pengubinan grasses and agriculture waste. Results showed that the ability of rural areas to accommodate Kemejing ruminant livestock by DM, OM, CP and TDN respectively UT is 807,68, 867,71 UT, UT 810,12, and 843,67 UT, while capacity in the District of Semin by DM, OM, CP and TDN respectively is 10248,52 UT, 10.720,75 UT, 9313,78 UT and 9653,26 UT. Total population of ruminants in the area Kemejing village in the dry season (901.40 UT) exceed capacity ruminants. Total population of ruminants in area Semin subdistrict (9880,70 UT) feed needs can be met by the availability of DM and OM, while based on the availability of CP and TDN, its population exceeds existing capacity. Keywords: dryland farming, feed ingredients, ruminant, capacity 33

PENDAHULUAN Potensi di daerah kabupaten Gunungkidul terutama di kecamatan Semin adalah dari sektor pertanian khususnya sub sektor peternakan. Sebelum mengembangkan peternakan maka perlu diketahui terlebih dahulu sejauh mana daya dukung pakan di kecamatan Semin khususnya untuk ternak ruminansia. Keringnya lahan pertanian di wilayah tersebut menyebabkan tidak semua jenis tanaman hijauan dapat tumbuh subur. Sistem pertaniannya sebagian besar (±90%) berupa lahan kering yang sangat bergantung pada daur iklim khususnya curah hujan. Lahan pertaniannya berupa lahan kering maka petani memelihara ternak untuk meningkatkan pendapatannya. Usaha peternakan ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba pada umumnya dikelola oleh petani dengan skala kepemilikan ternak terbatas (skala kecil) dan sebagai usaha sambilan. Lebih dari 90% peternak sapi potong di Indonesia diusahakan oleh peternak di pedesaan dalam sistem rumah tangga tani sebagai peternakan rakyat (Widiati, 2003). Ternak ruminansia terutama ternak ruminansia besar dapat memanfaatkan bahan pakan yang berupa pakan hijauan termasuk yang berasal dari limbah pertanian. Pengembangan sapi potong di suatu daerah sudah saatnya dilakukan usaha untuk memanfaatkan limbah pertanian sebagai pakan ternak mengingat penyediaan rumput dan hijauan pakan lainnya sangat terbatas. Limbah pertanian yang berasal dari limbah tanaman pangan seperti jerami jagung, jerami padi, jerami kacang, jerami kedelai, dan lain-lain, ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh pola pertanian tanaman pangan di suatu wilayah (Febrina dan Liana, 2008). Wilayah kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul memiliki potensi sumberdaya hijauan pakan meskipun belum diketahui secara pasti daya dukungnya terhadap ternak ruminansia yang ada. Bahan pakan yang memiliki potensi dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia besar di wilayah kecamatan Semin adalah limbah pertanian, rumput gajah dan rumput lapangan seperti yang ada di pinggir jalan maupun pematang sawah. Potensi tersebut perlu diketahui untuk menentukan kemampuan wilayah dalam mensuplai pakan dan selanjutnya dapat diketahui kemungkinan pengembangan ternak di masa mendatang. Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau di wilayah kacamatan Semin, kabupaten Gunungkidul. METODE PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juni sampai November 2011 dengan pengambilan data atau sampel dilakukan pada saat terjadi panen tanaman pangan. Lokasi penelitian berada di desa Kemejing, kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Analisis laboratorium (proksimat) sampel pakan dilaksanakan pada bulan Oktober sampai November 2011, di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Metode penentuan lokasi dan penentuan sampel peternak pada penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan waktu dan kemampuan serta jangkauan peneliti. Sampel peternak sebanyak 17 orang peternak responden, penentuan jumlah responden ini terkait dengan pertimbangan akses lokasi (secara teknis dapat digunakan sebagai lokasi pengambilan sampel), waktu, tenaga, biaya dan sesuai dengan model penelitian yang bersifat parsitipatif (Participatory Rural Appraisal/PRA). Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap penelitian pendahuluan selama 10 hari terjun di lapangan yang bertujuan untuk mengetahui jenis pakan apa saja yang potensial digunakan sebagai pakan ternak dan tahap 34 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

pelaksanaan penelitian dengan mengambil sampel di lahan petani dengan Tabel 1. Populasi ternak ruminansia di desa Kemejing dan kecamatan Semin Jumlah populasi ternak Jenis Ternak Ruminansia Kecamatan Semin Desa Kemejing Dewasa *) (ekor) UT **) Dewasa *) (ekor) UT **) Sapi 8.508 8.508,00 788 788,00 Kambing 7.028 1.124,48 595 95,20 Domba 1.773 248,22 130 18,20 Kerbau 0 0,00 0 0,00 Jumlah 17.309 9.880,70 1.513 901,40 *) : Badan Pusat Statistik (2010). **) : Hasil perhitungan satuan unit ternak (Soekoharto, 1990). cara mengubin pada semua jenis pakan potensial baik rumput, legum, maupun limbah pertanian (hijauan). Sumber data pada penelitian ini terdiri dari dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara survei secara langsung dan mendalam di lapangan menggunakan kuisioner terstruktur dan wawancara terhadap 17 orang peternak responden dan observasi langsung di lapangan terhadap produksi hijauan dengan mengambil cuplikan melalui pengubinan pada hijauan pakan (rumput budidaya, rumput lapang dan tanaman pertanian yang di panen seperti: padi, jagung, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau). Data sekunder dikumpulkan dari instansi-instansi terkait seperti Dinas Peternakan, Pertanian, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Badan Pusat Statistik, Desa, Kecamatan, dll. Analisis Data Data primer dan data sekunder terkumpul yang bersifat kualitatif dipaparkan secara deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian atau memberikan gambaran hubungan antar fenomena, menguji hipotesa, membuat prediksi serta implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan (Manti et al., 2003). Data yang diukur dalam penelitian ini adalah Produksi Bahan Kering (BK), Produksi Bahan Organik (BO), Produksi Protein Kasar (PK), Produksi Total Digestible Nutrients (TDN), Daya Tampung Ternak (BK), Daya Tampung Ternak (BO), Daya Tampung Ternak (PK), Daya Tampung Ternak (TDN) (Ngadmawati, 2001). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Semin merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Gunungkidul yang terletak di zona utara (zona Batur Agung). Curah hujan rata-rata kecamatan Semin pada tahun 2011 sebesar 3100,00 mm/tahun dengan jumlah hari hujan ratarata 128 hari per tahun. Bulan basah 6 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar antara 4 5 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober November dan berakhir pada bulan Mei-Juni setiap tahunnya. Puncak curah hujan dicapai pada bulan Januari (BPP, 2011). Kecamatan Semin terdiri dari 10 desa, antara lain yaitu desa Kalitekuk, Kemejing, Semin, Pundungsari, Karangsari, Rejosari, Bulurejo, Bendung, Sumberejo dan Candirejo. Ditinjau dari 10 desa tersebut keseluruhan merupakan desa swasembada. Luas wilayah kecamatan Semin adalah 7.891,8 ha. Berdasarkan penggunaannya, sebagian besar lahannya merupakan areal pertanian, sebagian besar merupakan lahan kering tadah hujan yang pemanfaatan potensinya sangat tergantung pada curah hujan yang ada. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Produksi hasil pertanian di kecamatan Semin berupa padi, Daya Tampung Ternak Ruminansia Pada Musim Kemarau... (Alfian et al.) 35

dan palawija (Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, 2011). Tabel 2. Kandungan nutrien bahan pakan Jenis Bahan Pakan BK (%) Kandungan Nutrien (% BK) BO PK LK SK TDN *) Jerami Padi 22,81 74,00 5,78 9,68 32,22 36,67 Jerami Jagung 28,26 89,97 7,16 11,55 23,06 56,11 Jerami Kedelai 50,23 93,95 10,58 11,23 5,11 48,01 Jerami Kacang Tanah 19,46 89,92 12,67 11,68 21,62 59,94 Jerami Kacang Hijau 27,11 89,34 11,18 12,08 23,14 56,64 Daun Ketela Pohon 26,53 93,24 18,14 15,00 17,54 66,86 Rumput Gajah 19,96 78,83 9,61 10,14 34,27 40,77 *) : hasil perhitungan dengan rumus regresi Hartadi (1997) Sumber: Hasil analisis proksimat di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta (2011). Desa Kemejing adalah salah satu desa yang terletak di wilayah kecamatan Semin. Desa Kemejing merupakan wilayah/daerah yang dijadikan sebagai daerah penelitian. Wilayah desa Kemejing terdiri dari 10 dusun, antara lain yaitu dusun Duwet, Kemejing I, Kemejing II, Kemejing III, Sulur I, Sulur II, Tangkil I, Tangkil II, Karanggumuk I, Karanggumuk II, dan Prebutan. Sebagian besar lahan di wilayah desa Kemejing merupakan areal pertanian yang berupa lahan kering tadah hujan, serta sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani/peternak. Keadaan Pertanian Lahan pertanian di kecamatan Semin, kabupaten Gunungkidul terdiri dari dua macam, yaitu lahan sawah (tadah hujan) dan lahan tegalan. Sebagian besar lahan pertanian di kecamatan Semin merupakan pertanian lahan kering atau tadah hujan. Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang tidak memiliki fasilitas irigasi dan diusahakan tanpa penggenangan lahan garapan (Notohadiprawiro, 2006). Jenis komoditi tanaman pertanian yang ditanam antara lain seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ketela pohon. Luas panen yang dihasilkan dari lahan sawah sebesar 2.569 ha dan lahan tegal sebesar 6.459 ha (Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pertanian Kecamatan Semin, 2011). Sebagian besar limbah dari hasil panen komoditi tanaman pertanian di Kecamatan Semin digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Keadaan Peternakan Sapi Potong Populasi ternak ruminansia yang ada di desa Kemejing 1.513 ekor dan kecamatan Semin 17.309 ekor. Jumlah total ternak ruminansia yang sudah dilakukan perhitungan menjadi satuan unit ternak (UT) yaitu mencapai 901,40 UT yang tersebar di 9 dusun yang ada di desa Kemejing, sedangkan untuk kecamatan Semin mencapai 9.880,70 UT yang tersebar di 10 desa. Masyarakat di kecamatan Semin merupakan petani dengan rata-rata kepemilikan ternak sebanyak 1-3 ekor (Badan Pusat Statistik, 2010). Ternak sapi memiliki populasi paling banyak daripada ternak ruminansia lainnya (kambing dan domba). Kebanyakan peternak memelihara sapi betina sehingga pengembangan populasi akan lebih cepat, serta memanfaatkan pakan ternak dari sisa hasil pertanian. Jumlah populasi ternak ruminansia yang ada di wilayah kecamatan Semin, dinyatakan dalam satuan ekor dan unit ternak (UT) seperti terlihat pada (Tabel 1). Jenis dan jumlah bahan pakan yang paling banyak diberikan peternak kepada ternaknya selama 10 hari pada penelitian pendahuluan, total keseluruhan jerami padi 36 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

916 kg, rumput gajah 536 kg, jerami jagung 355 kg, rumput alam 224 kg, jerami kacang tanah 163 kg daun ketela pohon 31 kg, jerami kacang hijau 29 kg, dan jerami kedelai 16 kg. Tingginya produksi limbah tanaman pertanian dipengaruhi oleh luas areal panen tanaman pangan yang besar dan jumlah panenan yang dilakukan khususnya untuk luas panen padi yang besar dan dilakukan pemanenan sebanyak 2 kali sehingga menghasilkan jerami padi yang lebih banyak. Peternak tidak menggunakan konsentrat sebagai bahan pakan tambahan untuk ternaknya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan pakan yang potensial digunakan adalah limbah pertanian dan rumput gajah. Ternak Ruminansia mampu menjadi bioconverter pakan berserat tinggi seperti limbah pertanian dan rumputrumputan menjadi pakan yang berkualitas karena memiliki lambung majemuk yang terdiri dari rumen, retikulum, omasum, dan abomasum (Suryanto, 2004). Jenis Rumput yang digunakan sebagai pakan ternak dapat digolongkan atas rumput lapangan dan rumput budidaya (rumput Gajah). Rumput gajah banyak ditanam pada lahan yang berada di pinggir sungai dan pematang-pematang sawah atau batas antar petak tanah. Rata-rata pemanenan dilakukan setelah rumput gajah berumur ± 30 hari. Rumput lapangan diberikan sebagai pakan ternak cukup banyak pada penelitian pendahuluan yaitu 224 kg, akan tetapi sumber dari rumput lapangan sangat sulit diukur (luas lahan dan produksinya) karena rumput lapangan hanya diperoleh saat menyiangi tanaman pangan, sedangkan untuk rumput gajah banyak ditanam di lahan yang berada di pinggiran sungai, sehingga luas lahan dan potensi produksinya dapat diukur/diketahui Produksi Bahan Pakan Ternak Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui kandungan nutrien dari masing-masing bahan pakan. Kandungan nutrien dari masing-masing bahan pakan tersebut digunakan dalam penghitungan produksi bahan pakan (BK, BO, PK, dan TDN) yang tersedia. Kandungan nutrien dari masing-masing bahan pakan terlihat pada Tabel 2. Winugroho et al., (1998) menyatakan bahwa produksi bahan pakan sangat ditentukan oleh luas areal panen, umur pemanenan, kondisi tanah dan curah hujan dari masing-masing komoditi yang ditanam pada suatu wilayah serta kandungan nutrien yang terdapat dalam bahan pakan. Dengan demikian, ketersediaan limbah tanaman pangan musiman dan fluktuatif mengikuti pola tanam dan musim panen. Produksi bahan pakan ternak ruminansia pada musim kemarau di desa Kemejing dan kecamatan Semin yang dihitung dari mengalikan antara produksi segar tiap komoditi tanaman dengan kandungan BK, BO, PK dan TDN dari tiap komoditi tanaman. Produksi BK, BO, PK dan TDN bahan pakan ternak di desa Kemejing Produksi bahan pakan dan daya tampung berdasarkan BK, BO, PK dan TDN bahan pakan di desa Kemejing terlihat pada Tabel 3. Hasil produksi bahan pakan di desa Kemejing selama musim kemarau dapat mencapai 1.182,44 ton BK, 967,04 ton BO, 108,22 PK dan 605,21 ton TDN. Produksi bahan pakan yang tertinggi terjadi pada rumput gajah, dikarenakan selama musim kemarau tanaman rumput gajah dapat dipanen sebanyak 3 kali, karena masih ada hujan pada bulan April dan Mei, sehingga jumlah produksinya adalah luas panen dikalikan dengan jumlah pemanenannya yakni 3 kali. Hal itu yang menyebabkan tingginya produksi rumput gajah segar di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil pengubinan, rumput gajah juga memiliki hasil produksi per m 2 paling tinggi (2,62 kg/m 2 ) dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Produksi bahan pakan terendah adalah limbah jerami kacang hijau, dikarenakan tanaman kacang hijau dipanen hanya sekali selama musim kemarau. Jenis bahan pakan jerami kacang hijau, memiliki Daya Tampung Ternak Ruminansia Pada Musim Kemarau... (Alfian et al.) 37

produksi segar paling rendah di desa Kemejing, berbeda dengan jenis bahan pakan rumput gajah. Luas panen tanaman kacang hijau di wilayah desa Kemejing maupun Tabel 3. Produksi bahan pakan dan daya tampung berdasarkan (BK, BO, PK, dan TDN) di wilayah desa Kemejing Hasil Jenis Bhn. Pakan Ubinan/m 2 Luas Panen Produksi Bahan Pakan (ton) (ha) (kg) BK BO PK TDN Jerami Padi Jerami Jagung Jerami Kedelai Jerami Kacang Tanah Jerami Kacang Hijau Daun Ketela Pohon Rumput Gajah 2,09 68,00 324,18 239,89 18,74 121,79 0,82 81,00 187,70 168,88 13,44 89,34 0,10 73,00 36,67 34,44 3,88 21,46 0,71 44,50 61,48 55,29 7,79 37,17 0,35 19,95 18,93 16,91 2,12 11,77 0,37 281,50 106,35 99,16 19,29 74,41 2,62 28,50 447,12 352,47 42,97 249,27 Jumlah 596,45 1.182,44 967,04 108,22 605,21 Daya Tampung (UT) 807,68 867,71 810,12 843,67 Tabel 4. Produksi BK, BO, PK, dan TDN bahan pakan di wilayah kecamatan Semin Hasil Jenis Bhn. Pakan Ubinan/m 2 Luas Panen Produksi Bahan Pakan (ton) (ha) (kg) BK BO PK TDN Jerami Padi Jerami Jagung Jerami Kedelai Jerami Kacang Tanah Jerami Kacang Hijau Daun Ketela Pohon Rumput Gajah 2,09 68,00 9.362,96 6.928,59 541,18 3.517,66 0,82 81,00 398,58 358,60 28,54 189,68 0,10 73,00 1.062,37 997,98 112,40 621,91 0,71 44,50 1.499,10 1.347,99 189,94 906,21 0,35 19,95 101,53 90,70 11,35 63,14 0,37 281,50 1.324,21 1.234,71 240,21 926,55 2,62 28,50 1.255,09 989,38 120,61 699,71 Jumlah 596,45 15.003,83 11.947,95 1.244,23 6.924,86 Daya Tampung (UT) 10.248,52 10.720,75 9.313,78 9.653.26 di kecamatan Semin tergolong paling rendah dibandingkan dengan luas panen tanaman lainnya, dan ada juga hal lain yang mempengaruhi rendahnya produksi jerami kacang hijau adalah rendahnya hasil produksi per m 2 pada saat dilakukan pengubinan, yaitu sebesar 0,1 kg/m 2. Produksi BK, BO, PK dan TDN bahan pakan ternak di kecamatan Semin Produksi BK, BO, PK, dan TDN bahan pakan di wilayah kecamatan Semin seperti yang terlihat pada (Tabel 4). Jumlah hasil produksi BK, BO, PK dan TDN bahan pakan di kecamatan Semin secara berturut-turut adalah sebanyak 15.003,83 ton, 11.947,95 ton, 1.244,23 ton dan 6.924,86 ton, dengan produksi bahan pakan berdasarkan BK, BO, PK dan TDN tertinggi di kecamatan Semin adalah limbah jerami padi, dikarenakan jenis bahan pakan jerami padi memiliki produksi segar cukup tinggi apabila dibandingkan dengan jenis bahan pakan lainnya. Walaupun tanaman padi hanya sekali dipanen selama musim kemarau. Penyebab tingginya produksi tersebut dikarenakan tingginya luas panen untuk tanaman padi serta didukung oleh hasil produksi per m 2 dari hasil pengubinan yang tergolong cukup tinggi (2,09 kg/m 2 ). Produksi bahan pakan berdasarkan BK, BO, PK dan TDN terendah adalah limbah jerami kacang hijau, dikarenakan tanaman kacang hijau dapat dipanen hanya sekali selama musim kemarau. Jenis bahan pakan jerami kacang hijau, memiliki 38 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

produksi segar paling rendah di kecamatan Semin seperti yang terjadi di desa Kemejing, berbeda dengan jenis limbah pertanian jerami padi. Luas panen tanaman kacang hijau di wilayah desa Kemejing maupun di kecamatan Semin tergolong paling rendah dibandingkan dengan luas panen tanaman lainnya, dan ada juga hal lain yang mempengaruhi rendahnya produksi jerami kacang hijau adalah rendahnya hasil produksi per m 2 pada saat dilakukan pengubinan, yaitu sebesar 0,1 kg/m 2. Ketersediaan bahan pakan ternak ditunjang juga oleh ketersediaan dan produksi tanaman pertanian berupa limbah dan hasil ikutannya, sedangkan produksi hasil pertanian selain dipengaruhi oleh keadaan iklim juga dipengaruhi oleh luas panen usahatani, tenaga kerja dan banyaknya ternak yang dipelihara serta juga letak wilayah usahataninya (Winugroho et al., 1998). Jumlah produksi tertinggi antara desa Kemejing dengan kecamatan Semin berbeda dikarenakan banyak di wilayah kecamatan Semin selain desa Kemejing banyak yang menanam tanaman padi dibanding tanaman yang lain yang ditanam karena kesulitan pengairan di musim kemarau seperti kacang kedelai, kacang hijau, ketela pohon. Pakan jerami padi paling mudah diperoleh dan paling banyak diberikan oleh peternak dikarenakan pakan tersebut mudah dalam penyimpanan dan juga dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama akan tetapi kandungan nutrien yang terdapat dalam jerami padi rendah sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan nutien ternak sapi potong. Djajanegara et al., (1999) mengemukakan bahwa kendala pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan adalah pada umumnya memiliki kualitas rendah dengan kandungan serat yang tinggi dan protein dan kecernaan yang rendah, akibatnya bila digunakan sebagai pakan basal dibutuhkan penambahan bahan pakan yang memiliki kualitas yang baik (konsentrat) untuk memenuhi dan meningkatkan produktivitas ternak. Usahatani padi sawah dan ternak sapi menciptakan kondisi yang secara ekologis saling mempengaruhi dan saling membutuhkan (berinteraksi) antara keduanya. Bentuk interaksi yang erat adalah dari sapi menyumbangkan biaya produksi pada usahatani padi dalam bentuk sumbangan pupuk organik dari kotoran. Sementara dari pertanian padi sawah menyumbangkan biaya pakan pada usaha peternakan sapi berupa jerami padi. Pendekatan sistem usaha tani terintegrasi yang memadukan antara komoditas tanaman pangan dengan ternak menjadi suatu sistem pertanian yang terpadu atau terintegrasi (integrated farming system) diharapkan dapat memberikan keuntungan dan meningkatkan pendapatan petani, sangat dianjurkan untuk dikembangkan di lahan kering (Soemartono dan Sutrisno, 2005). Daya Tampung Ternak Daya tampung atau kapasitas tampung (carrying capacity) adalah kemampuan padang penggembalaan untuk menghasilkan hijauan makanan ternak yang dibutuhkan oleh sejumlah ternak yang digembalakan dalam luasan satu hektar atau kemampuan padang penggembalaan untuk menampung ternak per hektar (Reksohadiprodjo, 1994). Daya Tampung Ternak di Desa Kemejing Berdasarkan hasil produksi bahan pakan berdasarkan BK, BO, PK dan TDN (Tabel 3), menunjukkan total produksi bahan pakan di desa Kemejing yang berasal dari limbah pertanian dan rumput gajah selama musim kemarau. Setelah dilakukan perhitungan dengan kebutuhan BK, BO, PK dan TDN pada ternak dari asumsi kebutuhan BK/UT 2% dari bobot badan (350 kg), seperti yang di sampaikan oleh Kearl (1982), adalah seekor ternak seberat 350 kg dengan kenaikan berat badan harian 0,50 kg membutuhkan pakan minimum 8 kg bahan kering per hari atau sekitar 2 3% dari bobot badan. maka didapatkan kebutuhan BK, BO, PK dan TDN secara berturut-turut Daya Tampung Ternak Ruminansia Pada Musim Kemarau... (Alfian et al.) 39

adalah sebesar 8,00 kg/ut/hari, 6,09 kg/ut/hari, 0,73 kg/ut/hari dan 3,92 kg/ut/hari. Produksi dari bahan pakan dapat memenuhi kebutuhan ternak ruminansia berdasarkan kebutuhan BK, BO, PK dan TDN secara berturut-turut sebanyak 807,68 UT, 867,71 UT, 810,12 UT dan 843,67 UT. Daya tampung tersebut (berdasarkan BK, BO, PK dan TDN) apabila dikonversikan dengan menggunakan perkiraan unit ternak, satu ekor ternak sapi yang telah dewasa setara dengan 1,0 UT (Soekoharto, 1990) sehingga daya tampung untuk ternak sapi dewasa berdasarkan ketersediaan BK, BO, PK dan TDN secara berturut-turut sebanyak 807,68 ekor, 867,71 ekor, 810,12 ekor dan 843,67 ekor. Apabila dikonversikan dengan perkiraan satu ekor kambing dewasa setara dengan 0,16 UT (Soekoharto, 1990) maka dengan ketersediaan BK, BO, PK dan TDN mampu menampung ternak kambing dewasa berturut-turut sebanyak 5.048 ekor, 5.423,19 ekor, 5.063,25 ekor dan 5.272,94 ekor. Apabila dikonversikan dengan perkiraan satu ekor domba dewasa setara dengan 0,14 UT (Soekoharto, 1990) maka ketersediaan BK, BO, PK dan TDN tersebut mampu menampung ternak domba dewasa berturutturut sebanyak 5.769,14 ekor, 6.197,93 ekor, 5.786,57 ekor dan 6.026,21 ekor. Daya tampung ternak ruminansia pada musim kemarau berdasarkan BK, BO, PK dan TDN apabila dibandingkan dengan populasi ternak yang ada di desa Kemejing (pada saat penelitian) yaitu sebesar 901,40 UT, maka jumlah populasi ternak yang ada melebihi daya tampung atau kapasitas tampung ternak ruminansia di wilayah tersebut. Dilihat dari populasi ternaknya, desa kemejing merupakan wilayah yang mempunyai populasi ternak terpadat dibandingkan dengan desa-desa lain di wilayah kecamatan Semin. Sehingga pakan yang tersedia yang berasal dari limbah pertanian dan rumput gajah di wilayah desa Kemejing belum dapat memenuhi kebutuhan pakan dari jumlah populasi ternak yang ada. Akan tetapi, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa ternak-ternak tersebut masih tetap dapat hidup dan terus berkembang. Keterbatasan ketersediaan pakan selama musim kemarau tidak menjadi masalah bagi kelangsungan hidup ternak yang ada di wilayah tersebut, dikarenakan para peternak memanfaatkan sumber pakan tambahan yang ada di lingkungan sekitar, misalnya penggunaan rumput alam, legume atau hijauan dari tanaman pohon lain seperti daun mahoni, daun akasia, daun nangka, daun pisang, bahkan ada pula yang mencari/membeli pakan dari daerah lain yaitu jerami padi dan jerami jagung. Daya Tampung Ternak di Kecamatan Semin Berdasarkan hasil produksi bahan pakan berdasarkan BK, BO, PK dan TDN (Tabel 4), menunjukkan total produksi bahan pakan di kecamatan Semin yang berasal dari limbah pertanian dan rumput gajah selama musim kemarau. Setelah dilakukan perhitungan dengan kebutuhan pada ternak dari asumsi kebutuhan BK seperti yang di sampaikan oleh Kearl (1982). Produksi dari bahan pakan dapat memenuhi kebutuhan ternak ruminansia berdasarkan kebutuhan BK, BO, PK dan TDN secara berturut-turut adalah sebesar 10.248,52 UT, 10.720,75 UT, 9.313,78 UT dan 9.653,26 UT (Tabel 4). Daya tampung ternak berdasarkan BK, BO, PK dan TDN untuk ternak sapi dewasa berturut-turut sebanyak 10.248,52 ekor, 10.720,75 ekor, 9.313,78 ekor dan 9.653,26 ekor. Untuk daya tampung ternak kambing dewasa (berdasarkan BK, BO, PK dan TDN) masing-masing sebanyak 64.053,25 ekor, 67.004,69 ekor, 58.211,13 ekor dan 60.332,87 ekor. Daya tampung ternak domba berdasarkan ketersediaan BK, BO, PK dan TDN tersebut mampu menampung ternak 73.203,71 ekor, 76.576,77, ekor 66.527,00 ekor dan 68.951,86 ekor. Populasi ternak yang ada di kecamatan Semin adalah 9.880,70 UT, sehingga apabila dibandingkan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia berdasarkan BK 40 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012

dan BO saja maka pengembangan usaha peternakan sapi potong masih dapat dilakukan lagi di wilayah kecamatan Semin. Akan tetapi jika dibandingkan dengan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia berdasarkan PK dan TDN saja, maka dengan demikian populasi ternak yang ada melebihi daya tampung ternak ruminansia di wilayah tersebut. Sehingga belum terjadi keseimbangan dari bahan pakan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak ruminansia. Upaya untuk memenuhi kebutuhan akan PK dan TDN bahan pakan dapat ditempuh dengan mengintensifkan lahan yang ada dengan cara menanam tanaman pertanian yang limbahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber protein dan energi. Cara lain yang juga dapat ditawarkan untuk meningkatkan ketersediaan PK dan TDN dengan cara meningkatkan kualitas bahan pakan yang telah ada (khususnya limbah pertanian) dengan cara pengolahan-pengolahan bahan pakan seperti pembuatan jerami padi fermentasi. Petani peternak mempunyai masalah keterbatasan lahan untuk menanam khusus hijauan pakan dan umumnya akan semakin sulit didapat pada musim kemarau, sehingga kekurangan pakan ternak sapi potong di daerah kecamatan Semin terutama pada musim kemarau merupakan problem yang harus diatasi. Zulbardi et al. (2001) menyatakan masalah utama yang ditemui pada usaha peternakan khususnya ternak ruminansia adalah tidak tersedianya pakan yang kontinyu dengan kualitas yang baik. Upaya yang dilakukan adalah melakukan penyimpanan, pengawetan dan peningkatan kualitas/nilai nutrisi melalui sentuhan teknologi pakan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah populasi ternak ruminansia di wilayah desa Kemejing pada musim kemarau (901,40 UT) melebihi daya tampung ternak ruminansia berdasarkan kebutuhan BK, BO, PK dan TDN secara berturut-turut sebanyak 807,68 UT, 867,71 UT, 810,12 dan 843,67 UT. Ketersediaan yang membuktikan sebagai desa terpadat/tertinggi populasi ternak ruminansianya. Jumlah populasi ternak ruminansia di wilayah kecamatan Semin (9.880,70 UT) dapat terpenuhi kebutuhan pakannya berdasarkan ketersediaan BK dan BO (10.248,52 UT dan 10.720,75 UT), sedangkan berdasarkan ketersediaan PK dan TDN (9.313,78 UT dan 9.653,26 UT), jumlah populasinya melebihi daya tampung yang ada, sehingga belum terpenuhi kebutuhan pakannya dan belum terjadi keseimbangan antara jumlah pakan yang tersedia dengan populasi ternak yang ada. DAFTAR PUSTAKA BPP. 2011. Data Curah Hujan Kecamatan Semin Tahun 2011. Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Semin. Gunungkidul. BPS. 2010. Gunungkidul dalam Angka 2010. Kerjasama Badan Pusat Statistik dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul. BPS. Gunungkidul. BPS dan Kementerian Pertanian Kecamatan Semin. 2011. Laporan Luas Tanam Padi dan Palawija. BPS dan Kementerian Pertanian. Gunungkidul. Djajanegara, A. B., Sudaryanto, Winugroho dan A. R. Axarto. 1999. Potensi Produk Kebun Kelapa Sawit untuk Pengembangan Usaha Ternak Ruminansia. Laporan APBN 1998/1999. Balai Penelitian Ternak dan Puslitbang Peternakan. Bogor. Febrina, D. dan M. Liana. 2008. Pemanfaatan Limbah Pertanian Sebagai Pakan Ruminansia pada Peternak Rakyat di Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal Peternakan. 5 (1) : 28 37. Hartadi, H., S. Reksohadiprojo dan A. D. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kearl, L. C. 1982. Nutrient Requirements of Ruminant in Developing Countries. International Feedstuff Institute, Utah Daya Tampung Ternak Ruminansia Pada Musim Kemarau... (Alfian et al.) 41

Agricultural Experiment Station. Utah State University. Logan. Utah. Manti, I., Azmi, E. Priyotomo dan D. Sitompul. 2003. Kajian Sosial Ekonomi Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit (SISKA). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Balitbang Pertanian. Bogor. Ngadmawati, S. 2001. Evaluasi Daya Dukung Pakan Ternak Ruminansia di Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Program Studi Peternakan Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Notohadiprawiro, T. 2006. Pertanian Lahan Kering di Indonesia: Potensi, Prospek, Kendala dan Pengembangannya. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul. 2011. Profil Kecamatan Semin. http://www.gunungkidulkab.go.id /home.php?mode. 9 Mei 2011. Reksohadiprodjo, S. 1994. Produksi Tanaman Hijauan Makanan Ternak Tropik. Edisi Ketiga. BPFE. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta. Soekoharto. 1990. Pedoman Untuk Perencanaan Ekonomi Pembangunan Peternakan. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Soemartono dan D. Sutrisno. 2005. Kiat Menuju Usaha Tani Produktif di Lahan Kering yang Berkelanjutan. Dalam: Prosiding Pengembangan Usaha Peternakan Berdaya Saing di Lahan Kering. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Suryanto, B. 2004. Peran Usahatani Ternak Ruminansia dalam Pembangunan Agribisnis Berwawasan Lingkungan. Pidato pengukuhan: Upacara Peresmian Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Manajemen Usahatani. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Widiati, R. 2003. Analisis Linear Programing Usaha Ternak Sapi Potong dalam Sistem Rumah Tangga Tani Berdasarkan Tipologi Wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Winugroho, M., B. Hariyanto dan K. Ma sum. 1998. Konsep Pelestarian Pasokan Hijauan Pakan dalam Usaha Optimalisasi Produktivitas Ternak Ruminansia. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Puslitbang Peternakan. Bogor. Zulbardi, M., A. A. Karto, U. Kusnadi dan A. Thalib. 2001. Pemanfaatan Jerami Padi Bagi Usaha Pemeliharaan Sapi Peranakan Onggole di Daerah Irigasi Tanaman Padi. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan Departemen Pertanian. Bogor. Hal. 256-261. 42 Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1) 2012