BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB III IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN MATA PELAJARAN FIKIH DI MTS MIFTAHUL FALAH SAMBIREJO WIROSARI GROBOGAN

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN JENIS-JENIS MATERI PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

SILABUS MATA PELAJARAN: FIKIH. Mata Pelajaran: Fikih Islam Satuan Pendidikan: Madrasah Tsanawiyah Kelas/Smt : VII(Tujuh)/ Ganjil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, kehadiran suatu media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

SILABUS PEMBELAJARAN

MAKALAH PENGANTAR PENDIDIKAN MATERI SEBAGAI FAKTOR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

SILABUS PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

A. Latar Belakang Penelitian

KRITERIA PEMILIHAN MATERI PELAJARAN

REVIEW DAN REVISI SILABUS-RPP MAPAEL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) Oleh: Ajat Sudrajat

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pihak yang terkait agar pendidikan dapat berlangsung. sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007, hlm.1. Republik Indonesia, Jakarta, 2003, hlm.1.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Syahruddin El-Fikri, Sejarah Ibadah, (Jakarta: Republika, 2014), hlm

PENGERTIAN MATERI PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. SKI), dalam kurikulum SMP Muhammadiyah 5 menjadi salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak anak-anak kita yang belum dapat

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur'an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalarn arti

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dipaparkan; a) Latar belakang masalah, b) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SD, MI, DAN SDLB

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pembelajaran Intrakurikuler yang dilakukan Guru Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran adalah dua konsep yang berbeda, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail dalam Undang-Undang

SILABUS PEMBELAJARAN

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB VI PENUTUP. berjalan sesuai pedoman. Madrasah ini juga sudah melaksanakan. silabus, guru-guru masih mengandalkan hasil dari MGMP (Musyawarah

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. mengambil peran sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang. tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia, 2008), hlm Ibid, hlm

I. PENDAHULUAN. kegunaan penelitian. Pembahasan secara rinci masing-masing kajian tersebut

PENGINTEGRASIAN MATERI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KE DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Masalah. perkembangan zaman yang berdasarkan Undang-undang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh Marwanti Guru SDM Ambarbinangun ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

Bagian 1 Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Meningkatkan kemajuan di negara Indonesia, maka ada berbagai langkah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. andil yang cukup besar. Guru memang bukan satu-satunya penentu. itu, guru adalah bapak ruhani ( spiritual father) bagi siswa, yang

ANALISIS PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL. I n d i k a t o r

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan penggunaan, pengamalan dan pembiasaan. Mata pelajaran fikih MTs. ini meliputi fikih ibadah, fikih muamalah, fikih jina>ya>t dan fikih siya>sah yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fikih mencakup perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt., dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya. 1 2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Fikih di MTs. Pembelajaran fikih di MTs. bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia dengan sesama 1 Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Standar Kompetensi Madrasah Tsanawiyah ( Jakarta: t.p., 2005), 46.

20 yang diatur dalam fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial. 2 Sedangkan fungsi dari pembelajaran fikih di MTs. adalah sebagai berikut: a. Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. b. Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di madrasah dan masyarakat. c. Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat. d. Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt serta akhlaq mulia peserta didik seoptimal mungkin untuk melanjutkan yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga. e. Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui ibadah dan muamalah. f. Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. 2 Ibid.

21 g. Pembekalan peserta didik untuk mendalami fikih/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Standar Kelulusan Bidang Studi Fikih di MTs. Standar kelulusan fikih di MTs. adalah siswa dapat memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mah}d}ah} dan muamalah serta dapat mempraktekkan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. 3 Bila standar kelulusan hanya dapat memahami dan mempraktekkan, berarti hanya sampai pada kemampuan kognitif dan psikomotorik saja, belum sampai kepada aspek afektifnya atau kesadaran melaksanakan ibadah dan muamalah serta mendapatkan kecerdasan emosional dan spiritual untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata.. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Fikih MTs dan Pemetaannya Standar kompetensi dan kompetensi dasar fikih di MTs. kelas VII semester I berdasarkan Permenag Nomor 2 Tahun 2008 STANDAR KOMPETENSI 1. Melaksanakan ketentuan T}aha>rah (bersuci) 2. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi KOMPETENSI DASAR 1.1 Menjelaskan macam-macam najis dan tatacara T}aha>rahnya ( bersucinya ) 1.2 Menjelaskan hadas kecil dan tatacara T}aha>rahnya 1.3 Menjelaskan hadas besar dan tatacara T}aha>rahnya 1.4 Mempraktekkan bersuci dari najis dan hadas 2.1 Menjelaskan tatacara salat lima waktu 2.2 Menghafal bacaan-bacaan salat 3 Lampiran 1b Bab II Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Kelulusan PAI dan Bahasa Arab di MTs.

22 STANDAR KOMPETENSI 3. Melaksanakan tatacara azan, ikamah, salat jamaah 4. Melaksanakan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat KOMPETENSI DASAR lima waktu 2.3 Menjelaskan ketentuan waktu salat lima waktu 2.4 Menjelaskan ketentuan sujud sahwi 2.5 Mempraktekkan salat lima waktu dan sujud sahwi 3.1 Menjelaskan ketentuan azan dan ikamah 3.2 Menjelaskan ketentuan salat berjamaah 3.3 Menjelaskan ketentuan makmum masbu>q 3.4 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa 3.5 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal 3.6 Mempraktekkan azan, ikamah, dan salat jamaah 4.1 Menjelaskan tatacara berzikir dan berdoa setelah salat 4.2 Menghafalkan bacaan zikir dan doa setelah salat 4.3 Mempraktekkan zikir dan doa Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar di atas dan kelas berikutnya yang terdapat di Permenag nomor 2 tahun 2008 4 dapat disimpulkan bahwa tuntutan dalam kompetensi dasar fikih MTs lebih ditekankan pada kemampuan kognitif dan psikomotorik semata belum sampai pada kemampuan afektif. Hal ini tampak jelas dari kata-kata dalam kompetensi dasar itu seperti menghafal, menjelaskan, mempraktekkan dan mendemonstrasikan suatu materi. Guru sebagai motivator dituntut untuk mampu mengembangkan kompetensi dasar itu sekaligus materinya agar siswa termotivasi untuk 4 Departemen Agama RI,Permenag R.I no 2 Tahun 2008(Jakarta: Hapindo Cipta Kharisma, 2008)

23 mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi itu dapat berupa pahala yang akan mereka terima, keuntungan yang akan didapat, manfaat yang akan mereka rasakan atau kebaikan-kebaikan lainnya yang akan mereka nikmati dengan mengamalkan ibadah dan muamalah yang mereka pelajari. Dengan kata lain, guru harus bisa memotivasi siswa dengan menanamkan kesadaran bahwa apa yang mereka pelajari memberikan banyak kegunaan dan manfaatnya untuk diri mereka dan orang lain, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk bisa memotivasi seperti di atas, seorang guru seharusnya mengetahui terlebih dahulu dengan baik ESQ suatu ibadah maupun muamalah. 6. Pendekatan Pembelajaran Fikih MTs. Cakupan materi fikih pada setiap aspek seperti di atas dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi: 5 a. Keimanan, yang mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan. b. Pengamalan, mengkondisikan peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan isi mata pelajaran fikih dalam kehidupan sehari-hari. c. Pembiasaan, melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan melakukan tata cara ibadah, bermasyarakat dan bernegara yang 5 Dirjen Kelembagaan Agama Islam Depag RI, Standar Kompetensi MTs, 49-50.

24 sesuai dengan materi pelajaran fikih yang dicontohkan oleh para ulama. d. Rasional, usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran fikih dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran. e. Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati pelaksanaan ibadah sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik. f. Fungsional, menyajikan materi fikih yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. g. Keteladanan, yaitu pendidikan yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu yang mengamalkan materi pembelajaran fikih. B. Implementasi Materi Fikih MTs. 1. Klasifikasi Materi Fikih MTs. Seperti halnya jenis materi mata pelajaran yang lain, materi Fikih MTs. dapat diklasifikasi sebagai berikut: 6 a. Fakta, yaitu segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, 6 Andi Sundiawan, KTSP: Pengembangan Materi Pembelajaran, dalam http://awan965.wordpress.com/2008/12/20/ktsp-pengembangan-materi-pembelajaran/

25 nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. b. Konsep, yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran; meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti dan sebagainya. c. Prinsip, yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi dalil, rumus, adagium (pribahasa), postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab akibat. d. Prosedur, merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem. f. Sikap atau nilai, merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat melakukan ibadah belajar dan bekerja. Dalam pelajaran Fikih dapat dikembangkan sikap atau nilai seperti motivasi siswa dalam melaksanakan salat fardu, antusiasme siswa dalam melaksanakan salat berjamaah, rutinitas siswa dalam berzikir dan berdoa, dsb. Dari keenam jenis materi di atas, yang perlu mendapat perhatian dan perlu dikembangkan adalah materi tentang sikap dan nilai, karena kedua hal ini menjadi tujuan diberikannya materi di sekolah/madrasah. Pengetahuan tentang nilai akan memotivasi siswa untuk melakukan sesuatu yang mengandung nilai baik atau tidak melakukan sesuatu yang mengandung nilai buruk. Misalnya mengajarkan materi wudu, selain keharusan

26 menyampaikan air pada anggota tubuh, di dalamnya juga terkandung nilainilai kebersihan dan apa kegunaan wudu itu untuk dirinya dan orang lain. Begitu juga ketika mengajarkan salat, tidak semata-mata melihat aspek sah dan tidaknya salat yang dilakukan, tetapi juga perlu mengajarkan bagaimana memaknai setiap gerakan salat yang di dalamnya terkandung ajaran perintah berperilaku sosial. Dalam materi itu perlu juga dikembangkan apa kegunaan salat untuk diri dan orang lain. 2. Langkah-Langkah Memilih Materi Fikih MTs. Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta bagaimana kompetensi itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi : 7 a. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. b. Mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Sejalan dengan berbagai jenis aspek standar kompetensi, materi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi jenis materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi yang akan 7 Akhmad Sudrajat, Pengembangan Bahan Ajar dalam http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/03/04/pengembangan-bahan-ajar-2/. Lihat juga di Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), 110-114.

27 diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara mengajarkannya. c. Memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. d. Memilih sumber bahan ajar. C. Pengembangan Materi Fikih MTs. 1. Prinsip Pengembangan Materi Fikih MTs. Ada beberapa prinsip pengembangan materi yang harus menjadi pertimbangan guru dalam mengembangkan materi fikih, di antaranya adalah: 8 a. Validity atau kesahihan yaitu materi yang akan disampaikan harus benar-benar teruji kebenaran dan kesahihannya. Kesahihan hasil pengembangan materi fikih MTs. dapat dikembalikan lagi kepada dalil-dalil yang ada di al-qur a>n maupun Sunnah Nabi Muhammad Saw. b. Significance atau tingkat kepentingan yaitu materi yang diajarkan memang benar-benar diperlukan oleh siswa. Tingkat kepentingan pengembangan materi fikih MTs. dapat ditinjau dari tingkat perkembangan psikologis anak dan kebutuhan di masyarakat. c. Utility atau kebermanfaatan yaitu materi harus memberikan dasardasar pengetahuan dan keterampilan pada jenjang berikutnya. pengembangan materi fikih MTs. sangat memberikan manfaat bagi 8 Dirjen Dikdasmen, Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat SMP dan MTs, 344.

28 siswa, baik untuk menempuuh jenjang pendidikan berikutnya maupun dalam kehidupan masyarakat selamanya. d. Learnability atau layak dipelajari, yaitu materi yang akan dikembangkan layak dipelajari siswa, baik dari aspek tingkat kesulitan maupun aspek pemanfaatan bahan ajar dan kondisi setempat. e. Interest atau menarik minat yaitu materi itu harus menarik minat siswa dan memotivasinya untuk mempelajari lebih lanjut. Pengembangan materi fikih berbasiskan ESQ sangat menarik bagi siswa karena menyangkut kegunaan dari apa yang harus mereka lakukan sebagai seorang muslim. ESQ akan memacu siswa untuk mengetahui lebih dalam tentang kegunaan dari apa yang mereka kerjakan selama ini. 2. Teknik penyusunan materi atau bahan ajar Fikih MTs. Ada beberapa cara dalam menyusun materi atau bahan ajar fikih MTs., di antaranya: 9 a. Kronologis atau berurutan yaitu penyusunan materi berdasarkan urutan waktu atau tahapan-tahapan tertentu. Kronologis dipakai untuk menyusun materi yang mengandung urutan waktu seperti peristiwa sejarah, perkembangan penetapan suatu hukum dan sebagainya. b. Kausal atau sebab akibat, yaitu penyusunan materi berdasarkan 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembanan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), 105-106.

29 adanya hubungan sebab dan akibatnya. Dengan mengetahui sebab dan akibat dari sesuatu hal siswa dapat mempertimbangkan perbuatan yang akan dilakukannya. c. Struktural, artinya materi disusun berdasarkan bagian-bagian tertentu, di mana bagian-bagian itu saling berhubungan dan membentuk sebuah struktur pengetahuan. d. Logis dan psikologis, logis artinya dapat diterima oleh logika siswa. Di awali dari materi yang sederhana menuju materi yang kompleks, dari bagian-bagian menuju keseluruhan, dari yang nyata menuju yang abstrak, dari benda-benda menuju teori dari materi bagaimana menuju materi mengapa. Sebaliknya, psikologis dimulai dari yang kompleks menuju yang sederhana, dari keseluruhan menuju ke bagian. Dalam menyusun materi salat, dapat dimulai dari syarat wajib salat, syarat sahnya serta rukun-rukunnya (logis). Dapat pula dimulai mengapa orang itu harus salat, baru dilanjutkan bagaimana tata caranya (psikologis). e. Spiral, artinya materi dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari topik tersebut kemudian diperluas dan diperdalam. Dari topik yang sederhana kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks. Misalnya tentang salat, disusun mulai dari pengertian secara bahasa dan istilah dikembangkan menjadi makna salat dalam kehidupan atau implikasi dari salat itu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa akan lebih

30 mendalami salat tidak sekedar lima waktu, tapi setiap saat jiwa salat itu tercermin dalam kehidupannya sehari-hari. f. Hirarki belajar, artinya materi disusun berdasarkan urutan atau tahapan yang seharusnya dikuasai oleh siswa. Untuk menguasai materi salat, tentu siswa diberi materi tentang pengertian salat, bagaimana gerakan salat itu, kemudian bacaan tiap gerakannya sampai kepada materi tentang memahami makna dari gerakan dan bacaan-bacaan itu. Keenam cara penyusunan materi di atas dapat diterapkan dalam menyusun materi fikih berbasis ESQ. Penyusunan materi fikih berbasis ESQ ini akan lebih mengutamakan penyusunan secara logis, psikologis dan spiral. Karena ketiga cara tersebut sesuai dengan karakter materi fikih berbasis ESQ yang menuntut pemahaman secara logika, sesuai dengan tingkatan siswa MTs dan terfokus pada masing-masing sub bahasan.