Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 1 of 22. Silabus (GBPP) SAP. Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) SEMESTER GANJIL 2012/2013

dokumen-dokumen yang mirip
Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) Kontrak Pembelajaran. Oleh: Prof. Dr. F.X. Susilo (PJ Matakuliah)

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2016/2017

KONTRAK PERKULIAHAN DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN (AGT 216) SEMESTER GANJIL 2012/2013

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BIOLOGI INSEKTA (ENTOMOLOGI) : H. Mochamad Hadi Udi Tarwotjo Rully Rahadian. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009

Icerya purchasi & Rodolia cardinalis

(biologically based tactics) Modul 1. Pengendalian Hayati Untuk Pengelolaan Hama Kegiatan Belajar 1

Musuh Alami. Pengendalian Hayati

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH BIOKONTROL

Kuliah: 2 jam tatap muka terjadwal, 2-4 jam kegiatan terstruktur, 2-4 jam kegiatan mandiri

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

PENDAHULUAN. senilai US$ 588,329,553.00, walaupun ada catatan impor juga senilai US$ masyarakat (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR DASAR-DASAR ILMU PENYAKIT TUMBUHAN (PNH 2800) SKS 3 (2/1)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) PROFESI KETEKNIKAN TPT-1011 OLEH :

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap

BAB III GANGGUAN OLEH SERANGGA HAMA

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM...

Baik, berikut adalah penjelasa prinsip bagaimana mengendalikan hama secara alami, Istilah ilmiahnya adalah Pengendalian Hayati.

: SMK NEGERI 4 TEBING TINGGI SILABUS DAN PENILAIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TEKNIK PENULISAN ILMIAH (KMA 107)

STANDARD OPERATING PROCEDURE PERKULIAHAN

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

Perencanaan Pembelajaran Bahasa Perancis PR 502

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH S I L A B U S

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

OUTLINE MATA KULIAH BIOLOGI DASAR

ENTOMOLOGI. Ketua Program Studi / Koordinator Mayor: Staf Pengajar: Kompetensi Lulusan S2. Kompetensi Lulusan S3

Petunjuk Praktikum. Entomologi Dasar. ditulis oleh: Nugroho Susetya Putra Suputa Witjaksono

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) Kode Mata Kuliah : DA Dosen Koordinator: Ruth Hutagalung

II. TINJAUAN PUSTAKA. pada 8000 SM yaitu ke Pulau Solomon, Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura buah apel (Malus sylvestris (L.) Mill) merupakan

PROSEDUR PROSES PERKULIAHAN SPMI - UBD

PARASITOLOGI DAN ENTOMOLOGI KESEHATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

POTENSI DAN PENGENDALIAN SERANGGA HAMA KELAPA SAWIT DI LAMPUNG

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

ii Pengendalian Hayati

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya ditujukan untuk memenuhi

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. PARASITOLOGI BIO 452 (3 SKS) Semester VI

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN DAN SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

METODE PENELITIAN DAN PENULISAN LAPORAN ILMIAH (3 : 2-1)

Tinjauan Mata Kuliah. Materi pengembangan bahan ajar mata kuliah ini akan disajikan dalam 9 (sembilan) modul sebagai berikut.

ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN MATA KULIAH DASAR-DASAR AGRONOMI AGH 200

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

OPERASIONAL PROSEDUR PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melebihi 80% dari hewan yang ada di dunia (Grimaldi dan Engel,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Memahami Konsep Perkembangan OPT

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

SILABUS MATAKULIAH JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MONITORING PELAKSANAAN PERKULIAHAAN DAN PRAKTIKUM

COCOPET SEBAGAI PREDATOR DAN POLINATOR PADA TANAMAN KELAPA

VI. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM. 6.1 Pembahasan Umum. Berdasarkan hasil penelitian perkembangan Ostrinia furnacalis di Desa

FORMAT PENYUSUNAN RPKPS

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH STATISTIKA TERAPAN (AGT6224) BOBOT: 3 (2/1) SKS SIFAT: WAJIB SEMESTER GENAP (SMT III)

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas serangannya dapat mencapai 90% di lapang, sehingga perlu

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

Pengendalian Hama KULIAH ILMU HAMA HUTAN CHAPTER. Dr.Ir.Musyafa Ir.Subyanto, MS. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

Pengendalian Hama dengan Varietas Tahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

PENGENDALIAN HAYATI DALAM PERLINDUNGAN TANAMAN

OPERASIONAL PROSEDUR

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

DAFTAR ISI. JUDUL... i. PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii MOTTO DAN PERUNTUKKAN... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR...

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) DAN SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) : Teknologi Pemprosesan Polimer

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRAKTIKUM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER ILMU HAMA HUTAN (KTB 316)

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN PROGRAM STUDI DIII PERPAJAKAN

IDENTITAS MATA KULIAH

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

AUGMENTASI DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN PARASITOID : ANALISIS EKOLOGI AGROEKOSISTEM UNTUK. Damayanti Buchori, IPB Nurindah, BALITTAS

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

SILABUS PENDIDIKAN MATEMATIKA I (GD 301/ 3 SKS)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB 1 INFORMASI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

Transkripsi:

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 1 of 22 Silabus (GBPP) SAP Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) SEMESTER GANJIL 2012/2013

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 2 of 22 Silabus (GBPP)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 3 of 22 SILABUS / GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP) Judul matakuliah : Pengendalian Hayati Kode matakuliah/sks : AGT 414 / 3 (2 1) Dosen pengasuh : 1. Prof. Dr. F.X. Susilo (Penanggungjawab) 2. Ir. Nur Yasin, M.S. 3. Ir. Solikhin, M.P. Semester : Ganjil 2012 / 2013 Pertemuan : Senin, 10.00 12.00 (Pr, LHPT) Rabu, 15.00 16.40 (Kl, A3) Deskripsi singkat : Matakuliah yang ditawarkan setahun sekali ini (setiap semester ganjil) merupakan matakuliah pilihan bagi Program Studi Agroteknologi (AET/AGT) Fakultas Pertanian UNILA. Prasyarat yang diperlukan adalah lulus matakuliah Entomologi Pertanian, Ilmu Hama Tumbuhan atau atas izin khusus dari dosen penanggungjawab. Matakuliah Pengendalian Hayati membekali mahasiswa dengan ilmu pengetahuan lanjut tentang pengendalian hama, khususnya yang menggunakan musuh alami. Pokok-pokok bahasan dalam matakuliah ini mencakup (1) Konsep Pengendalian Hayati, (2) Sejarah Pengendalian Hayati, (3) Dasar-dasar Bioekologi Pengendalian Hayati, (4) Metode Pengendalian Hayati, dan (5) Pengenalan Agens Pengendalian Hayati. Dengan demikian diharapkan mahasiswa dapat terbantu dalam mengeksplorasi pendekatan pengendalian hayati sebagai disiplin ilmu yang dipelajari di kelas dan laboratorium tetapi juga dapat digunakan untuk mengembangkan riset ilmiah. Materi kuliah disampaikan dalam bentuk kuliah dan praktikum Untuk itu telah disediakan buku ajar khusus dan beberapa pustaka yang relevan. Materi-materi disampaikan dengan metode ceramah, diskusi, simulasi, dan pengamatan spesimen. Prestasi mahasiswa dalam kuliah dan praktikum dievaluasi melalui ujian, tugas terstruktur, keaktifan, dan kehadiran. Tujuan Umum Matakuliah: Setelah lulus dari matakuliah ini mahasiswa diharapkan mampu memperdebatkan berbagai konsep pengendalian hayati, menceritakan kembali peristiwa-peristiwa bersejarah pengendalian hayati, menguasai dasar-dasar bioekologi pengendalian hayati, menguasai metode-metode pengendalian hayati, dan mampu mengidentifikasi agens pengendalian hayati. Garis besar program perkuliahan: Program-program perkuliahan secara garis besar diringkaskan pada Tabel 1.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 4 of 22 Tabel 1. Silabus (garis besar program) perkuliahan Pengendalian Hayati (AGT 414) Tujuan Instruksional Khusus / Sasaran Pembelajaran 1. a. Membedakan 3 (tiga) makna pengendalian hayati (PH) b. Membuat diagram peran musuh alami dalam pengendalian hama 2. Membandingkan makna PH dan pengendalian alami 3. Membandingkan makna PH konvensional dan PH kontemporer 4. Mengenali dua indikator PH 1. Menuliskan kembali peristiwa PH hama jeruk di Cina 2. Menjelaskan bagaimana orang Eropa setelah era Renesans memahami fenomena parasitasi hama 3. Menuliskan kembali secara berurutan kegiatan PH terhadap kutu jeruk di California pada Abad ke 19 4. Menyimpulkan rahasia keberhasilan PH wereng tebu di Hawaii pada awal Abad ke 20 5. Menuliskan kembali peristiwa PH gulma klamath di California selama Perang Dunia II 6. Menuliskan kembali peristiwa PH ngengat kelapa di Fiji pada awal Abad ke 20 7. Menuliskan kembali sejarah penggunaan musuh alami dalam pengendalian hama di Indonesia. 1. Menjelaskan hubungan antara populasi, sistem trofi, dan PH 2. Mengidentifikasi faktor-faktor pengendali populasi dalam ekosistem 3. Menjelaskan makna density-dependence 4. Menjelaskan mekanisme terjadinya hama eksotik dan hama aseli 5. Menjelaskan hubungan antara biodiversitas dan PH Pokok Bahasan dan Sub-pokok Bahasan Konsep PH 1. Makna PH 2. PH versus pengendalian alami 3. PH konvensional versus kontemporer 4. Indikator-indikator PH Sejarah PH 1. Penggunaan Predator di Cina 2. Pengamatan Parasitoid dan PH Pasca Renesans di Eropa 3. PH Kutu Jeruk di California 4. PH Wereng Tebu di Hawaii 5. PH Gulma Klamath di California 6. PH Ngengat Kelapa di Fiji 7. Program-program PH di Indonesia Dasar-dasar Bioekologi PH 1. Populasi dalam Ekosistem 2. Faktor-faktor Pengendali Populasi 3. Mekanisme Terjadinya Hama Eksotik dan Hama Aseli 4. Biodiversitas versus PH Estimasi Waktu (menit) Sumber Kepustakaan 3 x 100 Susilo (2007): hlm. 1 15 3 x 100 Susilo (2007): hlm. 17 47 2 x 100 Susilo (2007): hlm. 49 59

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 5 of 22 1. Membedakan teknik introduksi, augmentasi, dan konservasi musuh alami 2. Menghitung tanggap numerik dan tanggap fungsional predator (dan parasitoid) 3. Menghitung efisiensi penularan dan daya infeksi Entomopatogen 4. Membandingkan dua metode eksklusi musuh alami Metode PH 1. Teknik-teknik PH 2. Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami 4 x 100 Susilo (2007): hlm. 61 82 1. Membandingkan predator dan parasitoid 2. Membandingkan tiga sistem reproduksi Hymenoptera parasitik 3. Mengidentifikasi taksa dan karakter laba-laba dan tungau predator 4. Mengidentifikasi taksa dan karakter serangga-serangga predator dan parasitoid Pengenalan Agen PH 1. Predator dan Parasitoid 2. Sistem Reproduksi Hymenoptera Parasitik 3. Laba-laba dan Tungau Predator 4. Serangga-serangga Predator dan Parasitoid 4 x 100 Susilo (2007): hlm. 85 117 Buku Rujukan Pokok: Susilo, F.X. 2007. Pengendalian Hayati dengan Memberdayakan Musuh Alami Hama Tanaman. Graha Ilmu. Yogyakarta. Penilaian: Nilai Akhir (NA) = 70% Nilai Kuliah (UTS, UAS dan kuis) + 30% Nilai Praktikum (termasuk tugas)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 6 of 22 Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 7 of 22 SAP I Konsep Pengendalian Hayati Konvensional versus Kontemporer Konsep Pengendalian Hayati Pengendalian Hayati Konvensional dan Pengendalian Hayati Kontemporer Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep PH Konvensional dan PH Kontemporer Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu 1) Membandingkan definisi PH Konvensional versus PH Kontemporer 2) Menuliskan nama tokoh-tokoh PH Konvensional 3) Menuliskan nama tokoh-tokoh PH Kontemporer 4) Menjelaskan makna istilah bastard definition untuk PH Kontemporer 5) Menuliskan empat butir pendapat Garcia et al. tentang pengendalian hayati versus bioteknologi. 1) Dosen membuka pertemuan 2) Dosen menyampaikan beberapa contoh cara pengendalian hama dan menanyakan kepada mahasiswa apakah cara-cara tersebut termasuk ke dalam PH atau tidak. Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan pengetahuannya masing-masing. 3) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan pada konsep PH konvensional versus PH kontemporer. 4) Dosen menuliskan nama-nama tokoh pengendalian hayati konvensional. 5) Dosen menuliskan nama-nama tokoh pengendalian hayati konemporer. 6) Dosen menjelaskan makna istilah bastard definition untuk PH kontemporer. 7) Dosen menyampaikan pendapat Garcia et al. (1988) ttg PH versus bioteknologi. 8) Dosen merangkum seluruh materi kuliah. 9) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 8 of 22 SAP II Konsep Pengendalian Hayati versus Pengendalian Alami Konsep Pengendalian Hayati Pengendalian Hayati (PH) versus Pengendalian Alami (PA) Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membandingkan konsep PH dan PA Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Membedakan konsep PH versus konsep PA 2) Mengidentifikasi persamaan konsep PH dan konsep PA 3) Membuat bagan atau diagram ketercakupan PH atas PA, dan sebaliknya 1) Dosen membuka pertemuan 2) Dosen menyatakan bahwa selain ada konsep pengendalian hayati (PH) ada juga konsep pengendalian alamai (PA). Kemudian dosen menanyakan kepada mahasiswa apakah PH sama dengan PA. Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan pengetahuannya masing-masing. 3) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan pada konsep PA. 4) Dosen menuliskan fenomena-fenomena di alam di mana hama terkendali oleh faktor-faktor abiotik dan biotik (termasuk musuh alami) kemudian menanyakan kepada mahasiswa manakah dari fenomena-fenomena tersebut yang termasuk PH atau PA. Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan pengetahuannya masing-masing. 5) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan menguatakan jawabanjawaban tersebut. 6) Dosen menjelaskan perbedaan makna istilah biological natural control versus non-biological natural control dan menunjukkan posisi masing-masing pada konteks PH atau PA. 7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah. 8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 9 of 22 SAP III Indikator Pengendalian Hayati Konsep Pengendalian Hayati Indikator Pengendalian Hayati Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dua indikator PH, yaitu density dependence dan self sustenance Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menjelaskan konsep density dependence. 2) Membedakan konsep density dependence dan konsep density independence. 3) Menjelaskan konsep self sustenance 1) Dosen membuka pertemuan 2) Dosen mengulas kembali secara singkat perbedaan antara konsep PH Konvensional versus PH Kontemporer dan menekankan fokus bahasan pada PH Konvensional. 3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa bagaimana kira-kira cara menentukan apakah suatu kasus pengendalian hama tergolong PH atau tidak. Mahasiswa menyimak pertanyaan tersebut dan menjawab berdasar pengalaman dan pengetahuannya sejauh ini. 4) Dosen merespons jawaban-jawaban mahasiswa dan mengarahkan bahasan / jawaban tersebut pada konteks indikator PH, yaitu density dependence dan selfsustenance.. 5) Dosen menjelaskan konsep density dependence 6) Dosen menjelaskan konsep self-sustenance. 7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menekankan bahwa suatu kasus pengendalian hama dapat digolongkan kasus PH jika memenuhi syarat density depedence dan self-sustenance. 8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 10 of 22 SAP IV Kasus Pengendalian Hayati Hama Jeruk di Cina Menggunakan Semut Sejarah Pengendalian Hayati Pengendalian Hayati Hama Jeruk di Cina Menggunakan Semut Rangrang Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik hikmah dari kasus pengendalian hayati hama jeruk di Cina. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu Menjelaskan tiga cara penggunaan semut rangrang untuk mengendalikan hama jeruk di Cina. Menjelaskan keunggulan dan kelemahan penggunaan semut rangrang dalam pengendalian hama jeruk. Menjelaskan bahwa semut rangrang memenuhi syarat sebagai musuh alami yang self-sustenance dan density dependent. Menjelaskan bahwa penggunaan semut rangrang lebih baik daripada penggunaan insektisida kimia. 2) Dosen menjelaskan tiga cara penggunaan semut rangrang untuk mengendalikan hama jeruk di Cina. 3) Dosen menjelaskan keunggulan dan kelemahan penggunaan semut rangrang dalam pengendalian hama jeruk. 4) Dosen menjelaskan bahwa semut rangrang memenuhi syarat sebagai musuh alami yang self-sustaining dan density dependent. 5) Menjelaskan bahwa penggunaan semut rangrang di Cina lebih baik daripada penggunaan insektisida kimia. 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah. 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 11 of 22 SAP V Kasus Pengendalian Hayati Kutu Jeruk di California (PH Klasik) Sejarah Pengendalian Hayati Pengendalian Hayati Kutu Jeruk di California Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik hikmah dari kasus pengendalian hayati kutu jeruk di California. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: Menjelaskan dua alasan mengapa kasus PH hama kutu jeruk California itu disebut juga PH klasik. Menjelaskan mekanisme terjadinya hama kutu jeruk di California tersebut. Menjelaskan kronologi peristiwa dalam kasus PH hama kutu jeruk California. 2) Dosen menjelaskan dua alasan mengapa kasus PH hama kutu jeruk California itu disebut juga PH klasik. 3) Dosen menjelaskan mekanisme terjadinya hama kutu jeruk di California tersebut. 4) Dosen menayangkan kurva dan menjelaskan kronologi peristiwa dalam kasus PH hama kutu jeruk California. Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen. 5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah. 6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 12 of 22 SAP VI Kasus Pengendalian Hayati Ngengat Kelapa di Fiji Sejarah Pengendalian Hayati Pengendalian Hayati Ngengat Kelapa di Fiji Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memetik hikmah dari kasus pengendalian hayati ngengat kelapa di Fiji. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menceritakan kembali kasus pengendalian hayati ngengat kelapa di Fiji 1920-an. 2) Menjelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan PH ngengat kelapa di Fiji. 2) Dosen menjelaskan mekanisme terjadinya hama ngengat kelapa di Fiji. 3) Dosen menjelaskan upaya-upaya pemerintah Fiji untuk mengatasi masalah tersebut. 4) Dosen menjelaskan secara secara kronologis tiga ekspedisi pencarian musuh alami ngengat kelapa Fiji. Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen. 5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi faktor-faktor penentu keberhasilan PH ngengat kelapa Fiji. 6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 13 of 22 SAP VII Bioekologi Pengendalian Hayati Bioekologi Pengendalian Hayati 2. Sub-pokok Bahasan : Pengendalian populasi dalam ekosistem pertanian 3. Tujuan Pembelajaran (TP) : Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan mekanisme pengendalian hayati dalam agroekosistem. 4. Sasaran Pembelajaran (SP) : Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menjelaskan sifat dan ciri populasi dalam agroekosistem 2) Menjelaskan konsep rantai makanan dan jaring makanan dalam agroekosistem 3) Menjelaskan mekanisme mekanisme pengendalian hayati hama dalam agroekosistem 2) Dosen menjelaskan komponen-komponen agroekosistem. 3) Dosen menjelaskan sifat dan ciri populasi hama tanaman di agroekosistem. 4) Dosen menjelaskan konsep rantai makanan dan jaring makanan di agroekosistem. Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menyalin kurva yang ditayangkan dosen. 5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi fungsi musuh alami (predator, parasitoid, entomopatogen) sebagai agen pengendali hama (herbivora) di agroekosistem. 6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 14 of 22 SAP VIII Mekanisme Terjadinya Hama (Resurjensi) di Agroekosistem Bioekologi Pengendalian Hayati 2. Sub-pokok Bahasan : Mekanisme Terjadinya Hama 3. Tujuan Pembelajaran (TP) : Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu memahami mekanisme terjadinya hama dan resurjensi hama di agroekosistem 4. Sasaran Pembelajaran (SP) : Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menjelaskan akibat aplikasi insektisida (intensif) terhadap kekuatan asosiasi antarpopulasi tiga kelompok arthropoda (hama, musuh alami, pesaing) pada agroekosistem monokultur 2) Menjelaskan akibat aplikasi insektisida (intensif) terhadap kekuatan asosiasi antarpopulasi tiga kelompok arthropoda (hama, musuh alami, pesaing) pada agroekosistem polikultur 3) Menjelaskan mekanisme terjadinya hama (resurjensi) di agroekosistem monokultur 4) Menjelaskan mekanisme terjadinya hama (resurjensi) di agroekosistem polikultur 2) Dosen menjelaskan interelasi antara tumbuhan, hama (herbivora), musuh alami (nir-herbivora), dan pesaing hama (herbivora nir-hama). 3) Dosen mengilustrasikan kasus-kasus hama yang justru terjadi setelah aplikasi insektisida (resurjensi). 4) Dosen menjelaskan dampak aplikasi insektisida terhadap interelasi antartiga populasi atau sub-populasi serangga di agroekosistem (hama-musuh alami, hamapesaing, dan musuh alami-pesaing). Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menanggapi pernyataan dosen bila diperlukan. 5) Dosen mengaitkan naik-turunnya interelasi antartiga populasi serangga di agroekosistem dengan potensi terjadinya ledakan hama di ekosistem tersebut. 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa hama dapat mengalami ledakan populasi melalui jalur persaingan (kompetisi) atau jalur permakanan (trofi). 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 15 of 22 SAP IX Metode Pengendalian Hayati Metode Pengendalian Hayati Teknik Pengendalian Hayati Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan tiga teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi, augmentasi, dan konservasi Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Mengidentifikasi perbedaan tiga teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi, augmentasi, dan konservasi 2) Mengidentifikasi situasi dan kondisi yang melatarbelakangi penggunaan masingmasing dari ketiga teknik pengendalian hayati tersebut. 2) Dosen mengulas kembali (rekonstruksi) tiga kasus pengendalian hayati: pengendalian kutujeruk California, pengendalian hama jeruk di Cina menggunakan semut rangrang, dan pengendalian penggerek batang di perkebunan-perkebunan tebu. 3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa apakah mahasiswa dapat menunjukkan perbedaan cara / teknik penggunaan musuh alami pada masing-masing dari ketiga kasus pengendalian hayati tsb. Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menjawab pertanyaan dosen. 4) Dosen mengafirmasi / mengoreksi jawaban mahasiswa dan menekankan adanya tiga perbedaan cara / teknik pengendalian hayati, yaitu introduksi (pada kasus pertama), augmentasi (pada kasus kedua), dan konservasi (pada kasus ketiga). 5) Dosen menjelaskan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi penggunaan masingmasing dari ketiga teknik pengendalian hayati tersebut. 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa pengendalian hayati dapat dilakukan dengan cara introduksi, augmentasi, atau konservasi musuh alami. 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 16 of 22 SAP X Metode Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Predator dan Parasitoid) Metode Pengendalian Hayati Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Predator dan Parasitoid) Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menguantifikasi aktivitas predator dan parasitoid Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menjelaskan perbedaan konsep tanggap fungsional versus tanggap numerik predator 2) Menghitung persentase parasitasi parasitoid 2) Dosen mengulas kembali (rekonstruksi) dua indikator pengendalian hayati, yaitu density dependence dan self-sustenance. 3) Dosen menanyakan kepada mahasiswa apakah mahasiswa dapat menjelaskan / mengira-ngira bagaimana cara mengukur atau menguantifikasi kedua konsep tersebut. Mahasiswa menyimak, mencatat, dan menjawab pertanyaan dosen. 4) Dosen mengafirmasi / mengoreksi jawaban mahasiswa dan menekankan bahwa density dependence dapat diukur dengan analisis tanggap fungsional sedangkan self-sustenance dapat diukur dengan menganalisis tanggap numerik predator (musuh alami). 5) Dosen menjelaskan konsep tanggap fungsional dan tanggap numerik predator. 6) Dosen menjelaskan cara menghitung persentase parasitasi parasitoid. 7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa kinerja pengendalian hayati (musuh alami) dapat diukur atau dikuantifikasi dengan menganalisis kurva tanggap fungsional / tanggap numerik dan menghitung persen parasitasi. 8) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 17 of 22 SAP XI Metode Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Entomopatogen) Metode Pengendalian Hayati Kuantifikasi Aktivitas Musuh Alami (Entomopatogen) Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menguantifikasi aktivitas entomopatogen Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Menghitung efisiensi penularan (daya tular) entomopatogen 2) Menghitung daya infeksi entomopatogen 2) Dosen menjelaskan model patosistem serangga hama dan komponenkomponennya. 3) Dosen menjelaskan teori penjangkitan penyakit dan peluruhan penyakit serangga hama. 4) Dosen menjelaskan kaitan antara penjangkitan penyakit dan daya tular entomopatogen serta antara peluruhan penyakit dan daya infeksi entomopatogen 5) Dosen menjelaskan cara menghitung daya tular dan daya infeksi entomopatogen 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa aktivitas entomopatogen dapat dihitung / dikuantifikasi berdasar efisiensi penularannya dan/atau daya infeksinya pada serangga hama (inang). 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 18 of 22 SAP XII Metode Eksklusi Musuh Alami Metode Pengendalian Hayati Eksklusi Musuh Alami Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan dua cara menguantifikasi aktivitas musuh alami, yaitu melalui teknik eksklusi kimiawi dan mekanis Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali perbedaan pada studi eksklusi kimiawi dan eksklusi mekanis 2) Dosen menjelaskan bahwa ada cara lain dalam menguantifikasi aktivitas musuh alami; di antaranya adalah eksperimen menggunakan pendekatan eksklusi musuh alami. 3) Dosen menjelaskan metode eksklusi kimiawi. 4) Dosen menjelaskan metode eksklusi mekanis 5) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi bahwa aktivitas musuh alami dapat juga dihitung / dikuantifikasi secara eksperimental menggunakan metode eksklusi kimiawi atau eksklusi mekanis. 6) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 19 of 22 SAP XIII Identifikasi Predator dan Parasitoid Pengenalan Agen Pengendalian Hayati (Musuh Alami) Predator dan Parasitoid Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu membedakan sifat-sifat predator versus parasitoid Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1) Membedakan sifat-sifat (karakter) predator versus parasitoid 2) Membedakan berbagai golongan (serangga) parasitoid dan parasitisme 2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian musuh alami (agen hayati) dalam konteks pengendalian hayati konvensional, khususnya predator dan parasitoid. 4) Dosen menjelaskan secara rinci perbedaan sifat predator versus parasitoid. 5) Dosen menjelaskan adanya berbagai sifat dan golongan parasitoid (parasitisme), sebagai berikut. parasitoid primer versus parasitoid sekunder (hiperparasitoid) endoparasitoid versus ektoparasitoid parasitoid soliter versus parasitoid gregarius superparasitisme versus parasitisme ganda parasitoid telur/larva/pupa parasitoid soliter versus parasitoid greg 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi: Adanya sifat dan karakter yang berbeda antara predator dan parasitoid. Ada berbagai golongan parasitoid (tipe parasitisme). 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 20 of 22 SAP XIV Sistem Reproduksi Hymenoptera Parasitik Pengenalan Agen Pengendalian Hayati (Musuh Alami) Sistem Reproduksi Hymenoptera Parasitik Setelah menyelesaikan pembelajaran, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan sistem reproduksi pada serangga Hymenoptera parasitik Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan perbedaan dan persamaan antatiga sistem reproduksi pada Hymenoptera parasitik. 2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian tentang parasitoid dan Mengingatkan kembali bahwa salah satu kelompok parasitoid adalah serangga dari ordo Hymenoptera. 3) Dosen menjelaskan bahwa Hymenoptera memiliki sistem reproduksi umum yang disebut sistem haplodiploidi, di mana ovum yang terbuahi akan berkembang menjadi zuriat betina (diploid) sedangkan ovum yang tidak terbuahi akan berkembang menjadi zuariat jantan (haploid). 4) Dosen menjelaskan bahwa efektivitas parasitasi ditentukan oleh kemampuan tetua parasitoid untuk menghasilkan zuriat betina. 4) Dosen menjelaskan bahwa sistem reproduksi haplodiploidi pada Hymenoptera parasitik dapat mengambil salah satu dari tiga bentuk (tipe), yaitu: arrhenotoky deuterotoky thelyotoky 6) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggarisbawahi adanya tiga tipe (sistem) reproduksi Hymenoptera parasitik. 7) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 21 of 22 SAP XV Identifikasi Ordo Arthropoda Musuh Alami Identifikasi (Pengenalan) Musuh Alami Identifikasi Ordo-ordo Arthropoda Musuh Alami Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai ordo arthropoda musuh alami. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali sifat dan ciri berbagai ordo Arachnida dan Serangga musuh alami. 2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) pengertian tentang predator dan parasitoid (serangga parasitik). 3) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Araneae (laba-laba). 4) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Acari predator. 5) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Odonata. 6) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Dermaptera predator. 7) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Orthoptera predator. 8) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Coleoptera predator. 9) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Hemiptera predator. 10) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri Diptera predator dan parasitik. 11) Dosen menjelaskan tentang sifat dan ciri predator dan parasitik. 12) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggaribawahi nama-nama ordo Arachnida dan Serangga musuh alami. 13) Dosen menutup pertemuan.

Silabus Matakuliah Pengendalian Hayati (AGT 414) Page 22 of 22 SAP XVI Identifikasi Famili Capung (Odonata) Identifikasi (Pengenalan) Musuh Alami Identifikasi Famili Capung Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi berbagai famili capung. Setelah menyelesaikan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan mampu mengenali sifat dan ciri berbagai famili capung. 2) Dosen mengulas kembali (merekonstruksi) kasus bahwa capung merupakan salah satu kelompok serangga yang seluruh anggotanya berperilaku sebagai predator. 3) Dosen menjelaskan tentang morfologi umum capung. 4) Dosen menjelaskan tentang morfologi kepala capung. 5) Dosen menjelaskan tentang morfologi sayap capung. 6) Dosen menjelaskan tentang morfologi abdomen capung. 7) Dosen merangkum seluruh materi kuliah dan menggaribawahi bahwa: pengenalan atas famili-famili capung dapat dilakukan berdasar morfologi kepala, sayap dan abdomennya. pengenalan atas famili-famili arthropoda musuh alami lainnya juga dapat dilakukan berdasar kekhasan morfologi tubuh masing-masing. 8) Dosen menutup pertemuan.