ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH BIAYA NGETEM TERHADAP PELAYANAN DAN EFISIENSI OPERASIONAL ANGKUTAN UMUM

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 89 TAHUN 2002 TENTANG

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menentukan tarif

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

ANALISA KARAKTERISTIK MODA TRANSPORTASI ANGKUTAN UMUM RUTE MANADO TOMOHON DENGAN METODE ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM DAN ANALISIS ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNES TO PAY (WTP) DI DKI JAKARTA 1

berakhir di Terminal Giwangan. Dalam penelitian ini rute yang dilalui keduanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

KAJIAN TARIF ANGKUTAN UMUM TRAYEK PAAL DUA POLITEKNIK DI KOTA MANADO

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN PENGUMPAN TRANS SARBAGITA DI KOTA DENPASAR TUGAS AKHIR

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kepadatan tersebut diimbangi dengan tingginya penggunaan kendaraan bermotor yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL

PERHITUNGAN VEHICLE OPERATION COST GUNA KESINAMBUNGAN PERUSAHAAN: (STUDI KASUS SHUTTLE SERVICE TUJUAN BANDUNG-BANDARA SOEKARNO HATTA)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata banyaknya rit dan jumlah penumpang yang diamati Trayek Rata-rata Rit per 9 Jam

ANALISIS PENENTUAN TARIF STANDAR ANGUTAN KOTA DI KABUPATEN BANYUWANGI. Rahayuningsih ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN BUS JURUSAN SEMARANG SUKOREJO. Disusun oleh : Semarang, November 2006 Disetujui :

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III LANDASAN TEORI. SK.687/AJ.206/DRJD/2002 tentang tentang pedoman teknis penyelenggaraan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Addendum Dokumen Pengadaan

LAMPIRAN 1. Baru Kredit, suku bunga %/Thn Bekas Leasing, suku bunga %/Thn Lainnya, sebutkan!

KINERJA OPERASI ANGKOT RUTE CIUMBULEUIT ST. HALL

Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan, Kenaikan Tarif, Kenaikan Harga BBM, 2015

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA

RENCANA UMUM JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM JALAN DI JABODETABEK

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

EVALUASI INVESTASI ANGKUTAN KOTA TRAYEK ST HALL - SARIJADI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH KARAKTERISTIK JALAN DAN TATA GUNA LAHAN PADA PENENTUAN KAPASITAS JALAN STUDI KASUS : JAKARTA BARAT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan dari hasil seluruh analisis dan pembahasan dalam tugas akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tarik tersendiri bagi penduduk untuk melakukan migrasi ke daerah tertentu. Migrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan zaman,

STUDI WAKTU PERJALANAN, TUNDAAN DAN FAKTOR MUAT BUS NON-AC TRAYEK BANDUNG-GARUT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PENETAPAN TARIF TAKSI DI KOTA PADANG

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

Nindyo Cahyo Kresnanto

BAB 1 PENDAHULUAN. berkurang dalam memakai jasa angkutan umum. Terkadang, banyak. pengguna angkutan umum kurang memahami rute atau jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

Kata Kunci: Angkutan Sekolah, Kinerja, Biaya Oprasional Kendaraan.

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2013 SERI E.11 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG TARIF ANGKUTAN PERDESAAN

KAJIAN KELAYAKAN TRAYEK ANGKUTAN UMUM DI PURWOKERTO

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT USULAN MASTERPLAN ANGKUTAN MASSAL JABODETABEK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL PEMILIHAN MODA BUSWAY DAN SEPEDA MOTOR STUDI KASUS : KORIDOR BLOK M - KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

UNIT PENGELOLA TERMINAL ANGKUTAN JALAN PENGENALAN UP. TERMINAL OLEH : KEPALA UP. TERMINAL ANGKUTAN JALAN RENNY DWI ATUTI, ST. MT

EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL OPERASIONAL TRANSJAKARTA KORIDOR 9 DAN KORIDOR 12

BAB IV TINJAUAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

EVALUASI TARIF DAN MUTU PELAYANAN ANGKUTAN ANTAR PROVINSI (Studi Kasus: Angkutan Minibus Jurusan Puruk Cahu Banjarmasin)

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN TRANS SERASI DI KABUPATEN TABANAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEMAUAN MEMBAYAR TARIF ANGKUTAN UMUM MINI BUS (SUPERBEN) DI KABUPATEN ROKAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

POTENSI PENERAPAN ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN TANPA BAYAR DI YOGYAKARTA

Kertas Kerja Audit Auditee : BLU Transjakarta

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

EVALUASI TARIF ANGKUTAN PEDESAAN DI KABUPATEN KLUNGKUNG TUGAS AKHIR

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2014 SERI BUPATI CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG TARIF DASAR ANGKUTAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DENGAN MOBIL PENUMPANG UMUM DI KABUPATEN SEMARANG

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT Oleh Najid Husnu Aldi Email : najid2009@yahoo.com Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara Abstrak Sebagaimana diketahui bahwa penggunaan angkutan pribadi khususnya sepeda motor sangat tinggi di DKI Jakarta, menurut data selama 8 tahun jumlah sepeda motor di DKI Jakarta telah meningkat 3 kali lipat yaitu dari 2.212.961 tahun 2000 menjadi 6.765.723 tahun 2008, sementara pada beberapa rute penumpang angkutan umum menurun cukup berarti. Hal ini menunjukkan adanya perpindahan demand dari angkutan umum ke angkutan pribadi. Perpindahan penumpang angkutan umum ke angkutan pribadi menyebabkan pergerakan menjadi tidak efisien sehingga perlu diketahui penyebab perpindahan tersebut. Salah satu indikasi penyebabnya adalah rendahnya pelayanan angkutan umum yang salah satunya faktor penyebabnya adalah tingginya waktu ngetem angkutan umum. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan analisis seberapa besar waktu ngetem angkutan umum yang terdiri dari Bus, Metromini/ Kopaja dan Mikrolet serta berapa besar biaya ngetem masing-masing angkutan umum tersebut. Sebagai wilayah penelitian yang merupakan studi kasus yaitu wilayah Jakarta Barat. Kata Kunci: Waktu ngetem, biaya ngetem, variabel biaya ngetem. 1. Pendahuluan Sebagaimana diketahui saat ini sangat tingginya penggunaan sepeda motor di kota-kota di Indonesia terutama di kota Jakarta. Tingginya penggunaan sepeda motor tersebut disebabkan rendahnya pelayanan angkutan umum. Rendahnya pelayanan angkutan umum tersebut terutama disebabkan oleh lamanya waktu tempuh angkutan umum yang disebabkan oleh kemacetan lalu lintas jalan dan tingginya waktu ngetem. Waktu ngetem ini perlu dihitung dan dikonversi ke dalam rupiah untuk mengetahui dampak kerugian dari waktu ngetem terhadap pengoperasian angkutan umum secara keseluruhan. Sesuai data dari Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dan Kepolisian Daerah Metro Jaya, panjang jalan di Jakarta sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40,1 kilometer persegi. Panjang jalan ini hanya 6,28 persen dari luas wilayahnya. Sementara jumlah kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta mencapai 9.993.867 unit. Dinas Perhubungan DKI mencatat pertumbuhan kendaraan mencapai 10,79 persen per tahun. Sepuluh tahun ke depan, tanpa pengendalian jumlah kendaraan bermotor bisa dua kali lipat jumlah tahun ini. Berdasarkan fakta lima tahun terakhir penambahan jumlah kendaraan di DKI Jakarta menunjukkan setiap hari bertambah kendaraan baru sebanyak 1.127 kendaraan terdiri dari 236 kendaraan mobil dan 891 motor. Bahkan di Jadetabek setiap hari bertambah kendaraan baru sebanyak 2.027 kendaraan terdiri dari 319 mobil dan 1.707 motor. 1

2. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Jakarta meliputi Kampung Rambutan, Kota, Blok M, Kalideres, Pulogadung, Senen, Pondok Labu, Petukangan, Taman Solo, Bendungan Jago dan Kampung Melayu. Penelitian ini merupakan analisis dari pengumpulan data lapangan dan data sekunder. Data lapangan diambil dari survey dinamis yang akan didapatkan titik henti dan waktu ngetem. Sedangkan data sekunder didapat dari data instansi terkait. Data yang diambil adalah jumlah berhenti dan waktu ngetem. Hasil analisis dari data tersebut akan menggambarkan biaya ngetem rata-rata dan waktu ngetem rata-rata. Alur pikir ini lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1: Tujuan Penentuan wilayah Penentuan trayek studi Pengumpulan Data Survey Lapanga Data Sekunder Variabel Biaya Waktu Ngetem Biaya Ngetem Kesimpula n Gambar 1. Kerangka Berpikir 3. PENGUMPULAN DATA Survei dilakukan pada hari kerja dan penentuan lokasi survei didasarkan pada kondisi aktifitas tata guna lahan. Jenis survei yang dilakukan : 1. Jumlah titik henti 2. Waktu ngetem 3. Persepsi penumpang, supir dan operator Survei Bus Besar dilakukan pada panjang trayek 20 hingga 25 km, dilakukan pada tanggal 16 November 2009 mulai pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah jurusan Kampung Rambutan - Blok M dan Kampung Rambutan - Kota. Sedangkan pada panjang trayek 25 hingga 30 km, dilakukan pada tanggal 17 November 2009 mulai pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah Pulogadung - Kalideres dan Pulogadung - Blok M. Lalu pada panjang trayek 30-35 km, dilakukan pada tanggal 18 2

November 2009 mulai pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah Senen - Ciputat dan Senen Depok. Pada survei Bus Sedang dengan panjang trayek 15 hingga 16 km, dilakukan pada tanggal 19 November 2009 pada pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah jurusan Blok M - Pondok Labu dan Blok M - Petukangan. Sedangkan pada panjang trayek 16 hingga 17 km, dilakukan pada tanggal 20 November 2009 pada pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah jurusan Blok M Ciledug dan Blok M Ciputat. Lalu pada panjang trayek 17 hingga 18 km, dilakukan pada tanggal 23 November 2009 pada pukul 11.00 hingga pukul 15.00. Sampel yang diambil adalah Senen Taman Solo dan Senen Bendungan Tabel 1: Data hasill survei Bus Besar Range Frequensi jml titik waktu rit/hari bhn bkr/ jenis mesin armada henti ngetem(s) hari(ltr) >20-25 126 963 5 2100 5 100 Mercy 1999 >25-30 46 283 6 2400 3 105 Mercy 1997 >30-35 60 366 6 2700 3 105 Mercy 2000 Tabel 2: Data hasil survei Bus Sedang Range Frequensi jml Titik waktu Rit/hari bhn bkr/ jenis mesin armada Henti ngetem(s) hari(ltr) >15-16 18 165 6 120 5 40 Isuzu 2000 >16-17 23 1438 8 2280 4 50 Mitsubishi 2000 >17-18 40 1291 10 2500 3 50 Mitsubishi 1999 Tabel 3: Hasil Kuesioner Bus Besar Pelayanan lebih Tarif Jumlah Time Value cepat (menit) dinaikkan (Rp) Responden (%) (Rp/menit) 10 2000 8 200 20 1000 10 50 20 2000 8 100 30 1000 48 33.33333333 30 2000 26 66.66666667 Tabel 4: Hasil Kuesioner Bus Sedang Pelayanan lebih Tarif Jumlah Time Value cepat (menit) dinaikkan (Rp) Responden (%) (Rp/menit) 10 2000 12 200 20 1000 8 50 20 2000 20 100 30 1000 38 33.33333333 30 2000 22 66.66666667 3

4. ANALISIS DATA Biaya ngetem = jumlah armada x jumlah rit x (nilai penyusutan + biaya bahan bakar + biaya pemeliharaan + time value) x waktu ngetem rata-rata x jumlah titik ngetem Untuk menghitung biaya ngetem angkutan umum perlu diketahui nilai penyusutan. Nilai penyusutan adalah penyusutan mesin kendaraan pada saat diam. Dengan menggunakan rumus: Np = Hk 1 + Pbt-1 x Ubat Pbt Pbt.2 100 Dimana: Np = Nilai penyusutan (Rp/menit) Hk = Harga kendaraan (Rp) Pbt = Penyusutan (thn) Ubat= Bunga pajak (%) Tabel 5: Perhitungan Nilai Penyusutan Komponen Bus Besar Bus Sedang Harga Kendaraan Rp 650.000.000 Rp 230.000.000 Penyusutan 5 tahun 5 tahun Bunga Pajak 12% 12% (Sumber: Biaya Pokok Angkutan Kota Kelas Ekonomi, 2008) Tabel 6: Hasil Analisis Nilai Penyusutan Akibat Ngetem Pada Bus Besar Jarak Waktu Nilai Penyusutan >20-25 35 10883.4845 >25-30 40 12438.268 >30-35 45 13993.0515 Tabel 7: Hasil Analisis Nilai Penyusutan Akibat Ngetem Pada Bus Sedang Jarak Waktu Nilai Penyusutan >15-16 2 220.0616 >16-17 38 4181.1704 >17-18 41.6667 4584.6167 Tabel 8: HASIL ANALISIS BIAYA BAHAN BAKAR BUS BESAR Jarak Waktu Biaya Bahan Bakar Tempuh(km) "Ngetem"(detik) Akibat "Ngetem"(Rp) >20-25 2100 9841.05 >25-30 2400 11247.1875 >30-35 2700 12653.0859 Asumsi : 1 liter Solar = Rp.4500,- 4

Tabel 9 : HASIL ANALISIS BIAYA BAHAN BAKAR BUS SEDANG Jarak Waktu Biaya Bahan Bakar Tempuh(km) "Ngetem"(detik) Akibat "Ngetem"(Rp) >15-16 120 337.4663 >16-17 2280 6411.6984 >17-18 2500 7030.3711 Tabel 10: ANALISIS BIAYA PEMELIHARAAN Komponen Bus Besar Bus Sedang 1) Bahan Bakar Diesel Diesel 2) Penggunaan BBM/liter 3 km/liter 5 km/liter 3) Servis Dilakukan setiap 9000 km 9000 km 4) Biaya bahan a) oli mesin 19 liter 12 liter harga per liter Rp 25.000 Rp 25.000 b) oli garden 5 liter 3 liter harga per liter Rp 25.000 Rp 25.000 c) oli transmisi 5 liter 3 liter harga per liter Rp 28.000 Rp 28.000 d) gemuk 3 kg 2 kg harga per kg Rp 72.000 Rp 72.000 5) Upah kerja servis Rp 75.000 Rp 75.000 (Sumber: Biaya Pokok Angkutan Kota Kelas Ekonomi, 2008) Tabel 11: HASIL ANALISIS NILAI PEMELIHARAAN BUS BESAR Jarak Waktu Biaya Pemeliharaan >20-25 35 835.2995 >25-30 40 954.628 >30-35 45 1073.565 Tabel 12: HASIL ANALISIS BIAYA PEMELIHARAAN BUS SEDANG Jarak Waktu Biaya Pemeliharaan >15-16 2 31.3868 >16-17 38 596.3492 >17-18 41.6667 653.8922 Tabel 13: Hasil Analisis Time Value Akibat Ngetem Pada Bus Besar Jarak Waktu Time Value >20-25 35 4363.3275 >25-30 40 4986.66 >30-35 45 5609.9925 5

Table 14: Hasil Analisis Time Value Akibat Ngetem Pada Bus Sedang Jarak Waktu Time Value >15-16 2 301.3331 >16-17 38 5725.3308 >17-18 41.6667 6277.78 Tabel 15: BIAYA NGETEM BUS BESAR Jarak Jumlah Jumlah Jumlah Titik Tot. Nilai Waktu "Ngetem" Biaya Tempuh(km) Armada Rit "Ngetem" Variabel Rata-rata(menit) "Ngetem"(Rp) >20-25 963 5 5 25923.1615 7 4368700792 >25-30 283 3 6 29626.7435 6.667 1006174515 >30-35 366 3 6 33329.6949 7.5 1646820225 Tabel 16: BIAYA NGETEM PADA BUS SEDANG Jarak Jumlah Jumlah Jumlah Titik Tot. Nilai Waktu "Ngetem" Biaya Tempuh(km) Armada Rit "Ngetem" Variabel Rata-rata(menit) "Ngetem"(Rp) >15-16 165 5 6 890.2478 0.333 1467439.961 >16-17 1438 4 8 16914.5488 4.75 3697114419 >17-18 1291 3 10 18546.66 4.167 2993206695 KESIMPULAN 1. Perhitungan biaya ngetem Bus Besar dan Bus Sedang merupakan biaya yang disebabkan oleh semua variabel yang disebabkan terbuangnya waktu akibat ngetem. 2. Biaya ngetem Bus Besar lebih besar dari biaya ngetem Bus Sedang untuk 3. Tingginya biaya ngetem tersebut dapat menunjukkan indikasi tidak efisiennya pengoperasian angkutan umum di Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Najid, Albert, Analisis, The Study On wait For Sufficient Numbers Of passenger Time Of Bus Operation in West Jakarta Indonesia, prosiding FSTPT XII, 2009. Rosehan. Peningkatan kinerja Sistem Pengapian Pada Gasoline Internal Combustio Engines Dengan Mengoptimalkan ARC Duration. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Universitas Tarumanagara. 2004 Sub Dinas Bina Usaha Angkutan Jalan. Daftar Trayek/Rute Bus Besar. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Perhubungan. Sub Dinas Bina Usaha Angkutan Jalan. Daftar Trayek/Rute Bus Sedang. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Dinas Perhubungan. 6