RASIO KETERGANTUNGAN ANALISA UNTUK INDONESIA. Oleh : Sita Dewi

dokumen-dokumen yang mirip
PERTEMUAN 6 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

Struktur dan Distribusi Penduduk. Kependudukan semester

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Kata demografi berasal dari bahasa Yunani yang berarti: Demos adalah rakyat atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Proyeksi Penduduk Jambi Berdasarkan Proyeksi Penduduk Indonesia

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

KOMPOSISI PENDUDUK. Komposisi Penduduk. Andrei R FKM UNEJ

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. lengkap dari pada sumber-sumber data yang lain karena kemungkinan tercecernya

PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DAN PENANGGULANGANNYA

K A T A P E N G A N T A R

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

ANALISA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 DAN IMPLIKASI KEPENDUDUKAN DI PROVINSI BENGKULU

ASPEK KEPENDUDUKAN III. Tujuan Pembelajaran

BONUS DEMOGRAFI INDONESIA

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN


KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

Data dan Informasi dalam Perencanaan

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

Data dan Informasi dalam Perencanaan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI

PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

DEMOGRAFI LANSIA. Chairul Huda Al Husna

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANTROPOSFER GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK

Antroposfer GEO 2 A. PENDAHULUAN B. DINAMIKA ANTROPOSFER (KEPENDUDUKAN) C. KOMPOSISI PENDUDUK D. RUMUS-RUMUS KUANTITAS PENDUDUK ANTROPOSFER

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari

DEMOGRAFI LANSIA. Chairul Huda Al Husna

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

pengisian data dan cara pembuatan grafik. setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang

suatu negara. Pada dasarnya keberadaan penduduk di suatu negara akan mempercepat pembangun negara semakin besar. Tetapi jika pertumbuhan

KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA


Di Unduh dari : Bukupaket.com Sumber buku : bse kemdikbud

Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pada Usia Produktif Untuk Menghadapi Peluang Dan Tantangan Dari Bonus Demografi Di Kabupaten Gunung Mas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEKILAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL PROPINSI BENGKULU KURUN WAKTU 1980 SAMPAI DENGAN 2003

Beberapa Konsep Dasar Kependudukan Terkait dengan Kerjasama Pendidikan Kependudukan

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

Ruang Lingkup dan Fungsi Dasar Mempelajari Ilmu Kependudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan oleh negara-negara di dunia saat ini adalah pembangunan berkelanjutan 1

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

Studi Kependudukan - 1. Demografi formal. Konsep Dasar. Studi Kependudukan - 2. Pertumbuhan Penduduk. Demographic Balancing Equation

Jumlah Penduduk A. Kelahiran 1. Fertilitas CBR = L/P x Angka Kelahiran Umum GFR= L/W x Angka Kelahiran Menurut Kelompok Umur Tertentu

BAB III TELAAH DEMOGRAFIK

BAB I PENDAHULUAN. Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa siapa

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk harus menjadi subjek sekaligus objek pembangunan. Kualitas

PENDAHULUAN Latar Belakang

AGEING POPULATION DAN BONUS DEMOGRAFI KEDUA DI INDONESIA

Penduduk? Area/ wilayah? Aksesibilitas?

Visi Indonesia 2030: Tinjauan Upaya Pencapaian dari Aspek Dinamika Kependudukan

STATISTIK GENDER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

Pengembangan Metode Komponen dalam Proyeksi Penduduk Indonesia Menggunakan Metode Campuran dengan Pendekatan Demografi Multiregional

MODUL ONLINE INFORMASI DATA KEPENDUDUKAN PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

D. Dinamika Kependudukan Indonesia

Tabel Jenis dan Kawasan Potensi Bencana Alam Kabupaten Temanggung

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri

Penduduk, Masyarakat dan kebudayaan

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) pertumbuhan jumlah penduduk. : 1.2. Mengidentifikasi permasalahan kependudukan dan upaya.

2. SUMBER DATA DEMOGRAFI

MAKALAH Konsep Kependudukan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB I PENDAHULUAN. menurut data BPS Kota Padang dalam angka 2016, angka harapan hidup Kota

MODUL ONLINE 20.9 KUALITAS PENDUDUK INDONESIA PENDALAMAN MATERI DEMOGRAFI

Demografi formal = Demografi murni. Sumber data Sekunder. Pengambilan Data Penduduk. Registrasi Survai

(MS.6) TAKSIRAN TFR BERDASARKAN HASIL PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA MENGGUNAKAN METODE CAMPURAN


BAB 1 PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan penduduk dunia, Indonesia juga sebagai negara

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), 2005

ANALISIS HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI RUMAHTANGGA DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROVINSI JAMBI:

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), 2015

Data Penduduk Kabupaten Murung Raya 2014

Transkripsi:

RASIO KETERGANTUNGAN ANALISA UNTUK INDONESIA Oleh : Sita Dewi ABSTRAK Penduduk usia produktif adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Mereka berpotensi bekerja yaitu melakukan kegiatan atau membantu melakukan kegiatan yang dapat menghasilkan uang atau keuntungan. Penduduk usia < 15 tahun atau > 65 tahun adalah penduduk usia tak produktif dimana mereka tidak berpotensi bekerja, sehingga mereka bergantung kepada penduduk usia produktif. Perbandingan antara usia non produktif dengan usia produktif disebut dengan angka beban tanggungan atau rasio ketergantungan. Berdasarkan data SENSUS dipaparkan rasio ketergantungan di Indonesia. I. TEORI PENDUDUK Penduduk adalah orang yang tinggal/menetap pada suatu tempat/ daerah/negara minimal selama 6 bulan. Menurut Badan Pusat Statistik penduduk Indonesia adalah semua orang yang berdomisili (tinggal) di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih atau mereka yang berdomisili tinggal kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Penduduk dapat bertambah dan juga dapat berkurang jumlahnya. Bertambahnya jumlah penduduk dipengaruhi oleh kelahiran dan imigran, sedangkan berkurangnya jumlah penduduk dipengaruhi oleh kematian dan emigrant. Proses bertambahnya atau berkurangnya jumlah penduduk disebut pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 4 komponen, yaitu fertilitas (kelahiran), mortalitas (kematian), migrasi yaitu inmigration (migrasi masuk) dan outmigration (migrasi keluar). Pertumbuhan penduduk akan positif apabila fertilitas dan immigration lebih tinggi dari mortalitas dan outmigration. Sebaliknya pertumbuhan penduduk akan negative bila fertilitas dan immigration lebih rendah disbanding mortalitas dan outmigration. Sejak 2 juta tahun lalu manusia telah mendiami bumi, berarti sejak zaman itu telah ada penduduk. Sampai sebelum abad ke 17 pertumbuhan penduduk berkembang lambat, banyak kelahiran tetapi banyak pula kematian. Setelah ditemukannya penicillin yang dikenal sebagai reformasi kesehatan di abad ke 17, kematian mulai menurun tetapi kelahirannya besar, sehingga pertumbuhan penduduk menjadi cepat. Pada abad ke 17 ini diperkirakan jumlah penduduk dunia sekitar setengah milyar. Kemudian dalam jangka waktu 200 tahun, yaitu abad ke 19 penduduk dunia telah menjadi 1 milyar. Pertumbuhan penduduk dunia semakin cepat. Dalam jangka waktu kurang dari 1 abad (80 tahun) penduduk dunia telah mencapai 2 milyar (1930) dan 45 tahun kemudian telah menjadi 4 milyar. Dan sekarang (2011) penduduk dunia telah mencapai 7 milyar. Petumbuhan penduduk yang cepat ini tentu membawa masalah tersendiri.

II. KOMPOSISI PENDUDUK Besar penduduk dicerminkan dari jumlahnya. Biasanya besar penduduk ini dikaitkan dengan income per kapita, yang mencerminkan kemajuan perekonomian. Banyak yang berpendapat bahwa jumlah penduduk yang besar menguntungkan karena merupakan modal pembangunan, Komposisi penduduk adalah pemilahan penduduk. Komposisi penduduk secara demografi adalah pemilahan penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Komposisi penduduk biasanya digambarkan dalam piramida penduduk yang mencerminkan apakah suatu tempat (Negara) mempunyai ciri penduduk muda atau penduduk tua. Bentuk-bentuk piramida penduduk: 1. L P Dasar piramida lebih lebar dengan slope lebih curam. Piramida dengan bentuk ini menunjukkan pertumbuhan penduduk tinggi penurunan tingkat kematian bayi dan balita tetapi belum ada penurunan fertilitas. Umur median sangat rendah dan rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan yang tertinggi. 3. L P Bentuk sarang tawon/ old fashioned beehive. Tingkat kelahiran dan kematian rendah. Umur median sangat tinggi dan rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan sangat rendah (terutama pada kelompok usia tua). 4. L P Dasar lebar dengan slope datar. Piramida dengan bentuk ini menunjukkan tingkat kelahiran dan tingkat kematian tinggi. Umur median rendah dan rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan tinggi. 2. L P Bentuk lonceng/the bellshaped pyramid. Paling tidak sudah 100 tahun mengalami penurunan tingkat kelahiran dan kematian. Umur median cenderung

menurun dan rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan meninggi. 5. L P Terjadi penurunan drastis pada tingkat kelahiran dan tingkat kematian sangat rendah, menyebabkan berkurangnya jumlah penduduk. Umur median menurun dan rasio ketergantungan atau angka beban tanggungan rendah. Dari ke lima bentuk piramida penduduk ini, Indonesia masih memiliki bentuk piramida jenis pertama, di mana tingkat kelahiran dan kematian masih tinggi. Sebagian besar penduduk Indonesia dalam kelompok usia muda. Rasio ketergantungan tinggi. Diharapkan bentuk piramida penduduk Indonesia akan menjadi bentuk piramida jenis ke tiga. III.RASIO KETERGANTUNGAN (DE- PENDENCY RATIO) Menurut Badan Pusat Statistik, orang yang bekerja adalah selama 1 minggu sebelum sensus melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit 1 jam dalam seminggu yang lalu tidak boleh terputus. Penduduk yang berpotensi bekerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun sampai dengan 55 tahun. Usia 55 tahun dipakai sebagai batasan akhir usia penduduk yang berpotensi bekerja karena di samakan dengan usia pensiun pegawai negeri sipil. Sedangkan untuk Negara-negara yang sudah maju, batasan akhir usia penduduk yang berpotensi bekerja adalah 65 tahun, disamakan dengan batasan penduduk usia lanjut di Negara-negara tersebut. United Nation atau Perserikatan Bangsa-bangsa memberi batasan penduduk yang berpotensi bekerja adalah mereka yang berusia 15 tahun hingga 64 tahun. Penduduk usia 15 tahun hingga 64 tahun disebut dengan penduduk usia produktif. Mereka yang berusia kurang dari 15 tahun atau mereka yang berusia lebih dari 55 tahun (menurut BPS) atau yang lebih dari 64 tahun (menurut PBB) disebut penduduk yang tidak produktif atau tidak berpotensi untuk bekerja. Penduduk produktif diharapkan dapat menghasilkan atau mempunyai penghasilan sehingga dapt memenuhi konsumsi hidupnya dan konsumsi penduduk yang tidak produktif. Misalnya seorang yang berusia 38 tahun mempunyai keluarga dengan 2 anak berusia 5 tahun dan 10 tahun serta orang tuanya masih hidup berusia 67 tahun. Orang ini mempunyai penghasilan yang digunakan untuk memenuhi konsumsi dirinya sendiri anak-anaknya serta orang tuanya. Berarti orang ini akan menanggung hidup anak-anaknya dan juga orang tuanya. Penduduk usia produktif menanggung hidup (konsumsi) penduduk usia tidak produktif. Besar tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak produktif diukur dengan rasio ketergantungan (dependency ratio = DR) yang disebut juga sebagai angka beban tanggungan. Dependency ratio adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif yaitu yang berusia kurang dari 15 tahun (< 15 tahun) dan yang berusia sama atau lebih dari 65 tahun (> 65 tahun) terhadap orang yang berusia

produktif yaitu yang berusia 15 hingga 64 tahun (15-64 tahun). P 0-14 + P 65+ DR = x 100 P 15 64 DR = dependency ratio atau rasio ketergantungan P 0-14 = jumlah penduduk usia 0 sampai 14 tahun P 65+ = jumlah penduduk usia 65 tahun dan lebih P 15-64 = jumlah penduduk usia 15 sampai 64 tahun Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indicator ekonomi suatu Negara, apakah termasuk Negara maju yaitu bila DR nya kecil, atau termasuk Negara yang belum maju yaitu bila DR nya besar. IV. RASIO KETERGANTUNGAN INDONESIA Untuk melihat Indoensia sebagai Negara yang maju atau belum maju akan dilihat rasio ketergantungan di Indonesia. Rasio ketergantungan Indonesia akan dihitung berdasarkan data sensus, yaitu sensus tahun 1971, sensus tahun 1980, sensus tahun 1990, dan sensus tahun 2000. Karena data sensus tahun 2010 belum ada maka selanjutnya akan digunakan data SUPAS tahun 2005. Berdasarkan beberapa data ini akan dilihat pula bagaimana kecenderungan rasio ketergantungan di Indonesia. SENSUS Penduduk 1971 0 4 19.098.693 5 9 18.762.081 10-14 14.179.537 Jumlah 0 14 52.040.311 15-19 11.325.493 20-24 12.211.271 25 29 8.924.886 30 34 7.903.558 35-39 7.979.114 40 44 6.101.789 45 49 4.649.626 50 54 3.863.832 55 59 2.226.037 60 64 2.338.497 Jumlah 15 64 67.524.103 65 69 1.142.956 70 74 1.038.563 75 + 786.858 Tidak menjawab 15.059 Jumlah 65+ 2.983.436 52.040.311 + 2.983.436 DR = ------------------------------ x 100 = 81,487 1971 67.524.103 SENSUS Penduduk 1980 0 4 21.190.672 5 9 21.231.927 10-14 17.619.034 Jumlah 0 14 60.041.633 15-19 15.283.235 20-24 13,001.545 25 29 11.343.546 30 34 8.167.081 35-39 8.549.871 40 44 7.419.963 45 49 6.150.237 50 54 5.410.142 55 59 3.390.279 60 64 3.228.627 Jumlah 15 64 81.944.526 65 69 1.713.885 70 74 1.530658 75 + 1.525.373 Tidak menjawab 20.398 Jumlah 65+ 4.790.314 60.041.633 + 4.790.314 DR = --------------------------------- x 100 = 79,117 1980 81.944.526

SENSUS Penduduk 1990 0 4 20.985.144 5 9 23.223.058 10-14 21.482.141 Jumlah 0 14 65.690.343 15-19 18.926.983 20-24 16.128.362 25 29 15.626.530 30 34 13.245.794 35-39 11.184.217 40 44 8.081.635 45 49 7.565.664 50 54 6.687.586 55 59 4.831.697 60 64 4.526.451 Jumlah 15 64 106.804.919 65 69 2.749.724 70 74 2.029.026 75 + 1.972.356 Tidak menjawab 4.415 Jumlah 65+ 6.755.539 65.690.343 + 6.755.539 DR = --------------------------------- x 100 = 67.830 1990 106.804.919 SENSUS Penduduk 2000 0 4 20.302.376 5 9 20.494.091 10-14 20.453.732 Jumlah 0 14 61.250.199 15-19 21.149.517 20-24 19.258.101 25 29 18.640.937 30 34 16.399.720 35-39 14.904.226 40 44 12.467.848 45 49 9.656.005 50 54 7.384.968 55 59 5.678.664 60 64 5.321.019 Jumlah 15 64 130.861.005 65 69 3.564.926 70 74 2.837.037 75 + 2.716.985 Tidak menjawab 11.847 Jumlah 65+ 9.130.795 61.250.199 + 9.130.795 DR = --------------------------------- x 100 = 53,783 2000 130.861.005 SUPAS 2005 0 4 19.095.151 5 9 21.563.945 10-14 21.306.096 Jumlah 0 14 61.965.192 15-19 19.796.921 20-24 19.445.179 25 29 18.640.093 30 34 17.420.029 35-39 16.454.100 40 44 14.489.902 45 49 12.382.818 50 54 9.941.064 55 59 7.262.179 60 64 5.611.827 Jumlah 15 64 141.484.112 65 69 4.112.165 70 74 2.989.927 75 + 2.823.831 Tidak menjawab - Jumlah 65+ 9.925.923 61.965.192 + 9.925.923 DR = --------------------------------- x 100 = 50,812 2005 141.484.112 Dari SENSUS 1971 Dependency ratio sebesar 81,487, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 81 orang usia tidak produktif. Rasio ketergantungan pada sensus 1971 tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1970 an belum baik. Indonesia belum merupakan Negara maju. SENSUS 1980 dependency rationya sebesar 79,117, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 79 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1980 masih tinggi, menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tahun 1980 an belum juga baik. Indonnesia masih belum maju. Tetapi dibandingkan dengan dependency ratio tahun 1971 tahun 1980 lebih baik, walaupun perbedaannya tidak terlalu besar. SENSUS 1990 dependency rationya sebesar 67,830, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 68 orang

usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 1990 tidak tinggi lagi tetapi belum rendah (menengah). Dibanding tahun 1971 dan 1980 rasio ketergantungan turun. Kondisi ekonomi Indonesia tahun 1990 an sudah jauh lebih baik. Walaupun belum merupakan Negara maju, tetapi Indonesia menuju ke Negara maju. SENSUS 2000 dependency rationya sebesar 53,783, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 54 orang usia tidak produktif. Ratio ketergantungan pada sensus 2000 masih diposisi menengah, tidak tinggi lagi tetapi belum rendah. Dibanding tahun 1990 sudah turun, yang berarti kondisi ekonomi Indonesia tahun 2000 sudah lebih baik dari tahun 1990. Apalagi bila disbanding tahun 1971 dan 1980 kondisi ekonomi Indonesia jauh lebih baik. Dependency rationya sebesar, artinya setiap 100 orang usia produktig menanggung orang usia tidak produktif SUPAS 2005 dependency rationya sebesar 50,812, artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 51 orang usia tidak produktif. Diharapkan untuk tahun-tahun selanjutnya dependency ratio semakin kecil, karena komposisi penduduk usia produktif semakin banyak dan komposisi penduduk usia tidak produktif semakin menurun. Diprediksikan bahwa dependency ratio Indonesia tahun 2020-2030 disekitar 43 (sudah rendah). Hal ini merupakan hasil perbaikan di sector kesehatan dimana kelahiran dapat ditekan, kematian bayi menurun. Tetapi hal ini juga dibarengi dengan banyaknya orang dapat mencapai usia tua (65 tahun +). Jadi nantinya dependency ratio akan semakin kecil dengan tanggungan terbesar untuk kelompok usia 65 tahun+. Gambaran ini merupakan hasil dari bonus demografi, yaitu kelompok usia produktif besar, yang seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan kelompok usia muda (0 15 tahun) menurun dan usia tua (65 tahun+) bertambah, sehingga bentuk piramida penduduk akan berubah menjadi bentuk ke 3 (sarang tawon). Karena jumlah kelompok usia produktif semakin meningkat maka harus dipikirkan bagaimana memberdayakan mereka supaya mereka mempunyai pekerjaan sehingga benarbenar dapat menanggung kelompok usia yang tidak produktif. IV. DAFTAR PUSTAKA Biro Pusat Statistik. Penduduk tahun 1971. Biro Pusat statistic 1973. Biro Pusat Statistik. Penduduk tahun 1980. Biro Pusat statistic 1983. Biro Pusat Statistik. Penduduk tahun 1990. Biro Pusat statistic 1992. Badan Pusat Statistik. Penduduk tahun 2000. Badan Pusat statistic 2001. Badan Pusat Statistik. Penduduk Indonesia : Hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2005 Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dasar-dasar Demografi. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1981