I.175 POLA PENGELOLAAN BENCANA DI KAWASAN TAMBANG BATUBARA DI SUMATERA

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian

[ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROVINSI BENGKULU ]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISASI DAN EVALUASI POTENSI LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN KAKAO DI KAB. DONGGALA DAN PARIGI MOUTONG PROV. SULTENG MENDUKUNG MP3EI

PENELITIAN PEMILIHAN MODA ANGKUTAN BATUBARA ANTARA ANGKUTAN SUNGAI DAN TRUK DI PULAU KALIMANTAN

VIII. Target Fisik Kegiatan yang Dilaksanakan :

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

n.a n.a

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

I. PENDAHULUAN. energi berasal dari lingkungan abiotik akan kembali ke lingkungan abiotik.

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

[ X.253 ] KAJIAN PEMANFAATAN MIKROBA TANAH DI LAHAN SUB OPRIMAL EKS PENAMBANGAN BATUBARA MENJADI LAHAN PRODUKTIF DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pusat Litbang Permukiman Kementrian Pekerjaan Umum 2012

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

Penguatan Kapasitas Masyarakat Dalam Ketahanan Pangan Di Daerah Tertinggal:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upi Supriatna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

B A P P E D A D A N P E N A N A M A N M O D A L P E M E R I N T A H K A B U P A T E N J E M B R A N A. 1.1 Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

SIDa.F.54. Penguatan Sistem Inovasi Daerah Kab. Trenggalek melalui upaya mendorong modernisasi Sistem Usaha yang produktif

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

Peran Kelembagaan dalam Mitigasi Bencana di Indonesia. Oleh: Rudi Saprudin Darwis

PROGRAM KERJA TAHUN DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

Kode : X.229 KAJIAN STRATEGI KEBIJAKAN DAN LANGKAH OPERASIONAL DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI KARET UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KORIDOR SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. Penataan Ruang sebagai suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan sosio-demografis, Indonesia

[ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] 2012

8 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1 = 70 orang; S-2 = 50 orang; S-3 = orang 9 BidangKeahlian Ekonomi Publik

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Pengelolaan kawasan karst melalui prinsip pembangunan

X.117 ANALISIS PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS TANAMAN PANGAN UTAMA DALAM PROGRAM MP3EI DI KORIDOR SULAWESI

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB IV PENUTUP. Landasan konstitusional konsepsi keadilan sosial dalam. pengelolaan pertambangan adalah Pasal 33 UUD Secara

EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.

PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PARIWISATA & PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

(FOSS) UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI MP3EI DI KORIDOR EKONOMI YOGYAKARTA

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat cepat mengakibatkan

SUMBANGAN PIHAK KETIGA PERDA KABUPATEN KONAWE SELATAN NO. 2 TAHUN

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

BAB I PENDAHULUAN. serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). Salah satu indikator kemajuan

Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2012

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi permasalahan itu yakni dengan mengatur pengambilan air dalam

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 2012

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 40 TAHUN 2011

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Laporan Kemajuan INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA MODEL PERMUKIMAN BERBASIS EC0-SETTLEMENTS

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI 2012

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

KajianPengembanganProduksiTepungJagungDalam PenyediaanPangandi Kupang-Nusa Tenggara Timur

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

[ Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi] 2012

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

Transkripsi:

logo lembaga I.175 POLA PENGELOLAAN BENCANA DI KAWASAN TAMBANG BATUBARA DI SUMATERA Peneliti/Perekayasa: Dr. Fadjar Ibnu Thufail, M.A. Rita Pawestri Setyaningsih, M.A. Erlita Tantri, M.A. Nur Aisyah Kotarumalos, M.A. Bondan Widyatmoko,M.A LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2012

LATAR BELAKANG Sejarah pengelolaan tambang batubara memperlihatkan kompleksitas permasalahan yang berkaitan dengan usaha penduduk di sekitar tambang untuk mengelola perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan pertambangan. Selain itu, pertambangan adalah salah satu jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi bagi para pekerjanya, mencakup resiko kecelakaan kerja sampai resiko kesehatan, hal ini juga termasuk bagi masyarakat yang hidup di sekitar tambang. Selama ini kebanyakan studi tentang pertambangan memasukkan perubahan atau kerusakan lingkungan sebagai faktor yang dipengaruhi oleh kegiatan eksploitasi. Tetapi, kajian tentang dampak lingkungan belum bisa menjawab cara masyarakat setempat berinteraksi dengan lingkungan sehari-hari mereka dan cara mereka mengubah pola interaksi dengan menyesuaikan pada perubahan lingkungan. Karena itu perlu pengembangan ilmu pengetahuan yang berperspektif sosial, politik (ekologi), ekonomi, dan kultural untuk menjawab persoalan-persoalan lingkungan di Indonesia yang memberi kemampuan pada masyarakat untuk beradaptasi dengan baik dan menguntungkan. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 1

PERMASALAHAN Penelitian ini akan lebih difokuskan pada dinamika sosial yang berkaitan dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tambang untuk mengamati sejauh mana struktur akses terhadap sumberdaya lingkungan di sekitar tambang batubara akan mempengaruhi situasi kerentanan sosial. Dengan kata lain, penelitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh struktur akses sumberdaya lingkungan terhadap strategi dan praktik mitigasi bencana di daerah tambang batu bara. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 2

METODOLOGI Penelitian ini menekankan pada aspek sosial dan kultural di kalangan masyarakat yang sehari-harinya menghadapi ancaman resiko bencana karena kegiatan pertambangan batubara. Penelitian semacam ini mendesak untuk dilakukan di Indonesia karena banyak kelompok masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat rawan (risk society), dan masyarakat yang tinggal dan bekerja di kawasan tambang batubara dapat digolongkan sebagai kelompok masyarakat rawan. Fokus kegiatan dari penelitian ini adalah aspek sosial, ekonomi, dan kultural; yang ingin mengidentifikasi perubahan lingkungan, perubahan cara eksploitasi dan alternatif-alternatif ekonomi yang terbentuk dari perubahan sosial dan kultural yang terjadi. Penelitian ini adalah penelitian sosial yang bersifat kualitatif dengan pengumpulan data terutama melalui wawancara dan didukung oleh pengamatan langsung. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 3

Wawancara dilakukan dengan penduduk yang tinggal di sekitar kawasan tambang batubara, pelaku penambangan tradisional, dan pekerja industri tambang. Wawancara ini bertujuan untuk menggali informasi tentang pola pemanfaatan berbagai sumberdaya yang ada di sekitar kawasan tambang, termasuk untuk menggali informasi tentang perubahan pola pemanfaatan sumberdaya dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Wawancara juga dilakukan dengan aktivis dan pejabat yang terkait dengan urusan tambang untuk mengetahui kebijakan dan realitas penerapan kebijakan pertambangan dan pengelolaan lingkungan. Sementara itu, pengamatan langsung dilakukan untuk mengumpulkan data tentang kondisi topografi, jenis-jenis sumberdaya yang tersedia, dan tingkat perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri tambang atau penambangan tradisional. Secara umum, penelitian lapangan telah berhasil mendapatkan target kinerja seperti yang telah direncanakan dalam proposal penelitian, yaitu pengumpulan data tentang pola pemanfaatan sumber daya masyarakat penambang dan pola managemen tambang yang mungkin berdampak pada resiko bencana. Hingga saat ini, masih dilakukan analisis data-data dengan membandingkan antara data/hasil wawancara Sawah Lunto dengan Bengkulu Utara hingga dihasilkan bentuk laporan penelitian lengkap. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 4

SINERGI KOORDINASI Koordinasi dilakukan dengan melakukan perijinan dan pendekatan dengan intansi pemerintah pada tingkat propinsi, kabupaten, dan desa serta pendekatan pada perusahaan pertambangan dan perusahaan yang berelasi dengan pertambangan. Melakukan pendekatan dan kerjasama dengan masyarakat umum dan kelompok masyarakat penambang yang ada di wilayah penelitian, termasuk juga organisasi pemerintah dan non pemerintah yang berperan dalam pendayagunaan masyarakat pertambangan. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam koordinasi penelitian ini misalnya Bapedda, Dinas Pertambangan, Dinas ESDM, Dinas Tenaga Kerja, BPS, Sekda, Camat/Sekcam, Lurah, Lembaga masyarakat dan pemuda, Perusahaanperusahaan tambang, masyarakat dan pekerja tambang, pengusaha, dsb. Koordinasi ini telah berhasil mendapatkan data mengenai potensi maupun produksi pertambangan di Sawahlunto dan Bengkulu Utara hingga potensi bencana yang dapat terjadi di sana. Selain itu, melakukan koordinasi dengan institusi di luar lingkaran kekuatan administrative dalam mengidentifikasi konstetasi, kerjasama maupun bentuk-bentuk negosiasi, sehingga kebutuhan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan dalam aspek legal formal dan cultural pada konteks pertambangan rakyat bisa didapatkan secara berimbang. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 5

Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 PEMANFAATAN HASIL KEGIATAN Hingga saat ini penelitian masih dalam proses pengidentifikasian sumberdaya perekonomian masyarakat penambang, analisa tentang bagaimana proses adaptasi & strategi masyarakat penambang dan masyarakat sekitar pertambangan serta pengelolaan lingkungan oleh masyarakat, pelaku tambang, dan pemerintah setempat. Dari hasil indentifikasi dan analisa ini peneliti baru akan merumuskan pola atau formulasi kebijakan yang sesuai untuk permasalah pertambangan rakyat dan masyarakat sekitar tambang baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung, termasuk di dalamnya problem lingkungan akibat dari kegiatan tambang batu bara. Bentuk pemanfaatan ini berupa munculnya pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan ekonomi dan lingkungan sejalan dengan kegiatan tambang; terbentuknya kesadaran pemerintah daerah atas perlunya koordinasi antara masyarakat dan perusahaan tambang untuk mengurangi resiko kemiskinan dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembukaan lahan secara massive. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi pemerintah dan masyarakat luas yang memiliki relasi baik secara geografis maupun ekonomi sosial dan politik dengan kegiatan pertambangan. Penelitian dapat memberikan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, masyarakat tambang, masyarakat sekitar tambang, dan mereka yang memiliki relasi dengan usaha pertambangan batu bara. 6

POTENSI PENGEMBANGAN KE DEPAN Penelitian ini memiliki rencana ke depan dengan terbentuknya aspek strategis akademis dan kebijakan. Pertama, dari aspek strategis pengembangan kapasitas akademis, penelitian ini dapat dijadikan titik tolak untuk mengembangkan konsep, metode, dan instrumen penelitian yang bersifat mikro, khususnya dalam pemahaman kaitan antara penambangan sumberdaya tertentu (batubara) dengan pola konsumsi ekonomi masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Kedua, aspek strategis akademis tersebut dapat dijadikan rujukan yang sangat penting guna pengembangan konsep kebijakan sosial-ekonomi yang terkait dengan komunitas penambang dengan data-data yang bersifat mikro dan spesifik. Perlunya pengembangan cakupan yang lebih luas yang meliputi semua aspek masyarakat karena kompleksnya problem pertambangan dan masyarakat tambang/sekitar pertambangan saat ini dan masa yang akan datang. Pentingnya tujuan dari penelitian mengenai problem sosial, masyarakat, dan lingkungan dalam lingkup pertambangan batu bara yang merupakan salah sumber mineral yang banyak dieksplorasi oleh negeri ini; maka perlu keberlanjutan yang semakin dalam untuk bisa menggali persoalan-persoalan yang lebih detail yang berkaitan dengan dampak-dampak sosial dari kegiatan pertambangan batu bara di Indonesia. Oleh karenanya, perlu Ristek sebagai stakeholder mengembangan kajian yang lebih intensif dalam ruang sosial pertambangan, batu bara khususnya dalam hal ini. Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 7

"Wawancara dengan pekerja tambang rakyat di Talawi (Sumatera Barat)" "Koordinasi dengan Walikota Sawah Lunto" Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Produktivitas Litbang 2012 8

FOTO KEGIATAN Wawancara dengan wakil Sekda Kab. Bengkulu Utara Koordinasi dengan Sekda Kab. Bengkulu Utara Wawancara dan mengunjungi lokasi stock pile batu bara di pelabuhan, Kecamatan Putri Hijau Kab. Bengkulu Utara Tim Pelaksana Insentif Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa 2012 9

logo lembaga TERIMA KASIH Dr. Fadjar Ibnu Thufail, M.A. Rita Pawestri Setyaningsih, M.A. Erlita Tantri, M.A. Nur Aisyah Kotarumalos, M.A. Bondan Widyatmoko,M.A