BAB II KAJIAN PUSTAKA. struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Perdagangan luar negeri adalah perdagangan barang-barang suatu negara

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITAS KAKAO INDONESIA ANDRI VENO UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL TEORI KEUNGGULAN ABSOLUT, DAN KEUNGGULAN KOMPARATIF. Wahono Diphayana

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL (Merkantilisme Klasik)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Aricha (2013), perdagangan internasional adalah perdagangan yang

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL.

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan... 5

MAKALAH DEVISA DAN DAMPAK PERDAGANGAN INTERNASIONAL LENGKAP

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pasar tertentu dengan tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian dan Asal Usul Perdagangan Internasional

Materi Minggu 3. Teori Perdagangan Internasional (Merkantilisme Klasik)

TEROI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2. Teori Perdagangan Internasional Saat ini perdagangan internasional bukan hanya bermanfaat untuk bidang ekonomi saja melainkan bermanfaat pula di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Teori ini dikenal dengan sebutan teori Heksher-Ohlin (H-O). Nama teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perdagangan antar negara. Nopirin (1996:26) mengatakan bahwa perdagangan internasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tinjauan pustaka ini akan disampaikan teori-teori yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

IX. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. 1) Simpulan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian, BPS, Gapkindo, ITS (International Trade Statistics), statistik FAO,

Tugas Ekonomi Internasional Teori Perdagangan Internasional Klasik

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

Bisnis Internasional Pertemuan Ketiga Bab 5 Teori Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perdagangan internasional merupakan kegiatan pertukaran barang dan jasa

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Kesenjangan menurut Sudibyo (1994) adalah ketidakmerataan akses

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti sekarang ini setiap negara melakukan

EKONOMI INTERNASIONAL. Irwan Sukmawan, S.Pd,,MM.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

Konsep Dasar Ekonomi Internasional. Abdillah Mundir, SE, MM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hidayat (2013) dengan judul Analisis Daya Saing Produk Ekspor Provinsi

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

TEORI TEORI BISNIS INTERNASIONAL

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian internasional, diantaranya yaitu impor. Kegiatan impor yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Pada awal setiap tahun anggaran, pemerintah Indonesia selalu menetapkan

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB II KAJIAN PUSTAA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. POSISI DAYA SAING UDANG INDONESIA, TAHUN

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR NETO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

Materi Minggu 4. Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

3 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL INDONESIA

PERNYATAAN ORISINALITAS...

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Komoditas Penentu Kinerja Ekspor Perikanan Indonesia

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

III. METODE PENELITIAN. yang terdiri dari data time series tahunan ( ). Data sekunder diperoleh

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

IV. METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagi Indonesia. Persaingan dalam perdagangan global merupakan tantangan

B. TEORI KEUNGGULAN KOMPARATIF (COMPARATIVE ADVANTAGE)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan. Karena adanya kebutuhan ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

DAYA SAING KARET ALAM INDONESIA DI PASAR DUNIA COMPETITIVENESS OF INDONESIAN NATURAL RUBBER AT WORLD MARKET

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional membantu menjelaskan arah serta komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bagaimana efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara (Nopirin, 2012: 2). Perdagangan internasional mampu memberikan adanya keuntungan (gains from trade). Melalui perdagangan internasional dapat diperoleh keuntungan, diantaraya : 1) Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri, 2) Adanya keuntungan dari spesialisasi sehingga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan faktor produksi, 3) Memperluas pasar industri-industri dalam negeri, 4) Menggunakan teknologi modern dan meningkatkan produktivitas. Keuntungan-keuntungan yang diutarakan Nopirin tersebut menjadi motif timbulnya perdagangan internasional. Perdagangan internasional pertama kali lahir pada era merkantilisme dan dalam perkembangannya mengalami perubahan pola-pola perdagangan. Perkembangan perdagangan internasional menurut Basri dan Munandar dijabarkan sebagai berikut (2010: 35).: 1) Merkantilisme Pemikiran merkantilisme pertama kali ditulis oleh Antinio Serra pada 1613. Merkantilisme saat itu belum mengenal dengan adanya konsep keunggulan

komparatif sebagai pola perdagangan dan mempengaruhi struktur produksi serta distribusi pendapatan. Konsep merkantilisme didasarkan pada banyaknya stok emas suatu negara sebagai aset kekayaannya. Dalam konsep ini negara berupaya meningkatkan ekspor setinggi-tingginya dan menekan ekspor serendah mungkin. Hal ini menjadikan peran negara dalam meningkatkan kesejahteraan dan pertumbuhan dominan. Karena dianggap tidak produktif, mazhab ini menjadi pertentangan seiring perkembangan zaman. Salah satu ahli ekonomi yang menentang mazhab ini adalah Adam Smith yang kemudian melahirkan sebuah mazhab baru yaitu teori keuntungan absolut. 2) Teori keuntungan absolut Teori keuntungan absolut dilahirkan oleh Adam Smith sebagai bentuk protesnya terhadap pemikiran merkatntilisme. Teori ini menyatakan bahwa keuntungan absolut merupakan basis perdagangan internasional suatu negara. Teori Adam Smith membukakan jalan bagi teori-teori baru lainnya di era moderen, seperti teori keuntungan komparatif oleh David Ricardo dan teori Hecksher-Ohlin. 3) Teori Ricardian Teori ini dirumuskan oleh David Ricardo dimana Ia menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah teori tentang nilai atau value, dimana nilai atau value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut (labour cost value theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki comparative cost

terkecil. Comparative cost timbul karena adanya perbedaan teknologi antar negara. 4) TeoriHeckscher-Ohlin Heckscher-Ohlin dalam teori faktor proporsi menyatakan bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja daripada negara lain sedang negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran (Nopirin, 2012: 7). Kindleberger (1990: 48) menyatakan bahwa secara teoritis, volume ekspor suatu komoditas tertentu dari suatu negarake negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaandomestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan imporbagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas dan komoditas substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekspor 2.1.2 Teori Ekspor Menurut Undang-Undang Kepabean Nomor 17 Tahun 2006, ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari dalam ke luar pabean, sedangkan impor merupakan kegiatan memasukkan barang dari luar ke dalam pabean. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh

suatu negara kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Setianto (2014) mengatakan, bahwa Lipsey memiliki pendapat jika suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke negara lainnya yang tidak dapat dihasilkan oleh negara pengimpor. Ekspor sangat penting bagi perekonomian Indonesia untuk dua hal, yakni sebagai sumber utama devisa yang diperlukan terutama untuk pendanaan impor kebutuhan industri dalam negeri dan masyarakat, dan sebagai salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi, yang berarti peningkatan kesempatan kerja dan pengurangan kemiskinan. Dengan demikian, ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan internasional.sukirno (2000:19) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang menentukan tingkat ekspor suatu negara, yaitu : 1) Daya saing dan keadaan ekonomi negara lain. Dalam perdagangan internasional, kemampuan suatu negara menjual barang ke luar negeri tergantung pada kemampuannya menyaingi barangbarang yang sejenis di pasar internasional. Besarnya pangsa pasar barang tersebut di luar negeri ditentukan oleh pendapatan penduduk di negara tujuan ekspor. 2) Proteksi negara lain Adanya proteksi terhadap barang impor di negara lain akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat ekspor suatu negara. 3) Valuta asing Meningkatnya kurs mata uang negara pengimpor terhadap mata uang negara pengekspor akan berpengaruh pada peningkatan daya beli negara

pengimpor sehingga volume ekspor negara pengekspor juga akan meningkat. 2.1.3 Teori Keunggulan Komparatif Teori keunggulan komparatif merupakan indikator yang paling banyak digunakan dalam mengukur kinerja perdagangan internasional suatu negara.suatu negara dianggap memiliki keunggulan komparatif apabila memiliki biaya relatif rendah dalam produksi bila dibandingkan dengan negara lain (Acharya, 2008).Teori keunggulan komparatif dicetuskan pertama kali oleh David Ricardo. Menurut David Ricardo, setiap negara atau bangsa seperti halnya orang, akan memperoleh hasil dari perdagangannya dengan mengekspor barang atau jasa yang merupakan keunggulan komparatif terbesarnya dan mengimpor barang atau jasa yang bukan keunggulan komparatifnya (Peter, 1994: 24). David Ricardo mengemukakan, terjadinya keunggulan komparatif timbul dari adanya perbedaan teknologi yang membawa pada perbedaan produktivitas antar negara (Basri dan Munandar, 2010:34). Teori keunggulan komparatif dalam perdagangan bebas atau free tradeakan menimbulkan spesialisasi yang dapat menaikkan efisiensi produksi. Semua barang produksi yang dihasilkan satu negara disusun menurut tinggi rendahnya biaya produksi atau nilai ekspor barang tersebut. Produk yang memiliki comparative advantage paling besar dimana produk tersebut memiliki biaya produksi rendah dan nilai ekspor yang tinggi, akan diekspor oleh negara tersebut (Nopirin, 2012:16). Suatu negara yang memiliki keunggulan komparatif di sektor

tertentu secara potensial, harus mampu mempertahankan dan bersaing dengan negara lain. Keunggulan komparatif tersebut dapat berubah oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti perubahan ekonomi dunia, lingkungan domestik dan perkembangan teknologi (Saptana, 2008). 2.1.4 Teori Daya Saing Konsep daya saing berawal dari konsep keunggulan komparatif oleh David Ricardo. Daya saing dapat dilihat dari tiga tingkatan berbeda, yaitu : negara, industri dan tingkat perusahaan. Daya saing atau competitiveness berasal dari bahasa latin yaitu competer yang berarti keterlibatan dalam persaingan bisnis dalam sebuah pasar yang menggambarkan kekuatan ekonomi suatu negara (Ambastha, 2004). Daya saing merupakan kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara atau antar daerah untuk menghasilkan faktor pendapatan dan faktor pekerjaan yang relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Tambunan (2004:110) menjabarkan bahwa terdapat tiga metode dalam menilai daya saing yaitu yang pertama melalui Revealed Comparative Advantage (RCA). Metode ini menjelaskan apabila ekspor suatu negara atas suatu jenis barang yang merupakan persentase dari jumlah ekspor manufaktur negara tersebut lebih tinggi daripada pangsa ekspor barang yang sama atas jumlah ekspor dunia, maka negara inimemiliki keunggulan komparatif atas produksi dan ekspor barang tersebut. Metode kedua yaitu Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), dimana indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah untuk suatu jenis produk

negara tersebut dapat menjadi eksportir atau importir dan memantau produk negara tersebut mengalami kejenuhan atau pertumbuhan.metode ketiga adalah Acceleration Ratio (AR) yang menunjukkan apakah suatu negara dapat merebut pasar di luar negeri atau posisinya semakin lemah di pasar ekspor. 2.1.5 Revealed Comparative Advantage(RCA) Basri dan Munandar (2010) memaparkan bahwa metode Revealed Comparative Advantage (RCA) pertama kali diperkenalkan oleh Bela Balassa pada tahun 1965. Bela Balassa mengajukan postulasi tentang perdagangan internasional yang didasarkan kepada nisbah atau rasio ekspor impor.rca telah digunakan secara luas dalam penelitian empiris,bahkan merupakan konsep sentral dalam teori perdagangan internasional. Ballance et. al. menyatakan adanya keterkaitan antara keunggulan komparatif dan RCA, yaitu :. Keadaan tersebut dimana economic condition (EC) di berbagai negara yang melakukan perdagangan menentukan comparative advantage (CA) secara internasional. Pola inilah yang mengatur pola dari perdagangan, produksi dan konsumsi internasional antar negara (TPC). TPC mendasari perbandingan keuntungan atau RCA (Erkan dan Saricoban, 2014). Tambunan dalam Ernawati dan Saptia (2013) menjabarkan bahwa RCA merupakan indeks yang menjelaskan perbandingan antara pangsa pasar suatu produk dalam ekspor total suatu negara dengan pasar ekspor produk yang sama dalam total ekspor total dunia. Indeks RCA yang memiliki nilai sama atau lebih dari satu (1) mempunyai arti bahwa negara tersebut memiliki daya saing suatu produk di atas rata-rata dunia dan

apabila indeks RCA tersebut menunjukkan nilai kurang dari satu (1) maka daya saing suatu produk dari negara tersebut di bawah rata-rata dunia. 2.1.6 Constant Market Share Analysis (CMSA) Constant Market Share Analysis (CMSA) pertama kali diterapkan pada studi perdagangan internasional oleh Tyszynskipada 1951. CMSA merupakan alat analisis yang digunakan untuk menganalisis pola dan tren perdagangan untuk tujuan perumusan kebijakan perekonomian. Teknik analisis ini dimaksudkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mendasari kinerja ekspor yang kompetitif dari suatu negara (Esfahani, 2006).Menurut Basri dan Munandar (2010), pertumbuhan ekspor suatu negara yang dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor dunia bisa meningkat lebih cepat atau lebih lambat oleh tiga sumber yaitu : 1) Efek komposisi komoditas, dimana ekspor dapat terkonsentrasi pada komoditas-komoditas yang permintaannya relatif elastis atau inelastis terhadap pendapatan. 2) Efek distribusi pasar, dimana ekspor dapat terarah ke pasar-pasar yang berkembang lebih pesat atau lebih lambat dibandingkan dengan rata-rata dunia. 3) Efek daya saing, dimana ekspor dapat lebih atau kurang bersaing dengan negara-negara pengekspor lain, baik karena pertumbuhan produktivitasnya lebih tinggi atau lebih rendah dan dapat terjadi karena under atau overvaluation mata uang domestik.

CMSA memiliki beberapa keunggulan yaitu dapat mendekomposisikan sumber-sumber pertumbuhan ekspor serta dapat menangkap lebih cermat potensi daya saing suatu komoditas. 2.2 Penelitian Sebelumnya Mengenai RCAdan CMSA Ekspor biji kakao Indonesia ditujukan ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Inggris dan Belgia (www.kemendag.go.id, 2014). Dominasi ekspor biji kakao Indonesia dalam bentuk biji kakao menjadikan Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang relatif tinggi dalam perdagangan internasional, meskipun lebih rendah dibandingkan Pantai Gading dan Ghana (Muis dkk., 2012). Kakao Indonesia memiliki kelebihan dibandingkan Malaysia dan Singapura, yaitu titik leleh (melting point) kakao Indonesia lebih tinggi dibandingkan dua pesaingnya.keunggulan lainnya dari kakao Indonesia yaitu tidak mengandung pestisida berbahaya seperti yang sering ditemukan pada kakao Pantai Gading dan Ghana (Lubis dan Nuryanti, 2011).Pada pasar internasional, kakao Indonesia pada 2002 hingga 2011 memiliki daya saing yang tergolong bagus menurut penelitian yang dilaksanakan oleh Ragimun (2012). Hal ini terlihat dari hasil Revealed Comparative Advantage (RCA) yang menunjukkan angka empat (4). Hasil penelitian lainnya oleh Muis, dkk (2012) yang menyatakan bahwa ekspor biji kakao mengalami surplus serta Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam ekspor biji kakao.penelitian mengenai kakao lainnya yaitu oleh Saktyanu dan Adi (2008), mendapatkan hasil bahwapotensi kemampuan bersaing

produk kakao Indonesia masih tergolong rendah hingga sedang dengan kemampuan bersaing sedang hingga tinggi jika dibandingkan dengan para pesaingnya di pasar Spanyol.