Ringkasan Executives

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengamatan Iklim Investasi di Indonesia selama Tahun 2005


Ringkasan Eksekutif Survei Tahap Ketiga Monitoring Iklim Investasi di Indonesia

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

xvii Damage, Loss and Preliminary Needs Assessment Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

SURVEI PERSEPSI PASAR

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

SURVEI PERSEPSI PASAR

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB 2. Kecenderungan Lintas Sektoral

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

1. Tinjauan Umum

SURVEI PERSEPSI PASAR

KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan II 2006

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB II PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Perekonimian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan daerah lain di pulau Jawa yang merupakan pusat dari pembangunan

Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20 1

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

SURVEI PERSEPSI PASAR

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JUNI 2001

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB 34 KERANGKA EKONOMI MAKRO

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis yang

Ringkasan eksekutif: menjaga ketahanan. P e r k e m b a n g a n T r i w u l a n a n P e r e k o n o m i a n I n d o n e s i a

STAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi

Perkiraan Kondisi Ekonomi Makro Triwulan IV Perkiraan Tw. I Perkiraan Kondisi Ekonomi Realisasi

BAB II GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN EKSEKUTIF. Kerusakan dan Kerugian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN II/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

EKONOMI INDONESIA MENGHADAPI REFORMASI, GLOBALISASI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS

I. PENDAHULUAN. Hal ini dilakukan karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak tidak

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai perekonomian Indonesia sehingga beberapa sektor ekonomi yang. menjadi indikator PDB mengalami pertumbuhan negatif.

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

SURVEI PERSEPSI PASAR. Triwulan IV

Sejarah AusAID di Indonesia

Andri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia

SURVEI PERSEPSI PASAR

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara adalah pemerataan pembangunan ekonomi. Dalam

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

DAFTAR ISI... HALAMAN DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR BOKS... KATA PENGANTAR...

Transkripsi:

Ringkasan Executives Selama tahun lalu, perekonomian Indonesia mengalami pasang-surut. Masa tersebut adalah tahun yang sibuk, dengan diselenggarakannya pemilu, dicapainya kemajuan yang nyata dalam memerangi korupsi dan meningkatnya daya dorong reformasi. Pertumbuhan ekonomi tahun 20 merupakan yang tertinggi dalam delapan tahun terakhir, tetapi melambat pada akhir tahun 20 dan pertengahan pertama tahun 2006 ketika perekonomian terkena dampak kenaikan harga BBM dan suku bunga. Meskipun demikian, pasar-pasar keuangan memberikan respons yang baik terhadap arah kebijakan makro yang jelas: rupiah menguat dan bursa efek mencapai puncaknya dalam sejarah. Penduduk yang hidup dalam kemiskinan terus menurun jumlahnya sekitar 1 juta setiap tahun. Pemilihan umum secara langsung untuk pertama kalinya di tingkat kabupaten/kota terlaksana dengan aman dan kemenangan para penantang dalam pemilu ini menyiratkan meningkatnya pertanggungjawaban. Presiden diakui telah membuat kemajuan dalam pemberantasan korupsi, terutama dengan aktifnya Komite Anti Korupsi dan Badan Pemeriksa Keuangan. Pada akhir tahun 20, terjadi perombakan kabinet yang mendongkrak daya dorong reformasi. Paket kebijakan prasarana dan investasi telah dikeluarkan dan paket ketiga untuk sektor keuangan akan segera dikeluarkan. Akhirnya, proses rekonstruksi di Aceh menjadi cepat. Pembangunan rumah dalam jumlah besar dan prasarana dalam jumlah yang lebih banyak kini sedang berlangsung, anak-anak kembali bersekolah, dan perawatan medis secara umum telah tersedia. Prestasi terbesar tahun 20 ini adalah perjanjian perdamaian antara pemerintah dengan GAM yang benar-benar telah meningkatkan kualitas kehidupan rakyat Aceh. Namun menyedihkan, sekali lagi Consultative Group menghadapi tragedi yang telah dan mungkin terjadi. Pada Sabtu pagi tanggal 27 Mei, kota pelajar Yogyakarta dan daerahdaerah sekitarnya Bantul dan Klaten diserang oleh gempa bumi berkekuatan 6.2 skala Richter. Saat laporan ini ditulis, gempa bumi tersebut diperkirakan telah menewaskan 5.800 orang dan menyebabkan setengah juta orang kehilangan tempat tinggal. Meskipun kerusakan prasarana tidak sebesar tragedi Aceh, jumlah rumah yang hancur atau rusak parah lebih banyak, melebihi angka 150.000. Sementara itu, kemungkinan tragedi lain dapat terjadi, Flu Burung terus memakan korban jiwa. Selama tahun lalu, lebih banyak orang meninggal dunia di Indonesia akibat virus ini daripada di negara lain manapun di dunia. Penanganan bencana alam dan kemungkinan epidemi jelas menjadi prioritas termasuk melalui komunikasi, koordinasi dan kesiapsiagaan yang lebih baik. Pada tahun 20, pertumbuhan mencapai 5.6 persen, tingkat tertinggi sejak krisis. Tetapi, menjelang akhir tahun, perekonomian merosot dengan pesat dan, dalam triwulan pertama tahun 2006, pertumbuhan PDB hanya mencapai 4.6 persen. Penurunan ini dipicu oleh penyesuaian kebijakan termasuk kenaikan harga BBM rata-rata sebesar 114 persen pada bulan Oktober 20 dan kenaikan suku bunga tertata sebesar 400 poin dasar (antara bulan Agustus dan Desember 20). Penyesuaian kebijakan ini diperlukan untuk memulihkan dorongan perekonomian dan keseimbangan fiskal dengan membawa harga BBM mendekati harga pasar dan untuk mengendalikan kemungkinan inflasi. Meskipun kenaikan harga BBM tersebut mengubah penghasilan langsung masyarakat menjadi penghasilan pemerintah senilai US$8-10 milyar, ini menjadi guncangan jangka pendek yang signifikan bagi perekonomian. Rencana Pemerintah untuk mempercepat pengeluaran (menggunakan kembali subsidi BBM) masih belum efektif, meskipun program bantuan tunai kepada lebih dari 16 juta keluarga i

miskin seharusnya lebih dari sekedar mengurangi dampak atas pengeluaran untuk 28 persen penduduk termiskin dan mengembalikan sekitar US$2 milyar ke perekonomian. Pengeluaran pemerintah kini bertambah cepat dan dapat menjadi jauh lebih besar menjelang akhir tahun karena dibarengi dengan penurunan suku bunga untuk memicu pemulihan seraya dilakukan penyesuaian dengan harga energi yang lebih tinggi. Pada akhir tahun, perekonomian seharusnya meningkat sekitar 6 persen dan pertumbuhan tahunan pada tahun 2006 mencapai sekitar 5,5 persen atau kurang-lebih sama dengan tahun 20. Sebagian besar indikator perekonomian meningkat. Karena adanya pertumbuhan yang berkelanjutan dan arah kebijakan yang sehat, maka kebanyakan indikator perekonomian meningkat, sebagian diantaranya secara dramatis. Pasar-pasar keuangan pulih dan berpacu pada akhir tahun 20 hingga lima bulan pertama tahun 2006 sehingga membawa rupiah ke tingkatnya yang tertinggi dalam 2 tahun terakhir, dan bursa saham mencapai serangkaian puncak, sebelum belakangan terjadi kemerosotan pada pasar-pasar secara umum. Dengan menyebut adanya perbaikan kebijakan, Moody s International menaikkan peringkat obligasi Indonesia (luar dan dalam negeri) dari B1 menjadi B2 (masih 4 tingkat di bawah angka investasi). Anggaran pemerintah yang berakhir pada tahun 20 mengalami defisit sebesar 0,5 persen dari PDB dan rasio utang-gdp terus anjlok hingga 46 persen dari GDP, yang lebih rendah dari 55 persen pada akhir tahun 20 dan hampir 100 persen pada tahun 1999. Inflasi meningkat menjadi lebih dari 18 persen ketika kenaikan harga BBM malampaui hargaharga lain. Kebijakan moneter yang sehat telah mengurangi dampak ini, dan inflasi kini hampir mencapai target inflasi Bank Indonesia sebesar 7-9 persen pada akhir tahun 2006. Tingkat Kepercayaan Pasar (Rupiah exchange rate against US$) Penurunan Beban Hutang (government debt to GDP ratio, percent) 11000 1600 100% 100 Exchange rate (Rp/US$)(LHS) 1500 1400 90% 80% Domestic 10000 1300 1200 70% 60% 9500 9000 8500 8000 Jan- Apr- Jul- Oct- Jan- JSX Stock Index (RHS) Apr- Jul- Oct- Jan- 06 Apr- 06 1100 1000 900 800 700 600 50% 40% 30% 20% 10% 0% External 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 20 20 Sumber: CEIC, World Bank staff Sumber: MOF, World Bank Pertumbuhan yang berkelanjutan diperkirakan telah mengurangi jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan sebanyak 1 juta orang, sehingga total jumlah orang miskin di Indonesia adalah 35 juta orang (16,0 persen dari jumlah penduduk). Tetapi, perkiraan ini masih memerlukan penyesuaian dengan ditambah atau dikurangi dampak negatif dari kenaikan harga beras dan BBM dan dampak positif dari program pengentasan kemiskinan Pemerintah yang baru, seperti bantuan langsung tunai dan pengurangan biaya perawatan kesehatan dan sekolah, menjadi jelas. Pertumbuhan pembangunan belum berhasil menciptakan lapangan pekerjaan. Angka pengangguran terbuka telah mencapai 10.4 persen pada tahun 2006 dan dapat terus bertambah. Sayangnya, setiap persen pertumbuhan ekonomi menyebabkan berkurangnya ii

jumlah lapangan pekerjaan di sektor formal dibandingkan pada tahun 1990an, barangkali akibat kakunya pasar tenaga kerja dan lebih tingginya upah riil, yang menggambarkan pentingnya penyesuaian kebijakan pasar tenaga kerja. Mencapai dan mempertahankan pertumbuhan yang lebih tinggi membutuhkan investasi yang lebih besar. Meskipun dalam dua tahun terjadi pertumbuhan investasi yang relatif tinggi (14,6 persen pada tahun 20 dan 9,9 persen pada tahun 20), investasi pada tahun 20 hanya mencapai 22 persen dari PDB, dibandingkan dengan hampir 30 persen sebelum krisis dan 32 persen di Vietnam dan lebih dari 40 persen di Cina saat ini. Sumber daya yang ada memungkinkan untuk meningkatkan investasi negara secara cepat tahun ini sampai ke tingkat pra-krisis sebesar hampir 7 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Highest inv. before crisis Struktur Penurunan Investasi (Gross % of GDP) 2.0% Region 3.1% 3.4% 5.0% Center 1.4% 2.2% 2.5% 3.4% 2.2% 3.4% persen dari PDB. Tetapi, investasi swasta masih terlalu rendah (lihat grafik), sehingga fokus pemerintah pada reformasi iklim investasi adalah tepat. Prospek jangka menengah tampaknya baik namun bergantung dengan pelaksanaan kebijakan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi akan menjadi lebih cepat lagi pada tahun 2006 pada saat pengeluaran negara meningkat dan suku bunga turun, dengan harapan pertumbuhan yang lebih tinggi menjelang tahun 2007. Jika reformasi yang direncanakan dilaksanakan sesuai jadwal maka pertumbuhan 6 persen pada tahun 2007 and 7 persen dalam jangka menengah sangat mungkin untuk dicapai. Sebaliknya, jika kebijakan gagal dilaksanakan maka ini akan menimbulkan sikap sinis para investor, berkurangnya prospek pertumbuhan dan buruknya lapangan pekerjaan dan hasil-hasil pengentasan kemiskinan. 22.6% Private Low from public sec. 16.0% Lowest inv. after crisis 12.8% 17.5% 16.8% 1996 2000 2003 20 (*) 2006 (**) Note- (*) preliminary data; (**) estimates Sumber: BPS, World Bank staff Ruang fiskal Pemerintah bertambah fokus perlu dialihkan ke pengeluaran secara tepat. Tingginya harga minyak dunia dan meningkatnya pendapatan memberikan Indonesia peluang untuk meningkatkan investasi negara. Pengelolaan utang yang sehat juga membantu. Bagian anggaran belanja negara yang dialokasikan untuk membayar bunga dan cicilan utang negara (dalam dan luar negeri), sebesar 25 persen dari anggaran, kini lebih rendah daripada sebelum krisis 1990an memungkinkan percepatan pengeluaran prioritas 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Beban Hutang Berkurang (debt service to total expenditure, percent) FY94 FY95 FY96 FY97 FY98 FY99 FY00 FY01 FY02 FY03 FY FY FY06 (9m) Budget Sumber World Bank Principal Interest iii

pemerintah dalam jumlah yang besar. Jika pengeluaran pembangunan lebih cepat sebagaimana yang direncanakan tahun ini, maka proporsi investasi negara terhadap GDP (gabungan pemerintah pusat dan daerah) akan berada pada tingkat pra-krisis. 1 Realisasi anggaran untuk kesehatan dan pendidikan pemerintah pusat akan bertambah lebih dari 20 persen. Selanjutnya, pengurangan bertahap terhadap subsidi yang ada (BBM dan listrik) akan menyediakan ruang fiskal yang jauh lebih luas bagi investasi negara dan pengentasan kemiskinan karena anggaran subsidi masih mencapai 79 triliun, atau 2,6 persen dari PDB. Tantangan utama bagi Pemerintah telah berubah dari cara mengurangi beban utang menjadi cara mengeluarkan sumber daya negara secara tepat. Tantangan ini menjadi semakin sulit dengan adanya fakta bahwa pemerintah-pemerintah daerah saat ini bertanggung jawab atas lebih dari separuh investasi negara dengan pengaruh pemerintah pusat yang terbatas, dan bahwa masih ada kerancuan mengenai pembagian tugas antara pemerintah pusat dan daerah. Optimisme dunia usaha meningkat secara tajam dengan adanya Pemerintahan yang baru, tetapi beberapa investor masih menunggu diterapkannya kebijakan di lapangan. Survei menunjukkan bahwa sentimen dunia usaha mengalami perbaikan yang menonjol pada tahun 20 (lihat grafik), karena rintanganrintangan nyata dianggap telah diatasi (dengan perkecualian terutama dalam bidang Hambatan Investasi (% of firms reporting constraint to be moderate, severe or very severe) Macroeconomic Instability Economic Policy Uncertainty Local Corruption National Corruption Legal System & Conflict Resolution Transport Tax Administration Labor Skill and Education Cost of Finance Tax Rate Labor Regulation-Regional Customs&Trade Regulation-Regional Customs&Trade Regulation-National Licensing and Permits-Regional Electricity Labor Regulation-National Licensing and Permits-National Sumber: ADB, LPEM-FEUI, World Bank 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% ADB 2003 LPEM 20 (December) 2 transportasi). Tetapi, tahun 20 lebih ditandai oleh niat baik daripada implementasi yang konkrit. Secara khusus, undangundang pajak and pabean masih terkatung-katung di Parlemen tanpa dukungan dari dunia usaha. Tahun ini dimulai dengan catatan yang lebih cerah: telah dikeluarkan pengumuman kebijakan yang tegas mengenai iklim investasi dan infrastruktur, dan salah satu paket kebijakan di sektor keuangan tidak lama lagi juga akan dikeluarkan. Paket-paket ini berisi tindakan-tindakan reformasi yang sangat baik tetapi, seperti biasanya, implementasi tetap menjadi tantangan. Pokok-pokok paket kebijakan mencakup undang-undang investasi yang sudah lama dinantikan (dengan daftar negatif terpadu yang jelas, sederhana dan transparan), tim ekspor nasional revitalisasi dan investasi, pengurangan waktu memulai usaha dari 150 menjadi 30 hari, dan dikuranginya jenis barang impor yang harus melalui jalur merah pabean. Undang-Undang Investasi ini telah diajukan ke Parlemen, dan revisi-revisi dalam Undang-Undang Pajak menjadi semakin jelas, termasuk sejumlah revisi yang memperbaiki keseimbangan wajib pajak dan pejabat pajak. Departemen Bea dan Cukai telah lama dianggap 1 Diukur sebagai bagian dari GDP. Dengan adanya klasifikasi baru akuntansi Pemerintah, maka tidak ada lagi kategori yang disebut pengeluaran pembangunan. Untuk perbandingan, pengeluaran pengalihan modal dan sosial digabung untuk mencakup konsep pengeluaran pembangunan. 2 Ini adalah hasil studi oleh LPEM-FEUI pada akhir tahun 20 yang dibiayai oleh Pemerintah Belanda. iv

sebagai hambatan besar terhadap efisiensi kegiatan usaha. Pimpinan yang baru dan restrukturisasi yang terencana mencerminkan keinginan untuk mengatasi masalah-masalah sektor swasta. Versi awal dari revisi undang-undang tenaga kerja yang dirancang untuk meningkatkan fleksibilitas mendapat penolakan yang kuat dari kelompok buruh sehingga saat ini sedang dibahas kembali. Secara umum, masih terdapat kecenderungan untuk berfokus pada surat-surat keputusan daripada reformasi yang berarti, dan pemerintah perlu dipuji atas rencananya untuk meningkatkan pemantauan eksternal terhadap dampak reformasi daripada surat-surat keputusan. Selain itu, penyederhanaan administratif yang signifikan termasuk penghapusan prosedur yang tidak perlu dan pertemuan tatap muka hendaknya menjadi fokus jangka pendek yang paling efektif untuk menyelesaikan masalah korupsi yang sudah meluas. Kemajuan prasarana sejauh ini masih belum tercapai sepenuhnya. Hasil-hasil yang konkrit yaitu pembentukan dan pelaksanaan proyek-proyek masih belum banyak, tetapi kemajuan telah menjadi cepat setelah ditingkatkannya koordinasi proyek pemerintah dan dibentuknya unit penanggung jawab pembagian risiko. Peran koordinasi dari KKPPI terus diperkuat dengan membentuk unit Kemitraan Publik-Swasta (PPP) untuk memfasilitasi proyek-proyek berkualitas tinggi. Unit Manajemen Risiko dibentuk di lingkungan Kementerian Keuangan dengan tujuan untuk mengkaji dukungan pemerintah terhadap proyek-proyek yang disetujui oleh KKPPI. Demikian pula, terdapat perubahan di bidang pembiayaan, kemajuan dalam pembiayaan prasarana (termasuk dana jaminan). Tetapi, kemajuan dalam reformasi sub-sektoral masih belum kuat: persiapan proyek masih belum memadai, tarif eceran masih di bawah biaya kebanyakan sektor, dan desentralisasi belum menghasilkan peningkatan kinerja pembangunan prasarana oleh pemerintah daerah. Pemerintah telah memberikan dorongan yang mengesankan dalam memerangi korupsi dan indikator penyelenggaraan pemerintahan telah mulai memperlihatkan cukup perbaikan. Selain melakukan investigasi dan berhasil dalam mengajukan tuntutan terhadap beberapa orang terkenal, Pemerintah telah memperkuat kerangka kelembagaan untuk menuntaskan kasus-kasus korupsi melalui badan-badan seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pengadilan Anti Korupsi, TimTas Tipikor, Tim Pemburuan, Komisi Yudisial, Komisi Kepolisian dan Komisi Kejaksaan. Tetapi prestasi dalam tuntutan belum sebanding dengan keberhasilan dalam pelaksanaan strategi reformasi untuk mencegah korupsi dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu hambatan utama yang menghalangi terobosan yang nyata dalam penyelenggaraan pemerintahan adalah reformasi di bidang pelayanan sipil dan administrasi. Pemerintah memulai awal yang menjanjikan dalam bidang ini, dimulai dari para pejabat tinggi sampai jajaran pegawai pemerintah lainnya. Hambatan utama lain adalah lambatnya kemajuan dalam reformasi hukum dan pengadilan. Melaksanakan rencana reformasi yang komprehensif, yang disusun bersama-sama dengan para pejabat pengadilan dan masyarakat sipil, merupakan kesempatan terbaik untuk dapat berhasil. Pelaksanaan Pemilu Langsung di semua tingkat sistem politik telah menciptakan kerangka pertanggungjawaban baru yang mempunyai dampak yang besar bagi peningkatan hasil-hasil penyelenggaraan pemerintahan. Penyelenggaraan pemilu langsung ini disertai dengan keterbukaan terhadap media dan meningkatnya organisasiorganisasi kolektif baru di lingkungan masyarakat sipil yang menghasilkan tuntutan yang kuat terhadap pemerintahan yang baik. Tetapi, politik uang terus melemahkan hubungan antara v

kompetisi politik yang lebih sehat dengan pemerintahan yang baik. Agenda penyelenggaraan pemerintahan perlu diperluas untuk menangani aliran-aliran keuangan yang melanggar hukum melalui pembiayaan pemilu dan partai politik, korupsi legislatif, dan yayasan-yayasan yang mengaku dibentuk oleh pemerintah. Hal ini membutuhkan keterlibatan yang lebih aktif dari DPR dan DPRD serta dialog dengan partai-partai politik. Ada kemajuan yang bagus dalam Tingkat Kemiskinan pengentasan kemiskinan pada tahun 60.0 Milllion poor 20 tetapi turun naiknya tingkat 48.0 Percent poor 50.0 kemiskinan pada pertengahan pertama tahun 2006 masih belum jelas 38.4 40.0 37.3 36.1 34.2 35.1 karena besarnya kenaikan harga beras. 30.0 Jumlah penduduk miskin turun menjadi 23.4 20.0 17.4 16 persen pada bulan Februari 20 di 17.6 16.0 18.2 16.7 bawah angka 17,6 persen yang dicapai 10.0 sebelum krisis. Diperkirakan lebih dari 13 0.0 juta orang telah keluar dari kemiskinan 1996 1999 2002 2003 20 20 sejak puncaknya setelah krisis yang Sumber: BPS, World Bank mencapai 23,4 persen pada tahun 1999. Tabungan dari pengurangan subsidi BBM dipergunakan untuk serangkaian program bagi kaum miskin termasuk dana operasional bagi sekolah, beasiswa, prasarana desa, dan pelayanan kesehatan dasar. Program yang terbesar, bantuan langsung tunai (BLT) senilai lebih dari 17 trilyun pada tahun 2006, melebihi kebutuhan kompensasi kepada masyarakat termiskin atas kerugian yang diderita akibat kenaikan harga-harga. Selain itu, evaluasi awal terhadap program tersebut oleh SMERU dan Bank Dunia menunjukkan bahwa, meskipun kurangnya waktu persiapan, program BLT cukup berhasil. Sayangnya, tindakan-tindakan pro-kaum miskin yang bagus ini dihambat oleh kebijakan-kebijakan impor beras yang bersifat membatasi, sehingga harga beras meningkat 30 persen (bulan Maret dibandingkan tahun sebelumnya), dengan dampak yang serius bagi kaum miskin. Pelayanan publik, khususnya bagi kaum miskin, terus meningkat meskipun lambat, dan model pemberian pelayanan yang baru dibutuhkan. Survey, yang dirancang untuk mengkaji dampak desentralisasi dan untuk mengukur kinerja sekolah, memperlihatkan bahwa pemberian pelayanan terus meningkat di daerah-daerah di Indonesia meskipun lambat. Tetapi, mengingat kenaikan yang sangat besar pada pengeluaran pendidikan dan kesehatan (realisasi 40 dan 47 persen antara tahun 2001 dan 2003), hasil yang dicapai dalam pemberian pelayanan ini masih belum memuaskan. Tantangannya sekarang adalah cara meningkatkan kualitas pelayanan dan mengurangi ketidakmerataan akses. Sebuah laporan belum lama ini memperlihatkan bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan meningkatkan pertanggungjawaban dan dorongan bagi para penyedia jasa, dan dengan memperkuat suara pengguna jasa. 3 Hal ini juga mencakup meningkatkan kemampuan pemerintah dan pengguna jasa untuk memantau penyelenggaraan dan kualitas jasa dari para penyedia. Perjanjian pelayanan adalah salah satu cara untuk melalukan hal tersebut. Perjanjian ini pernah digunakan dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sekolah-sekolah peserta program BOS menerima dana bantuan block grants sebagai pengganti uang sekolah siswa miskin. Sekolah-sekolah tersebut bebas menggunakan dana bantuan ini sesuai keinginan 3 Menjadikan Pelayanan Bermanfaat bagi Kaum Miskin, Bank Dunia, yang akan diterbitkan. vi

mereka. Penyelenggaraan semacam ini dapat dipertimbangkan untuk diterapkan secara lebih luas. Cara lain untuk meningkatkan pelayanan adalah dengan menggunakan kupon atau bantuan bersyarat tunai yang dapat menjadi sarana ampuh untuk mengatasi ketidakmerataan yang terkait dengan penghasilan. Rekonstruksi di Aceh saat ini mengalami kemajuan yang pesat, tetapi perasaan mendesak masih harus dipertahankan. Sejumlah besar rumah sedang dibangun, tahun ajaran sekolah mulai berjalan dengan normal, dan pelayanan kesehatan tersedia di kebanyakan daerah yang terkena bencana. Lebih dari US$ 1,5 milyar telah dicairkan dan pengeluaran saat ini mencapai lebih dari US$150 juta per bulan. Meskipun demikian, masih banyak tantangan, khususnya dalam meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan menyediakan prasarana bagi daerah-daerah yang sulit dijangkau (di Pantai Barat), daerah konflik dan Nias. Beberapa departemen Pemerintah Pusat masih memiliki kinerja yang buruk dan koordinasi masih perlu ditingkatkan. Tetapi, ini hanyalah kesulitan di tengah-tengah kisah lengkap keberhasilan. Keberhasilan yang paling besar adalah kesepakatan damai antara Pemerintah Indonesia dengan GAM yang telah dilaksanakan tanpa gangguan yang berarti, dan memberikan optimisme mendasar kepada masa depan provinsi ini. Respons terhadap Flu Burung belum terkoordinasi dengan baik atau efektif. Hingga tahun 2006, hampir separuh kematian manusia yang dikaitkan dengan flu burung di seluruh dunia terjadi di Indonesia. Potensi dampak negatif tidak hanya mencakup sektor perunggasan dan risiko kesehatan langsung, melainkan juga risiko kesehatan jangka panjang dan gangguan ekonomi yang signifikan. Selain itu, anggapan bahwa Indonesia hanya berdiam diri, bila dibandingkan dengan negara-negara lain yang terserang penyakit ini seperti Thailand dan Vietnam, mengancam citra Indonesia di mata investor dan wisatawan. Rencana Strategis Nasional memang sudah tepat, tetapi perincian teknis dan tata cara pelaksanaan dan koordinasi belum dikembangkan sepenuhnya. Saat ini, kekurangan pembiayaan yang signifikan menghalangi pelaksanaan upaya efektif, terutama dalam aspek kesehatan hewan. Rencana pembiayaan yang realistis sangat dibutuhkan. ***** vii