ANALISIS TEMA, AMANAT DAN NILAI BUDAYA LEGENDA PULAU PILANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia adalah mahkluk yang diberi akal dan pikiran sehingga ia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

Lingkungan 51. Bab 5. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dalam persoalan yang jauh lebih penting yakni dalam konteks makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Buku Teks Bahasa Indoneia Siswa Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Jambi. Oleh Susi Fitria A1B1O0076

UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MENJELANG LEBARAN, MBOK JAH, DAN DRS CITRAKSI DAN DRS CITRAKSA

Konflik Batin Tokoh Utama Novel Ayah, Mengapa Aku Berbeda Karya Agnes Davonar Tinjauan Psikologi Sastra

ANALISIS NILAI EDUKATIF DALAM LEGENDA BATU BERDAUN KECAMATAN SINGKEP KABUPATEN LINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

KAJIAN NILAI DIDAKTIS CERITA RAKYAT SEBAGAI KONSTRIBUSI PENYUSUNAN BAHAN BACAAN PESERTA DIDIK DALAM BUKU TEKS BAHASA INDONESIA

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

1 1 Dari Paul, Silwanus, dan Timotius.

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Bahasa memungkinkan

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

NILAI AKHLAK TOKOH UTAMA DALAM NOVEL IBUKU TAK MENYIMPAN SURGA DI TELAPAK KAKINYA KARYA TRIANI RETNO A. DAN SKENARIO PEMBELAJRANNYA DI KELAS XII SMA

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan terhadap novel Sundari karya Oskandar R

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2, Indonesia menyimpan

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

N NOVEL BIDADARI-BIDADARI SURGA

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

Pasang Surut Ombak Segare Sopianus Sauri XII IPA

BAB I. Imajinasi yang diciptakan berasal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar

NILAI-NILAI MORAL DALAM CERITA RAKYAT JAMBI Oleh: Suyanti, Albertus dan Irma

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

NILAI RELIGIUSITAS DALAM NOVEL SANG PENCERAH KARYA AKHMAL NASERY BASRAL SKRIPSI

Ide pokok bacaan di atas adalah... bentuk ciptaan tuhan. anggota tubuh manusia. bagian tubuh yang kompleks. aktivitas hidup manusia

ABSTRAK. Kata kunci: unsur intrinsik, nilai religius, bahan pembelajaran sastra.


BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. Al-qur an adalah firman Allah SWT, sebagai mu jizat Nabi Muhammad. petunjuk bagi ummat manusia. Sebagai firman Allah, Al-qur an

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

4 SOSIAL. A. Menulis Teks Pengumuman. 1. Bahasa yang efektif. Aspek: Menulis Standar Kompetensi:

ANALISIS NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT JAKARTA KARYA GUNTUR ALAM DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. oleh penulis dari hasil riset, wawancara, dan mengumpulkan data-data, pada

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Perjalanan- Perjalanan Paulus yang Mengagumkan

Surat Yohanes yang pertama

MITOS PESAREAN MBAH DAMARWULAN DALAM TRADISI SELAMETAN SURAN DI DESA SUTOGATEN KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

Disebarluaskan melalui: website: Desember, TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Jika kamu mengikuti kebanyakan manusia di bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. [Q.S. 6 : 116]

Surat Yohanes yang pertama

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN DAN MORAL DALAM LEGENDA PULAU LIPAN DESA PENUBA KECAMATAN SELAYAR KABUPATEN LINGGA

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

NILAI MORAL DALAM KUMPULAN CERITA RAKYAT DARI JAWA BARAT KARYA SAINI K.M SERTA SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK SISWA KELAS V SDN BULAK 1 BENDO MAGETAN. Cerianing Putri Pratiwi 1

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 25 JUNI 2017 Tema: PENGHARAPAN DI TENGAH RATAPAN JEMAAT BERHIMPUN

ANALISIS NILAI NILAI PENDIDIKAN NOVEL SERDADU KUMBANG KARYA RAIN CHUDORI SOERJOATMODJO ARTIKEL E-JOURNAL

INJIL YESUS KRISTUS BAGI DUNIA

Assalamu alaikum wr wb.

BAB I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah.

KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SWASTA BINTAN TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.1 Nabi Adam AS.

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

NILAI-NILAI KARAKTER TOKOH WANITA DALAM NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

ANINDRA YUDYA PRADANA PERTANDA. Ada makna dibalik kejadian

SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Tasyakuran 4 Bulan Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11

Seri Iman Kristen (3/10)

ANALISIS TEMA DAN AMANAT KUMPULAN LEGENDA CERITA RAKYAT NUSANTARA 33 PROVINSI KARYA DEA ROSA ARTIKEL E-JOURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan pencerminan masyarakat dan wujud gagasan seseorang melalui

Transkripsi:

ANALISIS TEMA, AMANAT DAN NILAI BUDAYA LEGENDA PULAU PILANG Oleh Suhardi ABSTRAK Penulis telah melakukan penelitian terhadap tema, amanat dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang. Hasil penelitian yang penulis peroleh adalah (1) tema cerita Pulau Pilang ini adalah lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri, (2) amanat yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat; jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt.; janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong; sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita; ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu!; semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia! Sementara (3) nilainilai budaya, seperti (a) nilai etika/moral, yaitu Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. (b) nilai estetika yang terkandung dalam cerita ini adalah alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita Malin Kundang. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya. ( c ) nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita ini adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita. Kata kunci: Tema, Amanat, Nilai-Nilai Budaya PENDAHULUAN Provinsi Kepulauan Riau sangat kaya dengan berbagai bentuk sastra, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Kekayaan tersebut tersebar di berbagai Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau. Sebut saja diantaranya adalah Kabupaten Lingga. Sebagai sebuah kabupaten yang umurnya masih muda (yang dulunya termasuk wilayah Kabupaten Kepulauan Riau atau Bintan saat ini), Kabupaten Lingga memiliki banyak bentuk-bentuk sastra 31

lisan. Sebut saja di antaranya adalah Legenda Pulau Pilang, Gunung Daik Bercabang Tiga (di daerah Daik), Meriam Tegak (di daerah Dabo), Batu Berdaun, legenda Pulau Bakung, dst.. Dari beberapa bentuk legenda tersebut belum ada satupun penulis jumpai sampai saat ini peneliti lain yang mencoba meneliti dan melakukan kajian. Baik dari segi tema, amanat maupun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam beberapa legenda tersebut. Hal ini mungkin juga disebabkan beberapa legenda tersebut belum dibukukan. Dengan kata lain, ceritanya masih banyak berkembang dari mulut kemulut (lisan). Sejalan dengan hal tersebut ke depan penulis juga memiliki rencana untuk mengajukan proposal ke pihak pemerintah daerah Kabupaten Lingga dan Dinas Pariwisatanya untuk dapat memberikan dukungan dana dan moril untuk mendokumentasikan berbagai cerita rakyat yang masih berbentuk lisan tersebut ke bentuk buku agar dapat dinikmati oleh peminat sastra lainnya. Selain itu juga untuk membantu pemerintah daerah kabupaten Lingga dalam mengamankan bentuk kekayaan sastra lisannya dari kepunahan di masa dating. Sebagai sebuah asset budaya milik masyarakat Kabupaten Lingga, berbagai bentuk legenda yang tersebar di berbagai tempat saat ini perlu diamankan agar tidak punah begitu saja seiring perjalanan waktu dan arus globalisasi yang melanda dunia saat ini. Pemerintah Daerah Kabupaten Lingga bersama dengan Dinas Pariwisata dan Budaya perlu menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di daerah ini untuk bersamasama melakukan kajian, penelitian, pendokumentasian hingga penerbitan dalam bentuk buku-buku. Bahkan hasil ini juga dapat menjadi bahan ajar di berbagai sekolah tidak hanya di Kabupaten Lingga mungkin juga pada daerah-daerah lainnya. Mengingat sastra lisan ini memiliki kelemahan yang sangat tinggi. Sastra lisan ini biasanya hanya dikuasai oleh orangorang tertentu saja sehingga jika orang tersebut meninggal maka tamat pulalah ceritanya. Selain memiliki fungsi hiburan, berbagai bentuk sastra lisan tersebut juga memiliki unsure pendidikan (moral, estetika, budaya). Semua itu akan dapat dijumpai jika pada beberapa bentuk legenda tersebut dilakukan kajian/penelitian. Semakin banyak peneliti yang melakukan kajian dan penelitiannya maka terbukalah peluang pemerolehan nilai-nilai pendidikan yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya semakin terbukalah mata penikmat sastra lisan lainnya untuk menindaklanjutinya. Sejalan dengan hal tersebut, penulis sebagai peneliti yang selama ini sangat suka melakukan riset budaya berkeinginan sekali untuk melakukan pengamatan serius terhadap legendalegenda yang terdapat dalam masyarakat di Kabupaten Lingga. Salah satunya adalah pengamatan terhadap Legenda Pulau Pilang yang terdapat pada masyarakat di daerah Dabo. Pada kesempatan lainnya mungkin akan peneliti lanjutkan pada legenda-legenda lainnya. Khusus dalam hal ini, penelitian ini penulis beri judul, ANALISIS TEMA, AMANAT DAN NILAI BUDAYA LEGENDA PULAU PILANG. Sejalan dengan rumusan permasalahan tersebut maka penelitian ini lebih difokuskan pada analisis tema, amanat dan nilai budaya legenda Pulau Pilang. Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tema, amanat dan nilai budaya legenda Pulau Pilang. Kemudian hasil akhir yang diharapkan dari penelitiannya adalah diketahuinya tema, amanat, dan nilai-nilai budaya 32

yang terkandung dalam Legenda Pulau Pilang. METODODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif (Arikunto, 1999). Pendekatan kualitatif bertitik tolak dari pandangan fenomenologis berdasarkan pemahaman makna tingkah laku manusia sebagaimana yang dimaksudkan pelakunya sendiri yang bagi peneliti sifatnya interpretative. Pendekatan kualitatif ditekankan pada participan observation (predley, 1980). Penelitian kualitatif dalam menganalisis data menggunakan metode induktif, yaitu penarikan kesimpulan, perumusan teori dilakukan setelah berbagai data terkumpul secukupnya dan dianalisis. Peneliti dapat terlibat langsung dengan bervariasi mulai dari pasif, aktif, moderat atau terlibat penuh. Obyek penelitian adalah legenda Pulau Pilang yang penulis runut dari cerita salah seorang tokoh masyarakat Dabo Kabupaten Lingga. Teknik pengumpulan data dimulai dari observasi umum grand tour, dengan tujuan untuk mendapatkan deskripsi umum tentang situasi sosial yang menjadi obyek penelitian. Selanjutnya dilakukan observasi terfokus mini tour dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebih terinci tentang berbagai komponen dan aspek atau elemen yang ditemui dalam observasi umum. Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah melalui angket yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang akan dijawab atau ditanggapi oleh informan secara langsung serta partisipan observasi (observation participant). HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Cerita Pulau Pilang letaknya dari Kota Dabo lebih kurang 40 menit jika kita mengendarai motor. Pilang adalah nama seorang anak yang dulunya hidup di sekitar pulau ini. Asal mula pulau ini bernama Pulau Pilang, berikut ini alur ceritanya. Pilang hidup bersama orang tuanya yang miskin. Setelah dewasa ia memutuskan untuk merantau. Setelah berhasil di rantau dan berkeluarga ia memutuskan untuk pulang guna menunjukkan ke kayaan dan keberhasilannya kepada orang kampungnya. Mendengar Pilang pulang, orang kampong menyambutnya dengan gembira. Termasuklah ibunya Pilang. Dengan menggunakan sampan, sang ibu menyongsong kapal anaknya tersebut ke tengah laut. Ibu Pilang sangat bergembira mendengar anaknya datang. Sudah sekian lama ia terpisah dengan anaknya tersebut. Barulah kita ia dapat berjumpa. Guna menyenangkan hati anaknya tersebut, Ibu Pilang memasak makanan kesukaan anaknya tersebut. Kemudian ia membungkus dan membawakan makanan yang siap saji tersebut dengan menggunakan sampan menunuju kapal anaknya. Sesampai di dekat kapal Pilang, sang ibu terus menaiki tangga kapal. Sesampai di tangga kapal, para pengawal kapal yang berada di atas kapal tersebut melaporkan ke Kapten Kapal (Pilang) bahwa ada seorang tua yang mau jumpa dengannya. Pilang memerintahkan sang pengawal agar mengusir ibu tua tersebut. Sang ibu dengan memegang erat tangga kapal tidak mau kembali sebab ia ingin sekali jumpa dengan anaknya Pilang yang sudah lama tidak bersua. Sang pengawal memukul-mukul tangan Sang ibu agar meninggalkan kapal. Sang ibu berteriak, Pilang ini ibumu, 33

Nak!. Sang Kapten (Pilang) menjawab, Bukan kau bukan ibuku, pergi tinggalkan kapal, ini!. Pengawal, usir ibu tua renta ini!. Sang ibu karena tak tahan dipukul terus, tangan pegangannya lepas dari tanggal kapal. Sang ibu terjatuh. Kemudian dengan hati sedih dan rasa pilu yang sangat, sang ibu memohon kepada Tuhan. Dengan mengangkat kedua tangannya dan menegadah ke lahit memohon kepada Allah. Ya, Allah tunjukkanlah kekuasaan-mu. Jika memang ia bukan anakku, tunjukkanlah kebesaran-mu. Jika memang ia adalah anakkku maka tunjukkanlah kekuasaan-mu. Tak lama kemudian petir yang sangat dahsyat. Sambar menyambar di langit. Pilang takut dan memohon ampun kepada Allah. Pilang dikutuk menjadi batu. Segala harta yang ada di kapal tumpah ke laut. Kapal dan peti emas yang tumpah ke laut itu berubah menjadi sebuah pulau. Kini pulau tersebut oleh masyarakat disebut Pulau Emas (Amri/16 Mei 2009). 2. Tema Cerita Cerita Pulau Pilang bertemakan lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri. Andai saja dia tahu siapa dirinya tentunya perlakuannya terhadap ibunya sendiri tidaklah sedemikian. Selanjutnya kutukan tersebut juga tidak akan terjadi. Namun karena ia telah murka itulah, Pilang harus menanggung resiko, yaitu menjadi batu. 3. Amanat Cerita Cerita Pulau Pilang yang berkembang dalam masyarakat di daerah Dabo Kabupaten Lingga ini memiliki amanat sebagai berikut: a. Jadilah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat. b. Jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt. c. Janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong. d. Sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita. e. Ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu! f. Semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia! 4. Nilai-Nilai Budaya a. Nilai Etika/Moral Cerita Pulau Pilang ini mengandung nilai-nilai etika atau moral yang cukup tinggi. Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Betapa tidak, sejak dalam kandungan hingga kita dilahirkan ke permukaan bumi ini, susah senang mereka alami demi anak-anaknya. Belum lagi susahnya saat dia mengandung kita selama sembilan bulan. Tidaklah akan mungkin bisa dibalas dengan apapun besarnya jasa kedua orang tua kita dalam membesarkan kita. Bahkan nyamuk satu ekor pun ia tak rela menggigit anaknya. b. Nilai Estetika Selain nilai etika/moral, cerita Pulau Pilang ini juga mengandung nilai-nilai estetika/keindahan. Alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar 34

terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita Malin Kundang. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya. c. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita. d. Nilai Religius Nilai religius yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak sejak kecil harus diberikan pendidikan agama yang cukup agar ia memiliki iman yang kuat. Dengan iman yang kuat inilah nantinya ia akan mampu menyaring berbagai pengaruh yang dating di sekitar kehidupannya. Hal ini sebagaimana yang disampaikan Allah melalui firmannya dalam Surat Lukman. Para orang tua sangat perlu memahaminya terutama dalam menuntun anak-anaknya selamat hidup di dunia dan selamat pula hidupnya di akhirat nanti. 4. Simpulan dan Saran a. Simpulan (1) Tema cerita Pulau Pilang ini adalah lupa diri seorang anak (Pilang) terhadap dirinya sendiri. Andai saja dia tahu siapa dirinya tentunya perlakuannya terhadap ibunya sendiri tidaklah sedemikian. Selanjutnya kutukan tersebut juga tidak akan terjadi. Namun karena ia telah murka itulah, Pilang harus menanggung resiko, yaitu menjadi batu. (2) Amanat cerita Pulau Pilang ini adalah seorang anak yang penuh kasih sayang terhadap kedua orang tua agar hidup bisa selamat dunia dan akhirat; jadikanlah ajaran atau pedoman isi cerita ini agar tidak mendapat murka dari Allah Swt.; janganlah sombong saat diberikan limpahan reski dari Allah karena jika Allah menghendaki semua itu akan sirna dalam sekejab. Hindarilah sifat sombong; sadarilah bahwa bagaimanapun orang tua kita tidak dapat dibuang begitu saja. Baik dan buruk dia tetap orang tua kita; ingatlah Sabda Nabi Muhammad bahwa sorga terletak di bawah telapak kaki Ibu. Begitu juga Firman Allah yang menyatakan bahwa ridho Allah tergantung pada Ridhonya kedua orang tua. Camkan itu!; semua yang terjadi di muka bumi (buruk dan baik) adalah kekuasaannya Allah. Oleh sebab itulah, sadarlah wahai manusia! (3) Nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel ini adalah: a. Nilai Etika/Moral Cerita Pulau Pilang ini mengandung nilai-nilai etika atau moral yang cukup tinggi. Cerita ini memberikan tuntutan kepada para penikmatnya agar selalu berbuat baik kepada kedua orang tua. Betapa tidak, sejak dalam kandungan hingga kita dilahirkan ke permukaan bumi ini, susah senang mereka alami demi anak-anaknya. Belum lagi susahnya saat dia mengandung kita selama sembilan bulan. Tidaklah akan mungkin bisa dibalas dengan apapun besarnya jasa kedua orang tua kita 35

dalam membesarkan kita. Bahkan nyamuk satu ekor pun ia tak rela menggigit anaknya. b. Nilai Estetika Selain nilai etika/moral, cerita Pulau Pilang ini juga mengandung nilai-nilai estetika/keindahan. Alur cerita yang begitu runut dan gaya bahasa yang digunakan si pencerita yang begitu baik membuat setiap pendengar terpaku atau terlena mendengarkannya. Bahkan terkadang dapat mengundang air mata yang menetes tanpa diminta. Keindahan cerita Pulau Pilang memiliki kesinoniman dengan cerita yang berkembang dalam masyarakat Minangkabau, yaitu cerita Malin Kundang. Hanya saja latar dan nama tokoh yang membedakannya. c. Nilai Pendidikan Nilai pendidikan yang terkandung dalam cerita Pulau Pilang adalah seorang anak yang lahir itu ibarat kertas yang masih putih bersih belum ditulis. Orang tuanyanya yang akan mewarnainya akan ia akan dijadikan islami atau nasrani. Maksudnya baik dan buruk seorang anak besar pengaruhnya dari kedua orang tua sejauhmana ia didik dengan baik. Kewajiban seorang anak terhadap kedua orang tua adalah mengabdikan diri. Membantu meringankan beban kehidupan kedua orang tuanya. Oleh sebab itu, jika seorang anak memiliki kelebihan rezki maka bantulah kedua orang tua kita. b. Saran (1) Jadikanlah tokoh-tokoh cerita ini sebagai pedoman. Janganlah mengulang kesalahan yang sama di masa dating! (2) Cerita Pulau Pilang ini dapat dijadikan bahan ajar, khususnya apresiasi sastra di berbagai sekolah. Di samping memperkenalkan kekayaan sastra daerahnya juga memperkenalkan sastra itu sendiri! (3) Kajian terhadap bentuk-bentuk legenda yang ada khususnya di Kabupaten Lingga ini perlu ditindaklanjuti oleh peneliti berikutnya agar kekayaan yang ada tetap dapat dipertahankan untuk masa dating. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Cipta Azyumardi, Azra. 1999. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logis Donal Ary.dkk. 1984. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan (terjemahan). Surabaya: Usaha Nasional Haroen, Nasrudin.dkk. 2001. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: Ictiar Baru van Hoeve Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kualitatif dan Kuantitatif). Jakarta: GP Press. Khatib, Yusran. 2988. Sistem Evaluasi dan Penilaian. Padang:FPBS Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bulan Bintang Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Grafiti Nawawi, Hadari. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press M. Echols, John. 1988. An English Indonesian Dictionary. Jakarta:Gramedia 36

Saini KM. 1989. Protes Sosial dalam Sastra. Bandung:Angkasa Sastrowardoyo, Subagio. 1989. Sekilas Soal Sastra dan Budaya. Jakarta: Balai Pustaka Semi, M. Atar. 1989. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Sumardjo, Jakob. 1995. Sastra dan Massa. Bandung; ITB Teeuw, A. 1993. Khazanah Sastra Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 37