BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
Penataan Tatalaksana Dalam Kerangka Reformasi Birokrasi

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

Cetak Biru Reformasi Birokrasi KEMENTERIAN NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN PAN REFORMASI BIROKRASI 2012

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

Penyusunan Roadmap Reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi. Tim Teknis UPRBN Kementerian PAN dan RB

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN BPKP TERNATE, 12 APRIL 2017

PENINGKATAN TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS APARATUR DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

Disampaikan Pada Rapat Dengar Pendapat Komisi II DPR di Gedung Nusantara DPR Tanggal 13 Pebruari 2012

Kebijakan dan Pedoman Penyusunan SOP di Kementerian PPN/Bappenas. Biro Perencanaan, Organisasi dan Tatalaksana

Menetapkan Tim Manajemen Perubahan. Menyusun Tugas tugas dan Mekanisme Kerja Tim Manajemen Perubahan

SOSIALISASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN AGAMA

TUGAS REFORMASI BIROKRASI LAPAN FUNGSI REFORMASI BIROKRASI LAPAN

1. Apa dan Mengapa diperlukan Road Map 2. Progra g m,,kegia g tan,,dan hasil yan

AGENDA REFORMASI BIROKRASI MELIPUTI (DELAPAN) AREA PERUBAHAN. 1. Manajemen Perubahan 2. Penataan Peraturan PerundangUndangan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015

PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

MENETAPKAN TIM MANAJEMEN PERUBAHAN. MENYUSUN TUGAS TUGAS DAN MEKANISME KERJA TIM MANAJEMEN PERUBAHAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

AREA PERUBAHAN 1. Program Manajemen Perubahan 2. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BIROKRASI INDONESIA. Panjang, Berbelit dan Mahal

Kebijakan Reformasi Birokrasi dan Evaluasi Jabatan

birokrasi, agar dapat ditetapkan langkah deregulasi dan/atau reregulasi sesuai kebutuhan regulasi yang menjadi tanggung jawab Kementerian Dalam

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA

PROSES PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PENGUATAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS DALAM KERANGKA REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

Malang, 15 Oktober 2015

AGENDA. I. Reformasi Birokrasi dan Reformasi Peradilan. Hasil penilaian TQA RB Tindak lanjut Reformasi Peradilan: visi ke depan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (ToR) RtR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

program manajemen pengetahuan (knowledge management)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BMKG PROGRES REFORMASI BMKG JOB GRADING, EVALUASI JABATAN DAN TUNJANGAN KINERJA BMKG

REFORMASI BIROKRASI. (Presentasi Materi Subtansi Instansi) Jakarta, 18 Juli 2017

RINGKASAN ROAD MAP RB KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Agenda Prioritas Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi Kemlu

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

MEMULAI PERUBAHAN DENGAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIS JENDERAL OMBUDSMAN RI

KEBIJAKAN PENGAWASAN DAN AKUNTABILITAS APARATUR

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

PEDOMAN PENYUSUNAN ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT JENDERAL OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

KEDUDUKAN UU ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DALAM MENDORONG PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 212/KA/XII/2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

EVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SESUAI DENGAN SURAT MENPAN RB NOMOR : B/14/D.I.PANRB-UPRBN/12/2015 TANGGAL 22 DESEMBER 2015

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BPPSDMP TAHUN 2013

PENINGKATAN KAPASITAS APARAT PENGAWAS INTERNAL DALAM MELAKUKAN AUDIT BERBASIS RESIKO

Asa Baru Reformasi Birokrasi Gelombang Kedua

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

MANNA, 04 DESEMBER 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE MANAGEMENT)

- 1 - LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

EXECUTIVE SUMMARY. Pedoman pelaksanan program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian Pertahanan dijabarkan ke dalam 4 (empat) bagian, yaitu :

Memahami Standar Operasional Prosedur. Kementerian Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

Grand Design Reformasi Birokrasi

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

KEPUTUSAN MENTERI PERTAHANAN NOMOR : KEP/1019/M/XII/2011 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI TAHUN KEMENTERIAN PERTAHANAN

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

8. Unit Organisasi Layanan Campuran adalah unit organisasi yang memiliki tugas pokok dan fungsi memberikan pelayanan secara internal dan eksternal.

2 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

- 9 - BAB II PENCAPAIAN DAN ISU STRATEGIS

LAPORAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2016

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLDA METRO JAYA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

EVALUASI REFORMASI BIROKRASI INSTANSI PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2013 TENTANG

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

Sistem Manajemen Penjaminan Mutu Lembaga Berbasis Reformasi Birokrasi Internal (RBI) Di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan

Transkripsi:

BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata laksana. Tata laksana secara sederhana kita artikan sebagai bisnis proses. Pemetaan bisnis proses merupakan dasar untuk membangun standar operasional prosedur (SOP) yang efektif dan terintegrasi. Dokumen SOP yang dibangun pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah bentuk nyata dalam pelaksanaan reformasi birokrasi guna meningkatkan kualitas pelayanan publik. Sering kali standar operasional prosedur (SOP) dipandang sebagai suatu hal yang remeh temeh dan memiliki peran yang minimal terhadap sukses organisasi. SOP sering dianggap sebagai urusan staf pelaksana dan bukan urusan pimpinan organisasi. Buku ini mencoba menjelaskan bagaimana peran SOP yang merupakan dokumen operasional, mampu mewujudkan hal-hal strategis yang menjadi kepedulian pimpinan organisasi. Dengan demikian organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah dapat membangun peta bisnis proses dan kemudian menyusun SOP secara komprehensif dan terintegrasi dalam wujud pelaksanaan reformasi birokrasi. 1

B. Penataan Tata Laksana dan Bisnis Proses dalam Reformasi Birokrasi Sejak tahun 2005 yang lalu, reformasi birokrasi menjadi salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005 2025, RPJM 2010 2014, dilanjutkan RPJM 2015 2019 yang kemudian dijabarkan ke dalam RKP setiap tahunnya. Namun hingga kini, upaya perbaikan birokrasi belum memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Reformasi birokrasi pemerintah sekurang-kurangnya mencakup tiga elemen utama yaitu kelembagaan, ketata laksanaan termasuk penganggaran, dan sumber daya manusianya (SDM aparatur). Ketiga elemen tersebut saling terkait dan memengaruhi, artinya kelemahan pada satu aspek akan memengaruhi kedua aspek lainnya. Karena itu, reformasi birokrasi di Indonesia harus menyentuh ketiga aspek tersebut, dan dilakukan secara bersamaan. Reformasi birokrasi merupakan prioritas utama pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk melakukan perubahan sistematik dan terencana menuju tatanan administrasi pemerintahan yang lebih baik guna meningkatkan kinerja aparatur negara yang profesional, efektif, efisien, dan akuntabel dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang baik sebagaimana ditegaskan dalam UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 2025. Pada dasarnya reformasi birokrasi merupakan suatu upaya yang terencana dan sistematis untuk mengubah struktur, system, dan nilai-nilai dalam pemerintahan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk melaksanakan reformasi birokrasi, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang menguraikan mengenai visi, misi, tujuan dan sasaran, serta area-area perubahan yang ingin direform menyangkut seluruh aspek manajemen pemerintah, yaitu: organisasi, tata laksana, sumber daya manusia, peraturan perundangundangan, pengawasan, akuntabilitas, pelayanan publik, dan budaya kerja (culture set dan mind set). Sedangkan langkah-langkah 2

sistematis yang harus ditempuh untuk mewujudkan berbagai sasaran yang telah disebutkan dalam grand design, diuraikan dalam road map yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri PANRB Nomor 20 Tahun 2010 dan telah diperbaharui dengan Permenpan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi tahun 2015 2019. Kementerian/lembaga dituntut untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek kelembagaan (organisasi), ketata laksanaan (business process), dan sumber daya manusia di lingkungan kementerian/lembaga/ pemerintah sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Berikut ini adalah gambaran kerangka kerja reformasi birokrasi: LATAR BELAKANG PROSES PENCAPAIAN SASARAN REFORMASI BIROKRASI Tahapan program dan aktivitas yang harus dilakukan kementerian SASARAN kerja ARAH AN STRA TEGIS PROGRAM PERCEPATAN (QUICK WINS) PENILAIAN KINERJA ANALISA JABATAN Keluaran : ORGANISASI Strategy ORGANISASI KEPEGAWAIAN TATALAKSANA POSTUR Sistem Remunerasi MANUSIA) Pelatihan PENA TAAN SISTE M SARA PRAS ARAN A SISTE M Gambar Kerangka Kerja Reformasi Birokrasi Sumber: Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara, Kerangka Kerja Reformasi Birokrasi, 2005 3

Sasaran perubahan dalam reformasi birokrasi adalah mind set dan perubahan budaya kerja menjadi budaya kerja yang lebih efektif dan efisien menyasar pada pencapaian kinerja. Perubahan budaya kerja ini didukung dengan perubahan sistem manajemen/tata kelola pemerintahan menjadi sistem manajemen berbasis kinerja. Beberapa metode yang digunakan di dalam mereformasi birokrasi adalah: restrukturisasi organisasi, simplifikasi dan otomatisasi, serta penerapan nilai/budaya kerja yang berbasis kinerja. Tujuan akhir dari penerapan reformasi birokrasi adalah pemerintahan yang baik (good governance) didukung oleh birokrasi yang bersih, efektif, efisien, dan produktif. Di dalam reformasi birokrasi, seperti terlihat di gambar di atas, terdapat delapan area perubahan yang direncanakan, yaitu: Tabel Area Perubahan dan Hasil yang Diharapkan AREA PERUBAHAN Organisasi Tata laksana Peraturan perundangundangan Sumber daya manusia aparatur Pengawasan Akuntabilitas Pelayanan publik Mind set dan cultural set aparatur HASIL YANG DIHARAPKAN Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran Sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai prinsip-prinsip good governance Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih dan kondusif SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten, kapabel, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera Meningkatnya penyelenggaraan pemerintahan yang bebas KKN Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas kinerja birokrasi Pelayanan prima sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi 4

Penyusunan standar operasional prosedur (SOP) merupakan salah satu upaya yang tepat dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan mencapai kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance dapat dimengerti sebagai sebuah cara untuk memperkuat kerangka kerja institusional dari pemerintah. Dengan demikian, dapat kita pahami juga bahwa salah satu tindakan memperkuat kerangka kerja tersebut adalah dengan melakukan reformasi birokrasi. Good governance dapat dipahami melalui sejumlah ciri sebagai berikut: Akuntabel, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus disertai pertanggungjawabannya. Transparan, artinya harus tersedia informasi yang memadai kepada masyarakat terhadap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan. Responsif, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus mampu melayani semua stakeholder. Setara dan inklusif, artinya seluruh anggota masyarakat tanpa terkecuali harus memperoleh kesempatan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan sebuah kebijakan. Efektif dan efisien, artinya kebijakan dibuat dan dilaksanakan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan cara yang terbaik. Mengikuti aturan hukum, artinya dalam proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan membutuhkan kerangka hukum yang adil dan ditegakkan. Partisipatif, artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus membuka ruang bagi keterlibatan banyak actor. Berorientasi pada konsensus (kesepakatan), artinya pembuatan dan pelaksanaan kebijakan harus merupakan hasil kesepakatan bersama di antara para aktor yang terlibat. 5

Salah satu area perubahan yang menjadi sasaran dalam reformasi birokrasi adalah perubahan tata laksana organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah. Bentuk nyata perubahan tata laksana ini adalah terwujudnya standar operasional prosedur (SOP) yang mampu menjadi landasan dalam pelayanan publik yang lebih optimal. Penyusunan standar operasional prosedur (SOP) merupakan salah satu upaya yang tepat dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan mencapai kepemerintahan yang baik (good governance). Penyusunan Standar Operasinal Prosedur (SOP) di setiap unit kerja memang dapat membantu pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat untuk semakin efektif dan efisien, namun hal tersebut akan tercapai apabila penyusunan SOP dilakukan dengan baik dan tepat, serta dilaksanakan dengan baik sesuai komitmen dari setiap unit kerja dan dalam pengawasan yang baik pula. Untuk mendapatkan SOP yang terintegrasi dalam suatu sistem tata laksana organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah, maka diperlukan pemetaan bisnis proses (peta tata laksana). Tujuan penataan tata laksana (business process) adalah memberikan acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk membangun dan menata tata laksana (business process) dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan standard operating procedures (SOP), termasuk standar pelayanannya, yang lebih sederhana, efisien, efektif, produktif, dan akuntabel. Pelaksanaan reformasi birokrasi diarahkan pada perbaikan bisnis proses yang meliputi kegiatan penyusunan standar operasional prosedur (SOP) agar seluruh prosedur pemerintahan memiliki prosedur baku yang efisien, efektif, akuntabel, dan transparan. SOP juga berfungsi sebagai landasan kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Penyusunan standar operasional prosedur (SOP) merupakan salah satu upaya yang tepat dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi menuju kepemerintahan yang baik (good governance) dengan mengacu pada Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AUPB) yang meliputi: 6

» kepastian hukum;» kemanfaatan;» ketidakberpihakan;» kecermatan;» tidak menyalahgunakan kewenangan;» keterbukaan;» kepentingan umum; dan» pelayanan yang baik. Tujuan penataan tata laksana (business process) adalah memberikan acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk membangun dan menata tata laksana (business process) dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan standard opera ng procedures (SOP), termasuk standar pelayanannya, yang lebih sederhana, efisien, efek f, produk f, dan akuntabel. C. Perangkat Peraturan Perundangan terkait Bisnis Proses dan SOP Dalam suatu diskusi, Kementerian PAN dan RB telah merumuskan road map pemetaan bisnis proses secara nasional. Road map peta bisnis proses secara nasional tersebut dibagi menjadi empat level yaitu: Level 1, yaitu bisnis proses menggambarkan hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diharapkan dapat dimasukkan ke dalam bentuk rancangan undangundang. Level 2, yaitu bisnis proses antar kementerian/lembaga yang bersifat tematis, misal; prekonomian, kesra, kemaritiman, dan lain-lain. Level 3, yaitu bisnis proses (SOP Makro) antar-unit kerja (satker) dalam satu kementerian/lembaga. Level 4, yaitu bisnis proses (SOP Mikro) dalam satu unit kerja (satker) dalam satu kementerian/lembaga. 7

Penegasan untuk melakukan penyusunan SOP semakin diperkuat dengan ditetapkannya Undang-Undang Administrasi Pemerintahan (UU Nomor 30 Tahun 2014) yang memerintahkan agar pejabat pemerintahan sesuai dengan kewenangannya wajib menyusun dan melaksanakan pedoman umum standar operasional prosedur pembuatan keputusan. Bahkan dalam undang-undang ini ditegaskan pula bahwa pedoman umum standar operasional prosedur pembuatan keputusan wajib diumumkan oleh badan dan/ atau pejabat pemerintahan kepada publik melalui media cetak, media elektronik, dan media lainnya. Kementerian PAN dan RB telah menetapkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 35 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Administrasi Pemerintahan yang dimaksudkan sebagai pedoman bagi seluruh instansi pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk melakukan penyusunan SOP berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masingmasing. Jadi, Permen PAN RB Nomor 35 Tahun 2012 adalah bentuk pedoman dalam mewujudkan bisnis proses level 4, yaitu rangkaian kerja antar unit kerja (satker) dalam satu Kementerian/Lembaga yang berbentuk dokumen SOP yang dikenal dengan SOP Mikro. Dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara, pada pasal 79 tertulis; kementerian harus menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar-unit organisasi di lingkungan kementerian masing-masing. Dengan demikian, dalam PerPres Nomor 7 Tahun 2015 ini mewajibkan semua kementerian/ lembaga wajib membangun peta bisnis prosesnya masing-masing yang merupakan bentuk perwujudan dari bisnis proses level tiga dalam road map bisnis proses di atas. Kementerian PAN dan RB sendiri telah menetapkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana (bisnis proses) yang menjelaskan peran peta bisnis proses dalam memperbaiki kinerja pelayanan publik melalui pengembangan dokumen SOP. 8

Penataan tata laksana (business process) dilakukan melalui serangkaian proses analisis dan perbaikan tata laksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, dan terukur pada masingmasing kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Dalam pedoman tersebut disebutkan bahwa muara dari penataan tata laksana (business prosess) adalah sebagai berikut, antara lain: Pembuatan atau perbaikan standar operating procedure (SOP), termasuk di dalamnya perbaikan standar kinerja pelayanan; Perbaikan struktur organisasi; dan Pembuatan atau perbaikan uraian pekerjaan (job descriptions). Secara eksplisit dalam pedoman tersebut mengatakan bahwa tujuan pedoman tata laksana (business process) adalah memberikan acuan bagi kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk membangun dan menata tata laksana (business process) dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan standard operating procedures (SOP), termasuk standar pelayanannya, yang lebih sederhana, efisien, efektif, produktif, dan akuntabel. Dengan demikian jelas, bahwa pemetaan bisnis proses diperlukan untuk membangun SOP yang komprehensif dan terintegrasi dalam satu ruang lingkup kementerian/lembaga/pemerintah daerah. 9