LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG

LAPORAN KINERJA TAHUN 2015

BERITA NEGARA. KEMENKOP-UKM. Inkubator Wirausaha. Kriteria Penyelenggaraan. Prosedur. Standar. Norma. Pencabutan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang, sebagian besar perekonomiannya ditopang

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Konsultan

2 Mengingat Menetapka : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERSIAPAN DAERAH dalam menghadapi

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 11 /Per/M.KUKM/ XII /2013

Perempuan dan Industri Rumahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Rencana Strategis Pengabdian Kepada Masyarakat Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) STIE Kusuma Negara 2016

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KOPERASI SKALA BESAR

Jakarta, 10 Maret 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

LAPORAN PERKEMBANGAN KINERJA KOMITE PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN III TAHUN 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA KERJA TAHUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM TAHUN 2015

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

Latar Belakang. Arahan Bapak Presiden RI. Ekonomi kreatif harus menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

No. 15/35/DPAU Jakarta, 29 Agustus SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

RINGKASAN INFORMASI JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN BUMN JABATAN PIMPINAN TINGGI MADYA SETARA DENGAN ESELON I

PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN PROPOSAL RENCANA KERJA PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN IPTEK TAHUN Nomor : 01/PUI/P-Teknis/Litbang/2016

LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN II TAHUN 2016

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Berdasarkan PP Nomor 39 Tahun 2006 Konsolidasi Program, Sub Fungsi, dan Fungsi (Form C)

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG PUSAT STRATEGI DAN LAYANAN EKONOMI MASLAHAT

Laporan Capaian Target Indikator Kinerja Utama Semester II Tahun Kedeputian Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan & Daya Saing KUKM

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

Oleh Dwi Prasetyo Hadi ABSTRAK

KEWIRAUSAHAAN MELALUI INTEGRASI E-COMMERCE DAN MEDIA SOSIAL

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

Strategi UKM Indonesia

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

E-UMKM: APLIKASI PEMASARAN PRODUK UMKM BERBASIS ANDROID SEBAGAI STRATEGI MENINGKATKAN PEREKONOMIAN INDONESIA

PRES I DEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2OL7 TENTANG KAWASAN SAINS DAN TEKNOLOGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEWIRAUSAHAAN NASIONAL

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 2-H TAHUN 2013 TENTANG STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH KOTA SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB XI PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM A. TUJUAN PROGRAM PENGEMBANGAN SENTRA BISNIS UMKM

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN LAPORAN PEMANTAUAN PELAKSANAAN ANGGARAN TRIWULAN I TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat harus berperan dalam memajukan

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

L A P O R A N K I N E R J A

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PPN/Bappenas: KNKS Untuk Percepatan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Indonesia Kamis, 27 Juli 2017

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Tingkat Kementerian dan Eselon I

B. VISI : Terwujudnya Lembaga Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Ekonomi Yang Efektif dan Berkelanjutan

MUHIDIN M. SAID KOMISI V DPR RI

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2016

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PEMBERDAYAAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA BANJARBARU DALAM RANGKA MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS 2015**

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Transkripsi:

LAPORAN TIM HASIL PELAKSANAAN KERJA TIM KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2015 TENTANG KELOMPOK KERJA PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA JAKARTA, 31 DESEMBER 2015 ASISTEN DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DEPUTI BIDANG KOORDINASI EKONOMI KREATIF, KEWIRAUSAHAAN, DAN DAYA SAING KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH JALAN MEDAN MERDEKA BARAT NOMOR 7 JAKARTA PUSAT 10110

RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Tim Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2015 merupakan hasil koordinasi beberapa inkubator baik di sektor pemerintah maupun swasta, termasuk asosiasi inkubator, dimulai sejak Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut ditetapkan, yaitu tanggal 13 Oktober 2015. Laporan ini bertujuan untuk melihat/memotret perkembangan pembentukan Inkubator Wirausaha di Indonesia dan rencana pengembangan kedepannya dalam pembentukan Inkubator Wirausaha. Termasuk didalamnya perkembangan Inkubator di negara lain yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan di Indonesia, serta melihat kebijakan yang dapat diberikan untuk peningkatan inkubator wirausaha dari sisi fiskal dan moneter. Kesimpulan dari kegiatan yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil FGD dan monitoring yang telah Tim lakukan, diperlukan adanya skema pembiayaan inkubator wirausaha oleh lembaga yang bertanggung jawab tentang pendirian inkubator di Indonesia. b. Hasil monitoring terhadap pemerintah daerah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan kerjasama dan diperlukan juga sumber daya manusia yang fokus mengelola inkubator wirausaha di setiap unit inkubator. c. Belum adanya SOP dalam kriteria pembentukan inkubator secara nasional. d. Belum adanya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, tenant, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja yang terserap dari adanya inkubator. Adapun tindak lanjut/saran untuk pengembangan inkubator wirausaha antara lain: a. Peraturan khusus terkait dengan proses skema pembiayaan inkubator wirausaha;

b. Perlu dikembangkan berbagai skema kerjasama selain dengan dinas-dinas pemerintah daerah yaitu dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Tani dan Koperasi; c. Perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kriteria pembentukan Inkubator secara nasional. SOP yang dibangun terdiri dari standarstandar; pembagian sektor dan wilayah inkubator; bisnis proses dan skema pendanaan. Standar terdiri dari kriteria pembentukan inkubator; pihak yang menentukan pembentukan inkubator; pendaftaran dan registrasi inkubator ke dalam database nasional inkubator; proses seleksi tenant dan evaluasi pelaksanaan inkubator; d. Perlu dibuatnya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, tenant, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja. Kendala yang dihadapi dalam rangka pengembangan inkubator wirausaha: a. Pembiayaan kegiatan inkubator wirausaha; b. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kriteria pembentukan Inkubator secara nasional; c. Database Inkubator belum terbentuk secara nasional dan terintegrasi; d. Wadah jejaring nasional belum terbentuk untuk mengakomodir program pengembangan inkubator.

KATA PENGANTAR Laporan Tim Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2015 merupakan hasil koordinasi beberapa inkubator baik di sektor pemerintah maupun swasta, termasuk asosiasi inkubator, dimulai sejak Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut ditetapkan, yaitu tanggal 13 Oktober 2015. Laporan ini bertujuan untuk memotret perkembangan pembentukan Inkubator Wirausaha di Indonesia dan rencana pengembangan kedepannya dalam pembentukan Inkubator Wirausaha. Termasuk didalamnya perkembangan Inkubator di negara lain yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan di Indonesia, serta melihat kebijakan yang dapat diberikan untuk peningkatan inkubator wirausaha dari sisi fiskal dan moneter. Berkembangnya Inkubator Wirausaha di harapakan dapat menciptakan pertumbuhan Wirausaha baru. Kami menyadari bahwa hasil dari Tim Kelompok Kerja ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota Tim Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha dan semua instansi pemerintah pusat dan daerah, serta AIBI (Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia) yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi, seperti Prof. Dr. Hadi K. Purwadaria, Asril Fitri Syamas (Ketua AIBI), Eko Supriyanto (Kelompok Kerja Nasional Komersialisasi Teknologi Indonesia), serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan di sini, kami mengucapkan terima kasih. Jakarta, 31 Desember 2015 Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Rudy Salahuddin

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... vi I. PENDAHULUAN... 1 1. Latar Belakang... 1 2. Tujuan... 3 3. Landasan Hukum... 3 4. Penerima Manfaat... 4 II. PEMBAHASAN... 6 1. Profil Inkubator Wirausaha di Indonesia... 6 2. Roadmap Inkubator Wirausaha... 9 3. Monitoring dan Evaluasi Inkubator Wirausaha... 11 4. Kegiatan Kedepan... 13 III. PENUTUP... 14 1. Kesimpulan... 14 2. Tindak Lanjut Kedepan... 14 LAMPIRAN: 1. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2015; 2. Laporan Kegiatan Bulanan.

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 2.1 : TBI FOUNDING INSTITUTIONS IN INDONESIA... 7 GAMBAR 2.2 : SUPPORTING PROGRAM FOR TBI: BASED ON NUMBERS OF TBI OBTAINED THE PROGRAM... 8 GAMBAR 2.3 : DEVELOPMENT STAGES OF TBI IN INDONESIA... 9 GAMBAR 2.4 : ROADMAP PENGEMBANGAN INKUBATOR WIRAUSAHA... 10

BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama pemerintah, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu faktor penentu pencapaian kesejahteraan tersebut. Selaras dengan itu, kebijakan yang berpihak (affirmative policy) terhadap pengembangan wirausaha, telah menjadi harapan yang berkembang luas di tengah tumbuhnya kesadaran dan perhatian terhadap ekonomi rakyat. Oleh karena itu, selain tumbuhnya dan stabilitas ekonomi, aspek penting yang menjadi agenda besar dalam proses pembangunan ekonomi hari ini dan ke depan adalah kemandirian ekonomi nasional dan pemerataan pembangunan yang berkeadilan. Dalam hal ini pengembangan wirausaha, berkaitan langsung dengan kehidupan dan peningkatan kesejateraan bagi sebagian besar rakyat Indonesia (pro-poor), potensi dan peran strategisnya telah terbukti menjadi penopang kekuatan dan pertumbuhan ekonomi nasional (pro-growth). Keberadaan Wirausaha, berperan dalam membangun, khususnya dalam perluasan kesempatan berusaha bagi wirausaha baru dan penyerapan tenaga kerja serta menekan angka pengangguran (pro-job). Dalam rangka menyambut ASEAN Economic Community (AEC) 2016, kita membutuhkan persiapan serta pertimbangan strategis atas berbagai fakta kondisi perekonomian, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan ekonomi. Perlunya strategi khusus untuk terus memacu keaktifan perekonomian domestik agar maju sejajar, minimal dapat menyeimbangkan posisi kesiapan ekonomi Indonesia dalam proses integrasi ekonomi 2016 nanti. Upaya integrasi ekonomi secara aktif ke depan dituangkan dalam AEC 2016. Untuk menjadikan sebuah negara menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosentase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan (Sosiolog David Mc Cleland), atau minimal sekitar 4,8 juta wirausaha dari populasi

penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia pada Tahun 2015 yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,19%. Hal tersebut sangat tertinggal jauh dari negara tetangga seperti Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, dan Amerika Serikat yang hampir 13% penduduknya menjadi wirausahawan. Dalam pengembangan wirausaha, harus menjadi salah satu strategi utama pembangunan nasional yang pelaksanaannya diwujudkan secara sungguh-sungguh dengan komitmen bersama yang kuat serta didukung / melibatkan semua pihak yang berkepentingan (baik pemerintah, BUMN, swasta, maupun masyarakat di tingkat nasional, regional, maupun lokal). Dengan Pengembangan Wirausaha maka akan menciptakan wirausahawan baru yang sangat bermanfaat bagi percepatan pertumbuhan ekonomi wilayah dan menjawab tantangan dalam memasuki era globalisasi. Untuk menjamin pelaksanaan kebijakan tersebut di atas, dibentuklah Tim Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha, dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi kebijakan, dimana untuk Tim Pelaksana bertugas sebagai berikut: 1. Melakukan evaluasi inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi yang layak memperoleh insentif pendanaan dari pemerintah pusat dan daerah; 2. Melakukan sosialisasi dan pelatihan capacity building bagi pengelola inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi; 3. Mengembangkan sertifikasi profesi pengelola inkubator wirasuaha; 4. Melakukan pemetaan terhadap bidang usaha inkubator wirausaha; 5. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengembangan kinerja inkubator wirausaha; 6. Pengembangan jejaring internasional untuk inkubator wirausaha; dan 7. Melaksanakan tugas terkait lainnya sesuai arahan Ketua Tim Pengarah. Tim Inkubator Wirausaha tersebut terbentuk berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 2015 yang baru ditetapkan pada tanggal 13 Oktober 2015. Terkait dengan pengembangan wirausaha yang dilakukan di Indonesia salah satunya adalah

dengan inkubasi melalui Inkubator Wirausaha yang diharapkan menjadi sarana dan prasarana untuk mendorong wirausaha baru. 2.2 Tujuan Laporan ini bertujuan untuk memotret perkembangan pembentukan Inkubator Wirausaha di Indonesia dan rencanan pengembangan kedepannya dalam pembentukan Inkubator Wirausaha. Termasuk didalamnya perkembangan Inkubator di negara lain yang diharapkan dapat menjadi masukan untuk pengembangan di Indonesia, serta melihat kebijakan yang dapat diberikan untuk peningkatan inkubator wirausaha dari sisi fiskal dan moneter. Berkembangnya Inkubator Wirausaha di harapakan dapat menciptakan pertumbuhan Wirausaha baru. 2.3. Landasan hukum Dasar Hukum yang mendasari pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015 2019; 2. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 tentang Inkubator Wirausaha; 3. Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Peningkatan Daya Saing Nasional Dalam Rangka menghadapi Masyarakat Ekonomian Association Of Southeast Asian Nations; 4. Keputusan Presiden Republin Indonesia Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association Of Southeast Asian Nations; 5. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 6. Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 184 Tahun 2015 Tentang Kelompok Kerja Pengembangan Inkubator Wirausaha;

2.4. Penerima Manfaat Sasaran penerima manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini yang ingin dicapai adalah: 1. Pemerintah: a. Terciptanya 1 (satu) juta wirausaha baru, inovatif, kreatif dan berdaya saing (RPJMN Tahun 2015-2019); b. Tumbuhnya Wirausaha yang berdaya saing di seluruh Indonesia; c. Terciptanya Regulasi yang kondunsip tentang kewirausahaan; d. Tersusun blueprint dan roadmap jangka Pendek, Menengah dan jangka panjang Pengembangan Kewirausahaan Nasional; e. Terpetakannya Lembaga Intermediasi Pengembangan Kewirausahaan Nasional; f. Terbina dan berkembangnya Lembaga Intermediasi di berbagai sektor melalui penyelenggaraan Training of Trainer (TOT). 2. Pelaku Usaha a. Terciptanya iklim usaha yang kondusif; b. Tersedia informasi mengenai peluang pembiayaan; c. Tersedia informasi peluang pasar global; d. Meningkatnya transaksi ekspor produk Wirausaha Nasional; e. Tersedia informasi peningkatan kapasitas SDM; f. Kemudahan mengembangkan produk inovatif melalui inkubator dan ketersediaan informasi ekonomi yang up to date, relevan dan signifikan. 3. Masyarakat a. Terciptanya lapangan pekerjaan; b. Meningkatnya kualitas produk berbasis Kompetensi inti daerah dan berdaya saing global; c. Mudah mendapatkan produk yang berkualitas dengan harga terjangkau; d. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam rangka mengolah produk unggulan daerah; e. Berkurangnya angka kemiskinan;

BAB II PEMBAHASAN Inkubator Wirausaha di Indonesia mengacu pada dasar hukum Perpres Nomor 27 Tahun 2013 yang memiliki tujuan diantaranya adalah peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (technology business incubation/tbi). Kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pada tahun 2015 membuat roadmap Pengembangan Inkubator di Indonesia. Inkubator Wirausaha adalah suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi (Tenant, Klien Inkubator, atau Inkubati, selanjutnya disebut Peserta Inkubasi), dan memiliki bangunan fisik untuk ruang usaha sehari-hari bagi Peserta Inkubasi. Inkubasi adalah suatu proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan yang diberikan oleh Inkubator Wirausaha kepada Peserta Inkubasi, peserta Inkubasi adalah wirausaha pemula (0-3 tahun) berbasis teknologi yang menjalani proses inkubasi. 2.1. Profil Inkubator Wirausaha di Indonesia Inkubator wirausaha berkembang dibeberapa negara untuk menumbuhkan wirausaha baru, negara Indonesia sebenarnya telah memiliki inkubator wirausaha dari data yang di publikasikan pada Kajian Inkubator Bisnis dalang Rangka Pengembangan UMKM yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun 2006 disebutkan data jumlah inkubator di Indonesia Pada tahun 1996 tercatak 25 inkubator dengan luas rata rata area 2.000 m 2 dengan jumlah rata-rata tenant 20 peserta. Pendirian inkubator wirausaha berbasis teknologi/technology Business Incubation (TBI) di Indonesia dilakukan oleh institusi dan masyarakat umum, jumlah TBI yang terdata saat ini sebanyak 81 TBI, jumlah TBI yang berdiri

dibawah naungan kampus memiliki jumlah yang sangat tinggi hal ini dimungkinkan karena teknologi lebih dekat kebidang akademisi dari jumlah 81 TBI 35 TBI berdiri melalui Lembaga Pendidikan Negeri dan 24 TBI berdiri di bawah naungan Lembaga Pendidikan Swasta. Jumlah tersebut sangatlah kurang jika program tersebut dicanangkan untuk memenuhi 2% wirausaha dari seluruh penduduk Indonesia. Turunan dari Pepres 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha yang dikoordinasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan diamanatkan dalam Pepres tersebut inkubator wirausaha berbasis teknologi baru terfokus pada kalangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah sebagai kementerian teknis memiliki peran penting dalam penambahan jumlah inkubator wirausaha di Indonesia dengan menerbitkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 24/Per/M.KUKM/IX/2015 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Penyelenggaraan Inkubator Wirausaha disebutkan Setiap Provinsi/Daerah Istimewa terdapat paling sedikit 5 (lima) lembagan Inkubator dan setiap kabupaten/kota terdapat paling sedikit 1 (satu) lembaga inkubator. Gambar 2.1. Berdasarkan Gambar 2.1. TBI Founding Institutions in Indonesia, diketahui bahwa Inkubator Wirausaha di Indonesia telah dilakukan oleh institusi dan masyarakat umum. TBI yang terdata saat ini sebanyak 81 TBI, dari jumlah

tersebut, TBI yang berada di perguruan tinggi negeri sebanyak 35 TBI (43%), Inkubator yang berada di perguruan tinggi swasta sebanyak 24 TBI (29%), pada sektor swasta sebanyak 12 TBI (15%), selanjutnya pada sektor pemerintahan terdapat 7 TBI (9%), dan Inkubator yang berada di public company sebanyak 3 TBI (4%). Berikut adalah gambar jumlah inkubator wirausaha berdasarkan sektor. Gambar 2.2. Berdasarkan Gambar 2.2. TBI Founding Institutions in Indonesia, diketahui bahwa Inkubator Wirausaha di Indonesia telah dilakukan oleh institusi dan masyarakat umum. TBI yang terdata saat ini sebanyak 81 TBI, dari jumlah tersebut, untuk inkubator yang merupakan binaan dari program Kementerian Pendidikan sebanyak 32 TBI (32%), Inkubator pada Kementerian Riset dan Teknologi sebanyak 9 TBI (11%), pada Kementerian Koperasi dan UKM sebanyak 20 TBI (25%), selanjutnya pada sektor swasta dan perbankan terdapat 5 TBI (6%), dan Inkubator yang berada di public company sebanyak 3 TBI (4%).

Gambar 2.3. Berdasarkan Gambar 2.3. Tahapan Perkembangan Inkubator Indonesia, diketahui bahwa terdapat 3 tahapan, yaitu tahap permulaan, tahap perkembangan, dan tahap lanjutan. Pada tahap permulaan terdapat 43 inkubator (53%), tahap perkembangan 19 inkubator (23,5%), dan tahap lanjutan terdapat 19 inkubator (23,5%). Dari inkubator yang berada pada tahap perkembangan (19 inkubator) dapat dirinci per sektor sebagai berikut: 1. Inkubator pada sektor IT sebanyak 9 TBI (48%); 2. Inkubator pada sektor Pertanian dan Bisnis Campuran sebanyak 7 TBI (5%); 3. Inkubator pada Pertanian sebanyak 1 TBI (5%); 4. Inkubator pada sektor Manufaktur sebanyak 1 TBI (5%); dan 5. Inkubator pada sektor Konstruksi sebanyak 1 TBI (5%). 2.2. Roadmap Inkubator Wirausaha Road map pengembangan inkubator wirausaha berdasar Perpres Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha. Roadmap pengembangan inkubator wirausaha ini sebagai langkah awal untuk selanjutnya bersama-sama baik pemeintah pusat, pemda, perguruan tinggi, dan sektor

swasta saling melengkapi dan sinergi dalam pengembangan inkubator wirausaha. Gambar 2.4 Penjelasan mengenai Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha adalah sebagai berikut. 1. Periode 1995 s.d. 2013 (Pra-Perpres). Target minimal yang harus dicapai adalah pemerintah pusat dan daerah memberikan skim kredit 2. Periode 2014 s.d. 2019. 3. Periode 2020 s.d. 2029. 4. Periode sesudah 2029. Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha (dalam kaitan MEA) Perlu di data dan diprediksi: a. Roadmap pasar ASEAN dan indonesia (produk berbasis teknologi); b. Roadmap teknologi ASEAN dan indonesia (yang dihasilkan) c. Roadmap ekspor/impor ASEAN dan indonesia

d. Roadmap distribusi pelaku bisnis di ASEAN dan indonesia e. Roadmap GDP ASEAN dan indonesia f. Roadmap infrastruktur /konektifitas di ASEAN dan indonesia g. Roadmap struktur tenaga kerja di ASEAN dan Indonesia Strategi pengembangan inkubator wirausaha harus komprehensif meliputi: penilaian teknologi, penilaian wirausahawan, metode pendanaan, penciptaaan ekosistem termasuk jumlah inkubator wirausaha. Roadmap pengembangan inkubator wirausaha secara umum belum nampak roadmap produk, penjaminan kualitas produk, detail milestone KPI dan pemantauannya, creativity index, presentase peningkatan GDP dengan adanya program ini serta strategi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). 2.3. Monitoring dan Evaluasi Inkubator Wirausaha Monitoring dan Evaluasi dilakukan untuk dapat mengkoordinasikan inkubator di Indonesia bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan inkubator wirausaha dan pengembangan konsep pengembangannya. 1. Koordinasi Pemetaan Inkubator Wirausaha sesuai Keunggulan Daerah dan Sosialisasi Roadmap Pengembangan Inkubator Wirausaha. Tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut : 1) Persiapan Koordinasi pemetaan inkubator wirausaha sesuai dengan keunggulan daerah masing-masing yang dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah, inkubator wirausaha, perguruan tinggi dan asosiasi yang akan dilakukan di Jakarta dan Bali. Selanjutnya, akan direncakan persiapan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas hal ini di daerah Sumatera Barat. Target Peserta FGD adalah 50 orang yang berasal dari K/L, pemerintah daerah, pengelola inkubator wirausaha, graduate tenant inkubator wirausaha, pengelola dana pembiayaan bisnis inovatif di beberapa daerah di Sumatera yang memiliki potensi keunggulan daerah.

Persiapan rencana koordinasi dalam rangka sosialisasi dilakukan dengan melibatkan berbagai instansi. Persiapan ini bertujuan untuk mencari data dan informasi dari berbagai stakeholder dengan melakukan rapat koordinasi. Pada rapat koordinasi ini terlebih dahulu menentukan tema kegiatan sosialisasi, dan sasaran yang akan dicapai. Setelah itu dilakukan penentuan Narasumber, Peserta sosialisasi dengan jumlah sekitar 200 orang peserta yang berasal dari kementerian/lembaga terkait, perguruan tinggi, pengelola inkubator, pemerintah daerah, pengelola dana pembiayaan bisnis inovatif, pengelola kawasan industri, pengelola Kawasan Science dan Techno Park. Selain itu juga akan dilakukan rapat persiapan sosialisasi yang diikuti oleh Asisten Deputi Pengembangan Kewirausahaan dan Staf, serta Kementerian/lembaga terkait. 2) Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan FGD dalam rangka koordinasi pemetaan inkubator wirausaha sesuai keunggulan daerah akan dilakukan di Sumatera Barat dengan melibatkan narasumber dari K/L, perguruan tinggi, pemerintah daerah dan asosiasi. Pelaksanaan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi akan dilakukan di dalam kota dan luar kota yaitu di Jakarta, Sumatera Selatan, Malang- Jawa timur, Balikpapan-Kalimantan Timur, Makassar-Sulawesi Selatan, Lombok-NTB dengan melibatkan narasumber dari Kementerian Lembaga terkait, Perguruan Tinggi dan Lembaga Pembiayaan. Peserta yang akan diundang antara lain berasal dari kementerian/lembaga terkait, perguruan tinggi, pengelola inkubator, pemerintah daerah, pengelola dana pembiayaan bisnis inovatif, pengelola kawasan industri, pengelola kawasan Science dan Techno Park.

3) Penyusunan Rekomendasi Kebijakan/Laporan Laporan disusun sebagai pertanggungjawaban dan evaluasi hasil koordinasi dan pelaksanaan sosialisasi, serta sebagai bahan penyusunan rekomendasi kebijakan pengembangan kewirausahaan. 2.4. Kegiatan Kedepan Pada tahun 2015 kegiatan yang terlaksana antara lain adalah sosialisasi bagi pengelola inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pengembangan kinerja inkubator wirausaha serta pengembangan jejaring internasional untuk inkubator wirausaha dengan Malaysian Industry-Goverment Group for High Technology (MiGHT) untuk wilayah ASEAN. Kegiatan yang telah dilaksanakan akan dilanjutkan pada tahun 2016. Beberapa kegiatan tahun 2015 yang perlu di tindak lanjuti antara lain : 1. Melakukan evaluasi inkubator wirausaha dan UKM peserta inkubasi yang layak memperoleh insentif pendanaan dari pemerintah pusat dan daerah yang akan dilakukan pada tahun 2016; 2. Melakukan pemetaan terhadap bidang usaha inkubator wirausaha yang akan dilakukan pada tahun 2016 melalui pembuatan database inkubator; dan 3. Mengembangkan sertifikasi profesi pengelola inkubator wirasuaha yang akan dilakukan pada tahun 2017.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kesimpulan dari kegiatan yang telah kami lakukan adalah sebagai berikut; e. Berdasarkan hasil FGD dan monitoring yang telah Tim lakukan, diperlukan adanya skema pembiayaan inkubator wirausaha oleh lembaga yang bertanggung jawab tentang pendirian inkubator di Indonesia. f. Hasil monitoring terhadap pemerintah daerah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa diperlukan peningkatan kerjasama dan diperlukan juga sumber daya manusia yang fokus mengelola inkubator wirausaha di setiap unit inkubator. g. Belum adanya SOP dalam kriteria pembentukan inkubator secara nasional. h. Belum adanya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, tenant, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja yang terserap dari adanya inkubator. 3.2. Tindak Lanjut Kedepan Tindak lanjut/saran untuk pengembangan inkubator wirausaha antara lain: e. Peraturan khusus terkait dengan proses skema pembiayaan inkubator wirausaha; f. Perlu dikembangkan berbagai skema kerjasama selain dengan dinas-dinas pemerintah daerah yaitu dengan Perguruan Tinggi, Lembaga Keagamaan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Kelompok Tani dan Koperasi; g. Perlu dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kriteria pembentukan Inkubator secara nasional. SOP yang dibangun terdiri dari standar-standar; pembagian sektor dan wilayah inkubator; bisnis proses dan skema pendanaan.

Standar terdiri dari kriteria pembentukan inkubator; pihak yang menentukan pembentukan inkubator; pendaftaran dan registrasi inkubator ke dalam database nasional inkubator; proses seleksi tenant dan evaluasi pelaksanaan inkubator; h. Perlu dibuatnya database secara terintegrasi dan online secara nasional, untuk melihat data inkubator, tenant, sektor usaha, dan omset usaha, serta jumlah tenaga kerja. Kendala pengembangan inkubator wirausaha: e. Pembiayaan kegiatan inkubator wirausaha; f. Belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam kriteria pembentukan Inkubator secara nasional; g. Database Inkubator belum terbentuk secara nasional dan terintegrasi; h. Wadah jejaring nasional belum terbentuk untuk mengakomodir program pengembangan inkubator.