Kementerian Perdagangan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PENETAPAN KINERJA (PK) KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN dalam ribu rupiah INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA OUTPUT NO PROGRAM SASARAN

Kata Pengantar LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN ACCOUNTABILITY. Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Ikhtisar Eksekutif. vii

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2014 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Kinerja Perdagangan Luar Negeri 2010

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2013 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA (C) 2015

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2015 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A2016 (DALAM RIBUAN RUPIAH) Halaman : 1

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2011 KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

BAB II PERENCANAAN KINERJA

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

KATA PENGANTAR. optimal akan dapat diperbaiki di tahun berikutnya.

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

terealisasi sebesar Rp atau 97,36%. Adapun program dan alokasi anggaran dapat dilihat pada tabel berikut :

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG INVESTASI

REVITALISASI KEHUTANAN

21 Universitas Indonesia

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

7. URUSAN PERDAGANGAN

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

Analisis Perkembangan Industri

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

Jakarta, 10 Maret 2011

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

L A P O R A N K I N E R J A

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

BAB 17 PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ARAH PEMBANGUNAN HUKUM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015 Oleh: Akhmad Aulawi, S.H., M.H. *

Transkripsi:

Kementerian Perdagangan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010 Jl. M. I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp: (021) 2352 8441 Fax: (021) 2352 8451 http://www.depdag.go.id

Diterbitkan Oleh: BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI TAHUN 2011

KEMENTERIAN PERDAGANGAN Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5 Jakarta Pusat Telp : (021) 2352 8441 Fax : (021) 2352 8451 http: //www.depdag.go.id

KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010 Laporan Akuntabilitas Kinerja

KATA PENGANTAR Jajaran Kementerian Perdagangan RI bertekad mengerahkan segenap upaya dan sumber daya untuk melaksanakan amanat pembangunan di bidang perdagangan. Amanat tersebut diterjemahkan dalam Rencana Strategis 2010 2014 dan dilaksanakan dengan tujuan utama mencapai visi Kementerian Perdagangan yaitu Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan. Renstra 2010-2014 memiliki sejumlah IKU (Indikator Kinerja Utama) yang relatif lebih komprehensif dan tajam dibandingkan Renstra 2005-2009. Akuntabilitas menunjukkan bahwa kinerja perdagangan menunjukkan peningkatan yang menggembirakan pada tahun 2010 ini. Sasaran pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra Kementerian Perdagangan hampir seluruhnya menunjukkan capaian kinerja optimal. Empat belas kelompok sasaran sebagaimana tercantum pada Renstra 2010-2014, dan telah disempurnakan menjadi 15 kelompok sasaran dalam Kontrak Kinerja(penambahan butir sasaran menyangkut urgensi perlindungan konsumen untuk masyarakat luas), telah dapat dicapai target-targetnya hingga akhir tahun 2010. Kinerja ekspor Indonesia tumbuh baik disertai membaiknya daya saing produk Indonesia. Posisi Indonesia dalam kancah perdagangan global dan ekonomi dunia juga menunjukkan kinerja yang positif. Saat ini, Indonesia dianggap memegang peranan penting dalam percaturan perdagangan internasional. Sementara di dalam negeri inflasi nasional 2010 relatif berhasil dapat ditekan walaupun sempat bergejolak akibat fluktuasi harga-harga internasional. Tingkat produksi dan harga pasokan bahan pokok relatif stabil, dan program sektor perdagangan umumnya dapat berjalan sesuai arahan rencana strategis. Berbagai pencapaian pembangunan perdagangan pada tahun 2010 perlu dipertahankan dan beberapa capaian kinerja yang belum mencapai target optimal diharapkan dapat diperbaiki di tahun berikutnya. Misalnya dominasi komoditi primer pada ekspor nonmigas perlu dirubah dengan ekspor produk olahan yang memiliki nilai tambah besar. Tentunya dengan kerja keras pemasaran Indonesia Incorporated, dari tingkat lokal hingga ke luar negeri, dari eksportir UKM hingga Atase Perdagangan dan ITPC (Indonesia Trade Promotion Centre). Di dalam negeri, pembenahan masih perlu dilanjutkan terus menerus untuk menekan ekonomi biaya tinggi, untuk mewujudkan sarana dan prasarana distribusi, sistem logistik, menurunkan disparitas harga antar provinsi, serta pemberdayaan pasar tradisional dan pedagang UKM. Akhir kata, diharapkan laporan akuntabilitas kinerja membawa manfaat dalam implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Perdagangan, dan pada gilirannya akan mendorong pelaksanaan kebijakan pembangunan perdagangan nasional yang tepat dan berkelanjutan, memantapkan sektor perdagangan sebagai penggerak utama perekonomian demi kesejahteraan masyarakat. Jakarta, Maret 2011. a.n. MENTERI PERDAGANGAN R.I. SEKRETARIS JENDERAL ARDIANSYAH PARMAN

RINGKASAN EKSEKUTIF Peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang bernilai tambah dan berkelanjutan di pasar lokal dan global. Penilaian capaian kinerja Kementerian Perdagangan tahun 2010 dapat dilihat dari kontribusi sektor perdagangan terhadap ekonomi nasional. Kontribusi tersebut secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan perekonomian nasional. Walaupun pertumbuhan ekonomi global cenderung mengalami penurunan dan berpotensi menciptakan instabilitas perekonomian nasional, namun kinerja sektor perdagangan terhadap perekonomian nasional relatif tetap stabil, bahkan di beberapa domain mengalami perkembangan positif. INDIKATOR Indikator Makro Sektor Perdagangan REALISASI 2005-2009 2005 2006 2007 2008 2009 2010 *) PDB Nilai PDB (triliun, harga konstan 2000) 1.750,7 1.846,7 1.964,3 2.082,3 2.177,0 2.310,7 Perdagangan, Hotel, Restoran (triliun, harga konstan 2000) 293,9 311,9 340,4 363,8 367,9 400,6 Peranan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 15,4 14,9 15,0 14,0 13,3 13,7 Peranan Ekspor Barang dan Jasa (%) 33,6 31,0 29,4 29,8 24,2 24,6 Peranan Impor Barang dan Jasa (%) 29,3 25,6 25,4 28,7 21,4 23,0 Pertumbuhan PDB (%) 5,6 5,5 6,3 6,1 4,5 6,1 Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) 8,6 6,1 8,5 7,2 1,1 8,7 Pertumbuhan Ekspor Barang dan Jasa (%) 8,6 9,2 8,0 9,5 (9,7) 14,9 Pertumbuhan Impor Barang dan Jasa (%) 12,4 7,6 8,9 10,0 (15,0) 17,3 Kontribusi Pertumbuhan Perdagangan, Hotel, Restoran (%) n.a 1,0 1,4 1,2 0,2 1,5 PDB per kapita (IDR jt) (harga berlaku) 12,7 15,0 17,5 21,4 23,9 27,0 PDB per kapita (USD) (harga berlaku) 1.320,6 1.663,0 1.942,1 2.245,2 2.349,6 3.004,9 INFLASI Umum 17,1 6,6 6,7 11,1 2,78 6,96 Bahan Makanan 13,9 12,9 11,3 16,4 3,88 15,64 PERKEMBANGAN EKSPOR-IMPOR BARANG Pertumbuhan ekspor (%) 19,66 17,67 13,20 20,09 (14,98) 35,38 Pertumbuhan ekspor non migas (%) 18,75 19,81 15,61 17,26 (9,66) 33,02 Pertumbuhan impor (%) 24,02 5,83 21,96 73,48 (25,03) 40,05 Pertumbuhan impor non migas (%) 15,67 4,62 24,79 87,75 (21,06) 39,04 Ekspor (juta USD) 85.660 100.799 114.101 137.020 116.490 157.733 Ekspor migas (juta USD) 19.232 21.210 22.089 29.126 19.018 28.053 Ekspor nonmigas (juta USD) 66.428 79.589 92.012 107.894 97.472 129.680 Impor (juta USD) 57.701 61.066 74.473 129.197 96.856 135.606 Impor migas (juta USD) 17.458 18.963 21.933 30.553 18.989 27.363 Impor nonmigas (juta USD) 40.243 42.103 52.541 98.644 77.867 108.243 Neraca Perdagangan (juta USD) 27.959 39.733 39.628 7.823 19.634 22.127 Pertumbuhan neraca perdagangan (%) 11,57 42,11 (0,27) (80,26) 151% 13% CADANGAN DEVISA Cadangan Devisa (USD juta) 34.724 42.586 56.920 51.639 69.562 96.207 POPULASI Tenaga Kerja Sektor Perdagangan (juta jiwa) 16,7 17,4 14,7 15,3 15,9 16,4 Pertumbuhan TK Perdagangan n.a 4,19-15,52 4,08 3,92 3,14 Populasi nasional (juta Jiwa) 220 223 226 229 231 238 INVESTASI PMDN Perdagangan (Rp Miliar) 85,7 345,8 143 594,8 29,2 111,2 PMDN Hotel dan Restoran (Rp Miliar) 28,4 180,2 127,7 238,6 1,7 306,9 PMDN Total (Rp Milliar) 30.724,2 20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8 38.334,8 PMA Perdagangan (USD juta) 383,6 434,3 482,9 582,2 111,5 461 PMA Hotel dan Restoran (USD juta) 180,3 111,2 136,4 156,9 42,6 1.081,7 PMA Total (USD juta) 8.911,0 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 12.150,5 *) Sumber: BPS, BI, PidPres 17-8-2010, Renstra TK Sektor Perdagangan (perkiraan 2010), Data Perkembangan Pananaman Modal (Jan-Sep 2010) Ringkasan pencapaian IKU pembangunan perdagangan tahun 2010 sebagaimana tercantum pada Renstra 2010-2014 dan Kontrak Kinerja Kemendag 2010 disampaikan di bawah ini. Adapun uraian pencapaian sasaran (15 sasaran) pembangunan perdagangan dielaborasi lebih jauh pada Bab III. iv RINGKASAN EKSEKUTIF

Pencapaian Pembangunan Perdagangan 2010 Sesuai Sasaran No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Indikator Sasaran 2009 2010 Capaian Target Realisasi Meningkatnya pertumbuhan ekspor nonmigas Persentase pertumbuhan ekspor non migas nasional -9,64% 7% 33,02% Diversifikasi pasar tujuan ekspor yang semakin baik Concentration ratio pada 5 negara tujuan ekspor terbesar (CR5) 48% Diversifikasi produk ekspor nonmigas yang semakin baik Persentase kontribusi ekspor di luar 10 produk utama 49% Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan luar negeri Jumlah perizinan online Jumlah hari waktu pelayanan Meningkatnya keunggulan komparatif produk ekspor Indonesia di pasar global Jumlah komoditi dengan RCA > 1 Perbaikan citra produk ekspor Indonesia di pasar global Skor dimensi dalam Simon Anholt Nation Brand Index (NBI) Meningkatnya kualitas keikutsertaan Indonesia di berbagai forum perdagangan internasional Jumlah hasil perundingan perdagangan internasional (Agreement, kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report) Membaiknya layanan perizinan dan non-perizinan sektor perdagangan dalam negeri Jumlah perizinan online perdagangan dalam negeri Jumlah hari waktu pelayanan penyelesaian perdagangan dalam negeri 26 ijin 8 hari 47% 47% 53% 52,4% 40 jenis 4 hari 53 jenis 4 hari 589 komoditi 590 komoditi 887 komoditi - - - 7 hari Skor 44 Skor 47,7 140 perundingan 12 jenis 6 hari 140 perundingan 12 jenis 6 hari Meningkatnya output sektor perdagangan Persentase pertumbuhan PDB sektor perdagangan - 3,4% 8,7% Meningkatnya kontribusi PDB Industri Kreatif terhadap PDB nasional Persentase konstribusi industri kreatif pada PDB - 2% 7,3 % Akumulasi jumlah Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Jumlah BPSK yang berfungsi 45 BPSK 50 BPSK 50 BPSK Pengawasan Barang Beredar dan Jasa Jumlah produk ber SNI wajib yang diawasi - 14 produk 22 produk Peningkatan kinerja logistik Peningkatan skor Logistic Performance Index (LPI) dari tahun 2009 2,76 0,5 poin 0,49 Stabilitas sejumlah harga bahan pokok yang terkendali Persentase rata-rata penurunan koefisien variasi harga komoditi Rasio variasi harga komoditi tertentu di dalam dan 2,8% 5% 4,5% luar negeri 1,21 < 1 0,22 Penurunan disparitas harga bahan pokok antarprovinsi Penurunan disparitas harga antar provinsi & nasional 2,9 1,5 1,8 Perdagangan Luar Negeri Perbaikan kinerja perdagangan luar negeri itu menghasilkan neraca perdagangan Indonesia yang surplus terus menerus. Ekspor tumbuh cepat melampaui target, bahkan menorehkan sejarah baru dengan capaian sebesar US$ 15,3 miliar pada bulan Nopember 2010, yang merupakan nilai ekspor bulanan tertinggi sepanjang sejarah ekspor Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekspor non migas Januari-Desember 2010 sebesar 33,8%, jauh melampaui target Renstra sebesar 7-8,5%. v RINGKASAN EKSEKUTIF

Pencapaian ekspor yang relatif membaik juga dicerminkan dengan perbaikan pada kualitas ekspor, diversifikasi produk dan diversifikasi pasar. Daya saing produk-produk di luar 10 produk utama semakin meningkat. Diversifikasi produk di luar 10 utama kembali terjadi di banyak pasar. Pada periode Januari Desember 2010, kinerja impor didominasi kelompok bahan baku dan penolong, diikuti barang modal dan barang konsumsi. Hal ini menggambarkan peningkatan investasi dan produksi nasional yang tinggi. Kinerja Diplomasi Perdagangan Dalam rangka meningkatkan akses pasar produk ekspor Indonesia dilakukan multitrack strategy di forum multilateral, regional, dan bilateral. Indonesia adalah anggota G-20 yang saat ini menjadi salah satu negara dengan kondisi ekonomi yang semakin diperhitungkan dunia pasca krisis finansial. Posisi Indonesia juga semakin mantap di dalam kelompok CIVITS (China, India, Vietnam, Indonesia, Turkey, South Africa). Pada tahun 2010 telah dihasilkan 140 dokumen hasil perundingan yang terdiri dari 123 hasil perundingan di Luar Negeri dan 17 hasil perundingan berupa agreement, kesepakatan kerjasama komoditi, MRA, MoU, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan lainnya dalam memperjuangkan akses pasar. Secara bilateral, kesepakatan penting adalah MoU on Combating Illegal Logging and Associated Trade yaitu perjanjian penanganan pemberantasan illegal logging antara Indonesia dengan Amerika Serikat. Promosi Perdagangan Dua puluh lima pameran internasional terkemuka telah diikuti oleh Kementerian Perdagangan dengan membawa produk-produk baru. Pameran Internasional yang terbanyak diikuti adalah pameran di kawasan Afrika dan Timur Tengah. Misi dagang 2010 dilakukan ke negara Belgia, Rusia dan Belarus, Kanada, dan India. Kegiatan instore promotion dilaksanakan di Harrods Department Store, London, Inggris selama sebulan penuh dengan tema kegiatan Remarkable Indonesia. Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia 2010 berhasil mencapai transaksi US$ 369,3 juta. Harga Pangan dan Pengawasan Barang Beredar Target stabilisasi harga pada tahun 2010 adalah rata-rata koefisien variasi harga di dalam negeri berada pada kisaran 5 9%. Koefisien variasi daging ayam merupakan yang tertinggi diantara komoditi yang dilakukan kalkulasi, dengan koefisien variasi 13,2%. Hal tersebut menunjukkan adanya sebaran harga tidak merata selama periode Januari hingga September 2010 dan melampaui target rata-rata koefisien variasi. Dari pantauan Kementerian Perdagangan terhadap sejumlah komoditi pangan pokok hingga September 2010, stabilitas harga komoditi seperti susu kental manis, kedelai dan tepung terigu tetap terjaga. Namun, fluktuasi harga musiman terjadi pada komoditi beras dan daging terutama pada puncak hari raya lebaran. Di akhir September 2010, harga beras dan daging sapi kembali mengalami penurunan. Selanjutnya dalam rangka kelancaran arus barang dan mengurangi disparitas harga, Kementerian Perdagangan secara lintas sektoral mengembangkan sistem logistik nasional, menggabungkan sistem transportasi dan pembangunan daerah yang terintegrasi menjadi sebuah konektivitas nasional dalam jalur distribusi intra pulau, antar pulau, dan jalur perdagangan internasional. Target penurunan disparitas harga antar provinsi yang ingin dicapai adalah penurunan rata-rata rasio antara koefisien variasi harga provinsi dibandingkan koefisien variasi harga nasional sejumlah komoditi, pada kisaran 1,5 2,5 di tahun 2010. vi RINGKASAN EKSEKUTIF

Dari 10 komoditas yang dipantau, komoditas yang disparitas harganya di bawah target minimal (1,5%) ada 4 komoditi yakni: Gula (1,4%), Minyak Goreng (1,3%), Telur Ayam Ras (1,4%) & Daging Ayam Ras (1,3%). Sedangkan komoditas yang disparitas harganya di atas target maksimal (2,5%) ada 2 komoditi yaitu: Tepung Terigu (2,6%) dan Susu Bubuk (3,7%). Sisanya, 4 komoditi disparitas harganya masih berada pada rentang target yakni: Beras (1,6%, Kedelai (1,9%), Jagung Pipilan (1,8%) dan Daging Sapi (1,5%). Kementerian Perdagangan juga bekerjasama dengan pemda telah melakukan revitalisasi terhadap 128 pasar tradisional, baik fisik maupun manajemen. Pada tahun 2010 ini juga, telah membangun gudang sebanyak 11 buah di 11 kabupaten sentra produksi pangan.kementerian Perdagangan juga melaksanakan penguatan kelembagaan perlindungan konsumen dengan membentuk Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat serta peningkatan pengawasan terhadap alat Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya. Untuk mengamankan pasar produk dalam negeri (trade defense), Kementerian Perdagangan telah mengenakan tindakan anti dumping terhadap 7 produk impor yang melakukan unfair trade pada. Produk yang telah dikenai Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) adalah aluminium mealdish, polyester staple fiber dan H & I section, sedangkan yang masih menunggu Keputusan Menteri Keuangan adalah wheat flour, hot rolled coil dan uncoated writing paper. Selanjutnya pengawasan terhadap barang beredar dan jasa dilakukan terhadap 15 komoditi SNI Wajib dan 5 produk jasa di 15 daerah, distribusi 3 komoditi, yaitu Gula, Bahan Berbahaya (B2) dan Minuman Beralkohol, serta melakukan proses penarikan terhadap komoditi selang gas, lampu hemat energi, dan semen. Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Upaya penciptaan iklim usaha yang kondusif dilakukan melalui penyederhanaan perijinan impor, peningkatan pelayanan perijinan perdagangan dengan pembentukan Unit Pelayanan Perdagangan (UPP) dan percepatan waktu penerbitan ijin. Pada tahun 2010 telah dilakukan penyederhanaan jenis perijinan impor dari 78 menjadi 53 jenis sehingga total perijinan perdagangan luar negeri turun dari 108 jenis menjadi 89 jenis.jumlah perijinan perdagangan luar negeri yang dapat diakses melalui UPP (Inatrade) sebanyak 89 perijinan dengan seluruh 53 perijinan impor diantaranya telah online dan rata-rata waktu pelayanan 4 hari, sedangkan perijinan perdagangan dalam negeri telah online sebanyak 12 perijinan dari 21 perijinan dengan rata-rata waktu pelayanan 6 hari. Pengembangan Citra dan Ekonomi Kreatif Pengembangan Citra Indonesia secara luas ditujukan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga sebagai Masyarakat dan Bangsa Indonesia diantara bangsa-bangsa lain di dunia. Citra suatu negara di dunia internasional diukur menurut Nation Branding Index (NBI) yang disusun oleh Anholt. Ranking persepsi estimated Indonesia pada tahun 2010 adalah posisi 38 dimana tercapai perbaikan dari tahun 2009 yang berada di posisi 43, dengan skor 47,7. Dengan skor tersebut maka realisasinya sebesar 108,4 dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan, antara lain: 1. Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI), Wahana Indonesia Is Creative, platform komunikasi digital Ekonomi Kreatif Indonesia. 2. Aktivasi Aku Cinta Indonesia melalui kampanye di berbagai media massa cetak dan elektronika. 3. Partisipasi Indonesia dalam World Expo Shanghai China 2010, sebagai ajang komunikasi produk, budaya dan tujuan wisata Indonesia sekaligus pembangunan nation branding. Paviliun Indonesia juga meraih penghargaan perunggu untuk displai kreatif kategori-a dan menu nasi goreng Indonesia meraih penghargaan kuliner favorit keempat dari 192 negara. vii RINGKASAN EKSEKUTIF

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i RINGKASAN EKSEKUTIF... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan...2 B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan... 5 C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010...6 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA...11 A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan... 12 B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan... 18 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2010...22 A. Capaian Indikator Kinerja Utama Kementerian Perdagangan Tahun 2010...23 B. Analisis dan Evaluasi Capaian Kinerja Kementerian Perdagangan Tahun 2010...25 MISI I: PENINGKATAN KINERJA EKSPOR NONMIGAS BERKUALITAS...26 Sasaran 1 Pertumbuhan Ekspor Non Migas...27 Sasaran 2 Diversifikasi Pasar Ekspor...44 Sasaran 3 Diversifikasi Produk Ekspor...49 Sasaran 4 Penyederhanaan Perizinan Perdagangan Luar Negeri...54 Sasaran 5 Keunggulan Komparatif Produk Ekspor...66 Sasaran 6 Pencitraan Indonesia (Anholt-Export)...71 Sasaran 7 Peran Indonesia Di Forum Internasional...76 MISI II: PENGUATAN PASAR DALAM NEGERI... 110 Sasaran 8 Penyerdehanaan Perizinan Perdagangan Dalam Negeri... 111 Sasaran 9 Pertumbuhan PDB Sektor Perdagangan... 118 Sasaran 10 Kontribusi Ekonomi Kreatif... 126 Sasaran 11 Akumulasi Jumlah BPSK Yang Dibentuk... 138 Sasaran 12 Pengawasan Barang Beredar dan Jasa... 144 viii DAFTAR ISI

MISI III: PENYEDIAAN BAHAN POKOK DAN PENGUATAN JARINGAN DISTRIBUSI NASIONAL... 150 Sasaran 13 Peningkatan Kinerja Logistik... 151 Sasaran 14 Gejolak Harga Bahan Pokok Dalam Negeri... 154 Sasaran 15 Disparitas Harga Antar Provinsi... 173 C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2010... 175 BAB IV PENUTUP... 183 LAMPIRAN... 187 1. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Baru)...188 2. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan (Struktur Lama)...189 3. Lembar Kontrak Kinerja...190 4. Lembar Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)...195 5. Daftar Peraturan di Bidang Perdagangan Luar Negeri...202 6. Waktu Pelayanan Perizinan Online Berdasarkan Permendag Nomor : 40/M-DAG/PER/10/2010...203 7. Rekapitulasi Nilai Penerbitan SKA Tahun 2010...205 ix DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1 KETERKAITAN MISI, TUJUAN, DAN SASARAN PEMBANGUNAN PERDAGANGAN...15 GAMBAR 2 EKSPOR NON MIGAS DARI JAN 2009 - DESEMBER 2010...28 GAMBAR 3 PERAN TERHADAP TOTAL EKSPOR (PANGSA EKSPOR MIGAS DAN NON MIGAS) TAHUN 2004-2010...30 GAMBAR 4 POSISI EKSPOR INDONESIA DI ASIA (2005-2009)...32 GAMBAR 5 KECENDERUNGAN PERTUMBUHAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA TAHUN 2004-2009...33 GAMBAR 6 EKSPORTIR TERDAFTAR (ET) BERDASARKAN JENIS DAN PENGAJUAN...36 GAMBAR 7 KOMPOSISI SURAT PERSETUJUAN EKSPOR BERDASARKAN JENIS KOMODITI...37 GAMBAR 8 PERKEMBANGAN HARGA KARET 2009-2010...39 GAMBAR 9 IMPOR MENURUT PENGGUNAAN BARANG...43 GAMBAR 10 EKSPOR INDONESIA PADA LIMA NEGARA TUJUAN UTAMA TAHUN 2010...45 GAMBAR 11 TREN PASAR EKSPOR BARU INDONESIA...46 GAMBAR 12 NILAI KONTRAK DAGANG ITPC TAHUN 2006-2010 (JUTA USD)...48 GAMBAR 13 PERTUMBUHAN EKSPOR NON MIGAS PRODUK UTAMA TAHUN 2009-2010...51 GAMBAR 14 NILAI EKSPOR 10 PRODUK POTENSIAL (US$ JUTA)...52 GAMBAR 15 KOMPOSISI EKSPOR PRODUK UTAMA DAN PRODUK LAINNYA TAHUN 2009-2010...53 GAMBAR 16 TRADE BALANCE 2010...67 GAMBAR 17 KASUS TUDUHAN DUMPING, SUBSIDI DAN SAFEGUARD TERHADAP INDONESIA S.D. DESEMBER 2010...83 GAMBAR 18 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN PASAR DAN DISTRIBUSI S.D. DES 2010... 112 GAMBAR 19 JUMLAH IJIN BIDANG PEMBINAAN USAHA DAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN S.D. DES. 2010... 113 GAMBAR 20 JUMLAH IJIN BIDANG KEMETROLOGIAN S.D.DES 2010... 113 GAMBAR 21 PERKEMBANGAN PENILAIAN KEMUDAHAN DOING BUSINESS DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2008-2011.. 117 GAMBAR 22 KONTRIBUSI SEKTOR PERDAGANGAN TERHADAP PDB 2005 2010... 120 GAMBAR 23 SUB SEKTOR DALAM EKONOMI KREATIF... 129 GAMBAR 24 TRIPLE HELIX EKONOMI KREATIF... 134 GAMBAR 25 PENYELESAIAN KASUS YANG DITANGANI BPSK TAHUN 2009-2010 (SEPTEMBER)... 139 GAMBAR 26 ILUSTRASI SISTEM RANTAI PASOK KOMODITAS MINYAK GORENG... 153 GAMBAR 27 PERKEMBANGAN HARGA KOMODITI TERTENTU JAN-SEPT 2010... 156 GAMBAR 28 PERKEMBANGAN HARGA BERAS UMUM DAN TERMURAH... 160 GAMBAR 29 PERBANDINGAN HARGA BERAS UMUM DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR ECERAN... 161 GAMBAR 30 PERBANDINGAN HARGA GULA DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010... 163 GAMBAR 31 PERBANDINGAN HARGA MINYAK GORENG KEMASAN DAN CURAH TAHUN 2010... 164 GAMBAR 32 PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN RBD OLEIN INTERNASIONAL S.D. DESEMBER 2010... 165 GAMBAR 33 PERKEMBANGAN HARGA TERIGU DOMESTIK DAN PARITAS IMPOR TAHUN 2010... 166 GAMBAR 34 PERKEMBANGAN HARGA KEDELAI INTERNASIONAL TAHUN 2007-2010... 169 x DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL TABEL 1 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN PERDAGANGAN TAHUN 2010...23 TABEL 2 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 1...27 TABEL 3 KINERJA EKSPOR INDONESIA (2009-2010)...29 TABEL 4 PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA MENURUT SEKTOR TAHUN 2009-2010...30 TABEL 5 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 2...44 TABEL 6 PERUBAHAN PASAR TUJUAN EKSPOR...46 TABEL 7 NEGARA TUJUAN EKSPOR BARU TAHUN 2009 2010...47 TABEL 8 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 3...49 TABEL 9 PERTUMBUHAN GDP ASIA...50 TABEL 10 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 4...54 TABEL 11 REALISASI PERIJINAN IMPOR YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010...58 TABEL 12 JUMLAH PERIJINAN DAN WAKTU PENYELESAIAN...59 TABEL 13 TOTAL DATA CEPT FORM D TERKIRIM KE PORTAL NSW MELALUI INATRADE...62 TABEL 14 PERIJINAN YANG DITERBITKAN MELALUI UPP/INATRADE TAHUN 2010...63 TABEL 15 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 5...66 TABEL 16 PERKEMBANGAN DAYA SAING EKONOMI 2010...66 TABEL 17 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 6...71 TABEL 18 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 7...76 TABEL 19 JUMLAH HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2010...77 TABEL 20 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA HASIL-HASIL PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2008-2010...77 TABEL 21 PERKEMBANGAN HASIL KESEPAKATAN KERJASAMA TAHUN 2008-2010...78 TABEL 22 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA PARTISIPASI PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL TAHUN 2008-2010...82 TABEL 23 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 8... 111 TABEL 24 PERKEMBANGAN PELAYANAN/PERIJINAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI TAHUN 2009-2010... 111 TABEL 25 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 9... 118 TABEL 26 PERTUMBUHAN EKONOMI NEGARA-NEGARA ASEAN (%)... 118 TABEL 27 PDB PERDAGANGAN... 119 TABEL 28 PERKEMBANGAN PENERBITAN RESI GUDANG DARI TAHUN 2008-2010... 122 TABEL 29 PERKEMBANGAN PEMBIAYAAN RESI GUDANG TAHUN 2008 2010... 122 TABEL 30 PEMBIAYAAN SUBSIDI SISTEM RESI GUDANG (S-SRG)... 123 TABEL 31 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 10... 126 TABEL 32 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 11... 138 xi DAFTAR TABEL

TABEL 33 14 PRODUK SNI WAJIB YANG DIAWASI TAHUN 2010... 141 TABEL 34 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 12... 144 TABEL 35 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN INDONESIA... 145 TABEL 36 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 13... 151 TABEL 37 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX INDONESIA... 151 TABEL 38 LOGISTIC PERFORMANCE INDEX... 152 TABEL 39 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 14... 154 TABEL 40 KOEFISIEN VARIASI HARGA BAHAN POKOK DALAM NEGERI (%)... 155 TABEL 41 PERKEMBANGAN REALISASI REVITALISASI PASAR TAHUN 2005-2010... 156 TABEL 42 RASIO KOEFISIEN VARIASI HARGA KOMODITI DI DALAM DAN LUAR NEGERI JAN-DES TAHUN 2010... 159 TABEL 43 ANDIL BEBERAPA KOMODITI TERHADAP INFLASI/DEFLASI NASIONAL TAHUN 2010 (INFLASI JANUARI - DESEMBER 6,96%)... 171 TABEL 44 PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA PANGAN POKOK TAHUN 2010... 172 TABEL 45 PERKEMBANGAN TREND HARGA PANGAN POKOK TAHUN 2010... 172 TABEL 46 CAPAIAN INDIKATOR KINERJA SASARAN 15... 173 TABEL 47 TARGET DAN REALISASI KOEFISIEN VARIASI PROVINSI DAN NASIONAL TAHUN 2006 2010... 173 TABEL 48 REALISASI ANGGARAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENURUT UNIT ORGANISASI ESELON I TAHUN 2010. 176 TABEL 49 REALISASI ANGGARAN MENURUT MISI DAN SASARAN STRATEGIS... 177 TABEL 50 REALISASI ANGGARAN MENURUT PROGRAM TAHUN 2010... 180 xii DAFTAR TABEL

xiv DAFTAR TABEL LAK KEMENTERIAN PERDAGANGAN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan

A. Latar Belakang dan Peran Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Kementerian Perdagangan menyelenggarakan urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan Kabinet Indonesia Bersatu Kedua periode 2009-2014 yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 84/P Tahun 2009, semakin menegaskan peran Kementerian Perdagangan sebagai salah satu organisasi yang berperan penting dalam pencapaian target-target nasional. Langkah kemajuan yang dicapai sektor perdagangan dalam periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2005-2009 sekaligus mengukuhkan Kementerian Perdagangan sebagai ujung tombak perekonomian nasional, dan sangat mempengaruhi dinamika perekonomian nasional. Kementerian Perdagangan tetap menjalankan fungsinya secara khusus (terpisah dengan sektor industri) mengingat sektor perdagangan memiliki tingkat kompleksitas permasalahan dan tantangan yang tinggi sehingga memang perlu untuk dikelola oleh menteri yang khusus menangani perdagangan. Sektor perdagangan senantiasa dihadapkan pada tantangan perdagangan global dan dalam negeri, dengan tetap memperhatikan tantangan untuk dapat meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Sejalan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, serta berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan, maka tugas Kementerian Perdagangan adalah membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan negara di bidang perdagangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Kementerian Perdagangan secara umum menyelenggarakan fungsi menetapkan kebijakan nasional di bidang perdagangan, melaksanakan urusan pemerintahan di bidang perdagangan, mengawasi pelaksanaannya, melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan kementerian di daerah, serta mewakili pemerintah dalam berbagai bentuk kerjasama dengan negara dan lembaga internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut di atas, maka susunan organisasi Kementerian Perdagangan terdiri atas unsur: 1. Pemimpin, yaitu Menteri; 2. Pembantu Pemimpin, yaitu Sekretariat Jenderal; 3. Pelaksana, yaitu Direktorat Jenderal; 4. Pengawas, yaitu Inspektorat Jenderal; dan 5. Pendukung, yaitu Badan dan/atau Pusat. 2 BAB I PENDAHULUAN

Postur strategis perdagangan: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera Sejalan dengan tugas pokok dan fungsinya, peran strategis Kementerian Perdagangan dalam pembangunan perdagangan adalah membangun daya saing yang berkelanjutan di pasar lokal dan global. Membangun daya saing yang berkelanjutan diperlukan optimalisasi pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki serta kemampuan memanfaatkan peluang yang ada. Esensi daya saing yang berkelanjutan terletak pada bagaimana menggerakkan dan mengelola seluruh potensi sumber daya yang dimiliki. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta peran serta Kementerian Perdagangan, dalam rangka membangun daya saing tersebut, perlu adanya suatu sistem manajemen yang efektif dan efisien yang berbasis kinerja harus sejalan dan sinergi dengan perkembangan dinamika pembangunan perdagangan. Selanjutnya, sebagaimana tertuang dalam UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, bahwa tugas utama Kementerian Perdagangan adalah terkait dengan misi mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 1 Dalam UU tersebut, termuat postur strategis Perdagangan nasional yang diharapkan terbangun pada tahun 2025, yaitu: Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Tiga fokus prioritas Peningkatan Ekspor Tugas strategis Kementerian Perdagangan merujuk pada postur strategis perdagangan nasional dalam RPJPN 2005 2025 dan telah dijabarkan dalam RPJMN 2010 2014, yaitu meningkatkan ekspor non-migas dan berperan dalam peningkatan daya beli masyarakat. 2 RPJMN 2010 2014 menetapkan misi pembangunan nasional yang terkait langsung dengan sektor perdagangan yaitu mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Arah kebijakan pembangunan Perdagangan Nasional ke depan secara konsisten akan mengacu kepada arah pembangunan dalam RPJMN 2010 2014. Arah ini merupakan pedoman dalam menyusun langkahlangkah strategis ke depan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Mengacu pada tugas strategis tersebut, ada tiga fokus prioritas dalam RPJM 2010-2014 dalam upaya peningkatan ekspor, yaitu (i) Fokus Prioritas Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor, (ii) Fokus Prioritas Peningkatan Kualitas dan Keberagaman Produk Ekspor, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Fasilitasi Ekspor. Tiga fokus prioritas Peningkatan Daya Beli Masyarakat Dalam rangka peningkatan daya beli masyarakat dan terkait dengan bidang perdagangan dalam negeri, ada tiga fokus prioritas, yaitu: (i) Fokus Prioritas Peningkatan Jaringan Distribusi Untuk Menunjang Pengembangan Logistik Nasional, (ii) Fokus Prioritas Penguatan Pasar Domestik dan Efisiensi Pasar Komoditi, dan (iii) Fokus Prioritas Peningkatan Efektivitas Pengawasan dan Iklim Usaha Perdagangan. 1 Lihat UU No. 17 tahun 2007, delapan misi pembangunan nasional. 2 Lihat Lampiran Perpres No. 5 tahun 2010, Buku II Bab 3. 3 BAB I PENDAHULUAN

Empat program yang mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi teknis yang diemban Kementerian Perdagangan Dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan fungsi teknis pembangunan perdagangan dalam dan luar negeri, Kementerian Perdagangan memiliki program-program penunjang. Program-program ini didesain khusus untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas kerja seluruh SDM dan elemen organisasi sehingga dapat mendukung pelaksanaan kegiatankegiatan teknis. Program-program tersebut adalah: (1) Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Perdagangan, (2) Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Perdagangan; (3) Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Perdagangan, dan (4) Program Penelitian dan Pengembangan. Program-program ini bertujuan untuk menciptakan tata kelola yang baik dan didalam organisasi Kementerian Perdagangan. Selain itu yang sangat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menciptakan arah kebijakan perdagangan dalam dan luar negeri yang inovatif melalui penyediaan hasil kajian penelitian yang mampu menjawab tantangan masa depan. Program pertama dan kedua yang disebutkan di atas dilaksanakan oleh unit organisasi Sekretariat Jenderal. Unit ini bertanggung jawab terhadap seperti penyusunan dan kepatuhan standard operating procedure (SOP) yang prima, redefinisi visi dan misi serta restrukturisasi berkelanjutan terhadap organisasi Kementerian Perdagangan. Lebih lanjut, pelaksanaan rekrutmen pegawai yang transparan, penegakan disiplin dan regulasi, dan penyusunan laporan yang baik juga menjadi bagian tanggung jawab unit ini. Tahun 2010 ini, Sekretariat Jenderal telah menyelesaikan sebanyak 2.458 SOP dari pekerjaan yang telah dilakukan unit, penyusunan rencana strategi Kementerian Perdagangan 2010-2014, proses rekrumen pegawai CPNS tahun 2010 yang transparan, dan salah satu produk disiplin hukum dan regulasi melalui Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 1028/M-DAG/KEP/8/2010 tentang pembentukan organisasi koordinasi, monitoring dan evaluasi percepatan Pemberantasan Korupsi di Lingkungan Kementerian Perdagangan dalam rangka pengawasan internal. Program ketiga, yakni yang berkaitan dengan pengawasan dan peningkatan akuntabilitas aparatur pada prinsipnya dikoordinasikan oleh unit Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Jenderal melakukan investigasi dan evaluasi terhadap anggaran dan kinerja yang dilaksanakan seluruh unit yang berada dalam internal Kementerian Perdagangan. Tahun 2010 ini, nilai strategis yang telah dicapai Inspektorat Jenderal adalah mengantarkan Kementerian Perdagangan memperoleh opini BPK dengan hasil WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan penilaian oleh Kementerian PAN dan RB terhadap Laporan Akuntabilitas Kinerja tahun 2009 yang mendapatkan hasil CC. Selaku unit pengawas, untuk tahun 2011, harapannya dapat mempertahankan prestasi yang ada melalui pengawalan dalam penyusunan laporan keuangan dan akuntabilitas dengan melakukan reviu bersama unit-unit secara teratur. 4 BAB I PENDAHULUAN

Program keempat berkaitan dengan penelitian dan pengembangan dilaksanakan oleh unit Badan Penelitian dan Pengkajian Kebijakan Perdagangan (BP2KP). Dalam kinerja tahun 2010 ini, Kementerian Perdagangan sangat intensif mengkaji perlindungan konsumen, ekonomi kreatif, dan logistik nasional sebagai bagian pembangunan perdagangan dalam negeri dan pengembangan iklim investasi perdagangan. Di lain sisi, unit ini juga aktif untuk mengkaji pengelolaan impor, kerjasama bilateral, regional, maupun multilateral. Hasil kajian-kajian ini memberikan rekomendasi terhadap Kementerian Perdagangan untuk mengeluarkan kebijakan yang berorientasi pada visi-misi 2010-2014. B. Struktur Organisasi Kementerian Perdagangan Tujuh pilar Reformasi Birokrasi untuk good governance and clean government Langkah Reformasi Birokrasi secara internal telah dilakukan Kementerian Perdagangan melalui penataan struktur organisasi untuk meningkatkan kinerja Kementerian mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. Kebijakan ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Perdagangan, dilakukan melalui perubahan pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) serta sistem manajemen pemerintahan sebagai upaya perwujudan tata pemerintahan yang baik dan bersih, terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme/KKN (good governance and clean government). Langkah tersebut dilakukan melalui tujuh pilar untuk meningkatkan kinerja Kementerian Perdagangan, yaitu (i) kepemimpinan, (ii) perencanaan, (iii) organisasi, (iv) manajemen SDM, (v) penganggaran berbasis kinerja, (vi) proses bisnis, dan (vii) pemantauan, evaluasi dan pelaporan. Unit organisasi baru: 1. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, 2. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, 3. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Kementerian Perdagangan telah melakukan redefinisi visi dan misi (Renstra Perdagangan 2010-2014) serta penyempurnaan struktur organisasi melalui Penajaman struktur organisasi dan tupoksi dalam rangka mendukung visi dan misi yang baru dengan menyusun organisasi sesuai dengan fungsi yang diemban masing-masing unit. Perubahan struktur organisasi tersebut dilatarbelakangi dengan tanggung jawab Kementerian Perdagangan yang semakin kompleks, baik di dalam maupun di luar negeri. Dengan ditetapkannya Permendag Nomor 31/M.DAG/PER/7/2010, sebagai langkah Restrukturisasi organisasi yang dilakukan dengan regrouping berdasarkan fungsi yang dijalankan Kementerian Perdagangan sehingga terdesain 1 unit eselon I baru yaitu Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen, kemudian disempurnakannya Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) menjadi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, serta penyempurnaan fungsi Badan Penelitian dan Pengembangan Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. 5 BAB I PENDAHULUAN

Pembentukan Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen merupakan komitmen Kementerian untuk menguatkan peran pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada konsumen sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perubahan nomenklatur BPEN menjadi Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional mengintegrasikan setiap jenis pelayanan kedalam satu unit, sehingga memiliki keunggulan dalam spesialisasi pelayanan dan akumulasi keahlian. Perubahan nomenklatur Badan Pengembangan dan Penelitian Perdagangan menjadi Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan dalam rangka mewujudkan suatu lembaga analisa kebijakan perdagangan yang lebih fokus dan profesional sehingga memberikan rekomendasi kebijakan yang artikulatif, antisipatif, komprehensif dan tepat waktu serta mampu mendukung perumusan kebijakan perdagangan yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. Harapan penajaman fungsi birokrasi melalui struktur organisasi baru Desain atau struktur organisasi baru Kementerian Perdagangan hasil penajaman fungsi birokrasi sebagaimana dipaparkan di atas, menjadi sebagai berikut: 1. Menteri Perdagangan; 2. Sekretariat Jenderal; 3. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri; 4. Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen; 5. Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri; 6. Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional; 7. Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional; 8. Inspektorat Jenderal; 9. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi; dan 10. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan. Bagan struktur organisasi Kementerian Perdagangan pasca penataan organisasi, dapat dilihat pada Lampiran 1 C. Isu Strategis Organisasi Kementerian Perdagangan Tahun 2010 Sektor perdagangan sebagai mesin perekonomian global Dinamika perekonomian dunia dan domestik telah mewarnai perjalanan pembangunan perdagangan nasional sepanjang 2010. Kenaikan harga minyak mentah, krisis keuangan global, sampai kepada bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia merubah pola suplai dan harga, serta turut mempengaruhi sektor perdagangan nasional. Isu tersebut bahkan sudah dimulai sejak akhir tahun 2009. 6 BAB I PENDAHULUAN

Dalam tahun berjalan, ekonomi global kembali pulih yang ditandai dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, meskipun aktifitas perdagangan dunia masih bergerak perlahan. Pemulihan ekonomi global lebih baik dari perkiraan semula, dimana di banyak negara, the strength of the rebound berlangsung moderat dengan akselerasi pemulihannya berbeda-beda. Growth Domestic Product (GDP) dunia tumbuh positif di tahun 2010, dimana tren kinerja negara berkembang sangat berpengaruh positip. Sektor perdagangan dunia yang menjadi mesin perekonomian global dengan pertumbuhan melebihi pertumbuhan output sempat mengalami penurunan global demand. Negara-negara yang postur ekonominya didominasi oleh kekuatan ekspor terpukul karena pasar di negara-negara tujuan ekspor mengalami kontraksi, penurunan tingkat output, defisit neraca perdagangan, dan transaksi berjalan dan meningkatnya pengangguran. Hal ini berimbas pada lemahnya permintaan. Selain penurunan permintaan ini, negara-negara tujuan ekspor juga memiliki tendensi proteksionis melalui penutupan akses pasar atau pendistorsian kompetisi, sehingga mempersulit akses ke pasar-pasar tujuan ekspor. Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada peningkatan keragaman produk Sementara itu, melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia yang berakibat pada melemahnya permintaan dunia dan aktivitas produksi global memaksa tingkat persaingan produk ekspor di pasar global semakin ketat dan harga komoditas berfluktuasi. Tantangan lain adalah adanya kemungkinan serbuan produk impor dari negara lain, akibat dari menurunnya permintaan produk di beberapa pasar utama ekspor dunia, yang kemudian dialihkan ke pasar Indonesia. Dengan melemahnya permintaan dunia, harga komoditas di pasar internasional pada 2010 tercatat moderat kecuali minyak bumi dan pangan. Pada masa yang akan datang perkembangan ekspor Indonesia harus berbasis pada upaya peningkatan keragaman produk dan penciptaan nilai tambah termasuk peningkatan volume. Namun demikian, secara keseluruhan perekonomian dunia di tahun 2010 tetap lebih baik dari tahun 2009. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya sebesar 1,9 persen, namun di akhir 2010 tercatat sebesar 3,1 persen. Kinerja perekonomian emerging markets Asia menguat dan terus menguat sehingga menjadi jangkar stabilisasi sekaligus dorongan pemulihan ekonomi bagi negara-negara lain. WTO mencatat pertumbuhan ekspor global 2010 sebesar 1,1 persen, sedangkan IMF secara mengejutkan mencatat angka pertumbuhan ekspor global sebesar 2,47 persen. Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas Peran sektor perdagangan semakin penting dalam perekonomian nasional, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, pentingnya peran sektor perdagangan terlihat dari peningkatan kontribusi PDB sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Secara kualitas, semakin pentingnya sektor perdagangan terlihat dari kegiatan-kegiatan yang lebih mengedepankan kualitas jasa perdagangan untuk mendukung 7 BAB I PENDAHULUAN

sektor industri, pertanian, kehutanan, perikanan, turisme, pertambangan, dan lain-lain. Dukungan kegiatan tersebut memberikan pengaruh yang positif terhadap meningkatnya kontribusi sektor perdagangan. Kegiatan-kegiatan ini antara lain meliputi perbaikan pelayanan publik, iklim usaha, infrastruktur terkait ekspor impor seperti Jakarta International Container Terminal (JICT) berkapasitas 2,5 juta peti kemas twenty-foot equivalent unit per tahun, pembangunan sekaligus revitalisasi dan harmonisasi pasar tradisional-pasar modern, penyediaan kebutuhan pokok, stabilisasi harga, sinergi pengembangan UKM dan petani di bidang perdagangan, dan pengembangan inovasi dagang melalui entrepreneurship kreatif. Tantangan-tantangan baru pembangunan infrastruktur perdagangan Infrastruktur perdagangan masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan (advancement). Namun hal ini tidak hanya terlepas dari peran Kementerian Perdagangan semata. Dukungan dari instansi terkait perlu diakselerasi, diharmonisasi, termasuk, kebijakan di pusat dan di daerah, lintas regional, lintas geografis, terutama di daerah-daerah tertinggal, perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah terpencil (remote area). Lambatnya pembangunan infrastruktur perdagangan hampir dapat dipastikan berujung pada rendahnya pelayanan suplai barang dan jasa, menambah cost, dan mencederai kepercayaan publik terhadap pemerintah. Sementara itu, lingkungan eksternal yang berkembang secara cepat dapat berdampak positif dengan terciptanya berbagai peluang pasar, tetapi dapat juga berdampak negatif dengan munculnya berbagai tantangan atau ancaman. Kecenderungan bisnis global menunjukkan beberapa hal seperti keterbukaan perdagangan (trade openness), keterkaitan secara global, kecenderungan proteksionistik, liberalisasi perdagangan melalui blok-blok perdagangan; proses transnasionalisasi (multi national corporations-mncs), perkembangan teknologi informasi yang super cepat diikuti terciptanya gap-gap informasi perdagangan, serta mengedepannya isu lingkungan dan nonperdagangan lainnya. Tetap mewaspadai proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB) Keterkaitan secara global baik dalam aspek produksi, keuangan, pemasaran, dan aspek lainnya dalam berbisnis secara global saat ini memberikan peluang sekaligus ancaman bagi kelangsungan bisnis dalam negeri. Munculnya proteksionisme melalui instrumen non-tariff barrier (NTB), terutama yang dilakukan oleh negara-negara maju namun diikuti oleh sementara Negara berkembang seperti India dan China, menjadi ancaman bagi Indonesia dalam hal akses pasar produk ekspor ke negaranegara tersebut. Sedangkan liberalisasi perdagangan melalui pembentukan blok perdagangan yang terus berlangsung saat ini akan menciptakan peluang dan sekaligus ancaman riil bagi Indonesia dalam upaya peningkatan perdagangan luar negeri. Di satu sisi liberalisasi perdagangan di dunia meningkatkan peluang pasar ekspor Indonesia, namun di sisi lain juga meningkatkan akses pasar produk impor ke pasaran dalam negeri karena Indonesia membutuhkan barang atau bahan 8 BAB I PENDAHULUAN

baku yang tidak diproduksi di dalam negeri. Hal ini harus diamati secara proporsional sehingga tidak merugikan kepentingan Indonesia. Munculnya raksasa ekonomi baru seperti China, di satu sisi merupakan peluang bagi Indonesia untuk memperluas serta menganekaragamkan tujuan ekspor, namun di sisi lain membuka kran impor dalam volume dan pertumbuhan yang sangat berbeda dengan masa lalu sehingga menciptakan defisit. Begitu pula munculnya negara-negara dengan perekonomian yang bertumpu pada ekspor yang berkembang pesat seperti Malaysia, Vietnam, dan Thailand merupakan tekanan terhadap produk domestik, baik di pasar internasional maupun di pasar domestik. Kecenderungan negara-negara dagang meningkatkan hambatan nontarif menuntut aspek kualitas dan standar produk Indonesia, umumnya produk pertanian dan perikanan memperhatikan penjagaan lingkungan dan kesehatan. Sebagai bagian upaya penetrasi ekspor terutama pada pasar nontradisional, peluang masih terbuka peluang pemanfaatan berbagai skema perdagangan seperti imbal dagang atau alternatif perdagangan lainnya, yang perlu lebih dioptimalkan. Sektor penunjang perdagangan seperti perbankan dan asuransi Indonesia diharapkan menyediakan pelayanannya di pasar-pasar berkembang. Efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi Di sisi perdagangan dalam negeri, isu terbesar yang dihadapi adalah terkait dengan efektifitas sistem logistik, sarana prasarana perdagangan, serta kelancaran arus distribusi antar wilayah di Indonesia. Disamping itu, penguatan kelembagaan perdagangan dalam negeri untuk upaya perlindungan konsumen, kemetrologian, dan persaingan usaha yang sehat masih perlu optimalisasi. Peran sektor perdagangan bertambah penting dengan ditandai munculnya keunggulan Ekonomi Kreatif sebagai pemicu inovasi perdagangan tanpa batas, kontribusi subsektor perdagangan eceran yang semakin signifikan dalam pembentukan PDB dan penciptaan lapangan kerja secara luas. Koridor-koridor ekonomi di bagian timur pulau Sumatera, bagian utara pulau Jawa, poros Jawa-Bali- Nusa Tenggara, wilayah kepala burung Papua, Sulawesi Utara, dan poros Kalimantan-Sulawesi pada umumnya merupakan tantangan strategis pembangunan perdagangan. Dalam konteks penciptaan lapangan kerja guna mengurangi pengangguran, diharapkan semua sektor atau lapangan usaha termasuk sektor perdagangan mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja, sehingga sasaran yang telah ditetapkan pemerintah untuk menekan angka pengangguran sampai pada kisaran 5-6 persen pada akhir tahun 2014 dapat tercapai (sasaran RPJMN 2010-2014). Kendala sektor perdagangan dan tangan pelayanan publik Secara umum sektor perdagangan masih menghadapi berbagai kendala, yaitu: tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh dunia usaha yang akhirnya mempengaruhi daya saing produk ekspor, lemahnya sistem 9 BAB I PENDAHULUAN

jaringan koneksi dan distribusi nasional yang kurang mendukung peningkatan daya saing ekpor, meningkatnya nilai tukar rupiah riil efektif, penurunan investasi, keterbatasan dan penurunan kualitas infrastruktur serta masih belum memadainya perangkat hukum di sektor perdagangan. Berbagai masalah di atas jelas relatif mempengaruhi kinerja sektor perdagangan. Oleh sebab itu berbagai kendala harus dipecahkan sehingga kinerja sektor perdagangan dapat meningkat. Dari sisi internal kementerian, perbaikan kinerja manajemen Kementerian Perdagangan pada tahun 2010 mengalami akselerasi melalui reformasi birokrasi. Otomasi perizinan dan optimalisasi pelayanan terhadap dunia usaha menjadi tantangan besar yang harus diwujudkan secara berkelanjutan. Hal ini terkait dengan strategi nasional ke arah efektifitas dan efisiensi bisnis yang diharapkan mampu mengangkat performa perdagangan dan investasi nasional, serta membuka kemakmuran masyarakat. 10 BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan B. Kontrak Kinerja Kementerian Perdagangan

A. Perencanaan Strategis Kementerian Perdagangan VISI Perencanaan strategis Kementerian Perdagangan telah menghasilkan renstra yang menjadi pedoman pencapaian kinerja optimal Kementerian Perdagangan selama 5 (lima) tahun ke depan. Perencanaan strategis mencakup Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Kebijakan, Strategi, dan Program Utama Kementerian Perdagangan, dengan uraian sebagai berikut: Visi Kementerian Perdagangan adalah: Perdagangan Sebagai Sektor Penggerak Pertumbuhan dan Daya Saing Ekonomi serta Pencipta Kemakmuran Rakyat Yang Berkeadilan MISI Dalam rangka mewujudkan Visi tersebut di atas, maka Kementerian Perdagangan menetapkan 3 (tiga) Misi organisasi, yaitu: 1. Meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas. 2. Menguatkan pasar dalam negeri. 3. Menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi nasional TUJUAN Sebagai penjabaran Visi dan Misi Kementerian Perdagangan, maka tujuan pembangunan perdagangan periode 2010 2014 yang ingin dicapai yaitu: 1. Peningkatan akses pasar ekspor dan fasilitasi perdagangan luar negeri untuk mengurangi ketergantungan pasar tujuan ekspor ke negara-negara tertentu dan meningkatkan kelancaran arus barang ekspor dan impor. 2. Perbaikan iklim usaha perdagangan luar negeri yang berorientasi pada pelayanan publik yang optimal. 3. Peningkatan daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor dan peningkatan citra produk ekspor Indonesia di pasar global. 4. Peningkatan peran dan kemampuan diplomasi perdagangan internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional Indonesia dalam forum multilateral, regional, bilateral yang penuh tantangan dan kompleksitas. 5. Perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri dengan melakukan reformasi birokrasi dan harmonisasi kebijakan perdagangan dalam negeri di pusat dan di daerah. 6. Peningkatan kinerja sektor perdagangan dan ekonomi kreatif melalui fasilitasi promosi dan penciptaan kebijakan perdagangan. 7. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan pasar dalam negeri sehingga masyarakat terhindar dari produk-produk yang menyebabkan kerugian, membahayakan kesehatan, keamanan dan keselamatan konsumen serta produsen dalam negeri terhindar 12 BAB II PERENCANAAN DAN KONTRAK KINERJA