HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Nekrosis Sel-Sel Ileum Itik Cihateup Fase Grower

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

PENDAHULUAN. Pemeliharaan itik dipeternakan rakyat tergolong sulit karena kondisi kandang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Makro Ileum. Tabel 6. Rataan Panjang dan Diameter Ileum Itik Cihateup.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Kadar Asam Urat Darah Itik Cihateup Fase Grower

PENDAHULUAN. dipertahankan. Ayam memiliki kemampuan termoregulasi lebih baik dibanding

HASIL DAN PEMBAHASAN. HSP 70 yang muncul pada sampel itik saat pengukuran menggunakan PCR harus

PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan osmotik serta stres panas. Itik akan mengalami kesulitan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian FOS terhadap Jumlah Plak Peyeri Ileum Itik Cihateup

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Itik Cihateup merupakan salah satu unggas air, yaitu jenis unggas yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa-bangsa itik lokal yang ada umumnya diberi nama berdasarkan

I PENDAHULUAN. optimal salah satunya itik. Itik sebagai hewan homoeotherm, itik memerlukan

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik Cihateup

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Barat, Itik cihateup tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan dijadikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung dan tanpa kitosan iradiasi disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

HASIL DAN PEMBAHASAN. fructooligosaccharide (FOS) pada level yang berbeda disajikan pada Tabel 5:

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

PENDAHULUAN. menjadi lebih sederhana, yaitu dengan sistem pemeliharaan minim air. Itik Cihateup merupakan unggas air yang memiliki Thermo Neutral Zone

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

PENDAHULUAN. melakukan aktivitas pada suhu lingkungan yang berbeda. Kondisi minim air dapat menyebabkan itik mengalami stress berat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Kadar Protein dan Malondialdehyde (MDA) Darah Itik... Vita

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur perbaikan Deoxyribonucleic Acid (DNA) sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Itik Cihateup yang dipelihara sebanyak 48 ekor baik jantan maupun betina,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Percobaan menggunakan Itik Cihateup pada fase grower dengan umur 14

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

PENDAHULUAN. sebagian hidupnya dilakukan ditempat berair. Hal ini ditunjukkan dari struktur fisik

I. PENDAHULUAN. lkan nila merupakan salah satu jenis ikan yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan nila

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

1 Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yan memiliki rasa

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

BAB IV HASIL DAN PEMBASAN

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Total Bakteri Daging Sapi

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan cairan dalam tubuhnya (Suriawiria, U., 1996). Sekitar 70 % tubuh

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein

I PENDAHULUAN. peternakan. Penggunaan limbah sisa pengolahan ini dilakukan untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

PROSES PEMANFAATAN PAKAN PADA TUBUH IKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

4. PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Protein Spirulina platensis

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Daun Belimbing Wuluh mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Protein Hati Itik

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Kitosan Iradiasi terhadap Kadar Glukosa Darah Itik Cihateup

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. memicu timbulnya penyakit degeneratif termasuk kanker. Kandungan terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. di dunia setelah kanker paru-paru, hepar dan kolon. Insidensi kanker payudara

TINJAUAN PUSTAKA. Itik (Anas platyrhynchos)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adanya perubahan kondisi kesehatan ikan baik akibat faktor infeksi

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok penduduk Indonesia

KANDUNGAN SENYAWA ISOFLAVON DALAM TEMPE DAN MANFAATNYA BAGI KESEHATAN. Dr. Sri Handayani

BAB I PENDAHULUAN. yang baik pun meningkat. Salah satu sumber gizi yang paling penting adalah protein

SISTEM DIGESTIVA (PENCERNAAN) FISIOLOGI PENCERNAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

I. PENDAHULUAN. Usaha budidaya ikan baung telah berkembang, tetapi perkembangan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Klasifikasi diabetes mellitus menurut ADA (2005) antara lain diabetes mellitus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM

BAB V PEMBAHASAN. fagositosis makrofag pada kelompok perlakuan (diberi ekstrak daun salam)

BAB II TINJUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Nekrosis Sel-Sel Ileum Itik Cihateup Fase Grower Pengaruh pemberian minyak buah makasar terhadap nekrosis sel-sel ileum itik cihateup fase grower, berdasarakn hasil penelitian ditampilkan pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Nekrosis Itik Cihateup Fase Grower yang diberi Berbagai Level Minyak Buah Makasar Nekrosis Ulangan P0 P1 P2 P3 sel/10 3 Sel.... 1 187 81 132 143 2 179 78 127 147 3 178 82 131 152 4 182 76 126 150 5 178 75 118 148 6 185 77 125 152 Ʃ 1089 469 759 892 x 181.50±3,83 78.17±2,78 126.50±5,00 148.67±3,44 Keterangan : P0 : Tanpa pemberian minyak buah makasar (MBM) P1 : Pemberian MBM 100 μl P2 : Pemberian MBM 150 μl P3 : Pemberian MBM 200 μl Berdasarkan Tabel 5 dan hasil analisis varians polinomial orthogonal (Lampiran 2) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sangat nyata (p<0,01) pemberian berbagai level minyak buah makasar (MBM) terhadap rata-rata jumlah sel yang mengalami nekrosis. Sehingga H O ditolak dan H 1 diterima, jadi dapat dikemukakan bahwa pemberian minyak buah makasar mempengaruhi kematian sel secara nekrosis. Untuk mengetahui perlakuan yang memberikan pengaruh paling

35 optimal terhadap kematian sel maka dilakukan uji Contrast Orthogonal. Hasil dari Uji Contrast Ortoghonal ditampilakn pada Tabel 6 sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Uji Perbedaan Jumlah Sel Ileum yang Mengalami Nekrosis dengan Pemberian Berbagai Level MBM Perlakuan Rata-rata Signifikansi* P1 78,17 a P2 126,50 b P3 148,67 b P0 181,50 c *Abjad yang berbeda (a, b, b, dan c) pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) Keterangan : P0 P1 P2 P3 : Tanpa pemberian minyak buah makasar (MBM) : Pemberian MBM 100 μl : Pemberian MBM 150 μl : Pemberian MBM 200 μl Pada Tabel 6 menunjukkan bahwa tanpa pemberian minyak buah makasar tingkat kematian sel-sel ileum itik cihateup paling tinggi dibandingkan perlakuan yang diberikan minyak buah makasar namun disamping itu semakin tinggi level pemberian minyak buah makasar memicu terjadinya kematian sel-sel ileum itik cihateup secara nekrosik. Kita lihat bahwa P0 (181,50) dengan tanpa diberikan minyak buah makasar memiliki tingkat kematian sel secara nekrosis paling tinggi (p<0,01) dibandingkan dengan yang lain. P3 (148,67) dengan pemberian minyak buah makasar sebanyak 200 μl memiliki pengaruh yang berbeda sangat nyata (p<0,01) terhadap P1 (78,17) dengan konsentrasi pemberian 100 μl meskipun terhadap P2 (126,50) dengan konsentrasi sebesar 150 μl tidak berbeda nyata (p>0,05). Mikroskopik nekrosis dan apoptosis dapat dilihat pada Ilustrasi 1.

36 Apoptosis (P0) (P1) Nekrosis (P2) (P3) Ilustrasi 1. Nekrosis dan Apoptosis Vili Sel Ileum Itik Cihateup pada Setiap Perlakuan Kematian sel secara nekroris merupakan kematian sel dengan rusaknya membran sel, yang dipicu oleh peningkatan senyawa karsinogenik, baik senyawa yang berasal dari pencernaan makanan di dalam usus yang tidak sempurna, maupun senyawa radikal dari lingkungan. Senyawa karsinogenik dari hasil pencernaan di

37 usus dapat meningkat karena stres, baik cekaman panas, nonthermal, serta sekresi mikroba patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nekrosis sel-sel illeum sangat nyata lebih tinggi, terjadi pada kelompok itik yang mengalami stress tanpa pemberian MBM. Kematian sel yang tinggi pada kelompok ini dapat disebabkan oleh meningkatnya by product berupa zat karsinogenik yang dapat merusak membran sel dengan rusaknya struktur komponen protein membran sel. Beberapa dampak cekaman stres terhadap pencernaan nutrien di dalam illeum, misalnya pencernaan karbohidrat dapat menginduksi peningkatan glutamin dan hydrogen peroksida. Kedua senyawa ini jika berlebihan menyebabkan nekrosis meningkat. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa nekrosis mengalami peningkatan yang cukup tinggi dengan meningkatnya konsentrasi glutamin dan hydrogen peroksida di dalam saluran pencernaan (Chen dkk., 2009). Hasil penelitian lain menunjukkan peningkatan kadar glutamin dan zat peroksidasi di dalam lumen saluran pencernaan dengan meningkatnya stres (Suhartono dkk., 2002. Penurunan rata-rata nekrosis sel-sel ileum dengan pemberian MBM berdasarkan hasil, dapat dijelaskan bahwa minyak buah makasar mengandung asam linoleat yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga dapat memodifikasi enzimenzim yang berhubungan dengan karsinogenesis mikroba patogen dari luar tubuh menurut (Zhang dkk., 2012). Terbukti juga bahwa pemberian asam linoleat dalam konsentrasi yang rendah dapat membunuh dan mencegah pertumbuhan mikroba patogen yang berada di dalam kolon dan mengikat senyawa karsinogenik dan radikal bebas dari luar tubuh berupa logam-logam berat yang berasal dari pakan,

38 hasil pencernaan yang tidak sempurna, hal tersebut sesuai dengan yang diteliti (Junqueira dkk, 1968; Henson dkk, 2001; Hamidu dkk, 2001). Peningkatan level MBM tampak justru memicu kembali peningkatan nekrosis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah nekrosis dengan pemberian MBM (200 μl) yaitu 148,67, berbeda sangat nyata (p<0,01) dibandingkan dengan rata-rata nekrosis pada kelompok itik yang diberi level MBM 100 μl. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian MBM dengan level yang tinggi memicu kerusakan membran sel. Hasil ini dapat dijelaskan bahwa MBM bukan hanya mengandung asam linoleat tetapi MBM yang digunakan juga menagndung senyawa 2-ethyl hexanol sebesar 16,67 %. Senyawa ini dapat menyebabkan dehidrasi sitoplasma sehingga menyebabkan sel-sel tidak dapat mempertahankan sifat permeabilitasnya hingga mengalami kerusakan membran. Mayes (1983) mengemukakan bahwa senyawa ethyl hexanol dapat memicu kerusakan sel. 4.2 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Apoptosis Sel- Sel Ileum Itik Cihateup Fase Grower Pengaruh pemberian minyak buah makasar terhadap nekrosis sel-sel ileum itik cihateup gase grower, berdasarakn hasil penelitian ditampilkan pada Tabel 5. Berdasarkan analisis Polinomial Orthogonal (Lampiran 1), menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan H 0 ditolak dan H 1 terima. Berarti pemberian minyak buah makasar berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap apoptosis sel-sel ileum itik cihateup. Untuk mengetahui perlakuan yang menunjukkan rata-rata apoptosis yang berbeda maka telah dilakukan uji Contrast Orthogonal. Hasil dari Uji Contrast Ortoghonal (Lampiran 3) diperoleh hasil pada Tabel 8.

Tabel 7. Rataan Apoptosis Itik Cihateup Fase Grower yang Diberi Brbagai Level Minyak Buah Makasar Apoptosis Ulangan P0 P1 P2 P3 sel/10 3 Sel... 1 192 194 149 167 2 195 189 163 173 3 189 195 158 175 4 195 189 159 169 5 197 193 151 167 6 188 194 149 171 Ʃ 1156 1154 929 892 x 192,67±3,61 192,33±2,65 154,83±5,94 170,33±3,26 Keterangan : P0 : Tanpa pemberian minyak buah makasar P1 : Pemberian 100 μl P2 : Pemberian 150 μl P3 : Pemberian 200 μl Hasil analisis Contrast Orthogonal (Tabel 8), menunjukkan perbedaan alami yang sangat signifikan (p<0,01) antarperlakuan. Jumlah sel yang mengalami kematian secara apoptosis terbanyak adalah kelompok itik tanpa perlakuan MBM atau P0 (192,67 sel/10 3 sel) dibandingkan dengan yang diberi perlakuan minyak buah makasar, urutan kedua adalah pada P1 (192,33) dengan konsentrasi 100 μl, kemudian pada urutan ketiga yaitu pada P2 (154,83) dengan konsentrasi 150 μl, dan yang memiliki jumlah kematian sel secara apoptosis pada sel-sel ileum itik cihateup paling kecil adalah pada P3 (170,33) dengan konsentrasi 200 μl. 39

Tabel 8. Hasil Uji Perbedaan Jumlah Sel Ileum yang Mengalami Apoptosis dengan Pemberian Berbagai Level MBM Perlakuan Rata-rata Signifikansi* P2 154,83 a P3 170,33 b P1 192,33 c P0 192,67 d *Abjad yang berbeda (a, b, c, dan d) pada kolom signifikansi menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (p<0,01) Keterangan : P0 P1 P2 P3 : Tanpa pemberian minyak buah makasar (MBM) : Pemberian MBM 100 μl : Pemberian MBM 150 μl : Pemberian MBM 200 μl 40 Dapat dikemukakan bahwa pemberian MBM sangat efektif menurunkan apoptosis sel-sel ileum. Terdapat kecendrungan secara linear bahwa semakin banyak diberikan minyak buah makasar pada itik maka kematian sel-sel ileum itik cihateup secara apoptosis dapat berkurang. Meskipun tampak bahwa pemberian hingga level 200 µl kembali meningkatkan apoptosis sel-sel ileum. Peningkatan apoptosis ternak itik yang sedang stres dan tanpa pemberian MBM, terjadi karena pada saat itik mengalami stress, berdampak pada peningkatan hormon katabolisme seperti glukotikoid secara berkepanjangan menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas yang berasal dari phosporilasi oksidatif, maupun asam urat dari katabolisme yang disebabkan terjadinya glukoneogenesis (Droge, 2002). Adanya asam linoleat tersebut dapat mengikat hasil produksi radikal bebas sehingga apoptosis pada sel-sel ileum itik cihateup dapat dicegah karena asam linoleat merupakan suatu antioksidan (Zhang dkk., 2012; Fesler dan Peterson, 2013; Jiang dkk, 2014).

41 Hasil-hasil penelitian terdahulu dilaporkan bahwa cekaman panas yang tinggi menyebabkan denaturasi protein hingga kegagalan transkripsi dan translasi protein di sel-sel. Mutasi kecil telah menunjukkan peningkatan yang tinggi seiring dengan cekaman stres yang dialami ternak. Fenomena ini memicu terjadinya apoptosis, sehingga kematian nukleus tampak meningkat. Henson dkk. (2001) melaporkan peningkatan apoptosis sebagai dampak tekanan stress panas dan nonthermal. Hasil penelitian sebelumnya juga melaporkan bahwa radikal bebas memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap kematian sel apoptosis. Peran radikal bebas antara lain menyebabkan mutasi DNA (Weng dkk., 2007). Efektifitas MBM dalam menurunkan dan atau mencegah jumlah apoptosis, antara lain disebabkan oleh kemampuan asam linoleat yang dikandung MBM mampu bertindak sebagai antioksidan, sehingga radikal bebas sebagai produk phosphorilasi oksidatif tidak bertindak sebagai zat yang radikal tetapi sebaliknya menjadi zat yang perooksidant. Shin dkk. (2010) melaporkan bahwa zat-zat antioksidan seperti flavonoid dan asamasam lemak esensial (minyak tidak jenuh) bertindak sangat efektif dalam menanggulangi radikal bebas. Lebih lanjut dilaporkan, penurunan kematian sel apopotosis seiring dengan menurunnya radikal bebas.