KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

SISTEM STERILISASI AIR MINUM ISI ULANG PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA DAN KABUPATEN PEKALONGAN

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA TOMOHON TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICIA COLI PADA ES TEH YANG DIJUAL DI SEPANJANG JALAN TARAKAN KOTA BANAJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Unnes Journal of Public Health

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

HUBUNGAN ANTARA AIR BAKU, PROSES PENGOLAHAN DAN HIGIENE SANITASI DEPOT DENGAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MANADO.

*Fakultas Kesehatan Masyarat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulamgi Manado

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

ANALISIS KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR BERSIH PADA SISTEM AIR BERSIH DI DESA LANSA KECAMATAN WORI KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

Kualitas Air Minum Isi Ulang Pada Depot di Wilayah Kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

KATA KUNCI : Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Air Minum Isi Ulang

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

MANAJEMEN PENGAWASAN SANITASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG KOTA BATAM TESIS. Oleh

ABSTRAK UJI KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM DALAM AIR MINUM ISI ULANG PADA 5 DEPOT PENGISIAN DI SEKITAR RUMAH SUSUN SARIJADI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI COLIFORM

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA BAKTERI COLIFORM

KAJIAN KUALITAS AIR MINUM YANG DIPRODUKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN PERSYARATAN MIKROBIOLOGIS TAHUN 2014

Purwitasari,.R.H, Zulkarnaini, Suyanto 2017 : 11 (1)

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN TANJUNG REDEP KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29124

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS SUMBER AIR BERSIH DI DESA KAYUWATU KECAMATAN KAKAS Gabriela J. Mantik*, Jootje M. L. Umbo*, Woodford B. S.

KAJIAN SANITASI PERALATAN TERHADAP JUMLAH COLIFORM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA BANJAR. Tirana Nugraha 1)

JUMLAH BAKTERI COLIFORM PADA AIR BAKU DAN AIR HASIL PENGOLAHAN PDAM DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI. Oleh. Mega Endahlestari NIM

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

KESMAS, Vol.10, No.2, September 2016, pp. ~ ISSN:

Unnes Journal of Public Health

Total Coliform Dalam Air Bersih Dan Escherichia coli Dalam Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

PERBANDINGAN UJI BAKTERIOLOGI AIR ANTARA AIR MINUM ISI ULANG DENGAN AIR MINUM DALAM KEMASAN DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN SARIO KOTA MANADO TAHUN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Univesitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Analisis Kuantitatif, Bakteri E. Coli, Air Minum Isi Ulang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI BAKTERIOLOGIS SUSU KEDELAI PRODUK RUMAH TANGGA YANG DI JUAL DIPASARAN. Oleh: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP 2. Dosen Program Magister Kesehatan Lingkungan, UNDIP 3. Dosen Program Doktor Ilmu Lingkungan, UNDIP

LAPORAN TUGAS AKHIR (EV-003)

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR BAKTERIOLOGIS PADA AIR MINUM ISI ULANG DI KECAMATAN KRAMAT KABUPATEN TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan pokok manusia yang paling penting. Air

KUALITAS MIKROBIOLOGIS MAKANAN DAN SIKAP PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN MAKANAN PADA KANTIN SEKOLAH DASAR DI WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Air dalam keadaan murni merupakan cairan yang tidak berwarna, tidak

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010

Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang di Wilayah Kota Bogor

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia BudiALIAN SAMPAH DAN ABSTRAK

3 DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MANADO

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kontaminasi Mikroorganisme pada Jamu Gendong Di Kota Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI PADA DEPOT AIR MINUM DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INTISARI ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI

GAMBARAN KARAKTERISTIK SUMUR WARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

GAMBARAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM DARI DEPOT ISI ULANG DI KECAMATAN RANOYAPO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dari luar Provinsi Gorontalo maupun mahasiswa yang berasal dari luar Kota Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN.

Kepustakaan : 15 Kata Kunci : Jarak sumur gali, tempat pembuangan tinja, Escherichia Coli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ECOTROPHIC 9 VOLUME (2) : 52-56 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG Made Partiana 1*), Made Sudiana Mahendra 2), Wayan Redi Aryanta 3) 1) Program Magister Ilmu Lingkungan, Univ. Udayana 2) Fakultas Pertanian Univ. Udayana 3) Fakultas Teknologi Pertanian Univ. Udayana *) Email : madepariana99@gmail.com ABSTRACT The presence of refill drinking water in the urban community especially Badung Regency is favored as an alternative of water supply because it cost relatively cheaper compared to water in pacage. The number of samples in this study was 45 outlets with refill drinking water as its study material. The bacteriological examination of the material of study was done on included most probable number (MPN) of coliform and Eschericia coli. The result of refill drinking water investigation bacteriological examination revealed 88.9 % outlets were considered qualified, 11.1 % of them were unqualified because they contained coliform bacteria and one stall had Eschericia coli. The observation hygiene 15.6 % unqualified and sanitation outlets examination 17.8 % unqualified. Correlation test showed no significant relationship between raw materials, equipment, processing, hygiene and sanitation autlets with bacteriological quality of drinking water. Keywords: Refill drinking water; Hygiene Sanitation; Bacteriological Quality 1. PENDAHULUAN Depot air minum adalah usaha yang melakukan pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Konsumsi air minum dari depot air minum pada beberapa tahun terakhir meningkat tajam, utamanya dikalangan masyarakat perkotaan. Peningkatan konsumsi air ini akibat semakin meningkatnya kebutuhan air minum, sementara kualitas air sumur terus menurun akibat banyaknya pencemaran serta belum optimalnya pasokan air PDAM dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Dampak positif adanya depot air minum adalah menyediakan air yang kualitasnya aman dan sehat bagi pemakainya, individu maupun masyaraakat, menyediakan air yang memenuhi kuantitas, menyediakan air secara kontinyu, mudah dan murah untuk menunjang higiene perorangan maupun rumah tangga. Disisi lain perkembangan depot air minum berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan konsumen, bila tidak adanya regulasi yang efektif. Isu yang mengemuka saat ini adalah rendahnya jaminan kualitas terhadap air minum yang dihasilkan. Jika tidak dikendalikan dengan maksimal depot air minum berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan misalnya keracunan zat kimia, persisten maupun penyebaran penyakit melalui air. Masyarakat sebagai konsumen air minum perlu dilindungi haknya, seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Bahwa konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa dan hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa. Berdasarkan hasil pemantauan penulis dilapangan, pola pembinaan dan pengawasan terkait dengan perijinan usaha depot air minum belum jelas, serta masih banyaknya kandungan kuman dan bakteri dalam air minum isi ulang, juga semakin banyaknya depot air minum yang bermunculan, dan demi untuk melindungi konsumen ataupun masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang sebagai alternatif yang murah dalam memenuhi kebutuhan air minum, maka berdasarkan pertimbangan tersebut di atas perlu dilakukan penelitian tentang kualitas bakteriologis depot air minum pada tingkat produsen di Kabupaten Badung. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah Explanatory Research yaitu untuk mengetahui ataupun menjajaki kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum di Kabupaten Badung, metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara dengan pendekatan crossectional. Variabel yang diteliti adalah kualitas bakteriologis air baku, air minum, higiene dan sanitasi depot air minum. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 45 depot air minum di Kabupaten Badung. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan check list higiene sanitasi depot air minum dan untuk pemeriksaan jumlah coliform dan Escericia coli menggunakan metode tabung ganda. Analisis data dilakukan menggunakan teknik analisis univariat dan bivariat dengan uji chi-square. 52

[Made Partiana, dkk.] : Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen di Kabupaten Badung 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Kualitas Bakteriologis Air Baku Berdasarkan hasil uji laboratorium diketahui sebanyak 20,0 % air baku depot air minum yang ada di Kabupaten Badung tidak memenuhi syarat kesehatan seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitasn Bakteriologis Air Baku Kualitas Bakteriologis Air Baku Frekuensi % Tidak Memenuhi Syarat 9 20,0 Memenuhi Syarat 36 80,0 Masih terdapatnya air baku yang tidak memenuhi syarat pada depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, menggambarkan telah terjadinya pencemaran terhadap air baku oleh kuman, baik coliform maupun bakteri Escherichia coli. Buckle et al., (1985) menyebutkan bahwa kriteria bakteriologis diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya organisme yang merupakan petunjuk adanya pencemaran kotoran atau tinja (faeces) dalam air. 3.2. Kualitas Bakteriologis Air Minum Berdasarkan hasil uji laboratorium diketahui sebanyak 11,1 % air minum pada depot air minum di Kabupaten Badung yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Bakteriologis Air Minum Kualitas Bakteriologis Air Minum Frekuensi % Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010 a ), menyebutkan tidak boleh ada kandungan bakteri coliform dan Escherichia coli pada air minum. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua air minum hasil produksi depot air minum yang ada di Kabupaten Badung aman untuk dikonsumsi. 3.3. Kondisi Higiene Sanitasi Depot Air Minum Berdasarkan hasil observasi terhadap higiene sanitasi depot air minum di Kabupaten Badung diketahui, sebanyak 11,1 % depot air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti Tabel 3. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Kondisi Higiene Operator Higiene Sanitasi Frekuensi % Sesuai Indonesia Nomor 43 tahun 2014 tentang higiene Sanitasi Depot Air Minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014), menyebutkan setiap depot air minum wajib memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam pengelolaan air minum. Tujuan higiene sanitasi adalah terlindunginya masyarakat dari potensi pengaruh buruk akibat konsumsi air minum yang berasal dari depot air minum. 3.4. Kondisi Bahan Baku Berdasarkan hasil observasi terhadap bahan baku depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, sebanyak 24,4 % tidak memenuhi syarat kesehatan seperti pada Tabel 4. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Bahan Baku Bahan Baku Frekuensi % Tidak Memenuhi Syarat 11 24,4 Memenuhi Syarat 34 75,6 3.5. Kondisi Proses Pengolahan Depot Air Minum Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pengolahan air minum pada depot air minum yang ada di Kabupaten Badung diketahui, sebanyak 13,3 % depot air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan, seperti pada Tabel 5. Tabel 5 Distribusi Frekuensi Proses Pengolahan Proses Pengolahan Frekuensi % Tidak Memenuhi Syarat 6 13,3 Memenuhi Syarat 39 86,7 Hal ini menggambarkan pemilik depot air minum tidak melaksanakan prosedur proses pengolahan air baku menjadi air minum sesuai dengan persyaratan yang ada dalam pedoman observasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan kualitas air adalah secara alamiah sumber air yang digunakan mengandung 53

ECOTROPHIC VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 bahan-bahan pencemar, kesalahan dalam memilih teknologi pengolahan, air yang telah memenuhi standar kualitas mendapat pencemaran secara alamiah maupun akibat aktifitas manusia dan kurangnya pengertian individu dalam menggunakan fasilitas (Sanropie dan Sumini, 1984). 3.6. Kondisi Peralatan Depot Air Minum Berdasarkan hasil observasi terhadap peralatan depot air minum di Kabupaten Badung, diketahui sebanyak 11,1 % peralatan depot air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti Tabel 6. Tabel 6 Distribusi Frekuensi Peralatan Depot Air Minum Peralatan Depot Air Minum Frekuensi % Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari pemilik depot air minum terhadap masa pakai / kedaluarsa dari alat dan perlengkapan yang digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum seperti mikro filter dan alat sterilisasi. Masih terdapatnya kondisi peralatan yang tidak memenuhi syarat, dapat mengakibatkan partikelpertikel halus ataupun bakteri tidak akan tersaring (Purwadi, 2003). 3.7. Kondisi Higiene Operator Berdasarkan hasil observasi terhadap higiene operator depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, diketahui sebanyak 15,6 % operator depot air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi Kondisi Higiene Operator Higiene Operator Frekuensi % Tidak Memenuhi Syarat 7 15,6 Memenuhi Syarat 43 84,4 Hal ini menunjukkan kurangnya kesadaran dari petugas atau operator depot air minum terhadap perilaku hidup bersih dan sehat di dalam melayani konsumen. Sumber pencemaran terjadi dalam beberapa hal yaitu perilaku pekerja depot air minum karena tangannya kotor. Kebersihan tangan sangat penting bagi setiap orang terutama bagi pekerja depot air minum, dengan kebiasaan mencuci tangan, sangat membantu dalam pencegahan penularan bakteri dari tangan. Pada prinsipnya pencucian tangan dilakukan setiap saat setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminasi atau cemaran (Asfawi, 2004). 3.8. Kondisi Sanitasi Berdasarkan observasi terhadap kondisi sanitasi depot air minum diketahui, sebanyak 17,8 % depot air minum kondisi sanitasinya yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti pada Tabel 8. Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kondisi Sanitasi Sanitasi Depot Air Minum Frekuensi % Tidak Memenuhi Syarat 8 17,8 Memenuhi Syarat 37 82,2 Hal ini menggambarkan masih kurangnya perhatian pemilik depot air minum terhadap sanitasi di dalam melakukan pengolahan air baku menjadi air minum. Kondisi sanitasi lingkungan sebagaimana yang dikemukakan bahwa pengawasan lingkungan fisik, biologi, sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi kesehatan manusia, di mana lingkungan yang berguna ditingkatkan dan diperbanyak, yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan.hal ini dapat menimbulkan risiko yang merugikan kesehatan masyarakat. (Sri Malem. 2008). 3.9. Uji Hubungan Kondisi Air Baku dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Dalam pengujian hubungan antara kondisi bahan baku dengan kualitas bakteriologis air minum yang diproduksi depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, dengan menggunakan uji chisquare didapatkan pearson chi-squre sebesar 0,000 lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi air baku dengan kualitas bakteriologis air minum. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan, harus memperhatikan kualitas dari bahan baku yang digunakan pada depot air minum. 3.10. Uji Hubungan Kondisi Peralatan dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Berdasarkan uji chi-sqare yang dilakukan terhadap kondisi peralatan yang digunakan oleh depot air minum dengan kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, didapatkan pearson chi-sqare sebesar 0,000 lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara peralatan yang digunakan oleh depot air minum dengan kualitas bakteriologis air minum. Jadi untuk mendapatkan kualitas bakteriologis air minum yang memenuhi syarat kesehatan, harus memperhatikan kondisi peralatan 54

[Made Partiana, dkk.] : Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Pada Tingkat Produsen di Kabupaten Badung yang digunakan dalam proses pengolahan air baku menjadi air minum, diantaranya peralatan harus masih dalam masa pakai atau tidak kedaluarsa. 3.11. Hubungan Proses Pengolahan dengan Pengujian terhadap proses pengolahan dengan kualitas bakteriologis air minum pada depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, dengan menggunakan uji chi-sqare didapatkan hasil chipearson sebesar 0,013 lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara proses pengolahan dengan kualitas bakteriologis air minum. Untuk mendapatkan kualitas bakteriologis air minum yang memenuhi syarat kesehatan, maka harus mengikuti prosedur pengolahan yang sudah ditetapkan mulai dari penanganan air baku, proses pengolahan sampai pada pengisian botol. 3.12. Hubungan Kondisi Operator Dengan Dalam pengujian terhadap kondisi higiene operator dengan kualitas bakteriologis air minum yang ada di Kabupaten Badung dengan menggunakan uji chi-sqare didapatkan pearson chi-sqare sebesar 0,001 lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi higiene operator dengan kualitas bakteriologis air minum. Untuk mendapatkan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan, maka petugas atau operator harus berperilaku hidup bersih dan sehat pada saat melakukan pekerjaan. 3.13. Hubungan Kondisi Sanitasi Dengan Berdasarkan uji chi-sqare terhadap kondisi sanitasi dengan kualitas bakteriologis air minum yang ada di Kabupeten Badung, didapatkan pearson chi-sqare sebesar 0,002 lebih rendah dari 0,05. Hal ini berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi sanitasi dengan kualitas bakteriologis air minum. Untuk mendapatkan kualitas air minum yang memenuhi syarat kesehatan harus memperhatikan kondisi sanitasi pada depot air minum, yang meliputi kebersihan tempat kerja dan lingkungan disekitarnya. 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1. Simpulan 1. Sebanyak 11,1 % air minum isi ulang pada depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, ditinjau dari bakteriologis tidak memenuhi syarat. Dari 11,1 % tersebut secara bakteriologis sebanyak 6,7 % mengandung bakteri coliform dan 4,4 % mengandung Escherichia coli. 2. Kondisi higiene operator depot air minum yang ada di Kabupaten Badung, berdasarkan hasil observasi diperoleh 15,6 % operator depot air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan, dan berdasarkan hasil pengamatan terhadap kondisi sanitasi diketahui 17,8 % depot air minum kondisi sanitasinya yang tidak memenuhi syarat kesehatan. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara kondisi bahan baku, peralatan, proses pengolahan, operator, kondisi sanitasi depot air minum dengan kualitas bakteriologis air minum. 4.2. Saran 1. Pengelola depot air minum wajib melaksanakan pengawasan internal dengan melakukan pemeriksaan kualitas air minum secara rutin minimal satu kali setiap bulan untuk menjaga kualitas air minum tetap baik dan aman untuk dikonsumsi. 2. Pengelola depot air minum agar selalu memperhatikan higiene dan sanitasi depot air minum, serta mengikuti prosedur dalam pengolahan air baku menjadi air minum, selalu memperhatikan kebersihan tempat kerja dan kesehatan karyawannya dengan memeriksakan kesehatan setiap 6 bulan sekali. 3. Pengelola depot air minum harus selalu memperhatikan kondisi air baku, peralatan, proses pengolahan serta higiene dan sanitasi depot air minum, agar air minum yang dihasilkan memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Asfawi, S. 2004. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang pada Tingkat Produsen di Kota Semarang, Universitas Diponegoro. Buckle,K.A.,R.A.Edwards, G.H. Fleet dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan. H. Purnomo dan Adiono (Penerjemah). UI Press, Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010 a. Indonesia Nomor :492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Indonesia Nomor : 43 Tahun 2014 tentang Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum, 55

ECOTROPHIC VOLUME 9 NOMOR 2 TAHUN 2015 ISSN : 1907-5626 Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Indonesia Nomor: 43 Tahun 2014 tentang Higiene dan Sanitasi Depot Air Minum, Purwadi. 2003.Kurikulum di Indonesia,Bina Aksara, Sanropie dan Sumini. 1984. IlmuPangan, UI Press, Sri Malem. 2008. Analisis Hygiene Sanitasi dan Kualitas Air Minum Isi Ulang (AMIU) Berdasarkan Sumber Air Baku pada Depot Air Minum di Kota Medan, Tesis : Universitas Sumatera Utara. 56