TEKNIS PENGOPERASIAN GILLNET TUNA DENGAN ALAT BANTU RUMPON DAN CAHAYA DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA

dokumen-dokumen yang mirip
PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

STUDI PEMANFAATAN TEKNOLOGI RUMPON DALAM PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI PERAIRAN SUMATERA BARAT. Oleh : Universitas Bung Hatta Padang

seine yang digunakan sebagai sampel, ada 29 (97%) unit kapal yang tidak

BAB III BAHAN DAN METODE

3 METODOLOGI PENELITIAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

Jumlah kapal (unit) pada ukuran (GT) >100

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Adaptasi Perikanan Tangkap Terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di WPP 573: Kasus Perikanan Gillnet Cilacap Mohamad Natsir

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

USAHA PERIKANAN TANGKAP SKALA KECIL DI SADENG, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Small Scale Fisheries Effort At Sadeng, Yogyakarta Province)

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR NELAYAN TANJUNG PINANG DI LAUT CINA SELATAN

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TEKNIK PENGOPERASIAN HUHATE (POLE AND LINE) DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPANNYA DI LAUT SULAWESI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB III BAHAN DAN METODE

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Usaha Perikanan Tangkap Multi Purpose di Sadeng, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Erwin Tanjaya ABSTRAK

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

4. HASIL PENELITIAN 4.1 Keragaman Unit Penangkapan Ikan Purse seine (1) Alat tangkap

BAB III BAHAN DAN METODE

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU. Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu. Oleh:

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

CARA PENANGKAPAN, KELIMPAHAN DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING INSANG DI WADUK CIRATA JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

EFFECT OF PRODUCTION FACTORS ON PURSE SEINE FISH CAPTURE IN THE LAMPULO COASTAL PORT, BANDA ACEH

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI PENDEKATAN KONVENSIONAL

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

BAB III BAHAN DAN METODE

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambar 6 Sebaran daerah penangkapan ikan kuniran secara partisipatif.

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN ALAT CANTRANG DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

PSPK STUDENT JOURNAL, VOL. I NO. 1 pp UNIVERSITAS BRAWIJAYA Recieved 18 January 2013, Accepted 16 May 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

Kajian aspek teknis unit penangkapan kapal pole and line yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

SISTEM BAGI HASIL USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) BUNGUS KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT. Oleh

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E. Rahmat) TEKNIS PENGOPERASIAN GILLNET TUNA DENGAN ALAT BANTU RUMPON DAN CAHAYA DI PERAIRAN SAMUDRA HINDIA SELATAN JAWA Agus Salim dan Enjah Rahmat Balai Penelitian Perikanan Laut Teregistrasi I tanggal: 07 Januari 2013; Diterima setelah perbaikan tanggal: 23 Maret 2013; Disetujui terbit tanggal: 20 Mei 2013 PENDAHULUAN Sumber daya perikanan merupakan kekeyaan alam yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi nelayan, dan juga sebagai sumber penghasilan bagi mereka yang terlibat dalam kegiatan sebelum, selama dan sesudah penangkapan. Potensi ikan pelagis besar yang terdapat di perairan toritorial maupun ZEE Indonesia yaitu sebesar 178.368 ton per tahun dan cakalang 294.975 ton per tahun (Purwito Martosubroto et al, 1991). Rumpon sebagai alat bantu penangkapan berfungsi untuk mengumpulkan ikan sehingga lebih memudahkan penangkapannya. Penggunaan teknologi rumpon yang tepat dapat meningkatkan hasil tangkapan, menghemat bahan bakar, dan menghemat umpan. Menurut Atapattu (1991), tujuan utama penggunaan rumpon adalah untuk meningkatkan laju tangkap dan pengurangan biaya produksi, mengurangi waktu untuk mencari gerombolan ikan sehingga mengurangi biaya operasi kapal serta meningkatkan efisiensi penangkapan karena bertambahnya waktu yang tersedia untuk operasi penangkapan. Menurut Naamin dan Chai Chong (1987) mengungkapkan bahwa pada awal penggunaan rumpon laut dalam di Sorong (1986/1987) dapat meningkatkan hasil tangkapan total 105%, hasil tangkapan per stuan upaya 142%, meningkatkan pendapatan pemilik rumpon sebesar 367%, dan mengurangi pemakaian bahan bakar minyak 50%. Menurut Ayodhyoa(1981), peristiwa berkumpulnya ikan dibawah sumber cahaya disebabkan ikan mempunyai sifat fototaksis positif atau ikan tidak secara langsung tertarik dengan cahaya melainkan ada makanan yang dapat dimangsa. Akhir-akhir ini di perairan Samudra Hindia telah berkembang penggunaan rumpon laut dalam yang dipadu dengan cahaya untuk penangkapan ikan tuna, cakalang dan tongkol yang berbasis Pelabuan Ratu, Gunung Kidul Yogyakarta, Prigi, Malang, dan daerahdaerah lain. Pada tahun 2005 di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng mulai berkembang penangkapan tuna berbasis rumpon dan cahaya. Saat ini setidaknya terdapat 36 buah kapal dan 6 buah rumpon sebagai sarana penangkapan tuna yang beroperasi di selatan Gunung Kidul Yogyakarta. Kapal yang digunakan berkapasitas antara 10-15 GT dengan tenaga penggerak mesin 30 PK. Alat tangkap yang digunakan umumnya terdiri dari beberapa jenis pancing tangan atau pancing ulur dan jaring gillnet. Total Produksi ikan di PPP Sadeng pada tahun 2009 mencapai 958.991 kg, produksi ikan tuna dan cakalang sebesar 816.064 kg. Kapal motor penangkap ikan tuna dan cakalang selama satu tahun tercatat sebanyak 767 kali pelayaran (trip) atau rata-rata sebesar 1.063 kg/trip. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui effisiensi teknis pengoperasian alat tangkap, laju tangkap serta panjang cagak hasil tangkapangillnet denagan alat bantu rompon yang dipadu dengan cahaya. POKOK BAHASAN Bahan dan Metode Penelitian dilakukan dengan cara mengidentifikasi armada penangkapan dan alat tangkapa gillnet tuna di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng, melalui pengukuran panjang, lebar, dan dalam kapal, ukuran panjang dan mata jaring alat tangkap. Informasi tentang kisaran jumlah ABK dan mesin penggerak kapal diperoleh melalui wawancara dengan nahkoda dan pengurus kapal. Data dan informasi lainnya, seperti alat bantu, daerah penangkapan, cara penangkapan, dan hasil tangkapan diperoleh melalui observasi dengan mengikuti kegiatan nelayan. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010. Hasil dan Bahasan 1. Karakteristik Kapal Armada penangkap ikan di PPP Sadeng sebagian besar didominasi oleh kapal-kapal bantuan dari pemerintah. Kapal yang digunakan adalah kapal kayu dengan panjang antara 14m-20m, lebar 2,5m-3,5m, dan dalam antara 1,2m-1,70m, dengan mesin 9

BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 9-13 penggerak inboard 2 unit merk Yanmar/Jiangdong 30 PK. ABK berjumlah 4-6 orang. Profil armada kapal gillnet dengan basis di PPP Sadeng disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Kapal gillnet penangkap ikan tuna di PPP Sadeng 3. Alat Bantu Penangkapan Rumpon Rumpon yang dioperasikan di perairan selatan Deaerah Istimewa Yogyakarta tergolong rumpon modern karena bahan-bahan yang digunakan terbuat dari hasil indstri seperti serat sitetis dan ban bekas kendaraan bermotor untuk material tali jangkar, besi beton cor semen untuk jangkar, dan ponton untuk pengapung. Atraktan sebagian ada yang menggunaakan bahan plstik, namun umumnya masih menggunakan bahan dari daun kelapa. Rumpon ini tergolong rumpon laut dalam karena dipasang pada jarak antara 30-60 mil dari pantai pada kedalaman perairan 500-1300 m.(gambar 3). Rumpon laut dalam dipasang pada perairan dengan kedalaman lebih dari 200 meter tetapi umumnya dipasang pada kedalaman lebih dari 1000 meter.(nasution, et al, 1986). 2. Karakteristik Alat Tangkap Alat tangkap yang dipergunakan adalah gillnet dengan lebar mata 4"- 5", benang d/12-d/21. Panjang terpasang 150 m.(3 pis) dan tinggi 35-60 m.(400-6000 mata). Pelampung menggunakan jeligen 30 L. sejumlah 3 buah pada setiap pisnya dan dipasang menggantung dengan tali sepanjang 3 m agar ketika dioperasikan jaring tidak terkena baling-baling kapal. Pemberat dengan saran, ditambah dengan pemberat batu 1 kg, sejumlah 3 buah pada disetiap pisnya.(gambar. 2). Kapal gillnet juga membawa alat tangkap lain yaitu pancing ulur. Pancing ulur digunakan pada siang hari atau pada malam hari apabila gillnet kurang menguntungkan. Gambar 3. Rumpon yang dioperasikan di Samudra Hindia Gambar 2. Gillnet yang dioperasikan di Samudra Hindia Selatan Jawa Cahaya Mesin untuk menggerakkan dinamo berkekuatan 16 PK, sedangkan dinamo berkekuatan 5 KW dan menghasilkan intensitas cahaya sekitar 4000 watt. Lampu yang dipergunakan adalah jenis lampu mercuri 4-7 buah dengan intensitas cahaya 500-1000 watt. 10

Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E. Rahmat) 4. Daerah Penangkapan Daerah penangkapan kapal tuna yang berbasis di PPP Sadeng dan beroperasi di perairan Samudera Hindia, sejauh 30-60 mil dari pantai Sadeng disajikan pada Gambar 4. Posisi, tanggal, waktu, dan hasil tangkatan Gillnet disajikan pada tabel 1. Gambar 4. Daerah penangkapan(fissing Ground) kapal tuna yang berbasis di PPP Sadeng Tabel 1. Operasional Kapal Gillnet Tuna Sampel pada Bulan Juli 2010 di Perairan Samudra Hindia Selatan Jawa DAERAH PENANGKAPAN KM. AKSELERASI 02 ALAT NO TANGGAL POSISI TANGKAP JAM TOTAL WAKTU MULAI SELESAI TANGKAP 1 2-Jul-10 S 08.41.358 gillnet 19.2 22.25 E 110.25.719 JUMLAH TANGKAPAN (EKOR) 2 jam 5 menit 43 1 jam 15 2 4-Jul-10 S 08.41.358 gillnet 19.15 20.3 menit 131 3 E 110.25.719 gillnet 21.3 22 30 menit 13 4 5-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19.3 20.15 45 menit 12 E 110.16.811 6 6-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19 20 1 jam 18 7 E 110.16.811 gillnet 21.22 21.46 24 menit 82 8 gillnet 21.22 22.16 1 jam 6 menit 57 9 7-Jul-10 S 08.47.104 gillnet 19 20 1 jam 6 10 E 110.16.811 gillnet 3.3 4.37 1 jam 7 menit 44 Total Hasil Tangkapan 406 11

BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 9-13 Berikut ini adalah posisi-posisi rumpon milik pemerintah, pemerintahdan swadaya masyarakat dan milik BPPI yang tersebar di perairan selatan DIY yang diambil dari rekaman GPS milik nelayan di PPP Sadeng-Gunung Kidul: S.08 o 35' 128" E.110 o 23' 243"; S.08 o 32' 543" E.110 o 31' 125"; S.08 o 38' 147" E.110 o 18' 689" S.08 o 55' 279" E.110 o 25' 576"; S.08 o 27' 317" E.110 o 19' 110"; S.08 o 42' 119" E.110 o 26' 314" 5. Penawuran Jaring Sebelum penawuran jaring, posisi kapal sudah diikatkan pada pronton. Setelah matahari tenggelam atau malam hari dan lampu-lampu obor dinyalakan seperti pada kapal pukat incin. Lampu yang digunakan berjumlah 4-7 buah dengan intensitas cahaya 4000-5000 watt. Setelah tampak gerombolan ikan dibawah cahaya lampu, kapal kemudian bergerak menjauh dari rumpon. Setelah terlihat gerombolan ikan mengikuti pergerakan kapal dan cahaya lampu, menjauh dari rumpon, kemudian dilakukan persiapan penawuran jaring. Posisi kapal saat setting jaring adalah memotong arus dengan arah angin yang searah. Pelampung tanda pertama dengan lampu di atasnya diturunkan terlebih dulu kemudian mengikuti berturut-turut pemberat dan pelampung pada jaring. Yang terakhir pelampung tanda kedua dengan lampu diatasnya juga diturunkan kelaut. Dari posisi terakhir setting jaring, kapal bergerak menjauhi jaring. Kapal terus bergerak dengan kecepatan antara 2-3 knot kearah jaring memotong tengah-tengah antara dua buah pelampung tada. Pada saat akan posisi kapal mendekati jaring, kecepatan kapal ditambah sampai 4 knot. Kalau masih banyak terdapat ikan yang mengikuti kapal atau cahaya lampu, kapal kemudian diarahkan kembali kea rah jaring. Ini dalakukan hingga 3-4 kali tergantung kondisi gerombolan ikannya, baru kemudian jaring diangkat (haulling) untuk dimbil hasil tangkapannya. Dalam pengoperasian jaring ini justru bila jumlah gerombolan ikan terlalu banyak, maka jurumudi akan mengarahkan ikan bukan memotong/menabrak tengah-tengah antara dua buah pelampung tanda tetapi kapal hanya melawati di bagian pinggir jaring.(gambar 5.). Hal ini bertujuan bila jumlah ikan yang tertangkap lebih banyak dari kekuatan pelampung menahannya maka jaring akan hanyut atau hilang. Pada saat hauling kapal sambil jalan 1 knot tetapi kadang-kadang posisi mesin netral juga. Setelah kapal mendekat di pelampung penanda pertama, tiangnya diangkat ke kapal. Setelah itu ABK bersama-sama menarik jaring dan langsung disusun lagi seperti semula. Ikan yang terkena jaring sambil dilepas dan untuk sementara ditampung di tempat penampung ikan sementara di dalam geladak belakang. Gambar 4. Pengoperasian jaring gillnet 6. Hasil Tangkapan Balai Riset Perikanan Laut pada Tahun Anggaran 2010-2011 mengadakan penelitian di perairan Samudra Hindia dengan judul RPTP Karakteristis Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil Berbasis Rumpon Di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Pada bulan Jini-Juli 2010 telah melakukan observasi dengan mengikuti operasional kapal nelayan gillnet yang dilengkapi dengan alat tangkap pancing ulur di perairan selatan Gunung Kidul Yogyakarta yang berbasis di Pantai Sadeng. Dari hasil pelayaran 12

Teknis Pengoperasian Gillnet Tuna di Perairan Samudera Hundia Selatan Jawa (Salim A & E. Rahmat) selama 1 trip selama 7 hari(5 hari operasi) diperoleh total hasil tangkapan sebanyak 406 ekor dengan bobot total 243 kg yang terdiri dari ikan cakalang 47,09 %, madidihang 37,48%), tongkol 9,00% dan lain-lain 6,43%. Hasil tangkapan ini tergolong rendah (hanya 16,44%) bila dibandingkan dengan hasil tangkapan pancing ulur selama pelayaran yaitu sebanyak 1.253 kg. Hal ini disebabkan karena gerombolan ikan yang ada disekitar rumpon, hanya sebagian kecil yang tertarik untuk mengikuti cahaya lampu yang ada di kapal dan disamping faktor cuaca seperti angin, arus dan gelombang yang sangat mempengaruhi tampilan jaring didalam air sehingga sangat mempengaruhi hasil tangkapan. KESIMPULAN 1. Pengoperasian gillnet tuna dengan menggunakan dua alat bantu cukup efektif dan effisien karena waktu yang digunakan untuk sekali tawur hanya memerlukan rata-rata 1 jam, dan dari segi alat tangkap hanya memerlukan panjang jaring 150 m. 2. Penggunaan dua alat bantu penangkapan pada gillnet tuna merupakan terobosan bagi nelayan untuk meningkatkan hasil tangkapan. 3. Hasil tangkapan per trip(5 hari operasi) sebanyak 406 ekor atau rata-rata 81 ekor per hari. 4. Komposisi hasil tangkapan didomonasi oleh jenis ikan tuna(47,09%), tuna(37,48%) dan tongkol(9,00%). 5. Panjang cagak rata-rata ikan cakalang 33,00 cm, tuna 35,15 cm dan tongkol 26,58 cm PERSANTUNAN Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian yang berjudul Karakteristik Perikanan Tuna Usaha Skala Kecil Berbasis Rumpon Di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN tahun anggaran 2010. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Mahisworo Msi. sebagai penanggung jawab kegiatan yang telah melibatkan penulis dalam kegiatan ini. Dan ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada para Peneliti dan Teknisi yang telah membantu dalam penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Atapattu, AR., 1991. The Experience of Fish Aggaregating Devices (FADs) for Fisheries Martosubroto, P., Nurzali Naamin dan Ben B. Abdul Malik. 1991. Potensi Dan Penyebaran Sumber Daya Ikan Laut Di Perairan Indonesia. Ditjenkan, Puslitbangkan Oseanologi. Naamin, N. dan Chai Chong Kee, 1987. Technological and Economic Aspects of FAD Based. Nasution, Ch., Merta dan R. Arifudin Penelitian Rompong dan Asapek-aspeknya di Peraairan Mamuju dalam Rangka Pengembangan Perikanan Tuna di Sulawesi-Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 37 tahun 1986. Resources Enchancement and Management in Srilangka. Presented at the Symposium on Artifical Reefs and Fish Aggregating Devices as Tool fir the Management and Enchancement of Marine Fisheries Resources, Colombo, Srilangka 14-17 May. IPFC p. 16-40. Skipjack and Tuna Fishing in Indonesia. Paper Presented at the fourth International conference on artifical habitat for Fisheries, November 2-6, 1987. Miami, Frorida, USA. 13

BTL. Vol.11 No. 1 Juni 2013 : 14