SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses keperawatan merupakan salah satu teknik penyelesaian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (health service). Sarana Pelayanan Kesehatan merupakan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mewujudkan penyembuhan dan pemulihan kesehatan secara menyeluruh.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pekerjaan yang berlangsung untuk mencapai hasil kerja

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan dengan fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang, termasuk kesehatan dituntut agar lebih berkualitas. Rumah sakit juga berubah

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. (Manajemen Pelayanan Keperawatan Profesional). Sistem MPKP ini

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional menyebutkan bahwa salah satu bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Peneliti akan

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SOETOMO SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB 1 PENDAHULUAN. Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. profesional sesuai kebutuhan masyarakat (Wuryanto, 2010). swaktu diperlukan untuk berangkat dan pulang kerja.

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan upaya kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Dari 22 RSU di

PELATIHAN BASIC COURSE COMMUNITY MENTAL HEATLH NURSING BAGI PERAWAT PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

BAB II PENGELOLAAN PELAYANAN KEPERAWATAN. pada pasien (Gillies, 1989). Rumah Sakit Jiwa Derah Provsu telah menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002). penunjang lainnya. Diantara tenaga tersebut, 40% diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai industri jasa kesehatan pada dasarnya bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nursalam, Manajemen Keperawatan, Ed 3, Salemba Medika, Jakarta, Hal : 295

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

INDIKATOR KINERJA UTAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepemimpinan organisasi rumah sakit memainkan peranan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi tempat kerja merupakan wadah dimana para pegawai melakukan interaksi

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Nama :Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala. Alamat :Jl.Dr. Sitanala No.99 Tangerang 15001

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting.

BAB I PENDAHULUAN. tersedianya sumber daya manusia (SDM). Menghadapi era globalisasi, dimana

Evaluasi Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) Di RSUD Djojonegoro, Temanggung

A. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

RENCANA KINERJA TAHUNAN RSUD PLOSO KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 RUMUS/ FORMULA. tahun = Jumlah pasien rawat inap + Jumlah pasien rawat jalan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

LAPORAN KINERJA TRIWULANAN RSUD LAWANG TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta,

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu

SKRIPSI HUBUNGAN KOMPONEN KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP BEDAH DAN NON BEDAH RSUP. DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan membuka sayatan.berdasarkan data yang diperoleh dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kelima Pancasila serta Undang-Undang Dasar Negara Republik. kebutuhan dasar hidup yang layak dan memberikan kepastian

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. of Hospital Care yang dikutip Azwar (1996) mengemukakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi sangat penting untuk proses keperawatan. Perawat

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat, baik kuratif maupun preventif, rumah sakit juga

BAB I PENDAHULUAN. khususnya rumah sakit pemerintah (daerah maupun pusat) menghadapi

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan perawatan pasien yaitu penanganan emergency, tidak. Penanganan pada pelayanan tersebut dilaksanakan oleh petugas

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan nasional untuk peningkatan mutu dan kinerja pelayanan. kuantitas. Tenaga keperawatan di rumah sakit merupakan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dasar suatu rumah sakit adalah pemulihan kesehatan anggota

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan. penelitian dan manfaat penelitian.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Tahun Pemerintah berkewajiban mengupayakan tersedianya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO.

BAB 1. derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan a.

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF. HB. SAANIN PADANG TAHUN 2011 Penelitian Keperawatan Jiwa E Z Z E D D I N S. BP : 0910325169 PRORAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS TAHUN 2011

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat (2005) dilanjutkan oleh Direktorat Bina Kesehatan Jiwa (2006) Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan pelayanan kesehatan jiwa dalam bentuk piramida. Piramida tersebut menjabarkan pelayanan jiwa bersifat berkesinambungan dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya. Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan mandiri oleh pasien dan keluarganya. Pelayanan lanjutan berikutnya adalah di puskesmas, rumah sakit umum dan yang paling tinggi adalah rumah sakit jiwa sebagai pelayanan rujukan tertinggi untuk kesehatan jiwa (Keliat, dkk 2006). Bentuk pelayanan yang diterapkan oleh pelayanan komunitas (Community Mental Health Nursing, CMHN) yang diberikan oleh perawat puskesmas yang mendapat pelatihan BC-CMHN (Basic Course of Community Mental Health Nursing). Sedangkan pasien yang tidak dapat ditangani dengan baik di puskesmas akan dirujuk ke rumah sakit jiwa untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan spesialistik. Tatanan pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat telah dikembangkan dengan baik. Tahapan berikutnya adalah 1

2 pengembangan pelayanan prima (excellent service) yang profesional di Rumah Sakit Jiwa (Keliat, dkk. 2006). Profesionalisme keperawatan pada hakekatnya menekankan pada peningkatan mutu pelayanan keperawatan sebagai suatu kewajiban moral profesi untuk melindungi masyarakat terhadap praktik yang tidak profesional. Pelayanan keperawatan yang profesional merupakan praktik keperawatan yang ditandai oleh nilai-nilai profesional, yaitu nilai intelektual, komitmen moral terhadap diri sendiri, tanggung jawab pada profesi dan masyarakat, otonomi, pengendalian, tanggung jawab dan tanggung gugat (Marquis, 2000). Keperawatan di Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Perubahan yang terjadi akan mencakup seluruh aspek keperawatan yakni : (1) Penataan pendidikan tinggi keperawatan, (2) Pelayanan dan asuhan keperawatan, (3) Pembinaan dan kehidupan keprofesian, (4) Penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan. Oleh karena itu inovasi dalam ke empat aspek tersebut merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi serta mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam menghadapi tantangan keperawatan di masa depan. Dalam mewujudkan hal itu pemberian asuhan keperawatan yang profesional diperlukan sebagai sebuah pendekatan manajemen yang memungkinkan diterapkannya metode penugasan yang dapat mendukung penerapan keperawatan yang profesional di rumah sakit. Untuk itu dikembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional, agar rumah sakit

3 jiwa dapat berperan optimal sebagai rujukan tertinggi (top referral) pelayanan kesehatan jiwa (Keliat, dkk. 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional I merupakan suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Amiyati, 2005). Indikator mutu keberhasilan MPKP dapat dilihat dengan peningkatan BOR (Bed Occupancy Rate), penurunan ALOS (Average Length Of Stay) dan penurunan angka lari pasien (Keliat, dkk. 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional telah dilaksanakan di beberapa negara, termasuk rumah sakit di Indonesia sebagai suatu upaya rumah sakit untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui beberapa kegiatan yang menunjang kegiatan keperawatan profesional yang sistematik (Sitorus, 2005). Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional yang ada di berbagai negara lebih menekankan pada aspek proses praktik keperawatan. Hal tersebut terjadi karena struktur yang ada sudah memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Namun di Indonesia berdasarkan analisis struktur dan proses pemberiaan asuhan keperawatan yang ada di rumah sakit, sudah mencoba untuk mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional walaupun belum seoptimal seperti di luar negeri. Pengembangan Model Praktik Keperawatan Profesional di Indonesia di maksudkan untuk menjawab tantangan terhadap pelayanan perawatan yang di rasakan belum memuaskan. Diantaranya keluhan dari masyarakat terutama

4 tentang sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien/keluarga. Penelitian deskriptif terhadap 572 responden tentang mutu asuhan keperawatan berdasarkan tingkat kepuasan klien/keluarga terhadap keperawatan serta kepatuhan perawat terhadap standar penerapan proses keperawatan pada 14 ruang rawat medikal bedah di dua rumah sakit pemerintah di Indonesia di peroleh hasil tingkat kepuasan klien/keluarga dengan kategori baik (16.9%), kategori sedang (81,5%), dan kategori kurang (1,55%) (Sitorus, R. 2006). Rendahnya mutu pelayanan ini dikarenakan layanan keperawatan yang ada di rumah sakit masih bersifat okupasi. Artinya tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Dan bahwa masalah keperawatan yang dihadapi saat ini adalah belum terbentuknya layanan keperawatan profesional dimana layanan yang diberikan belum sesuai dengan tuntutan standar profesi sehingga mutu layanan keperawatan yang diberikan masih kurang (Sulaeman, 2000). Disamping itu juga di sebabkan karena kondisi keperawatan di Indonesia yang ada saat ini di tinjau dari tenaga keperawatan yang memberikan asuhan keperawatan pada umumnya berlatar belakang pendidikan D.3 keperawatan dan bahkan masih ada yang berlatar belakang pendidikan SPK. Kondisi ini akan dapat mempengaruhi kemampuan perawat dalam melakukan hubungan yang caring dengan klien, bisa juga karena perawat kurang mampu melakukan

5 tindakan dalam memberikan terapi keperawatan tapi lebih pada pelaksanaan tindakan kolaborasi. Perawat juga kurang mampu menunjukan kepemimpinan dan tidak ada otonomi dalam membuat keputusan dalam asuhan keperawatan klien. Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin yang dulunya bernama Rumah Sakit Jiwa Pusat Padang berdiri tahun 1932, tahun 2000 berubah nama menjadi Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. Dan pada tahun 2003 Ditetapkan menjadi Rumah Sakit UPTD Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Barat Kelas A dengan kapasitas 213 tempat tidur, yang aturan pokok operasionalnya mengacu pada UU No. 32 tahun 2004, yaitu melaksanakan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan. Metode keperawatan yang digunakan adalah menggunakan sistim penugasan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka Bidang Perawatan RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang membuat rencana kerja tahun 2008 yaitu membentuk suatu bangsal Model Praktik Keperawatan Profesional. Dari 6 ruangan yaitu Ruang Anggrek, Ruang Flamboyan, Ruang Cendrawasih, Ruang Melati, Ruang Gelatik dan Ruang Merpati. Pada bulan Maret 2008 Ruang Flamboyan ditunjuk untuk pelaksanaan awal model praktik keperawatan yang mengacu pada Model Praktik Keperawatan Profesional Transisi. Evaluasi terhadap pelaksanaan Model Praktik Keperawatan

6 Profesional di Ruang Flamboyan menghasilkan penilaian yang cukup baik, dimana dari tiga indikator mutu keberhasilan Model Praktik Keperawatan Profesional yaitu peningkatan BOR, penurunan ALOS dan penurunan angka lari pasien (Keliat, dkk. 2006). Berdasarkan laporan tahunan Bidang Perawatan dari Instalasi Rawat Inap terlihat angka peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebelum pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional tahun 2007, BOR 52 %, ALOS 37 hari, Angka Lari 10 sementara sesudah pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional tahun 2009, terlihat BOR 73,3 %, ALOS 24 hari, Angka Lari 4. Sehingga pada bulan Mei 2008 dikembangkan lagi Model Praktik Keperawatan Profesional diruang Melati, dan setelah itu berturut-turut dilakukan ruang lainnya yaitu bulan Agustus 2008 Ruang Anggrek dan Ruang Cendrawasih dan pada bulan September 2008 Ruang Gelatik dan Ruang Merpati. Pada saat ini seluruh ruang rawat inap RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang sudah menggunakan sistem Model Praktik Keperawatan Profesional Transisi kecuali Ruang Flamboyan mulai Maret 2009 sudah menjadi Model Praktik Keperawatan Profesional Pemula, dengan sistem yang berorientasi kepada Model Praktik Keperawatan Profesional dimana setiap ruangan sudah menerapkan sistem manajemen yang profesional tersebut, walaupun belum optimal terutama perawat pelaksana. Ini terlihat dari hasil self evaluasi yang dilaksanakan Bidang Perawatan RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang bulan Juli 2010 terhadap 6 ruangan rawat inap yang sudah melaksanakan sistim Model Praktik Keperawatan Profesional, untuk Kepala Ruangan dari 32 kemampuan

7 yang harus dimiliki rata-rata sudah mampu melaksanakan 24 kegiatan (>75%), Ketua Tim dari 18 kemampuan yang harus dimiliki rata-rata sudah mampu melaksanakan 14 kegiatan (> 77,77 %). Sementara itu dari 8 kemampuan yang harus dimiliki perawat pelaksana, didapat hasil 9 orang (25 %) mampu melaksana 3 kemampuan, 22 orang (59 %) mampu melaksana 6 kemampuan dan 6 orang (16 %) mampu melaksana 7 kemampuan. Tenaga keperawatan yang ada di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang jika di bandingkan dengan jumlah pasien belum terlihat seimbang, dimana pada salah satu ruangan Model Praktik Keperawatan Profesional pada Wisma Flamboyan jumlah tenaga keperawatan sebanyak 9 orang yang terdiri dari 1 orang kepala ruangan dengan pendidikan sarjana keperawatan, 8 orang dengan pendidikan D3 Keperawatan, sedangkan kapasitas tempat tidur yang tersedia 20 tempat tidur. Data ketenagaan bidang keperawatan tahun 2010 jumlah tenaga adalah sebanyak 63 orang yang bertugas di ruang rawat inap, sedangkan kapasitas tempat tidur sebanyak 213 buah. Dari 63 orang tenaga tersebut dengan pendidikan S1 Keperawatan sebanyak 10 orang (15,9 %), dengan pendidikan D.IV Keperawatan Jiwa 2 orang (3,2 %), dengan pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 39 orang (61,9 %), dan dengan pendidikan SPK sebanyak 12 orang (19,0 %). Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan yang dituntut untuk selalu mengembangkan diri dan profesionalisme dalam pekerjaan perlu memahami Model Praktik Keperawatan Profesional dalam mengatasi fenomena keperawatan yang juga semakin komplek seiring dengan derasnya arus

8 globalisasi yang menimbulkan dampak negatif disamping dampak positif yang dirasakan saat ini. Untuk itu perawat hendaklah selalu berusaha meningkatkan pengetahuan untuk memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Pengetahuan yang di maksud adalah pemahaman perawat mengenai asuhan keperawatan dan bagaimana pengelolaan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan dengan metode TIM. Di samping perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup juga perlu sikap yang baik dan profesional, dengan pengetahuan yang baik tentunya pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional ini akan dapat berjalan sesuai dengan apa yang di harapkan, dan ditambah lagi dengan sikap yang positif dan mendukung pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap yang dimiliki perawat terhadap pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional dimana berdasarkan dari pengamatan dan wawancara penulis pada bulan Juli 2010 terhadap 10 orang perawat pelaksana secara acak di 6 ruangan Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang, 7 orang (70%) mengatakan pelaksanaan metode keperawatan profesional masih sebatas overan, itupun dilakukan belum sesuai dengan model yang sebenarnya. Pre conference dan Post conference sudah dilakukan tapi belum rutin. Dan ada beberapa tindakan yang belum dilakukan seperti Case conference, rapat tim keperawatan, supervisi dan sebagainya. 3 orang (30%) mengatakan Model Praktik Keperawatan Profesional sesuatu yang menyulitkan dan membuat

9 kesibukan sehingga rutinitas yang biasa dilakukan akan berubah dan menjadi tidak menentu. Berdasarkan data diatas dan dengan melihat hasil self evaluasi perawat terhadap pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruangan terutama perawat pelaksana, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. B. Penetapan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat ditetapkan masalah penelitian, Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang.

10 b. Mengetahui gambaran sikap perawat dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. c. Mengetahui gambaran pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. d. Mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. e. Mengetahui hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada : 1. Perawat, Sebagai masukan bagi perawat dalam meningkatkan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional. 2. Instansi Pelayanan. Sebagai informasi bagi pimpinan dan staf dalam pengembangan Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang khususnya dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional.

11 3. Institusi Pendidikan/Keilmuan. a. Hasil penelitian ini merupakan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap rumah sakit. b. Sebagai referensi di perpustakaan yang dapat digunakan oleh peneliti yang mempunyai peminatan di bidang pengelolaan sumber daya manusia yang berkaitan dengan mengenali hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di ruang rawat inap rumah sakit.

51 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang, dilaksanakan pada bulan Januari 2011 terhadap 38 responden. berikut: Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi sebagai A. Karakteristik Responden Pendidikan Perawat Karakteristik perawat berdasarkan pendidikan yang ada di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.1 Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pendidikan Di Ruang Rawat Inap RS. Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Tahun 2011 NO PENDIDIKAN FREKUENSI % 1 SPK 9 23,7 2 D III. Keperawatan 27 71,1 3 D.IV Keperawatan 1 2,6 3 S.1 Keperawatan 1 2,6 Total 38 100 Pada tabel 5.1 terlihat bahwa lebih dari separoh (71,1 %) responden dengan latar belakang pendidikan DIII Keperawatan. 51

56 BAB VI PEMBAHASAN A. Pengetahuan Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang Pada tabel 5.2 dapat dilihat pengetahuan perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang di katagorikan baik 76,3 %, dan katagori kurang 23,7 %. Hal ini sejalan dengan penelitian Susilyaningsih (2009) yang didapatkan 12 (46,2%) perawat dengan tingkat pengetahuan tentang Model Praktik Keperawatan Profesional tinggi dan 15 (57,7%) perawat motivasinya dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional tinggi. Pengetahuan yang kurang akan memberikan dampak yang negatif terhadap klien maupun terhadap perawat, hal ini dapat menyebabkan pelayanan yang diterima kurang bermutu, memperberat kondisi sakit klien karena pelayanan yang diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan klien. Oleh karena itu untuk memberikan pelayanan keperawatan yang profesional sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik dari perawat. Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan suatu sistim (struktur, proses dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut (Amiyati, 2005). 56

69 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan baik tentang pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2011. 2. Sebagian besar perawat mempunyai sikap positif terhadap pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2011. 3. Lebih dari separoh perawat melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan baik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2011. 4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2011. 5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap perawat dengan pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang tahun 2011. 69

70 B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian maka penulis mengajukan beberapa saran bagi institusi Rumah Sakit Jiwa Prof. HB. Saanin Padang sebagai pengambil kebijakan. a. Untuk meningkatkan pengetahuan perawat, perlu diadakan peningkatan pendidikan bagi perawat kejenjang yang lebih tinggi. Sosialisasikan kembali program pelatihan Model Praktik Keperawatan Profesional dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai secara berkala. Agar pengetahuan yang baik yang dimiliki perawat mengenai Model Praktik Keperawatan Profesional dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional, diharapkan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait serta adanya penghargaan dan evaluasi sejauh mana Model Praktik Keperawatan Profesional berjalan dengan baik dan melanjutkan ketingkat yang lebih lanjut yang dilaksanakan oleh bidang perawatan. b. Agar perawat memiliki sikap lebih baik maka perlu adanya komitmen bersama dari seluruh komponen untuk menjalankan Model Praktik Keperawatan Profesional menuju arah yang baik. Supaya sikap positif yang dimiliki perawat tentang Model Praktik Keperawatan Profesional dapat diaplikasikan dalam pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional diharapkan adanya kerja sama yang baik dari perawat dengan semua pihak yang terkait dan bersama-sama mempunyai komitmen untuk melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan baik.

71 c. Perlu adanya reinforcement positif pada perawat yang melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional dengan baik, salah satunya dengan adanya penjenjangan karir antara perawat yang melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional baik dengan perawat yang melaksanakan Model Praktik Keperawatan Profesional kurang. d. Perlu adanya supervisi dari atasan sehingga pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional dapat dievaluasi tingkat kemajuannya. e. Bagi peneliti berikutnya untuk dapat melanjutkan penelitian tentang Model Praktik Keperawatan Profesional dengan meneliti lebih dalam faktorfaktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional, juga karakteristik yang mempengaruhinya seperti umur dan lama kerja.