PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN MELALUI REDD+ BALAI KARTINI, 15 SEPTEMBER 2014

dokumen-dokumen yang mirip
Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Menuju Perbaikan Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Seminar dengan tema Penentuan Kebutuhan Hutan Tetap Lestari untuk Mendukung Pencapaian SDGs

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Percepatan Penetapan Kawasan Hutan Secara Definitif dengan Skema Klaim-Verifikasi

PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN

PENATAAN RUANG KAWASAN HUTAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

STRATEGI PEMBERANTASAN KEJAHATAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN. Yogyakarta, 19 November 2014

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Masyarakat Adat di Indonesia dan Perjuangan untuk Pengakuan Legal

disampaikan oleh: Direktur Perencanaan Kawasan Kehutanan Kementerian Kehutanan Jakarta, 29 Juli 2011

Yang Terhormat: Sulawesi Tengah

INDEKS TATA KELOLA HUTAN 2014

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

IMPLEMENTASI PP 57/2016

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

Evaluasi Tata Kelola Sektor Kehutanan melalui GNPSDA (Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam) Tama S. Langkun

KERANGKA ACUAN KERJA GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (SDA) INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

TINJAUAN AWAL. SRAP dan Peluang Pendekatan Jurisdiksi. Outline. Latar dan Tujuan Satgas REDD+ Sekilas 11 SRAP Peluang Jurisdiksi: Kasus Kaltim

Perkembangan Penelitian Terpadu Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam Revisi RTRWP

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Disampaikan pada acara :

INDONESIA Percentage below / above median

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Dekonsentrasi. Pemerintah. Provinsi.

2016, No Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

Disampaikan oleh: DIREKTUR PERENCANAAN KAWASAN HUTAN DALAM SEMINAR PEMBANGUNAN KEHUTANAN BERKELANJUTAN DALAM PERSPEKTIF TATA RUANG

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN KPH

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN

PROGRAM KEHUTANAN UNTUK MITIGASI PERUBAHAN IKLIM & PENGUKURAN, PELAPORAN SERTA VERIFIKASINYA (MRV) Tindak Lanjut COP 15

Knowledge Management Forum April

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan.

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1970-an telah terjadi perubahan menuju desentralisasi di antara negaranegara,

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

POKOK-POKOK PIKIRAN KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS 2017

KAJIAN KONDISI TATA KELOLA HUTAN APRIL 2016, UNDP INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

IV. INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN KAYU

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

Yang Terhormat: 1. Menteri Kelautan RI / Eselon 1 di KKP. 2. Kepala Staf Kantor Kepresidenan. 3. Ketua Satgas IUU Fishing

Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

PERUBAHAN KEBIJAKAN DALAM PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.7/Menhut-II/2010P. /Menhut-II/2009 TENTANG

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 32/Menhut-II/2013 TENTANG

Rencana Aksi Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Buku Peta Jalan Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

Transkripsi:

PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN MELALUI REDD+ BALAI KARTINI, 15 SEPTEMBER 2014

BAGIAN I TANTANGAN INDONESIA

Realitas: Pemanfaatan dan Penggunaan Kawasan Hutan Produksi indonesia (s/d Januari 2011) Usaha Bisnis Besar Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem (IUPHHK-RE) Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHBK-HT) Perkebunan Pertambangan Total 24,88 juta hektar 9,39 juta hektar 0,19 juta hektar 0,022 juta hektar 5,93 juta hektar 0,62 juta hektar 41,032 juta hektar 98,37% Usaha Bisnis Kecil Hutan Tanaman Rakyat Hutan Desa Hutan Kemasyarakatan Total 0,63 juta hektar 0,0034 juta hektar 0,043 juta hektar 0,676 juta hektar 1,62% + + Sumber: Permenhut NoP.49/Menhut-II/2011 tentang RKTN Tahun 2011-2030 3

PERKEBUNAN KEHUTANAN Ketimpangan Penguasaan Hutan dan Kebun Perusahaan: HPH: 304 Perusahaan menguasai 26.000.000 ha HTI: 227 Perusahaan menguasai 10.300.000 ha Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat 11.499 Kepala Keluarga (KK) menguasai 240.000 ha Perkebunan Swasta: 2.178 Perusahaan menguasai 16.000.000 ha Petani Tanpa Lahan: Usaha Tani Rakyat: 13.572.000 KK 23.728.000 KK menguasai menguasai 0 ha 21.500.000 ha Sumber: Sirait, Fauzi, Safitry, dan Pradhan

PENGGUNAAN HUTAN SECARA ILEGAL, 2012 PROVINSI KEBUN TAMBANG Unit Luas (ha) Unit Luas (ha) Kalteng 282 3.934.963,00 629 3.570.519,20 Kaltim 86 720.829,63 223 774.519,45 Kalbar 169 2.145.846,23 384 3.602.263,30 Kalsel 32 370.282,14 169 84.972,01 Sultra 9 20.930 241 617.818 Riau 97 454.260,18 45 142.096 Jambi 52 298.088 31 62.747 Jabar 23 623.550 5 177 TOTAL 749 8.510.001,18 1.727 8.855.111,96 Sumber : Dirjen PHKA 2013 5

Konflik Agraria Dalam Jumlah 1970-2001: 1.753 Konflik, tersebar di 2.834 desa/kec/286 kabupaten/kota; korban jiwa ratusan. 121 33 26 33 18 32 7 6 27 58 6 28 13 157 9 54 175 169 27 48 484 99 19 13 44 Diolah dari: Konsorsium Pembaruan Agraria/KPA (bekerjasama dng Murdoch & Flinder University), 2013

Konflik Agraria Pada Sektor Tahun 2013 2013 Sumber : KPA, 2014

TANTANGAN TATA KELOLA Hasil PGA menunjukan nilai indeks hutan, lahan dan tata kelola REDD+ di tingkat nasional hanya 2.35, jauh di bawah nilai maksimum 5 (lima). Sumber: UNDP and UN-REDD, The 2012 Indonesia Forest, Land And REDD+ Governance Index

Penegakan Hukum di Indonesia Korupsi (Perizinan & Konsesi) Lemahnya koordinasi antar APH Belum adanya mekanisme pengaduan yang kredibel dengan dilengkapi perlindungan terhadap whistle blower Rumusan delik dan sanksi yang tidak efektif dalam memberikan efek jera pada pelaku perusakan hutan Pendekatan penegakan hukum cenderung masih konvensional (Penggunaan rezim hukum tunggal ) Sistem Peradilan yang Belum Bersih, Integritas dan Efisien 9

11

BAGIAN II PELUANG 12

PERKEMBANGAN HUKUM DAN KEBIJAKAN TAP MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan SDA Melaksanakan penataan kembali penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (landrefrom) dgn memperhatikan kepemilikan tanah untuk rakyat Menyelesaikan konflik agraria Memperkuat kelembagaan dan kewenangan pelaksanaan pembaruan agraria Pengkajian ulang terhadap seluruh peruu-an yang berkaitan dengan agraria UU 26/2007 tentang Penataan Ruang Penetapan rancangan perda provinsi terkait RTRWP dan rencana rinci tata ruang terlebih dahulu harus mendapat persetujuan substansi dari Menteri (Pasal 18) PP 15/2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Wilayah yang dialokasikan untuk kehutanan dalam revisi RTRWP harus sesuai dengan yang ditunjuk oleh Kemenhut (Pasal 31) UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perencanaan tata ruang wilayah wajib didasarkan pada Kajiian Llingkungan Hidup Strategis (KLHS). Usaha yang wajib AMDAL/UKL-UPL (a.l. IUPHHK-HA, Izin Usaha Pertambangan, Izin Usaha Perkebunan) diwajibkan terlebih dahulu memiliki izin lingkungan Putusan MK 45/2011 dan 35/2012 Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Berlaku kedepan sejak 21 Februari 2012 (Asas Non-Retroaktif/Tidak berlaku surut berdasarkan pasal 58 UU MK jo. Pasal 39 Peraturan MK tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian UU) Artinya, KH yang telah ditunjuk sebelum 21 Februari 2012 seharusnya tetap berlaku 13

BAGIAN III PENYEMPURNAAN TATA KELOLA MELALUI REDD+ 14

Tujuan REDD+ Indonesia (Perpres 62/2013) REDD Menurunkan emisi dari deforestasi Menurunkan emisi dari degradasi hutan dan/atau lahan gambut + Memelihara dan meningkatkan cadangan karbon melalui konservasi hutan, pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan/atau rehabilitasi dan restorasi kawasan hutan yang rusak; dan Memberikan manfaat terhadap peningkatan jasa lingkungan, keanekaragaman hayati, dan kesejahteraan masyarakat setempat/ masyarakat hukum adat.

REDD+: Lebih dari Karbon dan Hutan Livelihood of Communities Biodiversity, Ecosystem Services Indigenous people/customary people/adat community Biodiversity Ecosystem services

Peta Jalan REDD+ Indonesia SATGAS REDD+ 2010 2013 BP REDD+ 2014-2016 BP REDD+ 2017-2020 PHASE 1 Disain & Persiapan REDD+ INTERIM Phase Transisi disain BP REDD+ Perkuatan elemen disain PHASE PHASE 2A 2 Indonesia siap secara kelembagaan untuk masuk ke fase 3, PHASE 3 Pembayaran atas kinerja Penyiapan kelembagaan Moratorium Provinsi Percontohan: Kalimantan Tengah BP REDD+ lahir 17 Hibah kecil Memberikan hasil cepat, impact yang terlihat namun berkelanjutan Dasar untuk phase 2 Penyiapan kelembagaan REDD+ secara nasional dan sub nasional Pembayaran awal atas kinerja (basis kewilayahan) Dasar untuk Phase 3 Fokus pada Kinerja pengurangan emisi dari hutan dan gambut

Pendekatan Kewilayahan REDD+ Aceh INDONESIA Sumatera Barat UKP4 Timsus REDD+ Riau Jambi Sumatera Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Satgas REDD+ BP REDD+ 2014 Papua Barat Papua 2015: provinsi lain (dalam kerangka persiapan REDD+) Sumatera Utara Riau Kepulauan Bengkulu Bangka Belitung Lampung Banten Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jogjakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Gorontalo Maluku Maluku Utara

PETA JALAN MENUJU PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN 6 - PENGUATAN KOORDINASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN MULTI DOOR PENGAWASAN DAN PENEGAKAN HUKUM 7 - RESOLUSI KONFLIK - PENYEMPURNAAN TATA KELOLA PERIZINAN 5 1 GERAKAN SATU PETA PEMANFAATAN - Program Penataan Perizinan - Penyempurnaan Perizinan Kebun dan HGU 2 3 PERCEPATAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN (DAN PPH) PROGRAM NASIONAL PPMHA PERENCANAAN 4 PETA JALAN PEMBARUAN HUKUM 19

PETA JALAN MENUJU PENYEMPURNAAN TATA KELOLA HUTAN DAN LAHAN 1. GERAKAN SATU PETA 2. PERCEPATAN PENGUKUHAN KAWAN HUTAN (DAN PPH) 3. PROGRAM NASIONAL PPMHA 4. PETA JALAN PEMBARUAN HUKUM 5. PENYEMPURNAAN TATA KELOLA PERIZINAN 6. PENGUATAN KOORDINASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN MULTI DOOR RESOLUSI KONFLIK 7. RESOLUSI KONFLIK

21 1. GERAKAN SATU PETA: Sebuah Gerakan Menuju Referensi satu Standar Database Geoportal

2. PERCEPATAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN MELALUI PENGAKUAN DAN PEMBUKTIAN HAK (PPH) Mekanisme yang digulirkan sebagai solusi penyelesaian masalah yang ditemukan saat proses penatabatasan. Ditujukan untuk dapat menjadi sebuah media yang menyediakan ruang dialog dan negosiasi antara pihak yang mengajukan klaim dan pihak pemerintah sebagai penguasa untuk mencapai sebuah jalan keluar yang berkeadilan.

3. PPMHA; DEKLARASI NASIONAL PPMHA, 1 SEPTEMBER 2014 23

4. Peta Jalan Pembaruan Hukum Proses Saat Ini Prioritas legislasi yang harus diperkuat atau direvisi adalah : Memperkuat legeslasi terkait pengakuan dan perlindungan Masyarakat Hukum Adat Penguatan regulasi terkait perlndungan lahan gambut, termasuk standar lingkungan hidup dan KLHS; Memperkuat peraturan menteri kehutanan terkait klaim dan verifikasi dalam proses pengukuhan Peraturan Presiden atau MoU mengenai sistem perizinan terpadu Optimalisasi UU Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Kerusakan Hutan; Revie proses HGU Penguatan Prosedur dan mekanisme untuk memperkuat atau merevisi legeslasi Pembangunan sistem database legeslasi yang terintegrasi khususnya berkaitan dengan sumber daya alam dan lingkungan hidup. 24

5. PENYEMPURNAAN TATA KELOLA PERIZINAN 25 Sistem/Satu Informasi Perizinan (SIP) Audit Perizinan Tindak Lanjut Rekomendasi Pembangunan infrastruktur SIP Pengumpulan dan digitalisasi dokumen Perbaikan pengarsipan Sosialisasi SIP Penerbitan kebijakan implementasi SIP Pembentukan Pedoman Audit Legalitas Izin Pelaksanaan Audit Legalitas Izin (dokumen dan lapangan) Evaluasi Sistem Perizinan Penyusunan Rekomendasi (perbaikan kebijakan dan penertiban izin) Penertiban izin yang bermasalah Penyelesaian konflik/tumpang tindih lahan Perbaikan kebijakan dan harmonisasi peraturan OUTCOME Data izin yang lengkap & mutakhir, serta dapat diakses pusat dan daerah (termasuk satu peta izin) Sistem perizinan online yang memperbaiki tata kelola perizinan dan terintegrasi (mengadopsi Keterbukaan Informasi Perizinan) Iklim investasi yang baik (memberikan kepastian hukum dan bebas konflik) Peraturan hukum yang harmonis antara pusat dan daerah, serta mendukung tata kelola perizinan Emisi GRK turun, ekonomi tumbuh & kesejahteraan rakyat meningkat Catatan: Untuk tahap awal, program dilakukan terhadap Perizinan Bidang Pertambangan dan Perkebunan

5. Satu Informasi Perizinan (SIP) Satu Informasi Perizinan (SIP) adalah sistem pengelolaan data permohonan, evaluasi, verifikasi, pemberian dan pengawasan izin yang berbasis dalam jaringan dalam jaringan (online). PENGUSAHA SIP ON-LINE PEMBERI IZIN PEMKAB Pemkab a/l: Itjen, Distamben, Dishut, Disbun. PENGAWAS DAN PENEGAK HUKUM PEMPROV a/l: Itjen, Distamben, Dishut, Disbun. BIG ONE MAP K/L PUSAT a/l: Kemendagri, Kementan, KemenESDM, KLH, Kemenhut, Kepolisian, Kejaksanaan, KPK. PEMPROV K/L PUSAT a/l: Kementan, KemenESDM, KLH, Kemenhut.

6. PENGUATAN KOORDINASI PENEGAKAN HUKUM MELALUI PENDEKATAN MULTI DOOR Penandatanganan Nota Kesepahaman Peningkatan Kerjasama Penegakan Hukum Untuk Mendukung Pengelolaan SDA Berkelanjutan Dalam Rangka Pelaksanaan REDD+ Jakarta, 20 Desember 2012

Penandatanganan Peraturan Bersama Penanganan Perkara Tindak Pidana Terkait SDA-LH Di Atas Hutan dan Lahan Gambut dengan Pendekatan Multidoor+ Jakarta, 20 Mei 2013

7. RESOLUSI KONFLIK DAERAH PERCONTOHAN Taman Nasional Tesso Nilo - Riau Taman Nasional Kerinci Seblat Riau, West Sumatera, Jambi Taman Nasional Kutai Timur East Kalimantan Taman Nasional Sebangau Central Kalimantan Taman Nasional Kayan Mentarang North Kalimantan Pengukuhan Kawasan Hutan di Barito Selatan, Central Kalimantan Output Report on Conflict Inventory & Facilitation Guideline for Conflict Resolution Road Map on Strengthening Institution Capacity Conflict Resolution Methods for Forest Gazettal Training and Capacity Enhancement

7 AKSI BERSAMA PEMERINTAH INDONESIA 1. SOSIALISASI DAN IMPLEMENTASI GERAKAN SATU PETA DI DAERAH 2. DUKUNG PPH DENGAN CARA MEMETAKAN KLAIM MASYARAKAT DAN WILAYAHNYA 3. BENTUK PERDA UNTUK MENGAKUI MHA DAN WILAYAHNYA 4. SUSUN PETA JALAN PEMBARUAN HUKUM DI TINGKAT DAERAH DAN HARMONISASI DENGAN PERATURAN DI TINGKAT NASIONAL 5. LAKUKAN AUDIT PERIZINAN DAN BENTUK PERGUB UNTUK MEMANFAATKAN SIP 6. TINGKATKAN PENGAWASAN UNTUK MENDORONG KEPATUHAN 7. FASILITASI PENYELESAIAN KONFLIK SECARA DAMAI DIMULAI DENGAN IDENTIFIKASI KONFLIK DI DAERAH MASING-MASING

TERIMA KASIH