BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah. penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001).

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. T DENGAN DENGUE HEMORRHAGIC FEVER GRADE II DI BANGSAL MELATI 2C DI RSUD MOEWARDI, SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Demam Dengue adalah penyakit febris virus akut yang seringkali disertai

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

Penatalaksanaan DBD Pada Dewasa

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TELAAH PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengue, keduanya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit. chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB XVII DENGUE XVII.1 Patogenesis1,2

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) tanda-tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik. 1

BAB I PENDAHULUAN. masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALatihan Soal 6.2. Varises. Anemia. Polisitemia. Hipertensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas DHF bervariasi dan dipengaruhi oleh berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

Kadar hematokrit dan trombosit sebagai indikator diagnosis infeksi dengue primer dan sekunder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB II KONSEP DASAR. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengue Haemoragic Fever (DHF) yang lebih sering disebut dengan

BAB II TINJAUAN TEORI. Demam berdarah adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah utama kesehatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

MANUSIA/MASYARAKAT MAKHLUK SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. diseluruh penjuru dunia dengan kejadian tertinggi dibeberapa daerah tropis seperti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

HASIL DAN PEMBAHASAN. Y ijk = µ + a i + ß j + (aß) ij +? k + e ijk

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak, tetapi lebih banyak

Ilmu Pengetahuan Alam

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RS. ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa. Dr. Ratih Dewi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. genus Falvivirus, virus RNA dari Keluarga Falviviridae (Soedarto 2012).

A. PENGERTIANs DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TUGAS MATA KULIAH PENYAKIT TROPIK

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

Perancangan Prediksi Keputusan Medis Untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. I DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER DI RUANG MAWAR RSUD BANYUDONO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PAKAR. yang ahli dalam bidang tertentu dan mempunyai pengetahuan atau keahlian

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne viruses) artinya virus yang ditularkan melalui gigitan artropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vector virus dia juga menjadi hospes reservoar virus tersebut yang paling sering bertindak menjadi vector adalah berturut-turut nyamuk. (Sumarmo Sunaryo Poerwo Soedarmo, 1983). 2. Patofisiologi penyakit DHF Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20% ) dan renjatan (syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita

6 adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegalpegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hematomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan plasma keruang ekstra seluler sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui. Setelah pemberian cairan intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelum terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian tranfusi guna menambah semua komponen-komponen didalam darah yang telah hilang. (Christantie Effendy, 1995)

3. Gambaran klinis DHF Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut (suhu meningkat tiba-tiba) sering disertai menggigil. Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya pendarahan pada saat demam dan tak jarang pula dijumpai saat penderita mulai bebas dari demam. Contoh pendarahannya adalah pendarahan pada kulit (petekie). (Christantie Effendy, 1995) 4. Derajat penyakit DHF a. Derajat I (ringan) : Demam mendadak 2 sampai 7 hari disertai gejala klinik lain, dengan manifestasi pendarahan ringan. Yaitu tes tourniquet yang positif. b. Derajat II (sedang) : Golongan ini lebih berat daripada derajat I oleh karena ditemukan pendarahan kulit dan manifestasi pendarahan lain yaitu epistaksis (mimisan), pendarahan gusi, hematemesis dan atau mekna (muntah darah). c. Derajat III (berat) : Penderita syok berat dengan gejala klinik yang telah dibahas diatas ( derajat I dan II ). d. Derajat IV : Penderita syok berat dengan tensi yang tidak dapat diukur dan nadi yang tidak dapat diraba. (Purnawan Junadi, Atiek S.Soemasto, Husna Amelz, 1982)

8 B. Pengaruh Hb, Ht, dan Jumlah Trombosit Pada Penderita DHF Jumlah Hb pada penderita DHF sangat berpengaruh karena apabila kadar Hb rendah maka akan terjadi kekurangan oksigen, menyebabkan distres pernafasan yang ditandai dengan sesak nafas dan kekurangan makanan yang menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit >20%), yaitu kebocoran plasma yang menyebabkan penderita mengalami pendarahan interna atau pendarahan dalam tubuh dan biasanya terjadi di saluran cerna. Dan apabila jumlah trombosit pada penderita DHF mengalami penurunan (trombositopenia) maka mengindikasikan penderita DHF memasuki fase kritis dan memerlukan penambahan trombosit. (Christantie Effendi, SKP. 1995) C. Diagnosa Laboratorium Pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan lengkap darah. Pada penderita yang klinis disangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit. Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet. 1. Uji Tourniquet Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler itu

keluar dari kapiler dan merembes kedalam jaringan sekitarnya sehingga nampak sebagai bercak kecil ( petechia ) pada permukaan kulit. Pandangan mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga; test itu positif. Seandainya dalam lingkaran itu tidak ada petechia, tetapi lebih jauh distal ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga. (R. Gandasoebrata, 2001) 2. Hemoglobin Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara yaitu dengan cara sahli dan sianmethemoglobin. Dalam laboratorium cara sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat dari hasilnya lebih akurat dibanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal untuk pria 13-15 gr/dl, dan wania 12-14 gr/dl. (R. Gandasoebrata, 2001) Kadar hemoglobin pada hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan hematology paling awal yang dapat ditemukan pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). (Sri Rejeki H.Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, 1999)

10 3. Hematokrit Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut dengan persen & dari volume darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol % dan wanita 37-43 vol %. Penetapan hematokrit dapat dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata ± 2%. Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat. (R. Gandasoebrata, 2001) Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah. Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai hematokrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai hematokrit tidak meningkat bahkan malah menurun. (Sri Rejeki H.Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, 1999) Telah ditemukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu : 1. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF, pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu dirawat. 2. Pada penderita DHF tanpa renjatan pemeriksaan hematokrit berkala

ikut menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena. 3. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk menghentikan cairan intravena, dan menentukan saat yang tepat untuk memberikan darah. (Sumarmo Sunaryo Poerwo Soedarmo, 1983) 4. Trombosit Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar dibedakan dari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan asing (bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000-400.000/µl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semikuantatif tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit dengan menggunakan elektronic particle counter mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas laboratorium jika harus banyak melakukan pemeriksaan menghitung trombosit. Akan tetapi cara ini masih dicekali macam-macam kelemahan; jika hendak memakainya perlu mengadakan kontrol dengan ketat. (R. Gandasoebrata, 2001) D. Transfusi Darah

12 Indikasi utama untuk transfusi darah lengkap adalah untuk mengantisipasi perdarahan. Menentukan jumlah kehilangan darah secara pasti sulit, petunjuk beratnya pendarahan mungkin diperoleh dari data perubahan tekanan darah, nadi dan kadar hemoglobin. Gejala akibat kehilangan darah terdiri dari pucat, berkeringat, rasa haus, rasa ringan di kepala, nafas dalam dan gelisah. Transfusi trombosit diberikan dalam bentuk konsentrasi trombosit. Indikasi transfusi trombosit adalah keadaan trombositopenia yang mengancam jiwa. Apabila jumlah trombosit menurun sampai kira-kira 20.000 /µl biasanya menyebabkan pendarahan otak yang sering berakibat fatal. Perlu diingat bahwa transfusi darah hanya dilakukan apabila indikasi untuk transfusi darah telah diidentifikasi secara pasti dan akurat yaitu terjadinya pendarahan nyata atau pendarahan yang serius, misalnya kurang dari 10% volume darah total (total volume darah adalah 80 ml/kg ) keduanya harus selalu diusahakan agar transfusi hanya dengan komponen yang diperlukan. ( Imam Supandiman, DSPD.H. 1997)