BAB I PENDAHULUAN. cinta, baik cinta terhadap Tuhan, orang tua, teman, diri sendiri dan sebagainya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

COPING KAUM GAY DALAM PENYESUAIAN SOSIAL MASYARAKAT DI YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari masa prenatal hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasar kodratnya, manusia ditakdirkan berpasang-pasangan membangun

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI

I. PENDAHULUAN. kalangan remaja maupun dewasa tersebut. atau sesama pria.selain itu, seks antar sesama jenis tersebut sekarang bukan

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan makhluk hidup lainya. Manusia memiliki kecenderungan seksual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada umumnya memiliki perilaku yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan komunitas homoseksual ini sebenarnya telah diakui oleh

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kelompok, bahkan sebuah bangsa (Lubis, 2010). menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim (Carle, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama termasuk di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Namun beberapa tahun

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. justru laris manis di pasaran meskipun main kucing-kuicingan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB II LANDASAN TEORI. Psikologi Tokoh Eko Prasetyo dalam Novel Jangan Ucapkan Cinta Karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

ANAK MAS DI BIARA SEBAGAI UNGKAPAN SEKSUALITAS Rohani, April 2012, hal Paul Suparno, S.J.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan fokus penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

LAMPIRAN 1 VERBATIM. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia secara umum menyukai orang yang memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia membutuhkan agama di dalam kehidupannya, yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

Opini Edisi 5 : Tentang Seksualitas: Masyarakat Sering Menggunakan Standar Ganda

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

Bab V. Kepedulian Kesehatan Remaja Putri. Perubahan yang terjadi pada tubuh (pubertas) Perubahan yang membawa kehidupan lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ditinjau dari segi bahasa kata waria adalah singkatan dari wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masih belum kita lupakan kasus yang menimpa Very Idham. Henyansyah, atau dikenal dengan panggilan Ryan dimana Ryan adalah

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan atau yang biasa disebut dengan komunikan.manusia merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia sejak lahir telah memiliki emosi dasar yaitu cinta, kegembiraan, keinginan, benci dan kagum. Sejak kecil pula manusia sudah diajarkan mengenai cinta, baik cinta terhadap Tuhan, orang tua, teman, diri sendiri dan sebagainya (Marliany, 2010). Rasa cinta adalah emosi yang paling intens dan paling disenangi oleh manusia (Sternberg, 2008). Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang (Wikipedia). Miriam Webster (Turnadi, 2009) menyatakan cinta adalah perasaan yang kuat pada lawan jenis karena hubungan personal. Cinta juga bisa diartikan sebagai satu perkataan yang mengandung makna perasaan yang rumit, yang bisa dialami semua makhluk hidup. Chaplin (2004) menyatakan bahwa cinta adalah suatu perasaan yang kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang dan biasanya disertai oleh suatu komponen seksual. Menurut peneliti, cinta lebih berarah ke konsep abstrak, lebih mudah dialami daripada dijelaskan. Cinta adalah kepedulian terhadap orang lain sebanyak atau melebihi kepedulian terhadap diri sendiri. Jika yang dicintai merasa sakit atau sedih, kita akan merasakan hal yang sama. Jika yang dicintai merasa bahagia, maka kita pun akan bahagia.

Bagi banyak orang, cinta adalah hal yang terpenting dalam hidupnya dan tanpa cinta hidup dapat terasa tidak lengkap (Sternberg & Barnes, 1988). Robert Heinlein (Masters et al, 1992) menuliskan dalam buku Stranger in a Strange Land cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan orang yang kita cintai menjadi lebih berarti atau penting bagi diri kita pribadi. Didalam setiap cinta, menyayangi orang yang dicintai adalah hal yang penting, kecuali pada beberapa kasus dimana cinta digunakan hanya sekedar bentuk nafsu seks, karena nafsu seks dan cinta sangat berhubungan, keduanya bisa saling menggairahkan (Sternberg & Barnes, 1988). Seks adalah energi psikis yang ikut mendorong atau menjadi motivasi dalam diri manusia untuk bertingkah laku (Kartono, 2009). Hubungan atau korelasi antara cinta dengan seks sangatlah kompleks. Pandangan umum yang ada di masyarakat mengatakan bahwa pola pikir wanita dan pria tentang cinta dan seks sangatlah berbeda, wanita selalu berpikir bahwa suatu hubungan cinta yang mendalam akan mengarahkan kepada hubungan seks, sedangkan pria berpikir bahwa seks atau berhubungan seksual tidak harus selalu berasal dari rasa cinta (Masters et al, 1992). Negara-negara Barat memiliki kebiasaan sex without love dalam menjalin suatu hubungan. Hubungan seks tanpa cinta ini menurut masyarakat di negara tersebut sangatlah menyenangkan dan wajar, karena dengan melakukan seks akan menumbuhkan rasa cinta. Seks tanpa cinta bekerja sebagai kenikmatan belaka dan menikmati hal unik yang dapat terjadi berulang-ulang, serta mencari kecocokan dengan pasangannya. Namun jika yang diinginkan tidak terpenuhi atau merasa

kurangnya kecocokan dalam hubungan seks, maka hanya kekecewaanlah yang akan muncul (Masters et al, 1992). Berlawanan dengan sex without love, banyak pula keadaan dimana hubungan percintaan hadir tanpa dihubungkan dengan sex. Love without sex ini memiliki kesepakatan untuk saling meninggalkan kegiatan fisik seperti bersentuhan atau melakukan hubungan seks, memiliki kesepakatan untuk menghargai norma, agama dan nilai-nilai kemanusiaan yang ada di lingkungan sekitar, sepakat untuk menjauhi penyakit menular seks, sepakat untuk melakukan seks setelah menikah, bahkan sengaja untuk memisahkan jarak lokasi tempat beraktivitas agar tidak terpengaruhi oleh dorongan seks (Masters et al, 1992). Terlepas dari hal diatas, Kartono (2009) mengatakan bahwa hubungan percintaan atau hubungan seksual dikelompokkan dalam dua kategori. Pertama, hubungan seksual di antara dua jenis kelamin yang berlainan sifat dan jenisnya (antara seorang pria dan seorang wanita) disebut sebagai relasi hetero-seksual. Kedua, jika ada yang melakukan hubungan seksual di antara dua jenis kelamin yang sama disebut dengan relasi homoseksual. Homoseksual merupakan kecendrungan individu untuk menyukai orang lain yang memiliki jenis kelamin yang sama (Yusuf, 2009). Homoseksual mengacu kepada rasa tertarik secara perasaan (kasih sayang, hubungan emosional) yang secara erotik baik secara predominan (lebih menonjol) maupun eksklusif (sematamata terhadap orang-orang yang berjenis kelamin sama), dengan atau tanpa hubungan fisik (Oetomo, 2003).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang homoseksual hanya akan mengalami jatuh cinta kepada orang lain yang berjenis kelamin sama dengan dirinya sendiri. Homoseksual sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yaitu homoseksualitas dikalangan pria disebut dengan gay, sedangkan homoseksualitas pada wanita disebut dengan lesbi (Yusuf, 2009). Benedict Anderson (Oetomo, 2003) menjelaskan pada dasarnya Indonesia merupakan negara yang sensual. Pada awal tahun 1962 ketika ia berkunjung ke Indonesia, di Menteng ia mendapati anak laki-laki kampung yang berumur sekitar 9 tahun, berlari main bola dengan bertelanjang dada, bahkan telanjang bulat tanpa seorangpun yang menegur dan memarahinya. Di Bali, anak balita dengan sangat nikmat menghisap puting susu ayahnya saat sang ibu sibuk bekerja. Di Jawa banyak laki-laki yang rebahan di pangkuan sahabat laki-lakinya dan bergandengan tangan tanpa ada perasaan risih. Di kaum bangsawan Aceh sering membeli lakilaki terpilih dari Nias untuk dijadikan kesenangan di ranjang dengan menyuruhnya berpakaian seperti wanita.. Di Ponorogo ada kesenian tari Reog Ponorogo yang menceritakan hubungan seksual antara sesama laki-laki, karena apabila melakukan hubungan seksual dengan wanita akan kehilangan kekuatannya dan menjadi lemah. Di Sulawesi Selatan pernah ada pranata berupa tarian yang dilakukan oleh anak laki-laki yang menggunakan pakaian wanita, lalu penonton laki-laki dewasa akan memberinya uang dengan cara menyelipkannya pada kutang yang digunakan anak laki-laki tersebut sambil meraba-raba badan anak tersebut. Di suatu suku di Pulau Irian, ternyata sebelum anak laki-laki menginjak

dewasa, secara rutin mereka akan melakukan hubungan seks dengan laki-laki dewasa di suku tersebut. Oetomo (2003) menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan para homoseksual di Indoneseia tidak membuka diri, diantaranya adalah : 1. berkembangnya agama Islam, 2. masuknya kolonial, 3. adanya infiltrasi keilmuan medis (psikologis/psikiatri), 4. pendapat masyarakat luas yang menyatakan bahwa homoseksual adalah penyakit gangguan mental yang harus dimasukan ke rumah sakit jiwa. Berdasarkan penelitian terdahulu (Oetomo, 2003), dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan kaum gay atau homoseksual, disadari atau tidak, mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Munculnya organisasi gay dan lesbian mulai berkembang pesat sejak diselenggarakannya Kongres Lesbian & Gay Indonesia di Kaliurang, DIY, pada bulan Desember 1993. Meskipun status laki-laki yang secara emosional dan seksual tertarik kepada laki-laki sampai sejauh ini masih menimbulkan pro-kontra, tetapi kelompok ini tetap eksis di tengah masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyak bermunculan organisasi atau komunitas yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Percintaan kaum gay masih saja dianggap sebagai tabu oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Berbeda dengan kaum heteroseksual yang secara status memperoleh pengakuan di mata masyarakat dan dipandang sebagai golongan yang paling benar dalam hal orientasi seksualitasnya dan sebagai golongan yang lurus dalam urusan seksualitas, maka kaum gay dianggap mengalami

penyimpangan perilaku seksual (Yusuf, 2009). Hal ini karena masih ada sejumlah stereotype buruk yang mengkonstruksi citra gay di Indonesia, misalnya ada pandangan dari masyarakat Indonesia menganggap homoseksualitas sebagai penyimpangan, penyakit dan sebagainya, dan sebagian besar masyarakat memiliki pemikiran bahwa perilaku berpacaran homoseksual seringkali dikaitkan dengan seks bebas dan terjangkit penyakit AIDS, karena penyakit AIDS pertama kali ditemukan pada pria gay (Oetomo, 2003). Pengimplementasian cinta pada setiap individu akan berbeda, terutama pada kaum homoseksual. Karena ia tertarik pada orang dari jenis kelamin yang sama, ekspresi ketertarikannya terpaksa dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Keinginan untuk melakukan hubungan seksual yang muncul biasanya tertuju kepada orang yang dicintai, namun keadaan tersebut cukup sulit untuk diwujudkan (Nugroho, 2001). Dadang Hawari dalam pernyataan sikap kelompok LGBT (Lesbi Gay Biseksual dan Transeksual) (2008) menjelaskan bahwa kebanyakan dari kaum homoseksual, terutama kaum gay sangat pencemburu. Sikap cemburu mereka terhadap pasangannya akan membuat kaum gay bisa saja melakukan hal-hal brutal yang bisa menyakiti diri mereka sendiri dan pasangannya ketika keinginannya tidak terpenuhi. Seperti kasus Veri Idam alias Rian Jombang yang telah membunuh hampir 10 orang, salah satu korban Rian adalah Hery Santoso. Yang diketahui bahwa motif pembunuhan Heri dikarenakan oleh kecemburuan Rian. Seperti yang diberitakan oleh Sembiring (Sembiring, 2008) : Motif mutilasi terhadap Heri dilandasi dendam antara gay. Menurut Carlo, awalnya, korban, meminta tolong pada Very Idam alias Ryan untuk

dicarikan pasangan pria. Ketika melihat foto Novel (27), pria yang merupakan pasangan gay Ryan, Heri jatuh hati. Ih cakep juga tuh. Gue bayarin deh biar bisa tidur sama dia, kata Carlo menirukan Heri dari pengakuan Ryan. Tersinggung dengan ucapan Heri, Ryan langsung berang. Lalu terjadi perkelahian di apartemen Margonda Residence, kamar 309 A, Jalan Margonda Raya, Depok. Kemudian Ryan memukul Heri dengan besi dan menusuknya dengan pisau dapur. Belum puas dengan itu, Ryan memotongmotong tubuh Heri menjadi tujuh bagian, lalu membuangnya di kawasan Ragunan. Dan kasus pembunuhan pada Rachmat Hidayat yang juga dikarenakan rasa cemburu pasangan gaynya yang berlebihan. Seperti yang diberitakan pada detiknews.com (Gusnita, 2008) : Jakarta - Kasus mutilasi Ragunan mungkin bisa jadi pelajaran untuk berhati-hati dengan pasangan sejenis karena bisa berujung maut. Buktinya kasus yang sama terjadi dengan aktivis LSM Rachmat Hidayat yang ditemukan tewas berlumuran darah di UI. Rachmat diduga dibunuh karena kecemburuan pasangan sejenisnya. "Bisa juga seperti itu (cemburu gay)," kata Kasat Reskrim Polres Depok Kompol Rochimat kepada detikcom, Kamis (17/7/2008). Fenomena diatas membuat masyarakat semakin menghakimi bahwa gay atau homoseksual adalah penyakit gangguan mental. Terlepas dari jenis kelamin atau orientasi seksual, Maslow mengatakan bahwa proses dicintai adalah fenomena humanistik yang menarik, dimana mencintai adalah salah satu kebutuhan hidup manusia, seseorang akan berusaha melakukan yang terbaik demi orang yang dicintainya (Yusuf & Nurihsan, 2008). Akan menjadi lebih berharga bila orang tersebut rela berkorban demi kebaikan orang yang dicintainya. Disinilah kesamaan esensi cinta antara kaum heteroseksual dengan kaum homoseksual (Kadir, 2007). Dihubungkan dengan konsep cinta pada pasangan, peneliti tertarik untuk mendalami mengenai tipe percintaan pada gay di Indonesia khususnya di kota

Bandung. Penelitian tentang cinta ini banyak mengacu pada teori segitiga cinta yang dikemukakan oleh Sternberg (1988). Menurutnya cinta itu memiliki tiga komponen pembentuk yaitu intimacy, passion, decision/commitment sehingga membentuk delapan tipe cinta. Tipe-tipe cinta menurut Sternberg adalah non-love, liking love (intimacy), infatuation love (passion), empty love (commitment), romantic love (intimacy & passion), fatuous love (passion & commitment), companionate love (commitment & intimacy) dan consummate love (intimacy, passion & commitment). Sternberg sendiri melandasi penelitiannya atas hubungan antara pria dan wanita, sehingga perlu penelitian lebih lanjut mengenai cinta dan komponen-komponen cinta pada kaum gay. B. Rumusan Masalah Dengan kekhasan wujud cinta kaum gay tersebut, maka muncullah keingintahuan dan pertanyaan-pertanyaan yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian, sehingga permasalahan yang akan diangkat adalah : 1. Bagaimanakah gambaran percintaan kaum gay di kota Bandung bila ditinjau dari teori segitiga cinta Sternberg? 2. Bagaimanakah profil tipe percintaan yang paling dominan pada gay di kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan berikut ini : 1. Mengetahui gambaran tipe percintaan pada kaum gay di kota Bandung.

2. Mengetahui profil tipe percintaan yang paling dominan pada gay di kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini telah selesai dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Secara teoritis : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan secara mendalam bagi masyarakat luas khususnya mahasiswa Psikologi UPI Bandung mengenai tipe percintaan pada kaum gay. 2. Secara praktis : Dari hasil penelitian ini, setelah mengetahui tipe percintaan pada gay, diharapkan bisa memberikan gambaran kepada masyarakat secara umum tentang tipe percintaan pada gay, sehingga masyarakat terutama kaum gay bisa memutuskan untuk menjalin atau tidak menjalin hubungan dengan kaum gay yang memiliki tipe percintaan tertentu. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang cinta dan komponenkomponennya terutama untuk dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak lain yang terkait dalam penanganan masalah-masalah dalam rubrik-rubrik konsultasi psikologis. E. Sistematika Penelitian Sistematika dalam penelitan ini adalah sebagai berikut : BAB I : Berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penelitian. BAB II : Berisi mengenai pengertian cinta, jenis-jenis cinta, teori cinta, pengertian homoseksual, penyebab homoseksual, tipe homoseksual dan jenis homoseksual. BAB III : Berisi mengenai metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB 1V BAB V : Berisi mengenai hasil penelitian dan analisisnya. : Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, diskusi mengenai kekurangan dan kelebihan penelitian, serta saran untuk penelitian dan aplikasi selanjutnya.