INTERAKSI PADA OBAT ANTIMIKROBA. Oleh: Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt

dokumen-dokumen yang mirip
MATA KULIAH PROFESI INTERAKSI OBAT PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

INTERAKSI FARMAKOLOGI. Oleh: Wantiyah

membunuh menghambat pertumbuhan

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FARMAKOTERAPI KELOMPOK KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi

PENDEKATAN KLINIS INTERAKSI OBAT DAN UPAYA MEMINIMALISASI EFEK MERUGIKAN AKIBAT INTERAKSI OBAT

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif

PENGANTAR FARMAKOLOGI

MENGATASI KERACUNAN PARASETAMOL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTERAKSI OBAT DILUAR TUBUH MANUSIA ATIKA JAYA RANI ( )

Obat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lecture: EMI KUSUMAWATI., S.FARM., APT

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pengantar Farmakologi Keperawatan

MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR. dr. Agung Biworo, M.Kes

EFEK SAMPING OBAT. Oleh: Wantiyah

19/02/2016 INTERAKSI OBAT

Farmakologi. Pengantar Farmakologi. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UNLAM. Farmakodinamik. ., M.Med.Ed. normal tubuh. menghambat proses-proses

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

Pengantar Farmakologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Di bawah ini diuraikan beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia, yaitu :

Tujuan. Menjelaskan mekanisme kerja antimikroba Membedakan antimikroba spektrum luas dan spektrum sempit Mengetahui mekanisme resistensi antimikroba

INTERAKSI OBAT DILUAR TUBUH MANUSIA

FARMAKOTERAPI PADA PENYAKIT INFEKSI JAMUR

RUMAH SAKIT MATA PADANG EYE CENTER (RSMPEC) Ramah, Empati, Siaga, Proaktif, Exsclusive, dan Competence PANDUAN TENTANG PANDUAN TELAAH INTERAKSI OBAT

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

TINJAUAN PUSTAKA. konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh

2/20/2012. Oleh: Joharman

Terms to know! Antiinfeksi dan Antiseptik. Prinsip umum terapi antiinfeksi. Kurva kadar obat dalam darah. Bakterisida atau bakteriostatik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Panduan Interaksi Obat

Penggunaan Obat pada Anak FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Penggunaan Obat pada Anak. Alfi Yasmina. Dosis: berdasarkan usia, BB, LPT

mengontrol biosintesis mediator inflamasi (prostaglandin,leukotriene) dengan meng inhibisi asam arakidonat.

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

Pengantar Farmakologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada zat kimia yang dihasilkan oleh satu macam organisme, terutama fungi yang

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS

FARMAKOTERAPI PADA KELOMPOK KHUSUS. Alfi Yasmina

Tujuan Instruksional:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau yang terjadi ketika satu obat hadir bersama dengan obat yang lainnya

Tujuan Instruksional:

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan salah satu pilihan terapi yang banyak digunakan di

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

IDENTIFIKASI DAN MANAJEMEN INTERAKSI OBAT SUHARJONO DEP FARMASI KLINIS / KETUA PROGRAM S2 FARMASI KLINIK FAKULTAS FARMAS UNAIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANTI INFEKSI. dr. Agung Biworo, M.Kes. Mekanisme Kerja Obat Anti Mikroba. atau transpor aktif melalui membran sel.

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

FARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

ASSALAMU ALAIKUM W.W.

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PROSES PELEPASAN, PELARUTAN, DAN ABSOPRSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Marianne, S.Si., M.Si., Apt.

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping Reaksi yang merugikan Efek toksik. Farmakodinamik - 2

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh seorang Kepala yang disebut Direktur Utama. Peningkatan Kesehatan lainnya serta Melaksanakan Upaya Rujukan.

Nutrition in Elderly

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelayanan kesehatan di puskesmas. Keterbatasan jumlah dokter yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FARMAKOTERAPI TUBERCULOSIS (TBC) Bagian Farmakologi Fak Kedokteran UNLAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Antimikroba ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan

Pengertian farmakodinamika Dosis Efek samping, reaksi yang merugikan dan efek toksik. Interaksi reseptor Mekanisme non-reseptor

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INTERAKSI OBAT DENGAN KASUS KHUSUS DAN PENGATASAN INTERAKSI

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

Suspensi. ALUMiNII HYDROXYDUM COLLOIDALE. Aluminium Hidroksida Koloidal. Alukol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seringkali, buang air besar yang berbentuk cair bukanlah diare. Hanya bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).

Transkripsi:

INTERAKSI PADA OBAT ANTIMIKROBA Oleh: Aminah Dalimunthe, M.Si., Apt Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan

DAFTAR ISI Bab I. Pendahuluan...1 Bab II. Tinjaun Pustaka...2 Bab III.Pembahasan... 12 Bab IV.Kesimpulan...16 Daftar Pustaka...17

BAB I PENDAHULUAN Interaksi obat atau lebih dikenal dengan istilah drug interaction, merupakan interaksi yang terjadi antar obat yang dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi obat dapat menghasilkan efek baik terhadap pasien, namun tidak jarang menghasilkan efek buruk, sehingga hal ini merupakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya kesalahan pengobatan. Secara umum, kesalahan pengobatan akibat interaksi obat ini jarang terungkap akibat kurangnya pengetahuan kita, baik dokter, apoteker, apalagi pasien tentang hal ini. Jika terjadi kegagalan pengobatan pada pasien, hal ini sangat jarang dikaitkan dengan interaksi obat. Padahal kemungkinan terjadinya interaksi obat ini cukup besar, terutama pada pasien yang mengonsumsi lebih dari 5 macam obat pada saat yang bersamaan. Pada saat ini lebih dari 25 jenis obat baru dilempar ke pasar setiap tahunnya. Dan tampaknya hamper mustahil jika seorang dokter atau apoteker harus menghapalkan dan menguasai masalah interaksi obat dari sekian ribu macam obat yang beredar saat ini. Oleh karena itu, setiap pusat pengobatan modern seperti rumah sakit, puskesmas, praktek dokter pribadi, dan apotek, sebaiknya atau bahkan seharusnya memiliki akses paling tidak ke salah satu pusat data interaksi obat. Halini bertujuan untuk menghindari terjadinya interaksi antar obat yang diberikan kepada pasien dan rasionalisasi penggunaan obat dapat tercapai..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Interaksi obat Satu di antara faktor-faktor yang dapat mengubah respon obat-obatan adalah pemberian secara bersamaan dengan obat-obat lain. Seseorang mengkonsumsi obat, tentunya bertujuan agar penyakit ataupun gejala penyakitnya cepat hilang. Namun, tujuan yang hendak dicapai tidak selalu sesuai harapan, bahkan terkadang justru memperberat penyakit yang diderita. Hal yang tidak diinginkan itu bisa timbul, manakala seseorang mengonsumsi lebih dari satu macam obat dalam waktu yang bersamaan atau dikenal dengan polifarmasi. Saling berpengaruhnya macam-macam obat yang diminum, dikenal dengan interaksi obat. Interaksi obat didefinisikan oleh Committee for Proprietary Medicine Product (CPMP) sebagai suatu keadaan bilamana suatu obat dipengaruhi oleh penambahan obat lain dan menimbulkan pengaruh klinis. Biasanya, pengaruh ini terlihat sebagai suatu efek samping, tetapi terkadang pula terjadi perubahan yang menguntungkan. Obat yang mempengaruhi disebut dengan precipitant drug, sedangkan obat yang dipengaruhi disebut sebagai object drug. Pada beberapa kasus, interaksi ini terkadang dapat menimbulkan perubahan efek pada kedua obat, sehingga obat mana yang mempengaruhi dan mana yang dipengaruhi, menjadi tidak jelas. Diperkirakan, insidensi terjadinya interaksi obat sekira 7% dari semua efek samping obat dan kematian akibat ini sekitar 4%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Kurangnya dokumentasi 2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter tentang mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat, sehingga interaksi obat berupa peningkatan toksisitas sering kali dianggap sebagai reaksi idiosinkrinasi terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa

penurunan efektivitas seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit. 3. Faktor keturunan, fungsi hati dan ginjal, usia (bayi dan lansia), ada atau tidaknya suatu penyakit, jumlah obat yang digunakan dan juga faktor sensitivitas penderita. Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Interaksi yang menguntungkan antara lain: (1) penisilin dengan probenisid ; probenesid akan menghambat sekresi penisilin ditubuli ginjal sehngga meningkatkan kadarnya dalam plasma sehingga meningkatkan efektivitasnya dalam terapi gonore (2) Kombinasi obat antihipertensi ; meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping (3) Kombinasi obat anti tuberculosis ; memperlambat timbulnya resistensi kuman terhadap obat. Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi rendah) seperti glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatistika. Dengan kemajuan teknologi dan pengalaman pemakaian obat-obatan, maka interaksi obat makin banyak diketahui. Secara farmakologis, obat yang bertindak sebagai precipitant drug mempunyai sifat sebagai berikut: a. Obat yang terikat banyak oleh protein plasma, akan menggeser obat lain (object drug) dari ikatan proteinnya. Contoh: Aspirin. Fenilbutazon dan golongan Sulfa. b. Obat yang menghambat atau merangsang metabolisme obat lain. Contohnya: * Perangsang metabolisme: fenitoin, karbamazepam, rifampisih, antipirin dan griseofulvin. * Penghambat metabolisme: alopurinol, simetidin, siklosporin, luminal, ketokonazol, eritromisin, klaritromisin dan siprofloksasin.

c. Obat yang mempengaruhi renal clearance object drug. Contohnya: furosemid (diuretik- peluruh kencing), dapat menghambat ekskresi gentamisin, sehingga menimbulkan toksik. Sedangkan object drug, biasanya merupakan obat yang mempunyai kurva dose response yang curam. Obat-obat ini menimbulkan perubahan reaksi terapeutik yang besar dengan perubahan dosis kecil. Kelainan yang ditimbulkan bisa memperbesar efek terapinya. Juga bila dosis toksik suatu object drug, dekat dengan dosis terapinya, maka mudah keracunan obat bila terjadi suatu interaksi. Pada umumnya akan terjadi dua hal, yaitu pengurangan efek terapinya dan terjadinya efek samping. Contoh obat dengan profil demikian seperti antibiotika golongan aminoglikosida, antikoagulan, antikonvulsi dan obat-obat sitotoksik dan imunosupresan, kontrasepsi oral serta obat-obat susunan syaraf pusat. Secara matematis bila ada 2 atau lebih obat dikombinasi maka kemungkinan tejadi interaksi adalah : [1/2 n (n-1)] kali, n = jumlah obat Tipe interaksi Ada tiga jenis interaksi obat, yaitu interaksi farmasetis, farmakokinetik dan farmakodinamik. 1.Interaksi farmasetis Adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan/disiapkan sebelum obat di gunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. Contoh lain : dua obat yang dicampur pada larutan yang sama dapat terjadi reaksi kimia atau terjadi pengendapan salah satu senyawa, atau terjadi pengkristalan salah satu senyawa dll.

Bentuk interaksi: a.interaksi secara fisik Misalnya : -Terjadi perubahan kelarutan -Terjadinya turun titik beku b.interaksi secara khemis Misalnya : Terjadinya reaksi satu dengan yang lain atau terhidrolisisnya suatu obat selama dalam proses pembuatan ataupun selama dalam penyimpanan. 2. Interaksi farmakokinetik Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lain. Hal ini umumnya diukur dariperubahan pada satu atau lebih parameter farmakokinetik seperti konsentrasi serum maksimum, luas daerah dibawah kurva, waktu, waktu paruh, jumlah total obat yang diekskresi melalui urine, dan sebagainya. Interaksi pada fase absorbsi. Mekanisme yang dapat mengubah kecepatan absorbsi obat dalam saluran pencernaan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain: berubahnya kecepatan aliran darah pada saluran pencernaan, berubahnya motilitas saluran pencernaan, ph, kelarutan obat, metabolisme saluran pencernaan, system flora dan mukosa saluran pencernaan atau terbentunya kompleks yang tidak larut. a. Interaksi langsung Interaksi secara fisik/kimiawi antar obat dalam saluran pencernaan sebelum absorbsi dapat mengganggu proses absorbsi. Interaksi ini dapat dihindari dengan cara obat yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu yang berbeda (minimal 2 jam). b.perubahan ph cairan saluran pencernaan.

Cairan saluran cerna yang alkalis misalnya akibat antacid, akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut dalam cairan tersebut. Contohnya aspirin. Dalam suasana alkalis,absorpsi per satuan luas area absorpsi akan lebih lambat. Dengan demikian dipercepatnya disolusi aspirin olh basa akan mempercepat absopsinya. Akan tetapi, suasana alkali pada saluran pencernaan akan mengurangi kelarutan beberapa obat yang bersifat basa seperti tetrasiklin. c. Motilitas saluran pencernaan. Usus halus merupakan tempat absorpsi yang utama untuk semua obat. Oleh karena itu, makin cepat obat sampai ke usus halus maka akan semakin cepat pula absorpssinya. Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung, misalnya metoklorpropamid, akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara bersamaan. Sebaliknya, obat yang memperpanjang waktu pengosongan lambung seperti antikolinergik akan memperlambat absorbsi obatlain. d. Perubahan flora usus. Flora normal usus mempunyai fungsi antara lain: - sintesa vitamin K dan merupakan sumber vitamin K - memecah sulfasalazin menjadi bagian-bagian yang aktif - tempat metabolisme sebagian obat misalnya levodopa - hidrolisis glukoronid yang diekskresi oleh empedu sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang akan memperpanjang kerja obat seperti pil KB Pemberian antibakteri berspektrum luas saperti tetrasiklin,kloramfenikol dan ampisilin akan mengubah flora normal usus sehingga akan meningkatkan efektifitas anti koagulan oral yang diberikan secara bersama-sama, mengurangi efektifitas sulfasalazin, meningkatkan bioavailabilitas levodopa danmengurangi efektifitas kontrasepsi oral.

Interaksi pada fase distribusi a. Interaksi dalam ikatan protein plasma. Jenis ini sering kali membahayakan. Bila suatu obat dilepaskan dari ikatan proteinnya oleh suatu precipitant drug, maka konsentrasi object drug akan meningkat dan dapat menimbulkan efek toksik. Beberapa sifat obat yang akan menyebabkan terjadinya interaksi ini antara lain : 1. Mempunyai ikatan yang kuat dengan protein plasma dan volume distribusi yang kecil 2. Mempunyai batas keamanan yang sempit, sehingga dapat meningkatkan kadar obat bebas 3. efek toksik yang serius sebelum kompensasi erjadimisalnya terjadinya pendarahan pada antikoagulan oral atau hipoglikemia pada antidiabetik oral 4. eliminasinya mengalami kejenuhanseperti fenitoin, sehingga peningkatan kadar obat bebas tidak disertai dengan peningkatan kecepatan eliminasinya. b. Interaksi dalam ikatan jaringan Kompetisi untuk ikatan dalam jaringan terjadi misalnya antara digoksin dan kuinidin yang akan mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar plasma digoksin. Interaksi pada fase metabolisme Hal ini dapat terjadi bila metabolisme object drug dirangsang atau dihambat oleh precipitant drug. Perangsang dan penghambat enzim metabolisme sudah lama dikenal. Perangsangan atau induction ini terjadi karena retikulum endoplasmik di hepatosit dan sitokrom P 450 yang merupakan enzim metabolik obat bertambah. Hasil induksi ini mengakibatkan metabolisme obat kian aktif dan konsentrasi plasma object drug berkurang, sehingga efektivitasnya menurun. Contah. Pemberian rifampisin pada akseptor kontrasepsi oral dapat meyebabkan terjadinya kehamilan.

Interaksi pada fase ekskresi Kompetisi pada sekresi tubulus ginjal adalah mekanisme yang penting dalam interaksi ini. Contoh : Probenecid menginhibisi sekresi tubular penisilin, sehingga dapat meningkatkan dan memperlama efek, Sehingga interaksi ini relatif menguntungkan Efek yang sama dapat meningkatkan toksisitas kloroquin pada mata pada enderita yg menggunaka probenecid. 3.Interaksi farmakodinamik Merupakan interaksi di tempat kerja obat. Jenis ini banyak sekali dan dapat terjadi dengan banyak obat. Dua atau lebih obat dapat berinteraksi di tempat yang sama atau di tempat yang berlainan. Hasilnya bisa merupakan antagonistik (saling meniadakan) ataupun sinergistik (saling memperkuat). Misalnya interaksi antagonistik antara morfin dengan nalokson pada sebuah reseptor, ataupun interaksi sinergistik antara antibiotika gentamisin dengan suksinilkolin, bisa menimbulkan depolarisasi di otot lurik yang lebih besar sehingga bisa menimbulkan kelumpuhan otot muskuler yang lebih lama. Pada interaksi farmakodinamika precipitant drug mempengaruhi efek dari object drug pada tempat aksi, baik secara langsung maupun tak langsung. 1.Interaksi farmakodinamika secara langsung Terjadi jika dua obat yang memiliki aksi ditempat yg sama (antagonis atau sinergis) atau memiliki aksi pada dua tempat yang berbeda yang hasil akhirnya sama. Antagonis pada tempat yg sama terjadi misalnya: a. penurunan efek opiat dengan naloxon b. penurunan aksi walfarin oleh vit. K c. penurunan aksi obat-obat hipnotik oleh caffeine. d. penurunan aksi obat-obat hipoglikemik oleh glucocorticoids.

Sinergis pada tempat yg sama : Anti hipertensi dan obat-obat yang menyebabkan hipotensi misalnya anti angina, vasodilator. 2. Interaksi farmakodinamika secara tak langsung Pada interaksi ini, farmakologik, terapeutik, atau efek toksik dari precipitant drug dalam beberapa kesempatan dapat mengubah efekterapi atau efek toksik dari objek drug, tetapi terdapat 2 efek yang tidak berkaitan dan tidak berinteraksi secara mandiri (langsung) Walfarin dan antikoagulan lain mungkin terlibat interaksi tidak langsung dengan 3 cara : a.agregasi platelet Beberapa obat dapat menurunkan daya agregasi dari platelet, misalnya salisilat, dipiridamol, asam mefenamat, fenilbutazon, dan obat-obat NSAID. b.ulcerasi GI Jika sebuah obat menyebabkan ulcerasi GI, maka akan menyebabkan kemungkinan terjadi pendarahan pada penderita karena pemberian antikoagulan, misalnya aspirin, fenilbutazon, indometasin, dan NSAID lain c.fibrinolisis Obat-obat fibrinolitik misalnya biguanid mungkin meningkatkan efek walfarin. 4. Interaksi lain-lain Interaksi antar mikroba. Pada meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus yang sensitif terhadap ampisilin, pemberian ampisilin bersama-sama dengan kloramfenikol akan menyebabkan antagonisme. Dengan adanya risiko interaksi obat ini, maka sudah seyogianya para tenaga medis (dokter, apoteker, perawat), untuk lebih hati-hati lagi dalam memberikan obat polifarmasi. Kini sudah ratusan bahkan mungkin ribuan kasus interaksi obat

ini sudah didokumentasikan untuk kepentingan terapi. Sebagai contoh kita bisa lihat bagaimana interaksi obat bisa terjadi pada proses penyembuhan penyakit jerawat (Acne vulgaris), Jika penderita tidak tepat dalam mengonsusmsi obat yang bervariasi, maka bukannya jerawata akan sembuh tetapi karena interaksi obat, proses penyembuhan bisa semakin lama, Bahkan timbul masalah lain terhadap kulit. II. Antimikroba Antimikroba adalah obat-obat yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia. Antibiotik adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri dan organisme lain. Antimikroba dapat bersifat : 1.Bakteriostatik, yaitu menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan bakteri. Contoh : Tetrasiklin, kloramfenikol, eritrosin 2.Bakterisid, yaitu bersifat membunuh bakteri. Contoh : Penisilin, sefalosforin, gentamisin Antimikroba mempunyai 5 mekanisme kerja yang utama, yaitu: 1.Antimetabolit Antimikroba bekerja memblok tahap metabolic spesifik mikroba. Termasuk dalam hal ini adalah sulfonamide dan trimetrofin. Sulfonamida akan menghambat pertumbuhan sel dengan cara menghambat sintesa asam folat oleh bakteri. Sulfonamid bebas secara struktur mirip dengan asam folat, para amino asam benzoat (PABA), dan bekerja sebagai penghambat kompetitif untuk enzim-enzim yang mempersatukan PABA dan sebagian pteridin menjadi asam dihidropteroat. Trimetropim secara struktur mirip pteridin yang dihidrolisis oleh enzim dihidrofolat reduktase dan bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim tersebut yang dapat mengurangi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat 2.Menghambat Sintesis dinding sel. Contoh : Penisilin, sefalosforin, vankomisin

3.Menghambat fungsi membrane sel. Disini antimikroba bekerja secara langsung pada membrane sel yang akan mempengaruhi permiabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawaintraseluler bakteri. Contoh : Polimiksin 4.Menghambat sintesis protein. Antimikroba mempengaruhi fungsi ribosom bakteri yang menyebabkan sintesis protein dihambat. Dalam hal ini antibiotic dapat berinteraksi dengan ribosom 30s, termasuk :aminoglikosida, tetrasiklin dan spektinomisin atau berinteraksi dengan ribosom 50s, misalnya pada kloramfenikol dan eritromisin 5. Menghambat asam nukleat. Contohnya : rifampisin akan menmgikat dan menghambat DNA-dependent RNA polymerase yang ada pada bakteri, kuinolon akan menghambat DNA girase. Penggolongan antimikroba. Antimikroba dapat digolongkan berdasarkan strukturnya, yaitu : 1.Antibiotik golongan beta laktam. Contohnya : penisilin dan sefalosforin 2.Antibiotik golongan Aminoglikosida. Contohnya : Neomisin, vankomisin, kanamisin 3.Antibiotik golongan tetrasiklin. 4.Antibiotik golongan makrolida. Contohnya : eritromisin 5.Sulfonamida. Contohnya : sulfadiazin, sulfametoksazol 6.Antibiotik golongan kuinolon. Contohnya : flouroquinolon, siprofloksasin 7.Antijamur. Contohnya : Amfoterisin B, griseofulvin, ketokonazol Kombinasi Obat-obat Antimikroba. Pengobatan dengan bermacam-macam antimikroba dapat diindikasikan pada keadaan klinik sebagai berikut : 1.Dalam keadaan darurat, misalnya : meningitis 2.Untuk menunda timbulnya resistensi, misalnya antibiotik untuk pengobatan TBC 3.Untuk mendapatkan efek sinergis, misalnya beta laktam ditambah aminoglikosida pada infeksi Pseudomonas aeroginosa 4.Pada infeksi campuran, misalnya bakteri dan jamur.

BAB III PEMBAHASAN 1.Interaksi Farmasetik Interaksi farmasetik yang penting adalah interaksi antar obat dan interaksi antara obat suntik dengan cairan infus Obat A Obat B Interaksi Gentamisin Karbenisilin Inaktivasi gentamisin Penisilin G Vitamin C Inaktivasi penisilin Amfoterisin B Infus NaCl Terjadi endapan Keterangan : Obat A = Objec drug Obat B = Presipitan drug 2.Interaksi Farmakokinetik I. Absorpsi Obat A Obat B Interaksi a. Interaksi langsung Tetrasiklin Katin multivalent (Ca 2+, Mg 2+, Al 3+ dalam antasi, Ca 2+ dalam susu, Fe 2+ dalam sediaan besi Terbentuk kelat yang tidak diabsorpsi jumlah absorpsi tetrasiklin dan Fe 2+ menurun Linkomisin Kaolin-pektat Linkomisin diserap oleh kaolin sehingga absorpsi berkurang Rifampisin Bentonit Rifampisin akan diserap oleh bentonit sehingga absorpsi berkurang b. Perubahan ph cairan saluran pencernaan Tetrasiklin NaHCO3 Kelarutan tetrasiklin akan berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang Penisilin G Eritromisin Antasida Kelarutan tetrasiklin akan berkurang sehingga jumlah absorpsinya berkurang c. Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus Isoniazid Gel Al(OH) 3 Al(OH) 3 akan memperpanjang waktu pengosongan lambung,

II. Metabolisme Obat A Obat B Interaksi a. Metabolisme dipercepat sehingga bioavailabilitas isoniazid berkurang Kloramfenikol Fenobarbital Fenobarbital akan menginduksi system enzim metabolisme kloramfenikol sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun INH, PAS Rifampisin Rifampisin akan menginduksi system enzim metabolisme INH dan PAS sehingga metabolismenya meningkat dan kadarnya dalam plasma menurun b. Metabolisme dihambat Fenitoin Kloramfenikol, INH, PAS Antibiotik akan menghambat metabolisme fenitoin sehingga efek/toksisitas fenitoin akan meningkat III. Ekskresi a. Ekskresi melalui emfedu dan sirkulasi enterohepatik Obat A Obat B Interaksi Rifampisin probenesid Probenesid akan mengurangi ekskresi rifampisin melalui empedu sehingga efek rifampisin meningkat Neomisin, rifampisin b. Sekresi tubuli ginjal Kontrasepsi oral Antibiotik akan menghambat sirkulasi enterohepatik obat kontrasepsi oral sehingga efek KB menurun Penisilin, Probenesid Probenesid menghambat dapson, PAS sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya. Gentamisin Furosemid Furosemid menghambat

sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya. Penisilin Fenilbutazon Fenilbutazon menghambat sekresi antibiotik sehingga meningkatkan efek/toksisitasnya. 3.Interaksi Farmakodinamik Interaksi fisiologi Obat A Obat B Interaksi d-tubokurare Aminoglikosida, Meningkatkan efek d- tetrasiklin, klindamisin, tubokurare linkomisin Kumarin Antibiotic spectrum luas Meningkatkan efek kumarin Aminoglikosida Furosemid, vankomisin Meningkatkan ototoksisitas Aminoglikosida Sefaloritin, amphoterisin Meningkatkan nefrotoksik B 4.Interaksi antimikroba dengan makanan a. Absorpsi obat yang ditingkatkan dengan adanya makanan Obat Mekanisme Perhatian Eritromisin Tidak diketahui Gunakan bersama makanan Griseofulvin Obat bersifat larut lemak Gunakan bersama makanan dengan kadar lemak tinggi b. Absorpsi yang tertunda atau menurun dengan adanya makanan Obat Mekanisme Perhatian Ampisilin Mengurangi volume Gunakan bersama air cairan perut Amoksisilin Mengurangi volume Gunakan bersama air cairan perut INH Makanan akan menaikkan ph saluran cerna dan Minum saat perut kosong memperlambat waktu pengosongan lambung

Linkomisin Mekanisme tidak diketahui Sulfonamida Mekanisme tidak diketahui Tetrasiklin Berikatan dengan ion kalsium dan garam besi membentuk kelat yang tidak larut Minum saat perut kosong Gunakan bersama dengan makanan yang akan memperpanjang waktu pengosongan lambaung Gunakan 1 jam atau 2 jam setelah makan, dan hindari susu

BAB IV KESIMPULAN 1. Interaksi dapat memberikan keuntungan dan kerugian 2. Adanya praktek polifarmasi harus dipandang cermat oleh masyarakat dan tim medis 3. Interaksi tidak hanya terjadi antara obat-dengan obat tapi dapat juga terjadi antara obat dengan makanan.

DAFTAR PUSTAKA Ganiswarna. 1995. Farmakologi dan Terapi. Penerbit EGC Kedokteran. Jakarta. Hal : 800-810 Muhlis, M. 2006. Drug Interaction, Jakarta Munaf, S. 1994. Catatan Kuliah Famakologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal : 9-15 Sinaga, E.. 2005. Interaksi antara Beberapa Obat. Sumber Replubika. Jakarta Stockley, I.H. 1996. Drug Interaction. Blackwell Science. Nottingham. England Suara Merdeka. 2001. Hati-hati terhadap polifarmasi. Jakarta Thomas, J.A. 1995. Drug-Nutrien Interaction. San Antonio