ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

DASAR PENGUKURAN FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES

ULANGAN TENGAH SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MATA PELAJARAN : FISIKA : LINTAS FISIKA : SENIN, 7 OKTOBER 2013 ;120 MENIT

BAB II PENGUKURAN DASAR

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.4

Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

Lembar Kegiatan Siswa

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA

Eksperimen 1 dari 3 MENENTUKAN MASSA JENIS BENDA PADAT DENGAN PRINSIP GAYA KE ATAS

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Gambar mengukur menggunakan jengkal

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

FLUIDA STATIS NAMA :... Kelas :... Kelompok :... ALFIAH INDRIASTUTI

PANDUAN PRAKTIKUM. Kelompok

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168)

Angka Penting dan Notasi Ilmiah

BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIKA DASAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SILABUS ALOKASI WAKTU KOMPETENSI DASAR KEGIATAN PEMBELAJARAN TM PS PI

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2

INOVASI ALAT UKUR BESARAN FISIKA BERHURUF BRAILLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA TUNANETRA MELALUI PRAKTIKUM IPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok:. Kelas :. Nama anggota:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.

LEMBAR PENILAIAN. 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Bentuk Instrumen. Portofolio (laporan percobaan) Panduan Penyusunan Portofolio

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes.

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

OPERATOR, PERULANGAN DAN SELEKSI KONDISI

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

BESARAN DAN PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

Pilihlah a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang!

LEMBAR KERJA SISWA TAHUN PELAJARAN SMP Negeri 103 Jakarta

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

MUATAN ELEMENTER ABSTRAK

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

5 Archimedes Bergelut dengan Lingkaran

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I TETES MINYAK MILIKAN

LEMBAR KERJA SISWA PERTEMUAN KE 1

PENGUKURAN. Aksioma dalam Pengukuran

MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN. UNIT 1: Pengukuran

KELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN

Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika. : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola, serta menentukan ukurannya.

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah.

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

METODE NUMERIK. MODUL 1 Galat dalam Komputasi Numerik 1. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2008 年 09 月 21 日 ( 日 )

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan:

UJIAN NASIONAL MATEMATIKA TAHUN 2010 TEKNOLOGI

BAB I BESARAN DAN SATUAN

Tujuan: Menjelaskan kerangka umum metode ilmiah dalam perkembangan ilmu

PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM

KOMPETENSI DASAR. Mahasiswa mampu memahami konsep besaran dan satuan dan melakukan

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

Konsep Zat. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

BAB III METODE PENELITIAN

Melalui kegiatan diskusi dan praktikum, peserta didik diharapkan dapat: 1. Merencanakan eksperimen tentang gaya apung

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

BAB FLUIDA A. 150 N.

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

Transkripsi:

MAKALAH ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM Disusun Sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Alat-Alat Ukur Oleh : YULI ARDIKA PRIHATAMA (K20802) PEND. FISIKA 2008 JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2009

PENDAHULUAN Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengapa demikian? Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu tongkat maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari tongkat tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan kedua besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang tongkat itu ternyata 1,5 kali lebih panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kayu yang terukur adalah 1,5 meter. Selanjutnya mari kita lanjutkan pada pembahasan mengapa mengukur itu sangat urgen untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut. Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak ada alasan bagi para fisikawan untuk mengabaikannya dalam setiap riset-riset mereka. 2

PERMASALAHAN Permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini terkait dengan pengukuran terbagi menjadi dua hal: Pertama, yaitu teknik-teknik pengukuran yang digunakan selama praktikum dalam mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum Pengukuran Dasar. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi, teknik-teknik yang digunakan, kelebihan dan kelemahan dari penggunaan teknik tersebut, dan koreksi terhadap teknik yang digunakan. Kedua, yaitu teknik pelaporan hasil yang digunakan dalam laporan praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum Pengukuran Dasar. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi proses komputasi dan aturan-aturan pelaporannya serta koreksi terhadap teknik yang digunakan. Dari kedua permasalahan di atas, maka pada akhirnya nanti akan dapat dihadirkan sebah usaha perbaikan dalam proses praktikum. Sehingga ke depannya praktikum-praktikum fisika yang dilakukan oleh para mahasiswa dapat menjadi lebih baik.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi terhadap laporan praktikum yang telah dibuat, khususnya laporan praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I yang berjudul Pengukuran Dasar, diperoleh beberapa permasalahan sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Secara berurutan permasalahpermasalahan tersebut akan dikaji dalam bab berikut. Teknik-Teknik Pengukuran yang Digunakan 1. Percobaan I & II (Mencari Volume dan Massa Kubus) Kubus yang diukur adalah kubus besi dan tembaga. Teknik yang digunakan adalah dengan dengan mengukur rusuk-rusuk kubus tersebut menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran rusuk tiap kubus diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali. 2. Percobaan III (Mencari Volume dan Massa Benda berbentuk Bola) Benda yang diukur adalah bola kaca (kelereng besar). Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur panjang diameternya menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran diameter diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali.. Percobaan IV (Mencari Volum Kubus Besi, Kubus Tembaga dan Bola Kaca dengan Pengukuran Langsung) Teknik pengukurannya adalah dengan memasukkan kubus besi atau tembaga atau bola kaca ke dalam gelas beker yang telah diisi air dengan volume tertentu. Setelah benda tersebut berada di dalam gelas beker maka permukaan air akan naik sehingga air yang ada dipindah ke dalam gelas ukur dengan cara dituangkan hingga permukaan air yang ada di dalam gelas beker kembali pada posisi volume awal. Berdasarkan hukum Archimedes, volume air yang dipindah ke dalam gelas ukur tersebut sama dengan volume kubus yang dihasilkan. 4

Baik hasil percobaan I, II, III maupun percobaan IV, semuanya akan digunakan untuk menentukan massa jenis besi, tembaga dan kaca. Analisis Terhadap Teknik Pengukuran yang Digunakan Berdasarkan teknik-teknik percobaan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pada bagian ini akan kami uraikan analisis untuk tiap-tiap teknik yang digunakan. Percobaan I dan II merupakan teknik pengukuran tidak langsung untuk menentukan volum kubus besi dan tembaga. Dengan mengabaikan bentuk kubus yang tidak presisi, maka untuk tiap-tiap pengukuran rusuk akan menghasilkan satu ketidakpastian. Karena volume kubus merupakan hasil pangkat dari rusuknya, maka volume kubus yang dihasilkan memiliki ketidakpastian yang berpangkat pula. Artinya percobaan ini memberi efek ketidakpastian yang lebih besar. Dengan demikian, teknik percobaan semacam ini akan menyebabkan kesulitan para praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan pelaporan hasil. Senada dengan percobaan dengan I dan II, percobaan III juga akan menimbulkan masalah bagi praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan pelaporan hasil. Permasalahannya pun identik. Hanya saja untuk penentuan volumenya, sudah diketahui adanya konstanta yaitu 4/π. Sedangkan untuk percobaan IV, maka ketidakpastian yang muncul dari pengukuran volume hanya terjadi 1 kali. Sehingga secara logika, teknik percobaan ini sebenarnya lebih baik dari pada teknik percobaan sebelumnya. Namun demikian, ternyata alat yang digunakan untuk mengukur langsung besaran yang sudah ada kurang representatif. Sehingga ini juga semakin menambah ketidakpastian hasil pengukuran. Dengan membandingkan kedua metode yang digunakan untuk mengukur volume benda, maka sebenarnya paling aman adalah dengan menggunakan metode kedua. Alasannnya adalah sebagai berikut: Metode kedua akan menghasilkan nilai yang lebih akurat dari pada metode yang pertama. Metode kedua juga akan lebih presisi dalam menghasilkan nilai volume dengan metode pertama. Hal ini dikarenakan metode pertama 5

mengabaikan ketidakteraturan bentuk benda. Karena secara riil, kubus ataupun bola yang diukur tidak presisi, artinya rusuk-rusuknya tidak sama persis atau lengkung bolanya tidak homogen. Jadi untuk setiap hasil pengukuran rusuk pada metode pertama maka akan muncul 1 ketidakpastian. Sehingga nilai volume yang dihasilkan memiliki nilai ketidakpastian yang lebih besar. Sedangkan metode kedua akan lebih presisi dan memiliki akurasi tinggi karena ia berdasarkan prinsip hukum Archimedes. Volume air yang didesak oleh benda yang dimasukkan ke dalam wadah akan sama dengan volume benda tersebut. Maka ketepatan hasil pengukuran menggunakan metode kedua ini terletak pada instrumen (alat) yang digunakan.. Agar tujuan percobaan tercapai, yaitu membandingkan hasil pengukuran suatu besaran secara langsung dengan secara langsung, maka untuk metode yang kedua diperlukan alat yang lebih teliti. Misalnya menggunakan model gelas berikut: Sehingga volume benda-benda yang diukur akan mendekati kenyataan. Teknik Pelaporan yang Digunakan Mekanisme komputasi yang digunakan dalam analisis kuantitatif percobaan ini adalah menentukan volume dari rerata perhitungan volume tiap-tiap hasil pengukuran. Deskripsinya sebagai berikut:

Data untuk tiap-tiap pengukuran benda diproses sendiri-sendiri. Misalnya hasil pengukuran rusuk pada kubus diproses untuk mencari volume kubus tersebut. Karena pengukuran rusuk tiap-tiap kubus atau diameter bola kaca dilakukan sebanyak 5 kali, maka akan ada 5 nilai volum yang dihasilkan dari perhitungan. Nilai volume dari tiap-tiap data kemudian dicari reratanya dan simpangan bakunya. Reratanya dijadikan nilai utama hasil perhitungan, sedangkan simpangan bakunya dijadikan sebagai nilai penyimpangannya Selanjutnya nilai volume tersebut digunakan untuk menentukan massa jenisnya. Yaitu dengan cara membagi massa dengan volume. Untuk tiap-tiap benda yang diukur maka maka dihasilkan 2 massa jenis. Massa jenis yang pertama dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran tak langsung, sedangkan massa jenis yang lainnya dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran langsung. Analisis Terhadap Teknik Pelaporan Hasil yang Digunakan Metode yang digunakan dalam komputasi dan pelaporan hasil memiliki kelemahan berkaitan dengan obyektivitas hasil yang diberikan. Kelemahankelemahan metode tersebut antara lain: 1. Pada pengukuran volume dengan cara tak langsung. Kelemahan pada metode ini sudah diawali pada teknik pengukurannya. Sebagaimana diuraikan di awal, metode pengukurannya telah menghasilkan satu ketidakpastian dalam setiap nilai rusuknya. Sehingga dalam perhitungan selanjutnya, ketika nilai rusuk tersebut dipangkatkan tiga maka akan keluar hasil dengan ketidakpastian yang lebih besar. Namun ternyata, analisis kuantitatifa dari percobaan ini justru mengabaikan ketidakpastian yang mungkin timbul dari perhitungan ini. Mekanisme perhitungan yang ada justru mengasumsikan bahwa nilai tiaptiap volume dianggap fix. Sehingga perhitungan akan besarnya nilai 7

penyimpangan dari pengukuran tiap benda hanya dilakukan pada bagian akhir yaitu terhadap nilai volumenya. Jika demikian, kita akan menjumpai banyaknya ketidakpastian yang kemudian muncul sebagaimana dalam deskripsi berikut ini. Perhitungan volume kubus No. r (mm) V (mm ) V 2 (mm ) 1. X 1 X 1 2. X 2 X 2. X X 4. X 4 X 4 5. X 5 X 5 X 1 X 2 X X 4 X 5 A B Tiap-tiap data mengandung 1 ketidakpastian Besarnya ketidakpastian semakin besar dengan adanya pemangkatan Ketidakpastianny a semakin besar sekali Dengan banyaknya ketidakpastian di atas, maka rerata nilai volume yang dihasilkan sebenarnya juga memiliki unsur ketidakpastian yang cukup besar. Belum lagi dengan penyimpangan yang dihasilkan dari perhitungan nilai simpangan bakunya. Jadi, perhitungan semacam ini justru semakin memberikan hasil yang kurang obyektif karena besarnya angka ketidakpastiannya. Dengan demikian, kita belum dapat menyimpulkan bahwa cara pelaporan dengan metode pertama yang digunakan dalam praktikum ini benar secara metode, karena terdapat keganjilan dari data yang dilaporkan. Jika hasil yang kita laporkan adalah V ± V maka kita jumpai bahwa nilai V sendiri sebenarnya sudah memiliki ketidakpastian yang besar. Apalagi V, sesuatu 8

yang dijadikan ukuran penyimpangannya ternyata diperoleh dari perhitungan data yang memiliki ketidakpastian. Berarti penyimpangannya pun sebenarnya mengandung kepastian yang lebih besar lagi. 2. Pada pengukuran volume dengan cara langsung Untuk metode yang kedua ini, hasil pengukurannya hanya menghasilkan 1 kali ketidakpastian. Itu pun akan dapat diminimalisir jika instrumen pengukuran yang digunakan memenuhi standar minimal alat pengukur volume. Dengan membandingkan kedua metode tersebut, jika kemudian kita akan menentukan massa jenis dari masing-masing benda yang telah diukur volume dan massanya. Maka metode kedua akan menghasilkan nilai massa jenis yang lebih teliti dari pada metode pertama. Jika kita menggunakan cara perhitungan yang benar, maka untuk metode yang kedua, rumus perhitungan massa jenis akan menjadi: Sedangkan untuk metode pertama, maka perhitungan massa jenisnya akan sangat rumit jika kita hendak menentukannya melalui mekanisme yang benar. Kritik Terhadap Pelaporan yang Dilakukan Aturan pelaporan yang digunakan dalam praktikum ini didasarkan pada prosentase besarnya kesalahan relative (KR) yang dihasilkan terhadap reratanya sebgaimana kami sajikan dalam table berikut: No. Prosentase KR Banyaknya angka penting dari data yang dilaporkan 1. < 0,5 5 angka penting 2. 0,5 x < 1,0 4 angka penting. 1,0 x < 5,0 angka penting 4. 5,0 2 angka penting 9

Aturan yang digunakan di atas ternyata bukan aturan standar yang digunakan dalam pengukuran, dan kemungkinan hanya diperoleh dari kesepakatan antara asisten praktikum dan para dosen pengampunya. Maka untuk praktikum berikutnya penggunaan aturan di atas seharusnya direview dan dirubah dengan merujuk pada referensi-referensi terpercaya. Sebagai akhir dari pembahasan ini, dapat kita simpulkan bahwa teknik dan metode yang digunakan dalam suatu pengukuran dan pelaporan hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan ketelitian nilai yang dihasilkan. Jika pada proses awalnya sudah banyak terjadi penyimpangan dan ketidakpastian, maka pada tahap-tahap berikutnya akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar. 10

PENUTUP Dari pemaparan dan analisis yang telah kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengukuran suatu besaran dengan metode pengukuran tak langsung (melalui besaran yang lain) akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih banyak dari pada yang menggunakan metode pengukuran langsung. 2. Pemilihan teknik dan metode pengukuran yang digunakan berpengaruh terhadap ketelitian dan ketepatan hasil pengukurannya.. Banyak terdapat kelemahan dan kekurangan yang didapat dari proses praktikum fisika dasar tentang Pengukuran Dasar, kelemahan tersebut antara lain meliputi: a. Teknik pengukuran yang kurang presisi b. Metode pengukuran yang kurang sesuai c. Pelaporan hasil yang tidak mengacu pada standar pelaporan Maka dari itu, kami menawarkan beberapa saran yang semoga berguna bagi perbaikan praktikum selanjutnya. 1. Perlunya pemilihan teknik dan metode yang tepat dalam pengukuran. Selain itu, alat yang digunakan harus di up grade agar sesuai dengan tuntutan metode dan teknik. 2. Perlunya peninjauan kembali terkait dengan metode pengukuran dan pelaporan hasil. Dan sebaiknya dilakukan perubahan aturan dengan mengacu pada referensi standar yang digunakan. 11