BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?"

Transkripsi

1 BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? Oleh: Roniyus MS, S.Si., M.Si. (Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung) Tak Kenal Maka Tak Cinta Ada sebuah pepatah yang terkenal di negeri ini yaitu tak kenal maka tak sayang atau tak kenal maka tak cinta, pepatah ini memberikan informasi kepada kita bahwa kita tidak akan pernah bisa mencintai sesuatu apabila kita tidak pernah mengenal sesuatu tersebut secara baik. Sebagai contoh kita tak akan pernah mencintai seseorang apabila kita tak pernah mengenalnya secara baik sebelumnya, kita tak akan pernah mencintai suatu produk jika kita tak pernah mengenal produk tersebut sebelumnya dengan baik, bahkan kita tak akan pernah bisa mencintai Allah SWT dengan sebenar-benarnya cinta jika kita tak pernah mengenal-nya dengan baik melalui ciptaan dan firman-firman-nya. Demikian pula kita hanya bisa mencintai fisika jika kita mampu mengenal secara baik fisika tersebut. Apa itu fisika? Untuk bisa mencintai fisika maka marilah sekarang kita mencoba mengenal apa sebenarnya fisika itu? Fisika adalah bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari sifat-sifat benda mati yang menjadi anggota dari alam semesta ini, mulai dari yang berukuran paling besar sampai yang berukuran paling kecil, mulai dari yang memiliki energi paling kecil sampai yang memiliki energi paling besar. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam, sesungguhnya fisika merupakan ilmu yang mendasari pengembangan teknologi yang ada sekarang, bahkan beberapa ilmu dasar lain seperti kimia (KIMIA FISIKA) dan biologi (BIOFISIKA) juga membutuhkan fisika. Bahkan beberapa tahun terakhir ini, mulai berkembang sebuah cabang ilmu baru dalam fisika yang dikenal dengan EKONOFISIKA, yaitu ilmu fisika yang digunakan dalam bidang ekonomi untuk menganalisa pergerakan pasar, valuta dan lain sebagainya. Di lain pihak fisika membutuhkan matematika sebagai alat untuk menjelaskan fisika itu sendiri secara kuantitatif. Untuk apa fisika dipelajari? Segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia tentunya memiliki tujuan-tujuan tertentu. Tujuan manusia mempelajari fisika adalah untuk mengetahui rahasia-rahasia Sang Pencipta yang tersembunyi di balik fenomena-fenomena yang terjadi di alam semesta. Bukan sekedar hanya mengetahui saja, namun lebih dari itu manusia berkeinginan memanfaatkan fenomena-fenomena alam tersebut menjadi sesuatu yang bermanfaat baginya dan orang lain dalam menjalani kehidupan ini. Jika seseorang mempelajari fisika dengan sebenar-benarnya maka orang tersebut akan sampai pada sebuah pengakuan bahwa Maha Besar Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta ini penuh dengan rumusan- 1

2 rumusan matematis yang sangat kompleks, tidak ada satu pun ciptaan-nya dalam alam semesta ini yang diciptakan dengan sia-sia. Selain itu, seseorang yang mempelajari fisika dengan sungguh-sungguh dapat memanfaatkan ilmu fisika yang dimilikinya tersebut bukan hanya untuk pengembangan ilmu fisika tetapi juga dapat diaplikasikannya pada bidang-bidang ilmu lain yang terkait seperti teknik dan ilmu-ilmu dasar lainnya. Bahkan seorang lulusan fisika juga dapat bekerja pada bidang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan fisika seperti perbankan. Hal ini sangat dimungkinkan, karena mahasiswa yang studi di FMIPA pada umumnya dan Jurusan Fisika pada khususnya diharapkan memiliki kemampuan berlogika yang baik sehingga setelah selesai dari studinya mereka dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul di sekitarnya yang terkait dengan fisika atau yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan fisika. Mengapa fisika penuh dengan rumus-rumus yang sangat rumit? Fisika dapat disajikan secara kuantitatif (dengan formulasi yang jelas) dan dapat pula disajikan secara kualitatif (tanpa formulasi yang jelas). Jika fisika hanya disajikan secara kualitatif saja maka fenomena alam yang ditemukan oleh manusia tidak dapat dikembangkan lebih lanjut lagi menjadi sebuah teknologi yang bermanfaat. Contoh : berdasarkan sebuah pengamatan didapatkan bahwa air yang dipanaskan pada akhirnya akan mendidih, sebuah kesimpulan kualitatif menyebutkan bahwa air mendidih ketika air tersebut memiliki panas yang luar biasa, jika hasil pengamatan ini tidak dirumuskan secara kuantitatif maka sifat air yang dapat mendidih ini tidak dapat dimanfaatkan untuk membuat sebuah teknologi yang bermanfaat. Tetapi jika fenomena mendidihnya air tersebut dirumuskan secara kuantitatif yaitu air mendidih pada suhu tertentu yaitu 100 o C, maka fenomena mendidihnya air ini dapat digunakan untuk mendirikan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Jadi fisika bukan matematika, matematika adalah bahasa yang digunakan oleh fisika untuk menyajikan fenomena-fenomena alam tersebut secara kuantitatif, namun fisika tidak bisa hidup tanpa kehadiran matematika. Bahkan beberapa aksioma-aksioma yang dibangun dalam matematika ternyata diperkenalkan pertama kali oleh ilmuwan-ilmuwan fisika, misalnya seorang fisikawan terkenal seperti Sir Isaac Newton adalah orang yang pertama kali mengajukan konsep diferensial dalam kalkulus, kemudian dikembangkannya lagi menjadi integral. Kenapa seorang fisikawan bisa menghasilkan konsep-konsep yang sekarang dipakai dalam matematika, hal ini dikarenakan fenomena-fenomena alam yang ada di fisika membutuhkan penjelasan-penjelasan matematis untuk dapat disajikan secara kuantitatif, ketika alat (konsep matematika) untuk menjelaskan fenomena alam tersebut tidak dijumpai maka hal ini mendorong seorang fisikawan untuk merumuskan sendiri konsep matematika tersebut. Bagaimana caranya fisika dikembangkan? Ketika ilmu fisika dilahirkan, pengembangannya diawali dari penemuan tentang fenomenafenomena yang terjadi di alam semesta. Dari penemuan-penemuan itu kemudian diteliti proses sebab akibat yang terkandung dalam setiap penemuan tersebut. Setelah diketahui dengan pasti semua proses 2

3 sebab-akibat yang ada dalam setiap penemuan tersebut, kemudian hasil penelitian dari penemuanpenemuan tersebut dirumuskan secara teoretis. Jika rumusan teoretis tersebut dapat dibuktikan kebenarannya maka rumusan teoretis tersebut dikukuhkan sebagai sebuah hukum alam, sehingga tidak lagi berstatus sebagai sebuah teori saja. Contoh-contoh pengembangan ilmu fisika yang melalui prosesproses tersebut di atas adalah Hukum Newton tentang gerak, Hukum Gravitasi Newton, Hukum Archimedes, Hukum Pascal dan lain sebagainya. Dewasa ini pengembangan atau penelitian/riset mengenai fisika tidak harus melalui proses yang telah disebutkan di atas. Riset mengenai fisika dapat dibagi menjadi tiga kelompok riset yaitu riset di bidang fisika teori, fisika komputasi dan fisika eksperimen. Cabang-cabang ilmu fisika seperti fisika material, fisika instrumentasi, geofisika, fisika inti, optika, astrofisika, kosmologi, biofisika dan lain sebagainya dapat dikembangkan dengan tiga metode riset tersebut. Untuk sebuah tema riset fisika teori biasanya diawali dengan tinjauan mengenai kondisi terkini dari penelitian tentang tema tersebut (state of the art). Tetapi dapat juga tidak diawali dengan state of the art dari tema riset tersebut, artinya seorang fisikawan dapat saja melahirkan sebuah teori baru yang sama sekali belum pernah dibahas sebelumnya. Riset di bidang fisika teori ini juga dapat ditujukan untuk melanjutkan riset sebelumnya, untuk mengoreksi penemuan sebelumnya atau untuk menjelaskan tinjauan teoretis dari sebuah fakta eksperimen. Riset seperti ini tidak memerlukan peralatan laboratorium sebagaimana riset di bidang fisika eksperimen yang akan dijelaskan kemudian. Namun riset ini membutuhkan literatur-literatur yang terkait dengan tema riset yang akan dikerjakan. Hasil dari riset jenis ini berupa sebuah teori, teori tersebut tetap berstatus sebagai teori selama belum terbukti kebenarannya secara eksperimen, karena eksperimen merupakan hakim yang akan menentukan apakah sebuah teori benar atau tidak. Walaupun demikian, riset ini sudah dapat dinilai benar jika menggunakan dasar fisika yang sudah baku dan melalui proses-proses perhitungan yang sudah baku juga. Terkadang hasil dari riset ini memerlukan komputer sebagai alat untuk memvisualisasikan atau mensimulasikan hasilnya, dari hasil visualisasi tersebut maka dapat diperkirakan hasil yang akan diperoleh manakala riset ini dibuktikan secara eksperimen. Kendala riset ini terjadi ketika formulasi matematika yang standar tidak dapat diterapkan secara langsung untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga diperlukan modifikasi penggunaan formulasi matematikanya. Riset fisika komputasi adalah riset yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam fisika dengan menggunakan metode komputasi atau dikenal juga dengan metode numerik. Riset ini dibutuhkan karena tidak semua permasalahan-permasalahan yang ada dalam fisika dapat diselesaikan secara analitik tetapi hanya dapat diselesaikan secara numerik. Jadi riset ini berbeda dengan riset fisika teori yang hanya menggunakan komputer sebagai alat bantu untuk proses visualisasi hasilnya, karena riset fisika komputasi ini didahului dengan penggunaan metode-metode numerik di dalamnya. Riset jenis ini selain membutuhkan literatur-literatur yang terkait dengan tema yang akan dikerjakan, juga membutuhkan seperangkat komputer yang memadai untuk kepentingan riset tersebut. Kendala riset ini terjadi ketika metode numerik yang sudah ada tidak bisa digunakan untuk 3

4 menyelesaikan permasalahan yang ada, sehingga diperlukan metode numerik baru untuk menyelesaikannya. Riset fisika eksperimen adalah riset yang pelaksanaannya dalam bentuk percobaan langsung di ruang laboratorium atau di laboratorium alam. Riset jenis ini dapat menghasilkan sebuah penemuan baru yang belum pernah ada sebelumnya. Selain itu riset ini juga dapat berupa pembuktian dari sebuah hasil riset fisika teori. Riset jenis ini membutuhkan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan riset tersebut, kendala riset ini terletak pada masalah-masalah di seputar peralatan riset tersebut atau kondisi alam yang kurang bersahabat (untuk riset di laboratorium alam). Bagaimana caranya memahami fisika? Sebenarnya fisika tidak terlalu sukar untuk dipahami, karena fisika bisa dipahami dengan logika yang baik. Banyak cara untuk memahami fisika. Setidaknya ada dua cara untuk dapat memahami fisika: 1. Mengamati fenomena-fenomena alam yang terjadi di alam terbuka atau di ruang laboratorium, merumuskan fenomena alam tersebut secara kuantitatif dan akhirnya meramalkan hal-hal yang belum teramati dan terkait dengan fenomena alam tersebut. Misalnya mengamati fenomena pemantulan dan pembiasan cahaya di bidang batas antara air dan udara, mengumpulkan datadatanya lalu merumuskan hubungan antar besaran-besaran yang terkait dalam proses pemantulan dan pembiasan tersebut sehingga didapatkan rumusan yang sama seperti Hukum Snell, kemudian meramalkan kejadian pemantulan dan pembiasan lainnya dengan sudut datang yang berbeda-beda menggunakan rumusan yang sudah dibuat tadi, akhirnya ramalan tersebut dibuktikan lagi secara eksperimen. Cara memahami fisika seperti ini sangat efektif karena langsung berinteraksi dengan obyek fisika itu sendiri. Namun cara ini seperti ini tidak selalu bisa dilakukan untuk semua fenomena alam, karena ada beberapa fenomena alam yang tidak bisa diamati di ruang laboratorium biasa (di sekolah atau di perguruan tinggi karena keterbatasan alat eksperimen) dan tidak bisa diamati pula secara langsung di alam terbuka, misalnya fenomena alam yang terjadi di luar angkasa. Untuk fenomena sejenis ini diperlukan cara yang lain, yaitu cara kedua. 2. Cara kedua untuk memahami fisika adalah dengan mempelajari fenomena-fenomena alam yang sudah ditulis oleh para fisikawan dalam buku-bukunya. Hendaknya semua penjelasan yang ada di setiap buku-buku fisika tersebut dibaca dan dipahami secara menyeluruh hingga ke akar-akarnya. Kekeliruan yang sering dilakukan oleh para siswa dan mahasiswa dalam mempelajari fisika yaitu mereka hanya menghafal rumus-rumus fisika yang ada dalam buku-buku fisika tersebut, mereka tidak pernah membaca penjelasan-penjelasan (dalam bahasa Indonesia atau Inggris) yang ada dalam buku-buku tersebut. Kalau pun mereka sudah membaca penjelasan-penjelasan yang disampaikan oleh penulis tetapi mereka tidak pernah mencoba memahaminya dengan logika yang benar. Mereka juga tidak pernah mencoba mempelajari dan menjabarkan sendiri rumusan-rumusan matematis yang ada dalam buku-buku tersebut. Hal ini menumbuhkan kesan bagi para siswa atau mahasiswa bahwa fisika hanya berisikan rumus-rumus yang rumit dan harus dihafalkan untuk bisa mendapatkan nilai yang baik. Kekeliruan ini terkadang tidak hanya milik siswa atau mahasiswanya 4

5 saja, tetapi juga disumbang oleh kekeliruan beberapa orang guru atau dosen yang hanya mengajarkan fisika dalam bentuk rumusan-rumusan final tanpa disertai tafsir dan dasar fisika yang jelas untuk memperoleh rumusan-rumusan tersebut. Jika konsep-konsep yang terkandung dalam fisika sudah dapat dipahami secara mendalam dan menyeluruh, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan untuk lebih memantapkan pemahaman tersebut adalah mencoba menyelesaikan berbagai macam permasalahan-permasalahan (soal-soal) yang terkait dengan konsep tersebut. Hal ini penting dilakukan karena kemampuan memahami konsep yang tidak diikuti dengan pengalaman menyelesaikan permasalahan menggunakan konsep tersebut hanya akan melahirkan insan-insan yang tahu teori tetapi tidak tahu cara menyelesaikan sebuah masalah fisika. Sebaliknya, keinginan yang besar untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan fisika namun tidak pernah diawali dengan pemahaman konsep fisika yang besar, merupakan sebuah kemustahilan. Jadi pemahaman konsep dan pengalaman menyelesaikan masalah merupakan dua sisi mata uang yang tak dapat dipisahkan dan harus dilakukan oleh seseorang untuk dapat memahami fisika secara terintegrasi. Akhirul Kalam Jika fisika sudah dapat dikenal dan dipahami secara baik, mendalam dan menyeluruh maka pemahaman tersebut akan berlanjut pada kecintaan terhadap fisika. Kecintaan pada fisika akan berdampak pada bertambahnya keyakinan tentang adanya Zat Yang Maha Besar dan Agung yang menciptakan alam semesta beserta isinya ini. Berdampak pula pada munculnya pemikiran untuk mengembangkan fisika tersebut menjadi sebuah teknologi yang bermanfaat bagi orang banyak, bangsa dan negara, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri terlepas dari ketergantungan teknologi pada negara lain. Sebagai penutup dari makalah ini, marilah kita menyadari bersama bahwa SCIENCE TODAY, TECHNOLOGY TOMORROW. 5

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting bagi kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data hasil belajar di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung kelas VIII C Tahun Pelajaran 2013/2014 diketahui persentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan

Lebih terperinci

Kurikulum Tahun Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kurikulum Tahun Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kurikulum Tahun 004-009 Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Semester I 1 UG 13.. Agama UG 1307 Bahasa Indonesia 3 RM 1401 Menggambar Teknik 4 RM 1409

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai

I. PENDAHULUAN. pada gejala-gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

Lebih terperinci

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si.

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si. SI 2201 - METODE NUMERIK Triyana Muliawati, S.Si., M.Si. Prodi Matematika Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan 35365 Hp. +6282260066546, Email. triyana.muliawati@ma.itera.ac.id 1. Pengenalan Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

KURIKULUM FISIKA DASAR UNTUK PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA

KURIKULUM FISIKA DASAR UNTUK PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA KURIKULUM FISIKA DASAR UNTUK PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA a. Rasional Pentingnya matakuliah Fisika Dasar bagi calon guru PKK (termasuk di dalamnya Pendidikan Tata Boga) sesuai dengan pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai salah satu ilmu bantu yang sangat penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses fenomena alam terjadi. Sehingga kegiatan pembelajarannya pun sebagian besar dilakukan

Lebih terperinci

SEJARAH FISIKA. Anwar Astuti Sari Dewi_Fisika_2008 1

SEJARAH FISIKA. Anwar Astuti Sari Dewi_Fisika_2008 1 SEJARAH FISIKA Fisika (Bahasa Yunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis), "Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak

Lebih terperinci

61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) 61. Mata Pelajaran Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan

Lebih terperinci

FISIKA HAKIKAT FISIKA

FISIKA HAKIKAT FISIKA K-13 Kelas X FISIKA HAKIKAT FISIKA TuJuAN PEmBElAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami pengertian fisika. 2. Memahami hakikat fisika sebagai produk, fisika

Lebih terperinci

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul Haerul Jusmar Ibrahim 1,a), Arka Yanitama 1,b), Henny Dwi Bhakti 1,c) dan Sparisoma Viridi 2,d) 1 Program Studi Magister Sains Komputasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu termodinamika merupakan ilmu yang berupaya untuk memprediksi perpindahan energi yang mungkin terjadi antara material atau benda sebagai akibat dari perbedaan suhu

Lebih terperinci

Bab1 PENGANTAR METODE PENELITIAN FISIKA

Bab1 PENGANTAR METODE PENELITIAN FISIKA Bab1 PENGANTAR METODE PENELITIAN FISIKA 2 SKS HARI KULIAH : KAMIS, 14.10 sd 15.50 JUM AT, 13.10 sd 15.00 alifis.wordpress.com at MPF2008 1 DESKRIPSI SINGKAT Membahas tentang pengantar metode penelitian

Lebih terperinci

Konsep Metode Numerik. Workshop Metode Numerik Ahmad Zainudin, S.ST

Konsep Metode Numerik. Workshop Metode Numerik Ahmad Zainudin, S.ST Konsep Metode Numerik Workshop Metode Numerik Ahmad Zainudin, S.ST 2014 Metode Numerik Secara Umum 1. Tentukan akar-akar persamaan polinomial 2. Tentukan harga x yang memenuhi persamaan : 3. Selesaikan

Lebih terperinci

BIOLOGI BAB I HAKEKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU

BIOLOGI BAB I HAKEKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB I HAKEKAT BIOLOGI SEBAGAI ILMU Dra. Ely Rudyatmi, M.Si Dra. Endah Peniati, M.Si Dr. Ning Setiati,M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Fisika. Oleh ELVIRA ISKANDAR NIM.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam mengikuti Ujian Sarjana Pendidikan Fisika. Oleh ELVIRA ISKANDAR NIM. HUBUNGAN KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP SOAL-SOAL FISIKA DENGAN HASIL BELAJAR FISIKA (Suatu Penelitian di SMA Negeri 1 Suwawa) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN JUDUL MATA KULIAH : FISIKA DASAR NOMOR KODE / SKS : FIS 101 / 3(2-3) DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah Fisika Dasar ini diberikan di TPB untuk membekali seluruh mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelesaian masalah fisika pada dasarnya adalah pemahaman berbagai materi yang berhubungan dengan fenomena-fenomena alam dari sains fisika. Adapun untuk memudahkan

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERSETUJUAN PEMBIMBING 7 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi yangberjudul 6'ANALISIS KONSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PADA MATERI TERMODINAMIKA' Oleh ADRIANUS NIM. 42t 4fi 0A5 Disetujui Oleh PEMBIMBING II 17 199003

Lebih terperinci

jadi olahragawan, jadi wartawan, jadi pengusaha, jadi anggota DPR, jadi menteri, atau mungkin juga jadi presiden. Bagi mereka itu pemahaman ilmu

jadi olahragawan, jadi wartawan, jadi pengusaha, jadi anggota DPR, jadi menteri, atau mungkin juga jadi presiden. Bagi mereka itu pemahaman ilmu ix K Tinjauan Mata Kuliah emajuan dalam bidang teknologi pengajaran rupanya berjalan sangat cepat. Kalau kita menengok hal itu lewat internet misalnya, sudah ada program yang dinamakan Visual Quantum Mechanics,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu cakupan IPA adalah pelajaran biologi yang membahas tentang mahluk hidup dan lingkungan serta diajarkan untuk menambah informasi, mengembangkan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam fenomena alam dan berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran ilmu fisika

Lebih terperinci

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9

Syamsinar Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Pemahaman Konsep Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Palu pada Materi Pembiasan Cahaya Syamsinar inarnore@yahoo.com Prodi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya, pada saat memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan

52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang B. Tujuan 52. Mata Pelajaran Fisika untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan pendidikan yang. menyenangkan bagi siswa adalah komputer. Kelebihan komputer dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan pendidikan yang. menyenangkan bagi siswa adalah komputer. Kelebihan komputer dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu media pembelajaran yang dapat memberikan pendidikan yang menyenangkan bagi siswa adalah komputer. Kelebihan komputer dalam mengintegrasikan komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

Jenis Dan Sebaran Matakuliah Program Studi Fisika

Jenis Dan Sebaran Matakuliah Program Studi Fisika Jenis Dan Sebaran Matakuliah Program Studi Fisika (1). Mata Kuliah Wajib: 110 sks (a). Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK): 12 SKS/12 JS MATAKULIAH SEMESTER KLP KOMP. MPK421 Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan komponen utama dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan

Lebih terperinci

B. Analisis Besaran Fisika Pada Gerak Melingkar dengan Laju Konstan

B. Analisis Besaran Fisika Pada Gerak Melingkar dengan Laju Konstan Keingintahuan Di sekeliling kamu ada bermacam-macam benda, seperti batu, kelereng, bola kaki, buah mangga, buah jeruk dan sebagainya. Buatlah contoh tentang gerak lurus berubah beraturan dengan perlambatan

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum memperoleh pendidikan formal, sejak lahir anak sudah memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai alam yang berkaitan dengan Fisika. Pengalaman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran fisika adalah pembelajaran yang tidak mengabaikan hakikat fisika sebagai sains.hakikat sains yang dimaksud meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada tingkat sekolah dasar adalah merupakan pondasi bagi pendidikan pada jenjang selanjutnya sehingga para pendidik di sekolah dasar memiliki tanggung jawab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mengandung pertanyaan, pencarian pemahaman, serta penyempurnaan jawaban tentang suatu gejala dan karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan yang memilki peran penting dalam perkembangan dunia. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006)

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mapel Fisika Indikator Esensial

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mapel Fisika Indikator Esensial KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU TAHUN 2012 Mata Pelajaran Jenjang : IPA : SMP/MTs Kompetensi: Profesional Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mapel Fisika Indikator Esensial 20. Menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang akan memiliki pengalaman dari hasil fenomena yang diamati dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki itu kemudian menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak.

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu ilmu yang memunculkan fenomena yang abstrak. Banyak materi dalam pembelajaran kimia yang sulit untuk diilustrasikan dalam bentuk gambar dua

Lebih terperinci

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

ILMU FISIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. ILMU FISIKA Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DEFINISI ILMU FISIKA? Ilmu Fisika dalam Bahasa Yunani: (physikos), yang artinya alamiah, atau (physis), Alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

Jurusan Matematika Program Studi Matematika (S1)

Jurusan Matematika Program Studi Matematika (S1) Katalog Kurikulum FE FHISIP FKIP FMIPA UT 2017/2018 269 Jurusan Matematika Program Studi Matematika (S1) Visi Menjadi Program Studi Matematika yang berkualitas dengan sistem pendidikan tinggi terbuka dan

Lebih terperinci

integral = 2 . Setiap fungsi ini memiliki turunan ( ) = adalah ( ) = 6 2.

integral = 2 . Setiap fungsi ini memiliki turunan ( ) = adalah ( ) = 6 2. integral 13.1 PENGERTIAN INTEGRAL Untuk itu, coba tentukan turunan fungsi berikut. Perhatikan bahwa fungsi ini memiliki bentuk umum 6 2. Jadi, turunan fungsi = 2 =2 3. Setiap fungsi ini memiliki turunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 46. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM

ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM MAKALAH ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM Disusun Sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Alat-Alat Ukur Oleh : YULI ARDIKA PRIHATAMA (K20802) PEND. FISIKA 2008 JURUSAN

Lebih terperinci

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si.

INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP. Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. Inkuiri Pendekatan Pembelajaran IPA (Fisika) SD/MI.. Edi Istiyono 1 INKUIRI MERUPAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPA (FISIKA) SD/MI AMANAH DALAM KTSP Disusun Oleh: Edi Istiyono, M.Si. JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia

I. PENDAHULUAN. dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA

KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA KISI-KISI SOAL SELEKSI PPG SM3T 2015 MATA UJI: PENDIDIKAN IPA Standar Kompetensi Guru Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mapel Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat mengubah pola pikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. Fisika merupakan

Lebih terperinci

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA

10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA 10. Mata Pelajaran Fisika Untuk Paket C Program IPA A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan saja. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi tulang punggung bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Supiyanto, 2006). Kontribusi fisika pada disiplin ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika

I. PENDAHULUAN. Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sains terbagi atas beberapa cabang ilmu, diantaranya adalah fisika. Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geometri merupakan salah satu cabang dari matematika yang memuat konsep mengenai titik, garis, bidang, dan benda-benda ruang beserta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya,

Lebih terperinci

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS

FISIKA SEKOLAH 1 FI SKS FISIKA SEKOLAH 1 FI 132 2 SKS Latar Belakang Standar Isi UU RI No. 20/2003 tentang S P N PP RI No 19/2005 tentang S N P PERMENDIKNAS No.22/2006 tentang Standar ISI IPA berkaitan dengan cara mencari tahu

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PROSEDUR PENGENDALIAN DOKUMEN DAN DATA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN RPS KONSEP DASAR IPA (KKNI) No. Dokumen Revisi: 00 Tgl. Berlaku Hal. Deng Semester: V Judul Praktek: Jam Pertemuan: 100 menit/ tatap muka Nama Mata Kuliah : Konsep Dasar IPA Kode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu SMP negeri di kabupaten garut tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi BAB I PENDAHULUAN Kompetensi Mahasiswa diharapkan 1. Memiliki kesadaran tentang manfaat yang diperoleh dalam mempelajari materi kuliah persamaan diferensial. 2. Memahami konsep-konsep penting dalam persamaan

Lebih terperinci

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini KIMIA KUANTUM DASAR, oleh Dr. I Made Kirna, M.Si. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) a. Sebaran Beban Studi

1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) a. Sebaran Beban Studi 50 Katalog Universitas Terbuka 2010 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) a. Sebaran Beban Studi No. Jurusan/Program Studi MKKU MKKP TAP Jml. 1. Matematika 76 62 6 144 2. Statistika

Lebih terperinci

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton Analisis Pemahaman Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Nursefriani, Marungkil Pasaribu dan H.Kamaluddin noersevi@yahoo.co.id Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE NUMERIK

PENDAHULUAN METODE NUMERIK PENDAHULUAN METODE NUMERIK TATA TERTIB KULIAH 1. Bobot Kuliah 3 SKS 2. Keterlambatan masuk kuliah maksimal 30 menit dari jam masuk kuliah 3. Selama kuliah tertib dan taat aturan 4. Dilarang makan dan minum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu yang paling fundamental dan mencakup semua sains,

BAB I PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu yang paling fundamental dan mencakup semua sains, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fisika adalah ilmu yang paling fundamental dan mencakup semua sains, baik sains benda-benda hidup maupun sains fisika. Dalam pengertian secara luas fisika itu ialah

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN SIKAP

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN SIKAP PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN SIKAP a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral,

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Fisika

Dokumen Kurikulum Program Studi : Doktor Teknik Fisika Dokumen Kurikulum 203-208 Program Studi : Doktor Teknik Fisika Fakultas : Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode Dokumen Total Halaman

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. yang mengambil benda sebagai objek. Ilmu kimia sebagai ilmu yang mempelajari

BABI PENDAHULUAN. yang mengambil benda sebagai objek. Ilmu kimia sebagai ilmu yang mempelajari BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu-ilmu kealaman (natural science) yang mengambil benda sebagai objek. Ilmu kimia sebagai ilmu yang mempelajari sifat, komposisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik yang ada di luar angkasa, dalam bumi dan di permukaan bumi. Trianto (2011: 137) menyatakan bahwa secara

Lebih terperinci

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat. PENDAHULUAN Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan pada intinya merupakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, karena itu peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui perbaikan

Lebih terperinci

NIM : : POKJAR

NIM : : POKJAR Nama : Sri Haryani NIM : 836764424 POKJAR : Gantiwarno,Klaten Mata Kuliah : PDGK4202/Pembelajaran IPA SD 1. Contoh pembelajaran yang saya pilih adalah pembelajaran menurut teori Ausubel karena menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan menafsirkan solusi dari permasalahan yang ada. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. masalah dan menafsirkan solusi dari permasalahan yang ada. Tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan matematika dalam kehidupan sangat berguna untuk meningkatkan pemahaman dan penalaran, serta untuk memecahkan suatu masalah dan menafsirkan solusi dari permasalahan

Lebih terperinci

MATA KULIAH SEMESTER GANJIL

MATA KULIAH SEMESTER GANJIL N O MATA KULIAH SEMESTER KODE MATA KULIAH Distribusi Mata Kuliah Ganjil dan Genap Program Studi S1 Matematika Jur. Matematika FMIPA UB (KURIKULUM LAMA 2011 DAN KURIKULUM BARU 2015) KURIKULUM 2015 KETERANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu

I. PENDAHULUAN. sekolah seharusnya tidak melalui pemberian informasi pengetahuan. melainkan melalui proses pemahaman tentang bagaimana pengetahuan itu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mencapai pendidikan berkualitas diperlukan sistem pembelajaran yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas dalam proses pembelajaran di sekolah seharusnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus-menerus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Pengaruhnya meluas ke berbagai bidang kehidupan termasuk bidang

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP Materi Pokok 1. Besaran Satuan dan Pengukuran Sub Materi Indikator Pokok 1.1. Besaran dan mengklasifikasi besaranbesaran fisika Membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas I, II & III) berada dalam rentangan usia dini. Pada usia dini, seluruh aspek perkembangan kecerdasan

Lebih terperinci

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA

2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP

OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP OLIMPIADE SAINS NASIONAL TAHUN 2009 TINGKAT KABUPATEN/KOTA FISIKA SMP Materi Pokok 1. Besaran Satuan dan Pengukuran Sub Materi Indikator Pokok 1.1. Besaran Mengidentifikasi dan mengklasifikasi besaran-besaran

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KEGIATAN KERJA ILMIAH PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR I. Oleh: Sukardiyono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY

EFEKTIFITAS KEGIATAN KERJA ILMIAH PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR I. Oleh: Sukardiyono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY EFEKTIFITAS KEGIATAN KERJA ILMIAH PADA PERKULIAHAN FISIKA DASAR I Oleh: Sukardiyono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) ada tidaknya perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disambungkan dengan sebuah tongkat panjang. hukum pergerakan Newton mulai mendapat pengaruh pada design-design roket.

BAB 1 PENDAHULUAN. disambungkan dengan sebuah tongkat panjang. hukum pergerakan Newton mulai mendapat pengaruh pada design-design roket. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1232 roket digunakan oleh bangsa Cina untuk berperang melawan bangsa Mongolia. Roket yang digunakan sangatlah sederhana, hanya terbuat dari pipa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang Lingkup mata pelajaran IPA di SMP menekankan pada pengamatan fenomena alam dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, isu-isu fenomena alam tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika masih menjadi pelajaran yang tidak disukai oleh siswa di sekolah. Menurut Komala (2008:96), ternyata banyak siswa menyatakan bahwa pembelajaran

Lebih terperinci