LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH)

dokumen-dokumen yang mirip
INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

INFORMASI SERTIFIKASI ISO 9001

PT INTEGRITA GLOBAL SERTIFIKAT PANDUAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

LAMPIRAN PERJANJIAN SERTIFIKASI PERATURAN SERTIFIKASI

Komite Akreditasi Nasional

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Penerapan Skema Sertifikasi Produk

Pedoman: PD Rev. 02

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERSYARATAN SERTIFIKASI F-LSSM

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

Semua persyaratan pada klausul 5.1 dari ISO terpenuhi. 5.d Lembaga Sertifikasi harus mempunyai dokumen legalitas hukum

Penerapan skema sertifikasi produk

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

Penerapan skema sertifikasi produk

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

2. Layanan-layanan LS ICSM Indonesia akan memberikan layanan-layanan sebagai berikut:

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM

CODES OF PRACTICE. 1. Pendahuluan

PANDUAN INTERPRETASI UNTUK BUTIR-BUTIR PEDOMAN BSN : "PERSYARATAN UMUM LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK"

CODES OF PRACTICE. Dokumen: Codes of Practice Edisi / Rev: 1 / 2 Tanggal: 03 April 2017 Hal : Hal 1 dari 7

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. ==================================== Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Profesi Cabang (LSP Cabang)

PEMELIHARAAN, PERLUASAN, PENGURANGAN, PENANGGUHAN/PEMBEKUAN, DAN / ATAU PENCABUTAN/ PEMBATALAN SERTIFIKAT (SISTEM SMKP/ISO 22000)

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI B4T - QSC

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL ASSOCIATE SISTEM PLAMBING & ADVANCED ASSOCIATE SISTEM PLAMBING

Pedoman Umum Akreditasi dan Sertifikasi Ekolabel

SURAT PERJANJIAN SERTIFIKASI PRODUK/PENGGUNAAN SPPT SNI ANTARA ... DENGAN LSPRO CHEMPACK. Nomor :... Nomor :...

SYARAT DAN ATURAN SERTIFIKASI PRODUK LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PALEMBANG LSPRO BIPA

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Skema sertifikasi produk

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT & ADVANCED SPESIALIS SISTEM PLAMBING BERSERTIFIKAT

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI ORGANIK. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN & ADVANCED SPESIALIS DRAINASE DAN PEMBUANGAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LABORATORIUM DAN LEMBAGA INSPEKSI

Terbitan Nomor : 4 Desember 2012

SKEMA SERTIFIKASI PERSONEL SPESIALIS SUPLAI AIR & ADVANCED SPESIALIS SUPLAI AIR

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK PT QUALIS INDONESIA

LAMP03-PM12 Ketentuan & Syarat Sertifikasi rev dari 5

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

PROSES SERTIFIKASI 20/6/2012

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0027 TAHUN 2005 TENTANG

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI INDUSTRI HIJAU

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Kompetensi. Kelembagaan. Audit Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

SKEMA SERTIFIKASI DIREKTUR TINGKAT 1 BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR)

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA (PLTS) TIPE PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

Penerapan skema sertifikasi produk

Uncontrolled When Download

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PROSES SERTIFIKASI Hal. 1 dari 8

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)

SKEMA SERTIFIKASI KLASTER KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI TRANSMISI/JARINGAN

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI MANADO (LSPro BARISTAND INDUSTRI MANADO)

Penerapan skema sertifikasi produk Garam Komsumsi Beryodium(13.10)

LSSM BBLM PEDOMAN MUTU ATURAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

Penilaian kesesuaian - Pedoman penggunaan sistem manajemen mutu organisasi dalam sertifikasi produk

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

SKEMA SERTIFIKASI TEKNISI PEMASANGAN INSTALASI BIOGAS KONSTRUKSI SERAT KACA UNTUK PEMBAKARAN SKALA RUMAH TANGGA

Pertama : Peraturan Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini merupakan acuan bagi Lembaga Sertifikasi Profesi untuk pembentukan tempat uji kompetensi.

SKEMA SERTIFIKASI UNIT KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SUPERVISI KONSTRUKSI PEMBANGKIT

Pedoman KAN Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian berbasis SNI dan/atau regulasi teknis

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No diberlakukan Standar Nasional Indonesia dan/atau Persyaratan Teknis secara wajib; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaks

Penilaian Kesesuaian Ketentuan umum penggunaan tanda kesesuaian produk terhadap SNI

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

PERJANJIAN LISENSI PENGGUNAAN TANDA SNI No. : /ABI-Pro/X/2014

PEDOMAN VERIFIKASI TUK OLEH TUK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

DP INFORMASI KAN MENGENAI PROSEDUR AKREDITASI JANUARI 2004

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI HOTEL..

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

SYARAT DAN ATURAN AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK, PROSES, JASA. Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia

PT MUTUAGUNG LESTARI

Meliputi penerimaan survailen, resertifikasi & perluasan lingkup audit.

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENILAIAN KINERJA PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI LESTARI DAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

Visi Menjadi LSP terbaik di Indonesia yang melahirkan profesional handal dan berdaya saing global dalam upaya pemberantasan korupsi

FORMULIR PERMOHONAN PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI KOP DIRJEN SUMBER DAYA DAN PERANGKAT POS DAN INFROMATIKA

Auditor Akreditasi Lembaga Sertifikasi Ekolabel

SKEMA SERTIFIKASI BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL SUB BIDANG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS JENJANG KOMPETENSI OPERATOR 2018

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA PEMILIK HUTAN HAK

LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

PEDOMAN PELAKSANAAN VERIFIKASI LEGALITAS KAYU PADA TPT

PT. TÜV NORD Indonesia. Prosedur Penanganan Keluhan dan Banding

ATURAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI

SUB BIDANG BATUBARA. 1. Latar Belakang 1.1 Personel pengujian kualitas batubara harus memiliki sertifikat kompetensi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 241/DIRJEN/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENETAPAN BALAI UJI DALAM NEGERI

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI TEKNISI PEMBESARAN UDANG

Transkripsi:

LEMBAGA SERTIFIKASI SISTEM MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA (LSSMBTPH)

DASAR HUKUM PEMBENTUKAN : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1100.1/Kpts/KP.150/ 10/1999 Tahun 1999 jo Nomor : 361/Kpts/ KP.150/5/2002 tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura TUPOKSI ORGANISASI : Tugas dan fungsi LSSMBTPH adalah melaksanakan sertifikasi sistem mutu pada pelaku agribisnis perbenihan PERNYATAAN KETIDAKBERPIHAKAN LSSMBTPH : LSSMBTPH akan selalu bersikap objektif, mandiri, independen dan tidak membeda-bedakan dalam melaksanakan sertifikasi, pengambilan keputusan serta bebas dari tekanan pihak manapun, yang dapat diakses oleh publik secara terbuka, melalui leaflet atau media elektronik.

STRUKTUR ORGANISASI LSSMBTPH Komite Ketidakberpihakkan Ketua LSSMBTPH Komite Sertifikasi Mutu Deputy Mutu Deputy Teknis Teknis Serta Pengembangan Jasa dan Skema Sertifikasi Deputy Pengembangan Jasa dan Skema Sertifkasi Administrasi Deputy Administrasi Auditor = Garis Organisasi/Instruksi = Garis Tanggungjawab/Pelaporan

KETERKAITAN LSSMBTPH dengan KEMENTERIAN PERTANIAN Menteri Pertanian Direktur Jenderal Tanaman Pangan Direktur Jenderal Hortikultura Komite Ketidakberpihakkan Ketua LSSMBTPH Komite Sertifikasi Mutu Deputy Mutu Deputy Teknis Teknis Serta Pengembangan Jasa dan Skema Sertifikasi Deputy Pengembangan Jasa dan Skema Sertifkasi Administrasi Deputy Administrasi Auditor = Garis Organisasi/Instruksi = Garis Tanggungjawab/Pelaporan

Penjelasan : 1. LSSMBTPH dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 1000.1/Kpts/KP.150/10/1999 jo Nomor 361/Kpts/KP.150/5/2002. 2. LSSMBTPH dalam melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur Jenderal Hortikutura, (keduanya tergantung bidang/komoditi). 3. Ketua LSSMBTPH dalam pelaksanaan operasionalnya dibantu oleh Mutu, Administrasi, dan Teknis Serta Pengembangan Jasa dan Skema Sertifikasi serta Auditor.

PERSYARATAN UMUM SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU BENIH TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA I PENDAHULUAN Tantangan yang dihadapi Indonesia khususnya disektor pertanian adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dan pelaku usaha terhadap standar dan mutu produk, termasuk benih. Memasuki era globalisasi yang menuntut persaingan yang sangat ketat, semakin dirasakan perlunya memperkuat fondasi ekonomi melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas. Dalam rangka mendukung perkembangan perbenihan di Indonesia sesuai dengan kemitraan Pemerintah, secara berangsur-angsur masalah produksi benih akan diserahkan ke pihak swasta. Dengan demikian pada akhirnya Pemerintah hanya berperan dalam pengaturan/perumusan kebijakan, pembinaan, penelitian dan pengawasan. Salah satu langkah yang diambil adalah memberikan kewenangan kepada produsen benih untuk dapat melakukan pengawasan sendiri terhadap proses produksi benihnya, melalui pemberian sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu oleh Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH). Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu merupakan salah satu sarana untuk memberikan jaminan mutu bahwa produsen benih yang disertifikasi mampu memasok produk yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. II PENGERTIAN-PENGERTIAN YANG BERKAITAN DENGAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU 2.1 Sertifikasi adalah suatu rangkaian kegiatan pemberian sertifikat terhadap hasil produk, jasa, proses, sistem dan personil, yang bertujuan memberikan jaminan tertulis dari lembaga sertifikasi, lembaga pelatihan, lembaga inspeksi dan laboratorium untuk menyatakan bahwa produk, jasa, pasar, sistem dan personil telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. 2.2 Sertifikasi Sistem Mutu adalah sistem yang memiliki aturan prosedur dan manajemen sendiri untuk melakukan asesmen yang bertujuan menerbitkan dokumen sertifikasi sistem manajemen mutu dan pemeliharaan selanjutnya. 2.3 Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu adalah institusi pihak ketiga yang mengases dan memverifikasi sistem mutu kepada produsen benih dengan mengacu pada standar sistem manajemen mutu dan dokumentasi pelengkap lain yang telah diterbitkan dan dipersyaratkan untuk sistem tersebut. 2.4 Manajemen Mutu adalah kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu organisasi dengan memperhatikan mutu. 2.5 Sistem Manajemen Mutu adalah sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengaudit suatu organisasi dengan memperhatikan mutu.

2.6 Dokumen Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu adalah dokumen yang menunjukan bahwa sistem sistem manajemen mutu organisasi sesuai dengan standar sistem manajemen mutu dan dokumen pelengkap lain yang telah ditetapkan dan dipersyaratkan untuk sistem tertentu. III SIAPA SAJA YANG DAPAT MEMPEROLEH SERTIFIKAT SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU? Produsen benih yang telah diaudit dan dinyatakan lulus oleh Lembaga Sertifkasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (LSSMBTPH) akan diberi sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu. LSSMBTPH akan melakukan audit kepada produsen benih yang mengajukan permohonan sertifikasi sistem manajemen mutu. Asesmen/audit dilakukan terhadap dokumen mutu dan pelaksanaan di lapangan. Asesmen/audit dokumen pada dasarnya melihat kesesuaian dengan SNI ISO 9001 : 2008. Sedangkan audit lapangan melihat kesesuaian antara pelaksanaan di lapangan dengan dokumen mutu yang dibuat dengan mengacu pada persyaratan teknis produksi benih untuk memproduksi benih yang memenuhi standar mutu. Obyek yang diaudit meliputi semua persyaratan yang ada dalam SNI ISO 9001 : 2008, yang terdiri atas 8 klausal dengan klausal utama mulai dari klausal nomor 4 s/d 8, yaitu : Sistem Manajemen Mutu Tanggung jawab Manajemen Manajemen Sumber Daya Realisasi Produk Pengukuran, Analisis dan Perbaikan Sesuai dengan SNI ISO 9001:2008 maka produsen benih harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan terus menerus memperbaiki keefektifannya. Dokumen mutu yang disusun mencakup : Pedoman mutu/panduan mutu yang antara lain memuat kebijakan mutu, sasaran mutu, perencanaan, operasi dan kendali untuk menjamin proses berjalan efektif Dokumen prosedur Dokumen formulir, dan Dokumen pendukung lainnya IV PERSYARATAN DAN PROSEDUR SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU 4.1 Persyaratan 4.1.1 Mempunyai organisasi 4.1.2 Mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten 4.1.3 Melakukan kegiatan penangkaran benih 4.1.4 Memiliki alat dan tempat prosesing serta gudang penyimpan benih 4.1.5 Menguasai laboratorium pengujian mutu benih

4.2 Prosedur Produsen benih meminta informasi secara tertulis kepada LSSMBTPH. LSSMBTPH mengirimkan 1(satu) set dokumen yang terdiri dari : 4.2.1 Diagram alir proses sertifikasi sistem manajemen mutu 4.2.2 Formulir permohonan sertifikasi sistem manajemen mutu 4.2.3 Isian data lengkap pemohon 4.2.4 Kualifikasi personalia 4.2.5 Syarat dan aturan 4.2.6 Biaya sertifikasi sistem manajemen mutu 4.3 Produsen benih (pemohon) mengajukan permohonan tertulis kepada LSSMBTPH dengan mengisi formulir permohonan yang dilengkapi dengan : 4.3.1 Pernyataan ruang lingkup sertifikasi sistem manajemen mutu yang dimohon 4.3.2 Persetujuan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi sistem manajemen mutu dan memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi. 4.4 Kedua pihak akan membuat dan menandatangani dokumen kontrak dengan pemohon sebagai PIHAK PERTAMA dan LSSMBTPH sebagai PIHAK KEDUA untuk pelaksanaan sertifikasi sistem manajemen mutu. 4.5 LSSMBTPH mengevaluasi kelengkapan dokumen, apabila belum lengkap dokumen akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi 4.6 LSSMBTPH menginformasikan susunan tim audit dan rencana waktu pelaksanaan audit, untuk dimintakan persetujuan dari pemohon secara tertulis. Apabila pemohon keberatan dengan tim audit dan/atau rencana waktu audit, maka LSSMBTPH akan menyusun dan mengirimkan kembali nama-nama tim audit dan/atau waktu audit yang baru. 4.7 Setelah mendapat kesepakatan dan pemohon menyerahkan biaya sertifikasi sistem manajemen mutu, maka tim audit akan melakukan audit ke lapangan 4.8 Berdasarkan laporan hasil audit dan kajian oleh Komite Sertifikasi, maka LSSMBTPH akan mengambil keputusan sertifikasi sistem manajemen mutu dengan ketentuan sebagai berikut : 4.8.1 Apabila memenuhi kriteria persyaratan sertifikasi sistem manajemen mutu, maka pemohon akan diberi sertifikat sertifikasi sistem mutu 4.8.2 Apabila belum memenuhi kriteria, maka LSSMBTPH akan menunda pemberian sertifikat sampai pemohon melaksanakan tindakan perbaikan 4.8.3 Apabila tidak memenuhi kriteria sertifikasi sistem manajemen mutu, maka LSSMBTPH tidak dapat memberikan sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu kepada pemohon. 4.9 Dalam dokumen sertifikasi sistem manajemen mutu tersebut dicantumkan 4.9.1 Nama dan alamat produsen 4.9.2 Ruang lingkup sertifikasi sistem manajemen mutu yang diberikan 4.9.3 Tanggal efektif dan masa berlakunya sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu. 4.10 Sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu yang dikeluarkan oleh LSSMBTPH berlaku selama 3 (tiga) tahun.

4.11 Apabila terdapat perubahan ruang lingkup kegiatan, baik yang berupa perluasan maupun pengurangan, perusahaan yang bersangkutan harus mengajukan revisi sertifikat. 4.12 Produsen benih yang menyalahgunakan kewenangan yang diberikan LSSMBTPH akan dicabut sertifikatnya. V HAK DAN KEWAJIBAN PRODUSEN BENIH YANG DIBERI SERTIFIKAT SERTIFIKASI SISTEM MUTU 5.1 H A K 5.1.1 Nama produsen benih dicantumkan dalam direktori dan akan didistribusikan kepada masyarakat perbenihan 5.1.2 Produsen benih diijinkan menggunakan lambang atau logo LSSMBTPH, akan tetapi lambang atau logo tersebut tidak bisa digunakan untuk produk, atau disalah gunakan sehingga dapat ditafsirkan sebagai penunjukan kesesuaian produk 5.1.3 Dapat melaksanakan proses sertifikasi benih terhadap produksi benihnya. 5.1.4 Menerima semua informasi yang berkaitan dengan sertifikasi sistem manajemen, termasuk pertanggungjawaban LSSMBTPH terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat kegiatan audit. 5.2 KEWAJIBAN 5.2.1 Melakukan kegiatan penangkaran/produksi benih sesuai peraturan perundangan yang berlaku 5.2.2 Mentaati peraturan yang dikeluarkan oleh LSSMBTPH 5.2.3 Selalu memenuhi ketentuan yang relevan dalam program sertifikasi sistem mutu 5.2.4 Menyiapkan pengaturan yang diperlukan untuk pelaksanaan audit 5.2.5 Menerbitkan publikasi untuk media komunikasi dalam bentuk dokumen, brosur atau iklan 5.2.6 Menyediakan rekaman semua pengaduan dan tindakan koreksi yang telah dilaksanakan sesuai persyaratan standar sistem mutu. 5.2.7 Bersedia sewaktu-waktu menerima penyaksian oleh LSSMBTPH maupun Komite Akreditasi Nasional (KAN) pada saat pelaksanaan audit. VI KEUNTUNGAN YANG DIPEROLEH DAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU 6.1 Efektivitas bisnis, bahwa organisasi yang dikelola dikendalikan dan dipelihara dengan sistem manajemen mutu yang baik akan menghasilkan operasi bisnis yang efektif, kegiatan yang konsisten dan pengukuran yang terencana dalam sistem menghasilkan kebutuhan untuk perbaikan berlanjut dengan memperhatikan kepuasan pelanggan 6.2 Image yang lebih baik, bagi pelanggan dan calon pelanggan, penanam modal masyarakat, tetangga, pembuat kebijakan dan karyawan. Hal ini akan memberikan peluang pasar, menarik penanam modal dan efisiensi tenaga kerja

6.3 Penghematan biaya, karena proses lebih efisien, mengurangi jumlah produk yang tidak memenuhi standar mutu, mengurangi kerja yang tidak perlu, mengurangi keluhan, biaya asuransi dan lain-lain 6.4 Tenaga kerja yang lebih trampil dan tersedia, bahwa memungkinkan staf untuk berperan dan lebih terjun di dalam proses yang menjadi tanggungjawab mereka. Mereka akan mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam proses dan dapat berpartisipasi dalam pengendalian dan perbaikannya 6.5 Sertifikasi sistem mutu, bahwa produk dan/atau jasa memiliki daya saing yang tinggi sehingga mudah diterima oleh pelanggan. Disamping itu juga merupakan promosi bagi organisasi bahwa produsen benih tersebut mempunyai manajemen yang baik dan memberi keyakinan kepada pelanggan dan penanam modal yang bermitra.

PERMOHONAN SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU NOMOR : Kepada Yth : Ketua LSSMBTPH di Jakarta Nama Produsen : Alamat Kantor : Telp/Fax/Email : Alamat unit pengolahan benih : Penghubung (contact person) : Nama : Alamat : Jabatan : No. HP/Email : Bersama ini kami mengajukan permohonan sertifikasi sistem manajemen mutu untuk jenis tanaman (sebutkan jenis tanaman dan kelas benih, seperti isian data lengkap terlampir). Sebagai kelengkapan permohonan, kami lampirkan panduan mutu, dokumen prosedur dan dokumen formulir masing-masing satu copy. Kami menyatakan kesanggupan melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Mengikuti ketentuan sertifikasi sistem manajemen mutu yang berlaku. 2. Membayar semua biaya operasional yang berkaitan dengan sertifikasi sistem manajemen mutu. 3. Mentaati peraturan perundangan perbenihan yang berlaku. Sehubungan dengan hal tersebut, kami sangat mengharapkan agar permohonan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu tersebut dapat segera diproses lebih lanjut...,... Pemohon, ( )

1. Nama Pelanggan : 2. Alamat : - Kota /Kabupaten : - Provinsi : - Kode Pos : - Nomor Telepon : - Nomor faximile : - E-mail : 3. Permohonan Ruang Lingkup : Lampiran Permohonan Sertifikasi No. Jenis Varietas Hibrida Bukan Hibrida Kelas Benih Keterangan A B 1. 2. 3. Dst Keterangan: A = Telah disertifikasi B = Permohonan Baru 4. Informasi lain 4.1. Perusahaan berdiri tahun : 4.2. Konsultan yang digunakan (nama, alamat) : 4.3. Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu dari Lembaga Sertifikasi (LS) lain a. Nama LS : b. Alamat LS : c. Ruang Lingkup : d. Tahun perolehan sertifikasi I : e. Masa berlaku sertifikat yang terakhir : 4.4. Sumber Daya Manusia a. Nama b. Pimpinan perusahaan : c. produksi : d. HRD : e. Quality Control : f. Jumlah Personil : g. Total :... orang h. Level Managemen :... orang i. Bagian Produksi :... orang j. Bagian Processing :... orang

k. Bagian Gudang :... orang l. Bagian Laboratorium/QC :... orang m. Bagian R & D :... orang n. Bagian Administrasi :... orang o. Bagian Pemasaran :... orang p. Tetap :... orang q. Tidak Tetap :... orang 4.5. Lokasi produksi : (sebutkan kabupaten dan provinsi) 4.6. Sistem Produksi : 4.7. Rata-rata luas panen/tahun : 4.8. Rata-rata produksi/tahun : 4.9. Pemasaran: 1. Dalam Negeri : (sebutkan provinsinya) 2. Luar Negeri : (sebutkan negaranya) 5. Dokumentasi mutu sudah secara efektif diterapkan sejak :... 6. Audit internal dan kaji ulang manajemen sudah dilaksanakan sejak :... Diisi Tanggal : Nama :... Jabatan :... Tanda tangan :... Dibukukan : Tanggal/bulan/tahun : Nomor Induk : Status : Memenuhi / tidak memenuhi persyaratan sertifikasi *) Tindak Lanjut : /Deputi Administrasi : Tanda Tangan :

DIAGRAM ALIR PROSES SERTIFIKASI SISTEM MANAJEMEN MUTU Penanggung Jawab Ketua LSSMBTPH Alur Kerja Hubungan awal Produsen benih Administrasi Mengajukan permohonan Kajian Permohonan Ya Membuat Kontrak Tolak Teknis Membentuk Tim Asesmen Produsen benih Persetujuan Tim dan Pelaksanaan Tolak Penyerahan Tim Auditor Penunjukkan Ketua Tim Auditor Permintaan Perbaikan Tim Asesmen Tim Asesmen Melaksanakan Asesmen dan Penyaksian Asesmen Melaporkan Hasil Asesmen Kepada Teknis Hasil Perbaikan Komite Sertifikasi Mengkaji Hasil Asesmen dan Memberi Keputusan Sertifikasi Tolak Ya Ketua LSSMBTPH Pengesahan Keputusan Sertifikasi/Penerbitan Sertifikat Selesai

PENJELASAN DIAGRAM ALIR : 1. Pelaku usaha/produsen benih mengajukan permohonan tertulis untuk asesmen kepada ketua LSSMBTPH. 2. LSSMBTPH melakukan pengkajian permohonan. 3. Apabila permohonan disetujui, maka : a. Ketua LSSMBTPH membuat draft Kontrak Kerja b. Ketua LSSMBTPH membuat Surat Pemberitahuan Tim Audit dan Jadwal Asesmen. 2. Pelaku usaha/produsen benih membuat surat persetujuan dilengkapi dengan dokume, yang berisi : a. Panduan Mutu b. Dokumen Pendukung Lain. c. Persetujuan struktur biaya sertifikasi sistem mutu d. Membayar biaya permohonan 3. Administrasi mengevaluasi kelengkapan, apabila dokumen belum lengkap, maka pelaku usaha/produsen benih supaya melengkapi. 4. Pelaksanaan Asesmen 5. Jika diperlukan dapat dilakukan penyaksian asesmen (Witness) oleh KAN 6. Laporan hasil asesmen dibuat oleh tim asesmen 7. Teknis menyerahkan laporan asesmen kepada ke Komite Sertifikasi untuk dilakukan pengkajian 8. Komite Sertifikasi mengkaji laporan hasil asesmen dan membuat keputusan sertifikasi. 9. Berdasarkan keputusan sertifikasi dari Komite Sertifikasi, maka Ketua LSSMBTPH akan mengesahkan sertifikat sistem manajemen mutu. 10. Apabila Komite Sertifikasi menolak berdasarkan kajian laporan tim asesmen, maka Ketua LSSMBTPH tidak mengesahkan atau menolak memberikan sertifikat sertifikasi sistem mutu.

PEMELIHARAAN AUDIT 1. LSSMBTPH memelihara sertifikasi berdasarkan atas peragaan bahwa klien tetap konsisten terhadap persyaratan standar sistem manajemen. Pemeliharaan sertifikasi klien dapat didasarkan pada kesimpulan positif oleh ketua tim audit tanpa dilakukan kajian independen lebih lanjut dengan ketentuan: a. Apabila ditemukan ketidaksesuaian atau situasi lain yang dapat menyebabkan pembekuan atau pencabutan sertifikasi, ketua tim audit melaporkan kepada LSSMBTPH untuk menunjuk personil guna melakukan tinjauan untuk menentukan apakah sertifikasi dapat dipelihara. Personil yang bersangkutan tidak bisa personil yang melakukan audit. b. Personil sebagaimana tersebut pada poin 4, juga memantau kegiatan survailen termasuk laporan yang disusun tim audit, guna mengkonfirmasi bahwa kegiatan sertifikasi dioperasikan secara efektif.

PERLUASAN RUANG LINGKUP LSSMBPTH akan merespon dan mengkaji permohonan klien untuk perluasan ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan. Apabila perluasan ruang lingkup merupakan penambahan jenis komoditas dan lokasi prosesing benih, akan dilakukan audit yang pelaksanaannya dapat dilakukan bersamaan dengan audit survailen untuk memutuskan perluasan diberikan atau tidak.

PEMBEKUAN, PENCABUTAN, ATAU PENGURANGAN RUANG LINGKUP SERTIFIKASI 1. LSSMBTPH memiliki kebijakan dan prosedur tentang pembekuan, pencabutan atau pengurangan ruang lingkup sertifikasi sebagaimana pada DP-1. 2. Pembekuan sertifikasi terhadap klien dilakukan apabila : a. Sistem manajemen yang disertifikasi gagal secara total dan serius untuk tidak memenuhi persyaratan sertifikasi, termasuk persyaratan untuk efektivitas system manajemen. b. Klien tidak menerima pelaksanaan survailen dan asesmen ulang pada periode yang telah ditentukan LSSMBTPH. c. Klien mengajukan pembekuan sertifikasi. 3. Pembekuan sertifikasi yang diterapkan oleh LSSMBTPH bersifat sementara. Klien yang sertifikasinya dibekukan tidak diperkenankan menggunakan sertifikasinya untuk keperluan promosi. Status pembekuan terhadap klien dapat diakses oleh publik. 4. Apabila permasalahan pokok yang terjadi pada klien yang sertifikatnya dibekukan tidak terselesaikan pada waktu yang telah ditentukan (maksimal 6 bulan), LSSMBTPH akan mencabut atau mengurangi ruang lingkup sertifikasi. 5. Apabila klien gagal secara total memenuhi persyaratan sertifikasi untuk bagian-bagian dari ruang lingkup sertifikasi, LSSMBTPH akan mengurangi ruang lingkup sertifikasi untuk bagian-bagian yang tidak memenuhi persyaratan.

TATACARA PENANGANAN KONFLIK Tatacara penanganan konflik yang terjadi ditetapkan sebagai berikut : 1. LSSMBTPH menerima laporan konflik yang terjadi antara sesama klien/pelaku usaha, klien/pelaku usaha dengan konsumen, klien/pelaku usaha dengan personil LSSMBTPH, atau LSSMBTPH dengan institusi terkait lainnya seperti instansi penyelenggara Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Benih di Daerah. 2. Ketua LSSMBTPH selanjutnya meneruskan laporan perselisihan (konflik) kepada Teknis. 3. Teknis akan mengkaji lebih lanjut dari permasalahan yang menjadi tumbulnya konflik tersebut dengan mengumpulkan informasi dari sumber-sumber terkait 4. Teknis menganalisis semua informasi dan menyimpulkan tindakan yang sebaiknya diambil oleh Ketua LSSMBTPH. 5. Hasil analisa dan informasi disampaikan kepada Ketua LSSMBTPH sebagai bahan pertimbangan untuk penyelesaian konflik yang timbul tesebut kepada klien/pelaku usaha/personil LSSMBTPH/institusi terkait yang melaporkan.

TATACARA PENANGANAN BANDING Untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul sebagai akibat ketidakpuasan klien/pelaku usaha/masyarakat/personil LSSMBTPH, maka ditetapkan tatacara penanganan banding : 1. Pelanggan/pelaku usaha yang tidak puas atas keputusan sertifikasi dapat mengajukan permohonan banding kepada LSSMBTPH. 2. Berdasarkan permohonan banding tersebut, ketua LSSMBTPH akan menugaskan Mutu untuk mengkoordinasikan penyelesaiannya. 3. Mutu membentuk tim penyelesaian banding, dimana personil dari tim tersebut adalah personil yang tidak terlibat dalam proses audit maupun pembuat keputusan sertifikasi terhadap pelaku usaha yang mengajukan banding. 4. Tim banding melakukan validasi dan investigasi terhadap substansi banding dan menetapkan langkah-langkah atau tindakan apa yang harus diambil oleh lembaga. Apabila diperlukan dalam melakukan investigasi dan menetapkan langkah yang akan diambil dapat melakukan tinjauan lapangan. 5. Hasil investigasi dan langkah-langkah yang ditetapkan dan dilaporkan kepada Ketua LSSMBTPH melalui Mutu. 6. Hasil keputusan banding disampaikan kepada yang meminta banding. TATACARA PENANGANAN KELUHAN

Untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul sebagai akibat ketidakpuasan klien/pelaku usaha/masyarakat/personil LSSMBTPH, maka ditetapkan tatacara penanganan keluhan : 1. Berdasarkan keluhan yang ditujukan kepada LSSMBTPH, Ketua LSSMBTPH akan menugaskan Mutu untuk mengkoordinasikan penyelesaian keluhan tersebut. 2. Mutu akan membentuk tim/menunjuk personil untuk mengevaluasi dan membuat keputusan terhadap keluhan dimana personil tersebut adalah individu yang tidak terlibat dengan keluhan sebelumnya. 3. Tim/personil yang ditunjuk akan melakukan konfirmasi apakah keluhan tersebut terkait dengan kegiatan sertifikasi atau sistem manajemen. Apabila berkaitan dengan kegiatan sertifikasi maka penyelesaian keluhan harus sesuai dengan hal tersebut. Sedangkan apabila berkaitan dengan sistem manajemen pelaku usaha, maka dalam penyelesaian harus mempertimbangkan sistem manajemennya. 4. Semua langkah yang telah dilaksanakan dalam rangka penyelesaian keluhan harus didokumentasikan dan semua personil yang terlibat harus merahasiakannya. 5. Hasil evaluasi dan keputusan yang disusun disampaikan kepada Ketua LSSMBTPH melalui Mutu. 6. Hasil keputusan harus segera disampaikan kepada pihak yang mengajukan keluhan. Apabila hasil kesepakatan antara LSSMBTPH dan yang mengajukan keluhan menghendaki agar hasil cakupan permasalahan keluhan dan penyelesaiannya dipublikasikan, maka pihak LSSMBTPH akan mempublikasikan.