BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Pati singkong (PT. Sungai Budi, Lampung), anhidrida suksinat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pragel pati singkong yang dibuat menghasilkan serbuk agak kasar

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daging lidah

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

10); Pengayak granul ukuran 12 dan 14 mesh; Almari pengenng; Stopwatch;

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak. kering akar kucing dengan kadar 20% (Phytochemindo), laktosa

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2011 di

kurang dari 135 mg. Juga tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya lebih dari180 mg dan kurang dari 120 mg.

Zubaidi, J. (1981). Farmakologi dan Terapi. Editor Sulistiawati. Jakarta: UI Press. Halaman 172 Lampiran 1. Gambar Alat Pencetak Kaplet

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan Tablet Effervescent Tepung Lidah Buaya. Tablet dibuat dalam lima formula, seperti terlihat pada Tabel 1,

Lampiran 1. Gambar Kertas HVS Bekas, ᾳ selulosa, dan SMKHB. Gambar 1. Gambar 2. Keterangan : Gambar 1 : Kertas HVS bekas. Gambar 2 : Alfa Selulosa

Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan Tablet Asam Folat. Sebagai contoh F1 (Formula dengan penambahan Pharmacoat 615 1%).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembuatan Amilum Biji Nangka. natrium metabisulfit agar tidak terjadi browning non enzymatic.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kentang. Dikupas, dicuci bersih, dipotong-potong. Diblender hingga halus. Residu. Filtrat. Endapan. Dibuang airnya. Pati

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR KERJA

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Anorganik, Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Pembuatan Tablet Isoniazid

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2014 sampai Mei 2015,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. melakukan uji morfologi, Laboratorium Teknik Kimia Ubaya Surabaya. mulai dari bulan Februari 2011 sampai Juli 2011.

LAMPIRAN C GAMBAR C.1 PEMBUATAN SELULOSA 1. PEMBERSIHAN, PENGERINGAN, DAN PREPARASI SERAT

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Lampiran 1. Prosedur Analisis

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PENGEMBANGAN FORMULASI TABLET MATRIKS GASTRORETENTIVE FLOATING DARI AMOKSISILIN TRIHIDRAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Jurusan Pendidikan

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Lampiran 1. Hasil identifikasi sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Desikator Neraca analitik 4 desimal

A. DESKRIPSI KEGIATAN MAGANG

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

Gambar Selulosa Mikrokristal dari Nata de Coco

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian dimulai sejak Februari sampai dengan Juli 2010.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB III METODE PENELITIAN. pertama terdiri dari jenis pati bahan edible coating dan faktor kedua terdiri

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR LAMPIRAN. No. Judul Halaman. 1. Pelaksanaan dan Hasil Percobaan Pendahuluan a. Ekstraksi pati ganyong... 66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan tahapan kegiatan, yaitu: pengambilan sampel cangkang udang di PT.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

Transkripsi:

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA A. BAHAN Pati singkong (PT. Sungai Budi, Lampung), anhidrida suksinat (Wako, Jepang), amoxicillin, natrium hidroksida, natrium sulfat anhidrat, iodium, laktosa anhidrat, talk, magnesium stearat, avicell 102, dan aquadest. B. ALAT Neraca analitik (Shimadzu EB 330H, Jepang), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu, Jepang), Fourrier Transformation Infra Red (ATI Matson 1001 WL 53717 model Genesis serial 931245), alat uji disolusi tipe 2, alat uji waktu hancur, pengayak, friability tester (Erweka TAR, Jerman), hardness tester (Erweka TBH 28, Jerman), bulk-density tester(pharmeq, Indonesia), flowmeter (Erweka GDT, Jerman), ph Meter (Istek), Scanning Electron Micrograph (LEO 420i, Inggris), double drum drier (R Simon Dryers, Inggris), disc mill, mikroskop polarisasi (Olympus BH2, Jepang), texture analyzer (TA-XT2i, Amerika Serikat), moisture analyzer (Adam AMB50), mesin cetak tablet (Korsch), jangka sorong (butterfly), dan alat-alat gelas. 19

20 C. CARA KERJA 1. Pembuatan Pragel Pati Singkong (5). Sejumlah pati singkong ditambahkan aquadest dengan perbandingan 1 :3 dari berat kering pati hingga terbentuk massa kental yang transparan, kemudian dikeringkan dengan double drum drier pada suhu 80 C ± 5 C. Lapisan-lapisan tipis yang diperoleh dihaluskan dengan disc mill. Serbuk hasil penggilingan diayak dengan pengayak mesh 45. 2. Pembuatan Pragel Pati Singkong Suksinat (15). Suspensikan pati singkong pragelatinisasi dengan air sampai membentuk massa suspensi yang mudah diaduk. Tambahkan larutan natrium sulfat anhidrat 5% (dihitung berdasarkan berat kering pati). Teteskan larutan natrium hidroksida 0,8N sampai ph 8-9 sambil diaduk. Masukkan anhidrida suksinat 4% (dihitung berdasarkan berat kering pati) ke dalam suspensi sedikit demi sedikit. Kondisi harus tetap dijaga pada ph 8-9 dengan penambahan natrium hidroksida 0,8N sambil terus diaduk. Setelah penambahan anhidrida suksinat, pengadukan terus dilakukan selama 3-4 jam (suspensi didiamkan 1 malam). Bila reaksi telah selesai (tidak ada penurunan ph signifikan), netralkan suspensi dengan penambahan asam klorida encer sampai ph 6,5-7.

21 Suspensi dikeringkan dengan double drum drier dan dihaluskan. Serbuk hasil penggilingan diayak dengan pengayak mesh 45 (2). 3. Karakterisasi Pragel Pati Singkong (PPS) dan Pragel Pati Singkong Suksinat (PPSS) a. Karakterisasi kimia 1) Sisa pemijaran (14). Timbang 2 g pati ke dalam krusibel porselen yang telah dikonstankan beratnya dengan pemanasan. Kemudian dipijar dengan tanur pada suhu 800 C sampai menjadi abu (5jam), lalu didinginkan dalam desikator hingga suhu kamar. Setelah dingin, krusibel ditimbang, dipanaskan kembali pada suhu 800 C selama 1 jam, lalu didinginkan dan ditimbang kembali. Ulangi pengerjaannya sehingga diperoleh berat antara 2 penimbangan berturut-turut lebih kecil dari 0,001 g. Sisa pemijaran dihitung dengan cara sebagai berikut : Berat sisa Kadar abu % (b/b) = 100% Berat bahan 2) Pemeriksaan ph (10). Pemeriksaan ph menggunakan alat ph meter. Alat dikalibrasi dengan larutan dapar ph 4 dan 7. Sejumlah PPS dan PPSS ditimbang ± 1 gram, lalu dilarutkan dalam 20 ml aquadest dan

22 diaduk dengan bantuan stirer sampai pati basah secara merata. Setelah itu dicukupkan dengan aquadest hingga 100 ml lalu diaduk hingga homogen. Sampel dibiarkan selama satu jam sampai pati mengendap. Ukur ph supernatan sampel. 3) Penentuan derajat substitusi (10). Sebanyak ± 100 mg PPSS (yang telah dicuci metanol) ditimbang lalu ditambahkan dengan 10 ml NaOH 0,1 M. Campuran ini diaduk dengan stirrer pada suhu ruang selama 30 menit. Lalu ditambahkan indikator metil merah 1% sebanyak 3 tetes. Kelebihan NaOH dititrasi dengan 0,1 M HCl yang telah dibakukan dengan natrium tetra borat, sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Lakukan juga terhadap blanko. Perhitungan derajat substitusi (DS) adalah : 162 M B - S DS = 1000 W W = berat sampel (gram) ( ) B S = volume HCl 0,1 M pada blanko (ml) = volume HCl 0,1 M pada sampel (ml) M = molaritas HCl (mol/liter) 162 = berat molekul anhidroglukosa (162 gram/mol) DS = jumlah gugus hidroksil yang tersuksinilasi

23 4) Identifikasi gugus suksinat (ikatan ester) pada PPSS (5). Untuk mengetahui terjadinya pengikatan suksinat oleh pati, dilakukan pemeriksaan dengan spektrofotometer IR. Pita absorbsi yang spesifik menunjukkan adanya ikatan ester, pada bilangan gelombang 1730 1750 cm -1 dengan limit deteksi 0,5%. b. Karakterisasi fisika 1) Susut pengeringan (14). Susut pengeringan diukur dengan menggunakan alat moisture balance. Alat dipanaskan terlebih dahulu selama lebih kurang 10 menit. Letakkan 2 g pati ke atas wadah aluminium secara merata. Temperatur alat diatur pada suhu 105 C, lalu alat dinyalakan. Catat nilai yang terbaca pada alat. 2) Bentuk partikel (16). Bentuk dan ukuran partikel diperiksa dengan alat Scanning Electron Microscopy (SEM). Pelapisan menggunakan emas (Au) yang dilakukan dengan alat vacum evaporator S 500 coating Unit tablet. Pati ditempelkan pada holder dengan memakai lem khusus (dotite) lalu dimasukkan ke vacum evaporator. Pada tingkat kevakuman tertentu emas dipijar sampai menguap. Uap emas ini

24 akan melapisi bahan yang ditempelkan pada holder. Holder berisi sampel dimasukkan ke alat SEM lalu diperiksa. 3) Distribusi ukuran partikel (14). Sebanyak 50,0 g pati dimasukkan pada pengayak dengan nomor : 230, 120, 80, 60, dan 45 mesh yang telah disusun berurutan mulai dari bawah ke atas. Pengayakan diatur pada kecepatan 15 rpm selama 20 menit. Serbuk yang ditinggal pada masing-masing ayakan dan panci penampung ditimbang dan dihitung masing-masing persentase beratnya. 4) Densitas bulk (10) Timbang pati sebanyak 10 g, kemudian masukan kedalam gelas ukur 50 ml dan ratakan bagian atasnya lalu catat volume yang tetap. Densitas bulk dinyatakan dalam g/cm 3. 5) Densitas mampat (10) Sejumlah 10 g pati dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml, lalu diukur volumenya. Setelah itu gelas diketuk-ketuk hingga didapat volume yang tetap. Densitas mampat dinyatakan dalam g/cm 3.

25 c. Karakterisasi Fungsional 1) Uji kompresibilitas Sejumlah 20 gram sampel dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V 1 ). Densitas bulk = m / v1. Gelas ukur yang berisi sampel diketuk-ketukkan sebanyak 300 kali. Percobaan diulang dengan 300 ketukan kedua untuk memastikan volume granul tidak mengalami penurunan volume, kemudian diukur volumenya (V 2 ). Densitas mampat = m / v2. densitas mampat densitas bulk Indeks kompresibilitas = 100% densitas mampat Tabel 3. Tabel indeks kompresibilitas (17). Indeks Kompresibilitas Kategori 5-15 Istimewa 12-16 Baik 17-27 Sedang 28-32 Buruk 33-40 Sangat buruk >40 Sangat-sangat buruk 2) Uji waktu alir dan sudut istirahat (3). Sejumlah sampel ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam corong flowmeter dan diratakan. Alat dijalankan dan waktu yang

26 diperlukan oleh seluruh granul untuk mengalir melalui corong dicatat. Laju aliran dinyatakan dalam gram/detik. Akan terlihat gundukan yang menyerupai bukit. Sudut kecuraman bukit dinyatakan sebagai sudut diam yang dihitung sebagai berikut : α = sudut istirahat h = tinggi bukit (cm) r = jari-jari kerucut (cm) h tn α = r Tipe aliran serbuk berdasarkan nilai sudut istirahat dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4. Tabel sudut istirahat (17). Sudut Istirahat < 25 25 30 30 40 >40 Kategori Aliran Istimewa Baik Sedang Sangat jelek 3) Kekuatan gel (5) Pati didispersikan dalam air dengan konsentrasi 5, 10, dan 15% (b/v) hingga membentuk gel. Sediaan gel didiamkan selama 1 malam pada lemari pendingin. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan texture analyzer. Sediaan gel dimasukkan ke dalam

27 wadah sampel kemudian alat penetrasi diturunkan sampai permukaan gel. Kekuatan gel diukur pada saat gel pecah. 4. Formulasi Tablet Amoxicillin Pada penelitian ini, dibuat tablet amoxicillin secara cetak langsung dengan bobot tablet 500 mg. Syarat bahan tambahan untuk cetak langsung antara lain mempunyai sifat alir yang baik, sangat mudah dicetak (kompresibel), kompatibel dengan bahan lain (termasuk bahan aktif), inert, stabil pada penyimpanan, tidak mempengaruhi ketersediaan hayati bahan aktif, dan mempunyai profil yang baik antara tekanan pencetakan dan kekerasan tablet. Pada penelitian ini digunakan tujuh formula sebagai berikut : Tabel 5. Formula tablet Amoxicillin (berat tablet 500 mg) Bahan Formula (mg) A B C D E F G Amoxicillin 250 250 250 250 250 250 250 Laktosa DC 150 160 170 185 185 185 170 PPSS 85 75 65 50 - - - PPS - - - - 50 - - Avicell - - - - - 50 65 Talk 10 10 10 10 10 10 10 MgS 5 5 5 5 5 5 5

28 5. Evaluasi Massa Tablet 1) Uji kompresibilitas Sejumlah 20 gram granul dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml, lalu diukur volumenya (V 1 ). Densitas bulk = m / v1. Gelas ukur yang berisi sampel diketuk-ketukkan sebanyak 300 kali. Percobaan diulang dengan 300 ketukan kedua untuk memastikan volume granul tidak mengalami penurunan volume, kemudian diukur volumenya (V 2 ). Densitas mampat = m / v2. densitas mampat densitas bulk Indeks kompresibilitas = 100% densitas mampat Persyaratan kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 3. 2) Uji waktu alir dan sudut istirahat (3). Sejumlah granul ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam corong flowmeter dan diratakan. Alat dijalankan dan waktu yang diperlukan oleh seluruh granul untuk mengalir melalui corong dicatat. Laju aliran dinyatakan dalam gram/detik. Akan terlihat gundukan yang menyerupai bukit. Sudut kecuraman bukit dinyatakan sebagai sudut diam yang dihitung sebagai berikut :

29 h tn α = r α = sudut istirahat h = tinggi bukit (cm) r = jari-jari kerucut (cm) Tipe aliran serbuk berdasarkan nilai sudut istirahat dapat dilihat pada Tabel 4. 6. Evaluasi Sediaan Tablet Amoxicillin a) Penampilan umum (3). Ciri-ciri fisik yang perlu diperhatikan antara lain bentuk, warna, tekstur dan bentuk permukaan tablet, serta ada-tidaknya bau, rasa dan kerusakan pada tablet tersebut. b) Uji keseragaman ukuran tablet (2). Sejumlah 20 tablet diukur diameter dan tebalnya dimana diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1 / 3 kali tebal tablet. Alat yang digunakan adalah jangka sorong. c) Uji keseragaman bobot tablet (2,3). Ditimbang 20 tablet, kemudian ditimbang satu per satu. Lalu dihitung bobot rata-rata dan dicari harga koefisien variasinya (Coefficient of Variation)

30 SD CV = X x 100% SD = simpangan baku X = bobot rata-rata tablet Tablet dikatakan memenuhi keseragaman bobot bila koefisien variasinya tidak lebih dari 6%. d) Uji kekerasan tablet (3). Satu tablet diletakkan di tengah dan tegak lurus memanjang pada alat pengukur kekerasan tablet (hardness tester). Mula-mula skala diletakkan pada posisi nol, kemudian sekrup penekan tablet diputar pelan-pelan sampai tablet pecah. Kekerasan tablet ditunjukkan dengan skala yang terlihat pada alat saat tablet pecah. Satuan kekerasan yang digunakan adalah kp. Tablet dikatakan memiliki kekerasan yang baik jika memiliki nilai sekitar 4 sampai 8 kp. e) Uji keregasan tablet (3). Dua puluh tablet dibebasdebukan. Kemudian ditimbang satu per satu dengan seksama. Masukkan ke dalam friabilator, diputar dengan kecepatan 25 rpm selama 4 menit. Kemudian tablet dikeluarkan, dibebasdebukan, dan ditimbang. Kerapuhan tablet dihitung dari pengurangan berat tablet akibat perlakuan. Tablet

31 tersebut dinyatakan memenuhi persyaratan jika kehilangan berat tidak lebih dari 1%. Keregasan Tablet = G G G 1 2 1 100% G 1 = berat awal tablet G 2 = berat akhir tablet f) Uji disolusi tablet (14,18). Ke dalam labu cairan penerima dimasukkan air suling sebanyak 900 ml, kemudian dipanaskan hingga suhu 37 ± 0,5 0 C. Digunakan alat pengaduk tipe 2 dengan ketinggian daun dayung 25 mm ± 2 mm, dasar labu bagian dalam dan kecepatan pengadukan 75 rpm. Lakukan uji disolusi untuk 6 tablet setiap batch dan pengambilan sampel larutan penerima sebanyak 10 ml dengan interval waktu pengambilan 30 menit. Ukur serapan larutan baku amoxicillin dan filtrat larutan uji pada panjang gelombang serapan maksimum kurang lebih 272 nm. g) Uji waktu hancur tablet (2). Masukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 ± 2 sebagai media. Keranjang akan

32 turun naik dalam cairan media dengan frekuensi yang tetap antara 29 kali hingga 32 kali per menit melalui jarak tidak kurang dari 5,3 cm dan tidak lebih dari 5,7 cm. Volume cairan dalam wadah sedemikian sehingga pada titik tertinggi gerakan ke atas, kawat kasa berada paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan cairan dan pada gerakan ke bawah berjarak tidak kurang dari 2,5 cm dari dasar wadah. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas. Waktu yang tertera sejak alat dijalankan hingga tablet hancur sempurna dicatat sebagai waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet tidak bersalut adalah tidak lebih dari 15 menit.