BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPPTPM Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPPTPM

dokumen-dokumen yang mirip
Kepala BPPTPM Tipe C dan D 15 Izin Mendirikan Dan menyelenggarakan Rumah Sakit Khusus Tipe C Kepala BPPTPM

BUPATI LAMANDAU RANCANGAN PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPMD

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, DAN KEBIJAKAN Visi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Weakness, Opportunity and Threath). Dengan hasil pada masing-masing

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SINJAI BUPATI SINJAI,

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN PUBLIK BIDANG PERIZINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN KATINGAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 64 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU PADA BADAN PENANAMAN MODAL KOTA BATU

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

IV A. VISI DAN MISI. Kabupaten Lamandau dalam Investasi dengan Pelayanan Perijinan Prima.

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

BAB. III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 54 SERI E

Perda No. 5 Tahun 2012 tentang Sumbangan Pihak Ketiga Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rancangan Rencana Kerja (Renja) Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI PULANG PISAU PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 19 TAHUN 2015

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, setidaknya terdapat 3 (tiga) fungsi

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 333 TAHUN 2010 TENTANG

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 53 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIJINAN PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

PROVINSI SUMATERA UTARA

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN 2017

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

KATA PENGANTAR. Kediri, Januari Kepala DPM-PTSP Kabupaten Kediri. Drs. INDRA TARUNA. ttd.

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

efektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan

WALIKOTA LUBUKLINGGAU, PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN WALIKOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 4 TAHUN2015 TENTANG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

2.1. Peraturan Pemerintah Terkait Pengembangan Produk Unggulan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 54 TAHUN 2007 TENTANG WEWENANG PENANDATANGANAN PERIJINAN PADA DINAS PERIJINAN PADA MASA TRANSISI

(Laporan Kinerja Instansi Pemerintah) LKIP 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN. Renstra BPPTP Thn Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Soppeng

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH. PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 10 "A TAI-lUri c2.017 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2016

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAYANAN TERPADU

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2010

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUASIN,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 09 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PADA PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

B U P A T I T A N A H L A U T PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

LKIP BPMPT 2016 B A B II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

BUPATI BELITUNG TIMUR

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Strategis Tahun Latar Belakang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 15 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang Tahun BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPPTPM 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BPPTPM Kondusif tidaknya iklim berinvestasi di suatu daerah dipengaruhi beberapa faktor. Beberapa faktor yang dianggap dapat mempengaruhi iklim usaha adalah keamanan dan ketertiban; kemudahan Perizinan; peraturan daerah yang mendukung iklim usaha; serta pengenaan pajak daerah. Langkah-langkah yang dilakukan dalam memberdayakan masyarakat diantaranya adalah pelaksanaan Program Pengembangan Kebijakan Investasi Daerah melalui Kegiatan Sosialisasi Perizinan dan Program Pengembangan Pembangunan secara terpadu. Dalam kaitan ini, diterapkan pelayanan Perizinan terpadu. Artinya Pemerintah Kabupaten dapat memberikan pelayanan Perizinan usaha dan penanaman modal secara cepat murah dan mudah dalam satu tempat pelayanan secara terpadu. Pertumbuhan investasi di Kabupaten Lamandau sampai dengan awal tahun 2013 masih terasa lamban dimanna baru tercatat 5 Perusahaan PMA dengan total investasi mencapai Rp. 650.719.519.193,- dan 10 Perusahaan PMDN dengan total investasi mencapai Rp. 1.414.395.884.559,-sebagian besar bergerak pada sektor Kehutanan dan Perkebunan. 3.1.1 Hasil-hasil yang Dicapai Lima Tahun Sebelumnya Seperti telah disebutkan sebelumnya, KPPT baru ditingkat statusnya menjadi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal sejak awal tahun 2013. Semula masih berstatus Kantor dengan demikian pembahasan pada sub bab ini menggambarkan kinerja yang dicapai oleh Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu ( KPPT). Beberapa butir pencapaian KPPT dapat diringkas sebagai berikut: Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 42

1. SDM Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal yang terbatas, baik jumlah maupun kualitasnya, namun telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan Pelayanan Perizinan. 2. Jumlah Perizinan yang dikenakan retribusi pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini. Tabel 3.1 Jumlah Perizinan yang Dikeluarkan s/d Desember 2013 No Jenis Izin Jumlah Izin yang Dikeluarkan Tahun 2013 (per Sept 2013) 1 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) 40 2 Izin Gangguan (HO) 123 3 Izin Trayek) 0 Sumber: LAKIP BPPTPM 3. Pendapatan retribusi BPPTPM juga menunjukkan bahwa realisasinya dapat melampaui jumlah yang ditargetkan. Lihat Tabel 3.2. Tabel 3.2 Pendapatan Retribusi BPPTPM Tahun 2013 (Per Desember 2013) No Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1 IMB 217.970.000 197.962.500 110 2 IG (HO) 454.250.740 494.596.065 108 3 Izin Trayek 10.000.000 - Jumlah 682.220.740 692.558.565 101 Sumber: BPPTPM Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 43

4. Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Publik Pemerintah Kabupaten Lamandau. Hasil pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat atas pelayanan publik Pemerintah Lamandau pada tahun 2013 menunjukkan hasil rata-rata nilai indeks 2,803 atau termasuk dalam kategori BAIK. Nilai rata-rata indeks tersebut didasarkan pada pengukuran pelayanan perizinan. Meskipun demikian, capaian nilai indeks rata-rata masih cukup jauh terhadap nilai optimal, yang berarti pelayanan publik masih perlu ditingkatkan. 5. Kewenangan Perizinan Sampai dengan September 2013 BPPTPM telah melayani 13 jenis Perizinan dari 36 Jenis Izin yang dilimpahkan kewenangannnya. Tabel 3.3 Kewenangan Perizinan s/d Desember 2013 Izin Selesai (hari No. Jenis Izin kerja) 1 2 3 A. PERIZINAN BIASA Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk rumah tinggal yang luasnya sampai 12 1 dengan 200 M2 Izin Undang undang gangguan (HO) 2 sekala rendah 10 3 Izin Tempat Usaha (ITU) 7 Izin Reklame dan Reklame. 2 4 Izin Usaha Industri (IUI) dan 14 Izin Perluasan Industri. 5 Izin Usaha Perdagangan (IUP) 3 6 Tanda Daftar Industri (TDI) 14 7 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 3 8 Tanda Daftar Gudang (TDG) 3 9 Izin penyelenggaraan Apotik 10 10 Izin Penyelenggaraan Toko Obat 10 11 Izin Penyelenggaraan Optikal. 10 Izin Penyelenggaraan Toko Obat 12 Tradisional 10 13 Izin Praktek Dokter 10 14 Izin praktek Bidan 10 Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 44

15 Izin Insidentil. 5 16 Akte pengesahan Koperasi. 10 17 Akte Catatan Sipil 8 18 Izin Peruntukan Penggunaan Tanah 14 Izin Pengumpulan Uang / Sumbangan Sosial dengan cara mencetak dan 6 19 menjual karcis 20 Izin Usaha Angkutan Bermotor 12 21 Izin Angkutan Barang Khusus 14 Izin Penyelenggaraan Pusat Kebugaran 22 Jasmani 7 23 Izin Pemakaian Kios / Lapak 6 Izin Penyimpanan Bahan Bakar untuk 24 Industri 9 25 Izin Usaha Kepariwisataan 9 Usaha Kepariwisataan : a. Usaha Hotel dan Penginapan ( kelas melati) b. Restoran, Rumah Makan, tempat makan dan jasa boga c. Permainan ketangkasan elektronik termasuk bingo dan sejenisnya. d. Biro perjalanan dan agen perjalanan wisata. e. Ruang Serba Guna f. Karaoke VIP Room / Non VIP Room. Perizinan usaha rekreasi a. Taman Rekreaksi b. Kolam Pemancingan c. Pameran Seni / Pasar Seni / Galeri d. Tempat Bilyard e. Ruang Serba Guna f. Persewaan Audio Visual, VCD dan sejenis Play Station, TV kabel. g. Perizinan Usaha Tempat Usaha. h. Perizinan Pramuwisata. Perizinan hiburan umum a. Musik hidup dan panggung Hiburan (terbuka,tertutup) b. Pertunjukan Film. 26. Izin Perpanjangan (Heregistrasi) 10 B. JENIS PERIZINAN STRATEGIS (PERIZINAN TERTENTU) Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk rumah tinggal yang luasnya diatas 200 14 1 M2 dan IMB untuk usaha / industri Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 45

2 Izin Lokasi Perkebunan 45 3 Izin Pertambangan 155 Izin Trayek Darat / Sungai / baru dan 4 perpanjangan 15 5 Izin Sertifikasi dan Pas Kapal 15 6 Izin Pembuangan Limbah Cair 15 7 Izin Pendirian SPBU 15 8 Izin Pendirian Lembaga Pelatihan Kerja 15 9 Izin Penelitian 10 10 Izin Pendirian Hotel Berbintang 9 11 Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) 14 Sumber: BPPTPM Analisa Isu Strategis berkaitan dengan Tugas dan Fungsi SKPD Isu strategis Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal dirumuskan dengan memetakan faktor-faktor internal maupun eksternal Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM), sesuai dengan tugas dan fungsinya. Pemetaan faktor internal dilihat berdasarkan kekuatan dan kelemahan BPPTPM, sedangkan pemetaan faktor eksternal dilihat berdasarkan peluang dan ancaman yang dihadapi BPPTPM. Berdasarkan pemetaan tersebut, dirumuskan isu strategis pelayanan BPPPM. A. Faktor Internal BPPTPM Kekuatan 1. Kapasitas kelembagaan pelayanan perizinan dan penanaman modal yang semakin berkembang 2. Memiliki kewenangan untuk mengelola perizinan, non Perizinan dan penanaman modal 3. Adanya kemauan yang kuat dari personil untuk maju Kelemahan 1. Sumber daya keuangan yang sangat terbatas 2. Sumber daya manusia yang profesional masih terbatas 3. Sumber belajar yang terbatas 4. Koordinasi yang kurang optimal 5. Regulasi yang belum jelas dan tidak sesuai dgn kondisi terkini 6. Ketepatan waktu penyelesaian proses Perizinan sulit di pastikan Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 46

7. Sarana dan prasarana pelayanan Perizinan yang kurang 8. Proses Perizinan dianggap berbelit-belit dan kurangnya transparansi sehingga menimbulkan biaya tinggi dan berkurangnya minat investasi 9. pengembangan sistem informasi Perizinan masih belum optimal B. Faktor Eksternal BPPT Peluang 0. Tuntutan terhadap pelayanan perizinan, non Perizinan dan penanaman modal yang prima, terpercaya dan transparan sangat tinggi 1. Pelayanan Perizinan dan penanaman modal sebagai sumber pendapatan daerah dan pengungkit pembangunan ekonomi 2. Adanya regulasi yang mendukung terciptanya kesejahteraan pegawai pemberi pelayanan 3. Tersedianya tekonologi informasi untuk menunjang kegiatan pelayanan perizinan dan penanaman modal 4. Adanya dorongan publik menjadikan SKPD Pelayanan Perizinan dan Penanaman Modal menjadi Institusi yang terpercaya. Ancaman 1. Tingginya tingkat ketidakpastian prosedur yang baku selama proses transisi pembentukan organisasi 2. Masih rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat pemberi pelayanan perizinan dan penanaman modal 3. Masih rendahnya kesadaran aparat dalam mematuhi aturan yang berlaku Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 47

3.2. Telahaan Visi, Misi, dan Program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih: Visi Pemerintahan Kabupaten Lamandau periode 2003-2018 adalah: "Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamandau dan terselenggaranya tata kelola pemerintahan yang baik; bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN), yang dilandasi oleh keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa " Dalam upaya pencapaian Visi tersebut, maka Misi Pemerintahan Kabupaten Lamandau adalah: 1. Membangun ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi penduduk miskin, angka pengangguran sehingga masyarakat sejahtera. 2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar generasi muda memiliki pengetahuan, keterampilan dan mampu mandiri. 3. Mewujudkan pola hidup masyarakat sehat agar angka harapan hidup meningkat, angka kematian ibu dan bayi menurun. 4. Menciptakan ketenteraman, keamanan dan kenyamanan masyarakat secara keseluruhan yang berada di Kabupaten Lamandau. 5. Membuka keterisolasian daerah pedesaan dan kecamatan agar lancarnya angkutan orang, barang dan jasa. 6. Meningkatkan martabat masyarakat Kabupaten Lamandau melalui keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan olahraga, adat dan budaya. 7. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik, bebas dari KKN agar pemerintahan menjadi kuat, berwibawa, demokratis serta melayani. 8. Menumbuh kembangkan kehidupan beragama agar mempunyai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 9. Menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu kekuatan ekonomi kerakyatan. 10. Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan. Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 48

Visi dan Misi pemerintahan Kabupaten Lamandau tersebut telah dituangkan dalam Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Lamandau 2013-2018 yang menjadi acuan penyusunan Rancangan Renstra Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) Kabupaten Lamandau untuk periode yang sama. Mengacu pada Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Lamandau 2013-2018 tersebut, maka dapat diidentifikasi bahwa kontribusi BPPTPM dalam upaya pencapaian visi pemerintahan Kabupaten Lamandau 2013-2018 berada di bawah misi 7 yaitu Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik, bebas dari KKN agar pemerintahan menjadi kuat, berwibawa, demokratis serta melayani. Misi ke. 7 : Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik, bebas dari KKN agar pemerintahan menjadi kuat, berwibawa, demokratis serta melayani Tujuan 2 : Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien Sasaran : Tercapainya manajemen pemerintahan yang baik Strategi : Pengembangan sistem terpadu Perizinan dan penanaman modal yang mengutamakan kemudahan, kecepatan dan keakuratan informasi. Kebijakan : Mengembangkan prosedur Perizinan yang memudahkan masyarakat 3.3. Telahaan Renstra Badan Penanaman Modal Daerah Dan Perizinan Provinsi Kalimantan Tengah Visi Kalimantan Tengah : Badan Penanaman Modal Daerah dan Perizinan Provinsi Terwujudnya Kalimantan Tengah Sebagai Daerah Tujuan Investasi Yang Menarik Dalam upaya pencapaian Visi tersebut, maka Misi Badan Penanaman Modal Daerah dan Perizinan Provinsi Kalimantan Tengah adalah: Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 49

1. Kegiatan penanaman modal yang lebih adil, merata dan berwawasan lingkungan; 2. Iklim investasi yang kondusuf dan stabil; 3. Memberdayakan masyarakat dunia usaha dan seluruh kekuatan ekonomi; 4. Otonomi Daerah di bidang penanaman modal sesuai potensi dan kemampuan daerah; 5. Kerjasama internasional yang mengutamakan kepentingan nasional; 6. Aparatur Badan Penanaman Modal Daerah dan Perizinan Provinsi Kalimantan Tengah yang profesional. Berdasarkan visi dan misi Badan Penanaman Modal Daerah dan Perizinan Provinsi Kalimantan Tengah, maka Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal Kabupaten Lamandau harus memperhatikan beberapa hal yang akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pelayanan SKPD dalam 5 (lima) tahun kedepan : 1. Mengembangkan sistem dan prosedur Pelayanan yang Cepat, jelas, akurat dan transparan. Kinerja aparatur BPPTPM juga akan ditingkatkan kompetensinya agar lebih profesional dalam memberikan pelayanan, didukung oleh Tim Teknis yang handal dengan didukung oleh sistem informasi pelayanan Perizinan yang mudah diakses pemohon. Kesemua hal tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk tercapainya pelayanan Perizinan yang cepat, akurat, dan transparan; 2. Memberikan kemudahan dalam mendapatkan Pelayanan Perizinan, Non Perizinan dan Penanaman Modal; menyediakan tempat pengurusan Perizinan satu atap satu pintu yang nyaman dan memadai, dipadukannya tempat pelayanan Perizinan dalam satu gedung, diharapkan dapat mempermudah masyarakat dan pelaku usaha yang perlu melakukan pengurusan Perizinan, terutama bagi yang perlu mengurus Perizinan lebih dari satu jenis Perizinan atau Perizinan secara paralel, dikumpulkannya semua pelayanan Perizinan,Non Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 50

Perizinan dan Penanaman Modal dalam satu unit Layanan berbentuk badan diharapkan dapat terselenggara pelayanan Perizinan dan penanaman modal secara terpadu dan terintegrasi serta tersosialisasikannya semua jenis Pelayanan Perizinan ke seluruh masyarakat; 3. Mengembangkan Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi secara Elektronik (SPIPISE) yang diharapkan dapat meningkatkan iklim investasi di Kabupaten Lamandau, disamping itu persaingan akan semakin tajam, baik antara daerah kabupaten/kota atau provinsi maupun negara : dimana hanya daerah-daerah kabupaten/kota atau provinsi ataupun negara yang telah mampu mempersiapkan diri dengan baik, seperti dalam hal penyediaan informasi peluang usaha dan pemberian pelayanan prima yang akan menjadi pilihan utama investor guna melakukan investasi. Beberapa hal tersebut di atas menjadi masukan di dalam menentukan visi dan misi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Dan Penanaman Modal Kabupaten Lamandau 2013-2018. 3.4 Telahaan Rencana Tata ruang Wilayah dan kajian Lingkungan hidup Strategis 3.4.1 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah Ketentuan pemanfaatan pengendalian ruang perlu dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pemberian perizinan sehingga pembangunan di Kabupaten Lamandau selaras dengan struktur dan pola ruang. Kondisi dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamandau yang saat ini masih berbentuk draft belum disahkan menjadi Peraturan Daerah (Perda), tetapi draft rancangan akhir RTRW tersebut tetap dapat dijadikan pedoman dalam pemberian perizinan yang menjadi wewenang Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal. Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 51

Dalam hal pemberian perizinan sesuai dengan kewenangannya, Badan Pelayanan Perizinan terpadu dan Penanaman Modal harus mengacu/ mengikuti ketentuan perizinan yang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini. Jenis perizinan terkait pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Lamandau, terdiri atas : Izin prinsip; Izin lokasi; Izin perubahan penggunaan tanah; dan Izin mendirikan bangunan. Dengan mengikuti ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten diharapkan dapat mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. 3.4.2 Telaahan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan program. Terkait dengan isu lingkungan, program pemanfaatan ruang dari kebijakan pembangunan daerah penataan ruang memiliki dampak negatif terhadap isu strategis degradasi lingkungan. Untuk mengurangi dampak negatif maka dalam pelaksanaan pemberian perizinan sesuai dengan kewenangan Badan Pelayanan Perizinan terpadu dan Penanaman Modal akan berpedoman pada ketentuan pemanfaatan pengendalian ruang dari draf Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lamandau. 3.5. Penentu Isu Strategis: Berdasarkan pemetaan tersebut di atas maka isu strategis dalam pelayanan Perizinan dan Penanaman modal oleh BPPTPM dapat diidentifikasi sebagai berikut: Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 52

1. Kinerja aparatur badan a. Jumlah SDM yang kurang memadai b. sebahagian besar Personil / aparatur yang belum memahami tugasnya c. Sarana dan prasarana dan fasilitas pendukung pelayanan Perizinan yang kurang. d. Dukungan Anggaran yang yang terbatas 2. Kualitas pelayanan Perizinan a. Belum adanya sistem informasi Perizinan yang transparan dan mudah diakses dan digunakan oleh masyarakat. b. Waktu pengurusan Perizinan masih terlalu lama dan sulit dipastikan. c. Belum optimalnya tugas Tim Teknis dan mekanisme proses persetujuan Perizinan. Permasalahan yang dihadapi dalam Tim Teknis adalah kurangnya jumlah pegawai dan kapasitas pegawai. d. Masih terdapatnya regulasi yang menjadi acuan Perizinan yang belum sesuai dengan kondisi terkini (mutakhir) e. Belum efektifnya kegiatan monitoring dan evaluasi untuk pengendalian pelaksanaan Perizinan. Hal ini terlihat dari adanya perubahan peruntukan dari izin yang diberikan. f. Belum Optimalnya Koordinasi antar SKPD pemberi Pelayanan g. Peningkatan Status kelemgaan belum di ikuti dengan Peningkatan Anggaran. 3. Pemahaman masyarakat/perusahaan tentang proses Perizinan a. Rendahnya pemahaman masyarakat/perusahaan tentang perlunya/manfaat mengurus Perizinan. a. Rendahnya pemahaman masyarakat/perusahaan tentang prosedur dan persyaratan Perizinan b. Rendahnya pemahaman masyarakat/perusahaan tentang tata ruang dan kaitannya dengan Perizinan. c. Rendahnya kesadaran Masyarakat terhadap Perizinan Renstra BPPTPM Thn. 2013-2018 Hlm. 53