BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Asam Asetat 1. Definisi Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetid acid atau acidum aceticum, akan tetapi di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut cuka atau asam cuka.asam cuka merupakan cairan yang rasanya masam (Agus, hadyana,dan dedi,1993) yang pembuatannya melalui proses fermentasi alkohol dan fermentasi asetat yang didapat dari bahan kaya gula seperti anggur, apel, nira kelapa, malt, gula, lain sebagainya.(anton A, 2003). Asam asetat dengan kadar ±25% beredar bebas di pasaran dan biasanya ada yang bermerek dan ada yang tidak bermerek. Pada cuka yang bermerek biasanya tertera atau tertulis kadar asam asetat pada etiketnya. 2. Sifat fisika dan Sifat Kimia Asam Asetat a. Sifat Fisika Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau menyengat, berasa asam mempunyai titik beku 16,6 0 C, titik didih 118,1 0 C dan larut dalam alkohol, air, dan eter. Asam asetat tidak larut dalam karbon disulfida. Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter pembuatan dengan cara ini biasa digunakan dalam pembuatan dalam cuka makan (Sarsojoni,1996). Asam asetat mempunyai rumus molekul CH 3 COOH dan bobot molekul 60,05. (DepkesRI,1995). 3
b. Sifat Kimia Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 %b/b dan tidak lebih dari 37,0 %b/b C 2 H 4 O 2. Asam asetat mudah menguap diudara terbuka, mudah terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat larut dalam air dengan suhu 20 o C, etanol (9,5%) pekat, dan gliserol pekat. Asam asetat jika diencerkan tetap bereaksi asam. Penetapan kadar asam asetat biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1ml natrium hidroksida 1N setara dengan 60,05 mg CH 3 COOH.(DepkesRI,1994). 3. Pembuatan Asam Asetat Asam asetat dapat dibuat melalui : (1) Oksidasi alkohol dengan pengaruh bakteri Asam asetat dengan oksidasi alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri yaitu bakteri acetobacter dan dibuat dengan bantuan udara pada suhu 35 o C. Reaksinya : Acetobacter (35 o C) C 2 H 5 OH + O 2 CH 3 COOH + H 2 O (2) Dengan destilasi kayu kering. Cara pembuatnya yaitu kayu dipanaskan secara kering dalam ruangan tertutup maka akan terjadi gas dan cairan seperti air yang mengandung aseton, metanol, dan asetat. Lalu didalam cairan itu ditambahkan kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 ) dan akan terjadi kalsium asetat. Kemudian cairan tersebut didestilasi dan diperoleh destilat berupa metanol, aseton, dan air, sedangkan yang tertinggal kalsium asetat. Kalsium asetat jika ditambah asam sulfat akan menghasilkan asam asetat.
(3) Pembuatan yang diperoleh dari etuna C 2 H 2 + H 2 O H 2 C=C(OH)H CH 3 CHO (Reaksi hidrolisis) CH 3 CHO +O 2 CH 3 COOH (Reaksi oksidasi) Reaksi antara etuna dengan air pada T=60 0-80 0 C dan katalis Merkuri (II) maka akan membentuk etanol yang kemudian berubah menjadi aldehid. Pada hasil akhir aldehida dioksidasi maka akan diperoleh asam asetat. (Arsyad, M. Natsir) 4. Kegunaan Asam Asetat Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivat, dan ester asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik dan untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak atau penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna, dan propanon. 5. Penyimpanan Asam asetat Asam asetat mudah menguap sehingga penyimpanannya harus dengan wadah yang tertutup rapat. Asam asetat diletakkan di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung dan pada suhu ruang atau tidak lebih dari 40 o C. (depkesri, 1995) B. Metode Penetapan Kadar Asam Asetat Secara Alkalimetri 1. Definisi Alkalimetri
Alkalimetri merupakan suatu proses analisis atau penetapan kadar secara volumetrik dan jumlah total suatu asam dalam suatu larutan dengan menggunakan larutan standar basa. (W.Harjadi,1993). Analisis alkalimetri biasanya digunakan untuk titrasi asam basa, dimana larutan standar (suatu basa) yang diteteskan melalui buret kedalam larutan asam dengan menggunakan suatu indikator tertentu. Indikator itu sendiri ialah zat yang dapat berubah warna apabila ph lingkungannya berubah, akan tetapi harus dimengerti bahwa asam dan basa disini tidak berarti ph kurang atau lebih dari tujuh, tetapi asam berarti ph lebih rendah dan basa berarti ph lebih besar dari trayek indikator. Sedangkan indikator yang biasa dipakai dalam reaksi netralisasi adalah indikator PP (phenol phtalein), MO (methyl orange), MR (methyl red), dan phenol red. Tabel 1. Jenis indikator, daerah ph dan perubahan warna Indikator Daerah ph Warna dalam larutan Asam basa PP 8,3-10,0 Tidak berwarna Merah MO 3,1-4,4 Merah Kuning MR 4,2-6,3 Merah Kuning Phenol red 6,8-8,4 Kuning Merah (Mukaromah,2005) Bila suatu indikator berubah warna dalam interval ph tepat pada saat titran ekivalen dengan titrat. Agar tidak terjadi kesalahan titrasi (yakni selisih antara titik akhir dan titik ekivalen) perubahan warna itu harus terjadi mendekati titik ekivalen, agar tidak ada keragu-raguan tentang kapan titrasi harus dihentikan, karena jika kelebihan satu tetes saja akan memberikan suatu kesalahan yang
cukup berarti yaitu dengan bertambah atau berkurangnya volume titran (W.Harjadi,1993). 2. Reaksi yang Terjadi CH 3 COOH + NaOH CH 3 COONa + H 2 O mgrek CH 3 COOH ~ mgrek NaOH ~ 1 grion OH - valensi 1 1 ml NaOH 0,1N ~ 6,005 mg asam asetat