DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR POKOK BAHASAN PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Oleh: Erny Untari Dosen STKIP PGRI Ngawi Abstarksi: Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dalam menyesaikan soal pecahan dalam berbagai macam operasi hitung. Penelitian dilaksanakan di SDN Pojoksari 1, Kecamatan Sukomoro Kabupaten Magetan, dan subyek penelitiannya adalah seluruh siswa kelas V Tahun Pelajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes dan wawancara. Teknik analiasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interaktif. Kata Kunci : Diagnosis, Kesulitan Matematika, Pecahan PENDAHULUAN Sekolah Dasar merupakan pondasi yang sangat bermanfaat dalam memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai jenjang sekolah dasar harus pula memperkuat pondasi itu. Pembelajaran matematika tidak pernah terlepas dengan operasi hitung baik operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Depdikbud, 1999) menyatakan bahwa pecahan merupakan salah satu topik yang sulit untuk diajarkan. Data di lapangan juga menunjukkan masih banyak siswa yang salah dalam mengerjakan soal-soal pada pokok bahasan pecahan. Kesulitan yang dialami siswa, memungkinkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika pada setiap pokok bahasan dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas ternyata ada permasalahan yaitu rendahnya kualitas pemahaman konsep-konsep pada bilangan pecahan terutama pada operasi hitung. Di sini peneliti merasa penting untuk meneliti dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa kelas V pada pokok bahasan Bilangan Pecahan. PEMBAHASAN Konsep Dasar Diagnosis Kesulitan Belajar Pengertian Diagnosis Menurut Thorndike dan Hagen yang dikutip oleh Abin Syamsudin Makmun (2007 : 307) diagnosis dapat diartikan sebagai (1) upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang sesama mengenai gejala-gejalanya, (2) studi yang seksama terhadap fakta sesuatu hal untuk 1
menemukan karakteristik atau kesalahankesalahan dan sebagainya yang esensial, (3) keputusan yang dicapai setelah dilakukan studi yang seksama atas gejalagejala atau fakta tentang suatu hal. Kesulitan Belajar Matematika Kesulitan belajar dalam mata pelajaran matematika memiliki corak dan karakteristik tersendiri apabila dibandingkan dengan kesulitan belajar dalam mata pelajaran yang lain. Menurut Wood (2007 : 68) bahwa beberapa karakteristik kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah : (1) kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang, (2) tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, (3) menulis angka tidak terbaca atau dalam ukuran kecil, (4) tidak memahami simbol-simbol matematika, (5) lemahnya kemampuan berpikir abstrak, (6) lemahnya kemampuan metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika). Sedangkan menurut Radatz kesalahan yang sering dilakukan siswa adalah kesalahan dalam penggunaan bahasa matematika dengan bahasa sehari-hari, kemampuan dalam keruangan, kemampuan dalam penguasaan prasyarat, kesalahan dalam penguasaan teori, dan kesalahan dalam penerapan aturan yang relevan (Hendrik Radatz, 1979:163). Diagnosis Kesulitan Belajar Berdasarkan pengertian diagnostik dan pengertian kesulitan belajar seperti terurai di depan maka pengertian diagnosis kesulitan belajar dapat dirangkum dari kedua pengertian tersebut. Jadi definisi dari diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data / informasi selengkap dan seobyektif mungkin sehingga untuk mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif kemungkinan pemecahannya. Prosedur Diagnosis Kesulitan Belajar Ross dan Stanley dalam Makmum Abin Syamsudin menggariskan tahapan-tahapan diagnosis (the level of diagnosis) itu sebagai berikut : 5.How can errors be prevented? Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah? 4.What remedies are suggested? Penyembuhan-pentembuhan apakah yang disarankan? 3.Why are the errors occur? 2
Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi? 2.Where are the errors located? Di manakah kelemahan-kelemahan itu dapat dialokasikan? 1.How are the pupils having trouble? Siapa-siapa siswa yang mengalami gangguan? Bilangan Pecahan Pengertian Bilangan Pecahan Bilangan pecahan adalah bilangan rasional yang dinyatakan dalam bentuk X = a, dengan a bilangan bulat dan b b bilangan asli, bila-mana a tidak habis dibagi b. A dinamakan pembilang dan b dinamakan penyebut. (Tampomas, 2003 : 54). 2.Suatu pecahan dapat dinyatakan dalam bentuk a b dengan b 0, a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Operasi Hitung Utama Pada Himpunan Bilangan Operasi hitung pada himpunan bilangan disebut operasi hitung. 1)Penjumlahan 2)Pengurangan 3)Perkalian 4)Pembagian KERANGKA BERPIKIR Prestasi belajar matematika yang tinggi merupakan harapan semua pihak. Akan tetapi apabila kenyataannya masih jauh dari harapan maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut. Salah satu langkah yang diperlukan tersebut adalah dengan diagnosis kesulitan belajar matematika. Pada dasarnya kegiatan diagnosis adalah merupakan proses upaya memahami jenis dan karakteristiknya beserta dengan latar belakang kesulitankesulitan belajar dengan menghimpun dan menggunakan berbagai data atau informasi selengkap dan seobyektif mungkin sehingga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan, keputusan serta mencari alternatif kemungkinan jalan pemecahan kesulitan tersebut. Siswa usia anak SD kelas V dalam memahami pembelajaran matematika masih sangat perlu dibutuhkan suatu alat peraga yang dapat mengantarkan pemahaman anak pada konsep yang dituju. Alat peraga tersebut dapat meenjadi jembatan bagi anak, yang untuk selanjutnya anak dapat memahami secara abstrak dari konsep-konsep matematika yang ada. Hal yang juga turut berperan dalam kegiatan diagnosis kesulitan belajar adalah kurikulum matematika SD yang nantinya diterjemahkan ke dalam silabus dan rencana pembelajaran yang 3
merupakan pedoman pelaksanaan proses pembelajaran sekaligus pengambilan sumber materi dengan evaluasinya. Mengapa sampai harus dilaksanakan diagnosis kesulitan belajar matematika? Hal ini dilakukan tentunya dikarenakan adanya sesuatu yang kurang dalam proses pembelajaran terutama setelah diadakan evaluasi. Dengan adanya evaluasi setiap akhir pembahasan pokok bahasan matematika tentunya akan dapat memberikan masukan, pada materi apa siswa sudah menguasai dan pada materi apa siswa belum menguasai. Dari evaluasi ini pula dapat ditentukan mengapa siswa tidak dapat menguasai atau memahami konsepnya. Dari hasil evaluasi inilah kita akan mengetahui sejauh mana siswa mengalami kesulitan belajar, dan dari evaluasi ini pula dapat dilakukan langkah dignosis akan kesulitan belajar siswa. Kesalahan dalam pengerjaan soal dapat didiagnosis menurut jenis-jenis kesalahannya yang menjadikan informasi tersebut menjadi sangat berarti. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Subyek Penelitian Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas V SDN pojoksari I Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan. Subyek penelitian Seluruh siswa kelas V SDN Pojoksari I Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan. Teknik Pengumpulan Data Tes Tes dalam penelitian ini memuat soal uraian tentang materi pecahan. Bentuk soal uraian dipilih untuk mengumpulkan data mengenai kesalahan siswa karena dalam menjawab soal uraian, siswa dituntut untuk menguraikan langkahlangkah ataupun proses yang dilakukan untuk menyelesaikan soal tersebut. Dalam menyelesaikan soal uraian siswa bebas memilih cara yang merupakan perwujudan dari aktivitas kognisi siswa untuk berpikir dan menggunakan kemampuan yang telah diketahui untuk menyelesaikan soal. Dari hasil pekerjaan siswa dapat terlihat jelas kesalahankesalahan yang mungkin dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal. Wawancara Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis wawancara mendalam dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1. Melibatkan individual 2. Bertatap muka dan menggunakan bahasa verbal Langkah-langkah diagnosis 4
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengidetifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah sebagai berikut : 1. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar pada pokok bahasan pecahan. 2. Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat. 3. Melekukan observasi pada siswa saat kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas. 4. Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas dan guru pembimbing. Langkah berikutnya adalah menandai dan melokalisasi letak kesulitan belajar siswa. Setelah dilokalisasi kesulitan belajar, kemudian menentukan jenis dan karakteristik kesulitan belajar dan faktor penyebab kesulitan belajar. Analisa data Analisa data dilakukan untuk menentukan materi mana yang belum dikuasai siswa, mengidentifikasi jenis kesalahan yang dilakukan siswa, kemudian menentukan kesulitan atau kekurangan yang diduga menjadi penyebab kesalahan siswa dalam menjawab soal. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interaktif yaitu suatu teknik analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi yang terjadi secara bersamaan. (Sukardi, 2006 : 72). HASIL PENELITIAN Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan ini menggunakan 4 langkah dalam desain kerjanya yaitu (1) tahap persiapan pelaksanaan tes, (2) tahap pelaksanaan tes, (3) tahap analisis dan wawancara dan (4) tahap kesimpulan. Dugaan Penyebab Kesalahan Dari beberapa jawaban yang didapatkan ternyata beberapa siswa yang tidak mengerjakan seperti yang diharapkan, hal ini dimungkinkan bahwa siswa tersebut memang sepenuhnya tidak mengerti dan memahami konsep. Namun ada juga yang dimungkinkan karena konsep prasyarat yang dimiliki kurang. Kemungkinan kesulitan atau kekurangan yang diduga menjadi penyebab kesalahan adalah : 5
1. Kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan operasi hitung pada bilangan pecahan adalah sebagai berikut : a. Penjumlahan dan pengurangan pada bilangan pecahan 1) Menjumlah atau mengurangi pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut. 2) Salah dalam mengubah bilangan pecahan campuran menjadi pecahan biasa dan salah mengubah bilangan pecahan biasa menjadi pecahan campuran. 3) Penyebut sudah disamakan tetapi pembilang belum disesuaikan. 4) Salah dalam menentukan KPK (kelipatan persekutuan terkecil) untuk menyamakan penyebutnya. 5) Salah dalam menyederhanakan bilangan pecahan pada hasil akhir. 6) Tidak teliti dalam menjumlah. b. Perkalian bilangan pecahan 1) dilakukan adalah mengalikan bagian bulat dengan bagian bulat dan mengalikan bagian pecahan dengan bagian pecahan. 2) Salah mengubah bilangan pecahan biasa menjadi bilangan pecahan campuran dan sebaliknya kemudian baru mengalikannya. 3) Menyamakan penyebutnya terlebih dahulu baru kemudian mengali- kannya seperti pada operasi penjumlahan dan pengurangan. 4) Salah,menyederhanakan pecahan hasil akhir. 5) Tidak teliti dalam menentukan hasil akhir pada operasi perkalian. c. Pembagian bilangan pecahan 1) Bilangan yang dibagi dibalik (yang dibalik seharusnya bilangan pembagi) 2) Pada pembagian bilangan pecahan biasa, langsung membagi pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut atau penyebutnya tetap. 3) Pada pembagian bilangan pecahan campuran, lansung membagi bagian bulat dengan bagian bulat dan bagian pecahan dengan bagian pecahan (pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebut atau penyebutnya dibuat tetap) kemudian hasilnya dijumlahkan. 4) Salah dalam mengubah bilanga pecahan campuran menjadi bilangan pecahan biasa kebudian baru melakukan operasi pembagian. 5) Tidak teliti dalam perhitungan hasil akhir. d. Operasi hitung campuran 1) Salah dalam urutan pengoperasian yaitu mengurutkan pengerjaan dari 6
depan (seharusnya memperhatikan sifat operasi, mana yang lebih kuat). 2) Salah mengubah bilangan pecahan campuran menjadi bilangan pecahan biasa. 3) Apabila bilangan pecahan campuran, mengoperasikan bagian bulat dengan bagian bulat dan bagian pecahan dengan bagian pecahan. 4) Disamakan penyebutnya tanpa memperhatikan operasi yang dikerjakan (seperti pada operasi penjumlahan dan pengurangan). Tidak teliti dalam perhitungannya untuk mendapatkan hasil akhir. a. Belum memahami konsep b. Menggunakan proses yang keliru c. Ceroboh dalam memahami maksud soal d. Kurang memahami konsep prasyarat e. Salah dalam komputasi atau perhitungan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Beradasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: Kesalahan siswa dalam nenyelesaikan soal cerita disebabkan oleh: 1. Belum memahami konsep 2. Menggunakan proses yang keliru 3. Ceroboh dalam memahami maksud soal 4. Kurang memahami konsep Saran prasyarat 5. Salah dalam komputasi atau perhitungan 1. Hendaknya guru dapat memaksimalkan kegiatan proses belajar mengajar, yaitu tidak hanya mengajar target kurikulum terselesaikan, tetapi juga memperhatikan tingkat penguasaan siswanya terhadap materi yang dimaksud. Sebaiknya setiap akhir tatap muka selalu dilakukan tes dan juga diberikan pekerjaan rumeh yang selalu diperiksa oleh guru sekaligus meminta untuk menjelaskan setiap langkah yang mana yang belum dikuasai siswa agar dapat melakukan bimbingan secara intensif. Satu hal lagi yang perlu diperhatikan adalah menggunakan buku sumber yang tidak asing. Bagi siswa hendaknya bersikap aktif menerima buku sumber selain yang diberikan guru. 2. Hendaknya pada saat selesai mengerjakan materi, guru memberikan tugas berkaitan dengan yang dijelaskan tadi. Untuk kesalahan pemahaman konsep atau istilah, guru dapat mengajarkan konsep dengan cara menekankan definisi dan sifat-sifat yang dapat diturunkan dari definisi, menekankan contoh-contoh dan alasannya, membandingkan dan mempertentangkan obyek yang tidak 7
sesuai dengan konsep, dan memberikan contoh lawan. DAFTAR PUSTAKA Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Makmum Syamsudin Abin. 2007. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya. Radatz Hendrik. 1979. Error Analysis in Mathematics Education. Journal for Research in Mathematics Education: Vol. 10, No.3 (May, 1979). Pp. 163-172. Sukardi. 2006. Penelitian Kualitatif- Naturalistik Pendidikan. Usaha Keluarga. Dalam Yokyakarta: Wood, D. 2007. Kiat Mengatasi Gangguan Belajar. diterjemahkan ole Ivan Taniputera. Katahati. Jogjakarta: Wiwik Sustiwiriani. 2007. Diagnosis Kesulitan Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Kabupaten Wonosari Gunungkidul: Tesis Uiversitas Sebelas Maret. 8