POLA PERGERAKAN WANITA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGADAAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PANJANG PERJALANAN DAN KERAKTERISTIK PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR (STUDI KASUS KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

BAB VI. Berdasarkan analisis data pada bab IV melalui pendekatan Analytical Hierarchy

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGGUNAAN MODA PERJALANAN KOMUTER PNS PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh

Analisis Pelayanan Penumpang Kereta Api Prambanan Ekspres (Prameks) Trayek Yogyakarta - Solo

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBAYAR TARIF ANGKUTAN KOTA (Studi Kasus Pengguna Jasa Angkutan Kota pada Empat Kecamatan di Kota Semarang) 1

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Kota Surakarta sangat cepat. Hal ini bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISIS KAPASITAS DAN KARAKTERISTIK PARKIR KENDARAAN DI PUSAT PERBELANJAAN (Studi Kasus Solo Grand mall Surakarta)

TESIS MAGISTER. Oleh : YOSI ALWINDA

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. penumpang dari suatu tempat ke tempat lain, dalam Salim factor, dalam Dirgantoro Setiawan, 2003 :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Prediksi tarikan perjalanan yang terjadi akibat adanya pusat pendidikan

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PENDUDUK KELAS EKONOMI MENENGAH KE BAWAH DI KELURAHAN AUR

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota Indonesia berpenduduk lebih dari 9 juta jiwa dengan

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

STUDI PERMODELAN BANGKITAN PERJALANAN DI PERKOTAAN

Edisi Maret 2016, Vol. 4, No. 1, Hal:33-42 (ISSN: )

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Berbagai aktivitas perkotaan terutama di kota-kota besar dimana mobilitas. lintas dan pergerakan manusia didaerah tersebut.

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kota tersibuk yang ada di Indonesia adalah Jakarta (Toppa, 2015), ibu

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN TARIF TAKSI DI KOTA MAKASSAR TESIS MAGISTER. Oleh : Viasmudji I.S. Bitticaca

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB 4 PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

OPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA

PENATAAN TERMINAL OJEK DAN FASILITAS PRASARANA JALAN DI PERSIMPANGAN JALAN PADASUKA DAN JATIHANDAP

PERMODELAN BANGKITAN TARIKAN PADA TATA GUNA LAHAN SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA DI PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Karena dalam

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

ANALISIS POLA PERJALANAN TRANSPORTASI PENDUDUK DAERAH PINGGIRAN

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

STUDI ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN SURABAYA GRAMEDIA EXPO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

PENGARUH FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP KEPEMILIKAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR DI KOTA LANGSA. Abstrak

INFRASTRUKTUR PEMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA PERUMAHAN CITRA PESONA INDAH DAN PERUMAHAN METRO PALU REGENCY DI KOTA PALU

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR PADA BADAN JALAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP LALU LINTAS (STUDI KASUS: JALAN SILIWANGI KABUPATEN GARUT)

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

MODEL PEMILIHAN MODA OLEH PELAJAR UNTUK TUJUAN SEKOLAH

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

ANALISIS PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA PURWOKERTO BERDASARKAN METODA IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DAN CUSTOMER SATISFACTION INDEX

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS KAMPUS Ronny Esha 1, Reza Aipassa 2, Rudy Setiawan 3

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PERENCANAAN FASILITAS PARKIR DI LUAR BADAN JALAN (OFF STREET PARKING) PASAR TANJUNG KABUPATEN JEMBER

LAMPIRAN A KUISIONER

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PEMILIHAN MODA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) UNTUK KAWASAN URBAN SPRAWL KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Koridor Setiabudi dan Majapahit) TUGAS AKHIR

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

ANALISIS WAKTU TEMPUH ANGKUTAN PERKOTAAN TERMINAL AMPLAS TERMINAL SAMBU DI KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

POLA PERGERAKAN WANITA DALAM KAITANNYA DENGAN PENGADAAN PRASARANA DAN SARANA TRANSPORTASI DI KOTA SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Program Magister Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk No. 5, Semarang Telp : 081390959909 Email : hmudjiastuti@yahoo.co.id Ratna Hidayati Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro Jl. Hayam Wuruk No. 5, Semarang Telp/Fax : (024) 8311802 Email : hidayatiratna@yahoo.com Abstract Man and woman have the roles of socioeconomic with a different responsibility. The diversity of role and function among them gives the woman s trip have different roles than man would do. Both man and woman have requirement disparities in performing a trip and requirement toward transportation infrastructures and utilities. The purpose of this research is identifying and analyzing the socioeconomic condition with the pattern of woman s trip (respondent) in Semarang and analyzing the transportation infrastructure and utilities in Semarang which capable to more accommodates their need. Sampling method is a random sampling, it is a randomly selection method over a population. Besides, to analyze data using cross-tabs and chi square test is beneficial to recognize the characteristic pattern of woman s trip those existing at Semarang. From that analysis method is obtained the characteristic pattern of woman s trip is influenced by their socioeconomic condition, for example : age, education level, occupation, family income, and marital status. The completeness of public facility with transportation infrastructure and utilities in a subdistrict and it location from downtown is also effecting the pattern of woman movement. The condition of transportation infrastructures and utilities which exist currently are still ill-conditioned and inadequate, so that it requires a planned improvement and development by paying attention toward the occurred trip pattern. As a suggestion from the research is the existing of a facility supplying to accommodate a shorthaul movement upon local service scale, such as: specific line for motorcycle, sidewalk, etc., And also the suitable infrastructures and utilities compliance to be used and it comply with these transportation is needed by female, the equipping and services of public transport that able to accommodate the typical characteristic of woman s trip. The existing of follow-up research is really expected in order to complete the research, so that it can be an input for the related parties about the equipping of transportation infrastructures and utilities in the future. Keywords : woman, socioeconomic, characteristic, pattern, trip 1. LATAR BELAKANG Dalam melakukan perjalanan, orang mempertimbangkan faktor: maksud perjalanan, jarak tempuh, biaya dan tingkat kenyamanan (Warpani, 1981). Pola perjalanan terbentuk adanya aktivitas yang dilakukan di luar tempat tinggal (Tamin, 2000). Tujuan pergerakan berbasis rumah : ke tempat kerja, sekolah, belanja, kepentingan sosial, dan rekreasi, (Tamin, 1997). Tujuan pergerakan bekerja dan pendidikan disebut tujuan pergerakan utama. Berdasarkan waktu, pergerakan dibedakan dalam jam sibuk dan tidak sibuk. Berdasarkan jenis orang, dibedakan : tingkat pendapatan, pemilihan kendaraan, dan ukuran struktur rumah tangga (Tamin, 1997). Faktor peubah penentu bangkitan pergerakan dari lingkungan perumahan adalah : pendapatan, kepemilikan kendaraan, struktur rumah tangga, ukuran rumah tangga, nilai lahan, kepadatan daerah pemukiman, aksesibilitas. Fluktuasi pergerakan adalah distribusi perjalanan dalam waktu. Karakteristik perjalanan merupakan fungsi dari pola guna lahan kota, karakteristik sosial ekonomi pelaku perjalanan, sifat dan kemampuan sistem perangkutan yang ada (Bruton, 1985). Pemilihan moda didasarkan pada perbandingan karakteristik operasional moda transportasi yang tersedia. Orang yang hanya mempunyai satu pilihan moda saja disebut dengan captive, sedangkan yang mempunyai banyak pilihan moda disebut choice. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan moda adalah kenyamanan dan keselamatan. Faktor pemilihan moda dipengaruhi oleh pengguna jalan (kepemilikan kendaraan, SIM, struktur rumah tangga, pendapatan), pergerakan (tujuan, waktu, jarak), fasilitas 1

(waktu perjalanan, biaya, ketersediaan ruang dan parkir), Tamin (1997). Prasarana moda transportasi darat adalah jalan raya. Sarana transportasi darat : angkutan penumpang dan angkutan barang. Penduduk Kota Semarang (2006), sebesar 1.434.025 jiwa, dengan laju pertumbuhan 1,02% pertahun. Luas wilayah sebesar 373,67 km 2, dengan kepadatan penduduk 3.838 jiwa/km 2. Jumlah penduduk pria 711.204 jiwa dan wanita 721.750 jiwa (BPS, 2006). Menurut Hamilton (2002), karakteristik pergerakan wanita : jarak tempuh lebih pendek, bervariasi, menggunakan angkutan umum atau berjalan kaki, dilakukan pada off-peak hour. Sampai sekarang ini perencanaan transportasi yang memperhatikan kebutuhan wanita kurang informasi yang bersifat kuantitatif dan kontekstual tentang kebutuhan pergerakan wanita, sehingga perlu penelitian awal tentang karekteristik pergerakan wanita. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik pola pergerakan wanita dalam kaitannya dengan prasarana dan sarana transportasi di Kota Semarang. 2. INDIKATOR TRANSPORTASI UNTUK WANITA Pergerakan wanita membutuhkan prasarana dan sarana transportasi khusus dan diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan wanita. Indikator transportasi untuk wanita diantaranya adalah : 1) Keamanan (safety). Jika tidak aman, seorang wanita enggan untuk melakukan pergerakan. Prasarana seperti halte, jembatan penyeberangan yang ada premannya atau copet akan membuat wanita enggan memakai fasilitas tersebut. 2) Kenyamanan (comfortable). Seorang wanita akan mengutamakan kenyamanan jika naik angkutan umum maupun kendaraan pribadi. Kendaraan umum yang tidak berdesakan, tidak ngebut, sejuk, bersih akan sangat disukai oleh wanita. 3) Keadaan lain yang membuat wanita memakai fasilitas prasarana dan sarana transportasi, terang atau tidaknya suatu fasilitas transportasi, yang mudah dipakai (lantai angkot/bus yang tidak terlalu tinggi, tempat duduk angkot yang tidak terlalu pendek, angkutan yang bebas dari rokok, dll) Sedangkan indikator transportasi yang dibutuhkan wanita dilihat dari moda : 1) Angkutan umum (angkutan kota, bus, ojek, dll) harus aman, nyaman dan murah. 2) Kendaraan pribadi, sepeda motor, mobil pribadi ataupun jalan kaki/sepeda Penelitian di Indonesia yang pernah dilakukan berkenaan dengan karakteristik pola pergerakan penduduk, Yuniati, Vera (2002), dengan judul Identifikasi Perbedaan Pola Pergerakan Wanita dan Pria Berumahtangga. Studi kasus : Kecamatan Margacinta, Kota Bandung. Penelitian tersebut berisi perbedaan kondisi antara wanita dan pria, baik dari segi fisik biologis, maupun psikologisnya. 3. KARAKTERISTIK POLA PERGERAKAN WANITA Menurut Semarang Dalam Angka 2006, fluktuasi jumlah penduduk Kota Semarang, terutama di tiga kecamatan yang diteliti mempunyai komposisi wanita yang lebih banyak. Maka perlu mengetahui karakteristik pola pergerakan yang dilakukan oleh wanita, agar dapat menemukenali prasarana dan sarana transportasi seperti apa yang dibutuhkan oleh wanita, agar kebutuhannya dapat lebih terakomodasi dengan baik. 2

Gambar 3.1 Fluktuasi Jumlah Penduduk Semarang Tengah, Candisari dan Mijen Candisari penduduknya terbanyak, kemudian Semarang Tengah dan paling sedikit Mijen. Semarang Tengah luasnya paling kecil, kepadatan penduduk paling besar (12.581 orang/km 2 ), letaknya di pusat kota. Mijen terluas, kepadatan terendah (< 1000 orang/km 2 ). Mijen daerah pertanian dan kawasan industri. Tabel 3.1. Prosentase Mayoritas dan Tujuan Pergerakan Kecamatan Candisari 40-50 Mijen 30-40 Tujuan Pergerakan Utama belanja, mengantar anak belanja, mengantar anak % Tabel 3.2 Prosentase Mayoritas Berdasarkan Tujuan Pergerakan Utama Bekerja Kuliah/ Sekolah Belanja, Antar anak Lain nya 7.6 20-25 0.9 8.7 6.1 2.4 0.5 9.7 25-30 0.5 10.4 0.5 8.7 0.2 Tengah 30-40 Bekerja 7.3 30-40 1.9 13.5 0.0 22.7 0.7 40-50 3.1 5.9 0.0 12.8 0.5 Tabel 3.3 dan Tujuan Pergerakan Kecamatan Wkt Pergerakan Utama Candisari 30-40 (06.00-10.00) 11.80 % Tabel 3.4 dan Waktu Pergerakan Utama Wkt Pergerakan Utama Pagi Siang Sore Malam Mijen 30-40 (06.00-10.00) 9.70 20-25 0.7 14.9 0.7 1.9 0.5 Tengah 30-40 (06.00-10.00) 11.10 25-30 0.5 17.7 0.7 0.9 0.5 Keterangan : Pagi = 06.00 10.00 Siang = 10.00 12.00 30-40 1.9 32.6 3.3 0.7 0.2 Sore = 14.00 18.00 Malam = 18.00 22.00 40-50 2.8 16.8 1.9 0.5 0.2 Tabel 3.5. dan Moda Pergerakan Kecamatan Moda pergerakan Utama Candisari 30-40 SM/MP 5.20 % Tabel 3.6 Berdasarkan Moda Pergerakan Utama Moda Pergerakan Utama Jalan kaki, SM/ MP Angkota, Bus Mijen 30-40 SM/MP 5.40 20-25 0.5 3.1 10.9 3.8 0.5 Tengah 30-40 SM/MP 8.30 25-30 0.2 5.4 9.5 4.5 0.7 Keterangan : SM = Motor 30-40 1.7 7.8 18.9 9.9 0.5 MP = Penumpang 40-50 2.1 6.9 7.3 5.7 0.2 Becak, Ojek 3

Ada hubungan antara usia dengan tujuan pergerakan utama (Tabel 3.1 dan 3.2). Candisari dan Mijen pergerakannya belanja/mengantar anak, di Semarang Tengah bekerja. Bekerja usia 20-25 tahun (8,7%), usia 25-30 tahun (10,4%). Belanja/mengantar anak usia 30-40 tahun (22,7%), usia 40-50 tahun (12,8%). mempengaruhi tujuan pergerakan, lokasi, profesi, (Tabel 3.3 dan 3.4). Pergerakan pagi hari (06.00-10.00). Di Candisari dan Semarang Tengah pergerakan pada malam hari (18.00-22.00) 0,7%. Waktu pergerakan pagi usia 20-25 tahun (14,9%), usia 25-30 tahun (17,7%), usia 30-40 tahun (32,6%), usia 40-50 tahun (16,8%). Pengguna becak/ojek di Mijen (0,7%), Semarang Tengah (1,2%). 20-25 tahun moda pergerakannya sepeda motor/ mobil pribadi (10,9%), berusia 25-30 tahun (9,5%), usia 30-40 tahun (18,9%), usia 40-50 tahun (7,3%), (Tabel 3.5 dan 3.6). 20-30 tahun, moda pergerakannya sepeda motor/mobil pribadi tapi sebagian menggunakan moda sepeda/jalan kaki (8,5%) dan usia 30-50 tahun moda pergerakannya sepeda motor/mobil pribadi, sebagian angkota/bus (15,6%). Disamping usia, faktor geografis mempengaruhi penggunaan moda. Pada Candisari jalannya naik turun tidak ada penggunaan moda becak/ojek, sedangkan di Semarang Tengah dan Candisari ditemukan penggunaan becak/ojek. Ada hubungan antara usia dengan lama waktu pergerakan utama (Tabel 3.7 dan 3.8). Tabel 3.7 dan Lama Waktu Pergerakan Kecamatan Lama Pergerakan (menit) % Tabel 3.8 Berdasarkan Lama Waktu Pergerakan Utama Lama Pergerakan (menit) Candisari 40-50 < 15 6.40 < 15 15-30 30-60 > 60 Mijen 30-40 15-30 5.70 20-25 0.5% 10.2% 4.7% 2.1% 1.2% Tengah 30-40 15-30 5.90 25-30 0.2% 8.0% 7.6% 3.3% 1.2% 30-40 1.9% 11.6% 17.0% 6.1% 2.1% 40-50 2.8% 9.9% 4.5% 3.1% 1.9% Tabel 3.9 Prosentase Mayoritas dan Pergerakan Temporal Pergerakan Kecamatan % Temporal Candisari 30-40 belanja 5.40 Tabel 3.10 Prosentase Mayoritas Berdasarkan Pergerakan Temporal Belan ja Pergerakan Temporal Rekre asi Salon Berkunjung Ke Saudara Mijen 30-40 berkunjung ke saudara 5.90 20-25 3.8 10.4 2.1 0.5 1.2 0.7 Tengah 30-40 belanja 6.60 25-30 3.5 7.6 2.1 1.2 5.0 0.9 Lain nya 30-40 5.7 15.8 5.0 0.2 9.9 2.1 40-50 6.1 8.0 1.2 0.2 4.3 2.4 Waktu pergerakan wanita Mijen dan Semarang Tengah adalah 15-30 menit. Mijen jarak pergerakannya relatif lebih jauh dan pergerakan di Semarang Tengah transportasi macet. Sedangkan di Candisari lama waktu pergerakannya < 15 menit, jarak lebih pendek. 20-25 tahun lama waktu pergerakannya adalah < 15 menit (10,2%), usia 25-30 tahun < 15 menit (8,0%), usia 30-40 tahun 15-30 menit (17,0%), dan usia 40-50 tahun < 15 menit (9,9%). Wanita berumur 30-40 tahun kegiatannya lebih banyak, waktu pergerakan lebih lama. 20-30 dan 40-50 tahun lama waktu pergerakan < 15 menit, usia 30-40 4

tahun 15-30 menit. Selain usia, jarak pergerakan, letak dan tujuan mempengaruhi waktu pergerakan. Ada hubungan antara usia dengan pergerakan temporal (Tabel 3.9 dan 3.10). Wanita Candisari dan Semarang Tengah pergerakan temporalnya belanja, letaknya di pusat kota dan banyak pusat perbelanjaan/mall. Sedangkan di Mijen pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara, jaraknya jauh dari pusat kota dan ikatan kekeluargaannya masih kuat. 20-25 tahun pergerakan temporalnya adalah belanja (10,4%), usia 25-30 tahun (7,6%), usia 30-40 tahun (15,8%), dan usia 40-50 tahun (8,0%). Candisari dan Mijen tujuan pergerakan wanitanya adalah belanja/mengantar anak, profesinya sebagai ibu rumah tangga. Semarang Tengah pergerakannya adalah bekerja (profesinya sebagai wanita karir). Hal ini menunjukkan bahwa wanita menyukai pergerakan belanja, selain karena kebutuhan juga sebagai sarana hiburan. Tabel 3.11 Tingkat Pendidikan dan Tujuan Pergerakan Tingkat Tujuan Pendidikan pergerakan Kecamatan Candisari SMU belanja/ antar anak % Tingkat Pendidik an 9.20 5 Tabel 3.12 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tujuan Pergerakan Tujuan Pergerakan Utama Beker ja Kuliah/ Sekolah Belanja, antar Anak Lainnya belanja/ Mijen 9.50 0.0 0.0 0.2 0.7 0.0 (SD,SMP) antar anak Tengah S1 bekerja 8.50 SMU 1.7 18.0 5.9 19.6 1.2 Lain nya D3 0.2 3.5 0.0 2.6 0.0 S1 0.5 13.0 0.2 4.0 0.0 Lainnya 4.0 4.0 0.2 19.6 0.7 Wanita berpendidikan SMU tujuan pergerakannya adalah belanja/mengantar anak (19,6%), berpendidikan akademi, bekerja (3,5%), berpendidikan sarjana, bekerja (13,0%), SD,SMP belanja/mengantar anak (19,6%). Tingkat pendidikan mempengaruhi tujuan pergerakan wanita, profesi seseorang juga mempengaruhi tujuan pergerakan. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tujuan pergerakan (Tabel 3.11 dan 3.12). Tabel 3.13 Tingkat Pendidikan dan Pergerakan Temporal Pendi Kecamatan dikan Pergerakan Temporal % Tingkat Pendidikan Candisari SMU belanja 9 Mijen Lain nya (SD, SMP) belanja 5.20 berkunjung ke saudara 5.20 Tengah SMU belanja 9.70 Tabel 3.14 Tingkat Pendidikan Berdasarkan Pergerakan Temporal Bela nja Pergerakan Temporal Rekre asi Salon Ke Saudara Lain nya 0.5 0.2 0.0 0.0 0.2 0.0 SMU 7.3 21.5 5.7* 0.5 8.3 3.1 D3 0.9 1.9 0.7 0.0 1.4 1.4 Sarjana 1.4 10.6 2.6 1.2 1.2 0.7 Lainnya 9.0 7.6 1.4 0.2 9.2 1.2 Wanita pendidikan SMU pergerakan temporalnya belanja (21,5%), akademi, belanja (1,9%), sarjana, belanja (10,6%), dan pendidikan SD, SMP pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara (9,2%). Selain tingkat pendidikan, lokasi terhadap pusat kota mempengaruhi tujuan pergerakan. Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pergerakan temporal (Tabel 3.13 dan 3.14). Candisari dan Mijen wanita pekerjaannya ibu

rumah tangga dan pegawai swasta di Semarang Tengah waktu pergerakannya pagi (06.00-10.00). Pekerjaan PNS/ABRI waktu pergerakan pagi (5,9%), pegawai swasta waktu pergerakannya pagi (19,4%), wiraswasta waktu pergerakannya pagi (12,5%), ibu rumah tangga waktu pergerakannya pagi (36,6%), wanita pekerjaannya lainnya (dosen, baby sitter, dll) waktu pergerakannya pagi (6,9%). Wanita melakukan pergerakan pada pagi hari (06.00-10.00). Sebagian wanita juga melakukan pergerakan pada siang hari (10.00-14.00) yaitu ibu rumah tangga (3,1%) dan wiraswasta (1,7%). Sedangkan yang berprofesi lain juga mengadakan pergerakan di waktu lain tetapi prosentasenya dibawah 1%. Ada hubungan antara pekerjaan dengan waktu pergerakan (Tabel 3.15 dan 3.16). Tabel 3.15 Pekerjaan dan Waktu Pergerakan Waktu Pergerakan 6 Tabel 3.16 Pekerjaan Berdasarkan Waktu Pergerakan Kecamatan Pekerjaan % Waktu Pergerakan Pekerjaan Ibu rumah Candisari Pagi 17.30 Pagi Siang Sore Malam tangga Ibu rumah Mijen Pagi 12.10 0.5 0.7 0.2 0.0 0.2 tangga jawab Pegawai Tengah Pagi 7.60 PNS/ABRI 0.0 5.9 0.7 0.0 0.0 swasta Keterangan : Pagi = 06.00 10.00 Pegawai 0.0 19.4 0.7 0.9 0.5 Siang = 10.00 12.00 Swasta Sore = 14.00 18.00 Wiraswasta 0.2 12.5 1.7 0.5 0.2 Malam = 18.00 22.00 Ibu Rumah Tangga 4.7 36.6 3.1 0.9 0.5 Lainnya 0.5 6.9 0.0 1.7 0.2 Tabel 3.17 Prosentase Mayoritas Pekerjaan dan Lokasi Tujuan Pergerakan Kecamatan Pekerjaan Lokasi Tujuan Pergerakan % Candisari Ibu rumah tangga Candisari 10.40% Mijen Ibu rumah tangga Mijen 10.40% Semarang Tengah Ibu rumah tangga Semarang Tengah 7.10% Pekerjaan Tabel 3.18 Mayoritas Pekerjaan Berdasarkan Lokasi Tujuan Pergerakan jawab Tgh Barat Utara Lokasi Tujuan Pergerakan Lain nya Mijen Candi sari Sltn Timur jawab 0.5% 0.5% 0.5% 0.0% 0.0% 0.2% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% PNS/ABRI 0.0% 3.5% 0.5% 0.5% 0.0% 0.0% 0.7% 0.9% 0.5% 0.0% 0.0% Peg swasta 0.0% 8.0% 2.6% 2.4% 0.5% 1.9% 1.4% 3.5% 1.2% 0.0% 0.0% Wiraswasta 0.2% 6.1% 1.2% 0.9% 0.2% 1.7% 1.7% 2.8% 0.2% 0.0% 0.0% Ibu RT 4.7% 9.5% 3.5% 1.9% 0.2% 10.4% 10.4% 4.5% 0.2% 0.5% 0.0% Lainnya 0.2% 5.0% 0.5% 0.5% 0.0% 0.5% 0.7% 1.7% 0.0% 0.0% 0.2% Wanita sebagai ibu rumah tangga, lokasi tujuan pergerakan di dalam kecamatannya. Wanita Candisari (10,4%), Mijen (10,4%), dan wanita Semarang Tengah (7,10%). Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan wanita skala local, hanya berada di dalam kecamatannya (Tabel 3.17). Wanita pekerjaan ibu rumah tangga lokasi tujuan pergerakan hanya di kecamatannya sendiri, Mijen (10,4%) dan Candisari (10,4%). Sedangkan yang bekerja, Boja Gng pati

lokasi tujuan pergerakan ke Semarang Tengah yaitu PNS/ABRI (3,5%), pegawai swasta (8%), wiraswasta (6,1%), dan lainnya (5%) (Tabel 3.18). Wanita berprofesi sebagai ibu rumah tangga, melakukan pergerakan di kecamatannya sendiri. Wanita bekerja, lokasi tujuan pergerakannya adalah Semarang Tengah karena merupakan pusat kota dan pusat aktivitas ekonomi. Pada Candisari dan Mijen, wanita pendapatan keluarganya Rp750 ribu Rp1,25 juta kepemilikan kendaraannya sepeda motor. Sedangkan di Kecamatan Semarang Tengah wanita pendapatan keluarganya > Rp2,25 juta kepemilikan kendaraannya sepeda motor dan mobil (Tabel 3.19). Keluarga pendapatan Rp750 ribu Rp2,25 juta mempunyai kendaraan sepeda motor. Terdiri dari Rp750 ribu Rp1,25 juta sebesar 21,3%, Rp1,25 juta Rp1,75 juta sebesar 14,7%, Rp1,75 juta Rp2,25 juta sebesar 8,0%, Sedangkan keluarga berpendapatan > Rp2,25 juta mempunyai kendaraan sepeda motor dan mobil (7,1%). Mayoritas wanita berpendapatan (Rp750 ribu Rp2,25 juta) mempunyai sepeda motor. Pendapatan keluargan tinggi (> Rp2,25 juta) mayoritas mempunyai kendaraan sepeda motor dan mobil (Tabel 3.20). Disamping memang mampu untuk membeli dan merupakan suatu kebutuhan, mobil juga bisa untuk menaikkan prestise keluarga tersebut. Tabel 3.19 Prosentase Mayoritas Pendapatan Keluarga dan Kepemilikan Kendaraan Kecamatan Pendapatan Keluarga Kepemilikan Kendaraan % Candisari Rp750 ribu-rp1,25 jt sepeda motor 8.70% Mijen Rp750 ribu-rp1,25 jt sepeda motor 10.20% Semarang Tengah > Rp2,25 jt sepeda motor dan mobil 6.60%. Tabel 3.20 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Kepemilikan Kendaraan Pendapatan Keluarga jawab Motor Lainnya + Motor+ + Motor+ jawab 7.6% 0.2% 10.9% 0.5% 0.0% 0.0% 1.4% 0.0% Rp750 ribu-rp1,25 jt 9.5% 0.9% 21.3% 0.0% 0.7% 0.2% 0.5% 0.0% Rp1,25 jt-rp1,75 jt 0.9% 0.5% 14.7% 0.0% 1.4% 0.0% 0.7% 0.0% Rp1,75 jt-rp2,25 jt 0.0% 0.2% 8.0% 0.5% 0.5% 0.0% 1.9% 0.2% > Rp2,25 jt 0.0% 0.0% 6.9% 1.7% 0.2% 0.0% 7.1% 0.9% Wanita Candisari pendapatan keluarganya Rp750 ribu Rp 1,25 juta menggunakan sepeda atau jalan kaki. Wanita Mijen pendapatan keluarganya Rp750 ribu Rp 1,25 juta menggunakan sepeda motor/mobil pribadi dan angkota/bus dengan prosentase yang sama. Sedangkan di Semarang Tengah pendapatan keluarganya > Rp 2,25 juta menggunakan moda sepeda motor/ mobil pribadi (Tabel 3.21.). Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta > Rp 2,25 juta menggunakan sepeda motor/mobil pribadi. Terdiri dari Rp1,25 juta Rp1,75 juta sebesar 8,3%, Rp1,75 juta Rp2,25 juta sebesar 6,4%, > Rp2,25 juta sebesar 12,3%, Sedangkan pendapatan keluarga Rp750 ribu Rp2,25 juta jalan kaki/sepeda (12,5%). Wanita pendapatan rendah (Rp750 ribu Rp1,25 juta) menggunakan sepeda/jalan kaki, kendaraan sepeda motornya digunakan anggota keluarga lainnya/menghemat. Wanita pendapatan tinggi (Rp1,25 juta > Rp2,25 juta) menggunakan sepeda motor/mobil pribadi (Tabel 3.22), lebih efisien, praktis dan kepemilikan kendaraan lebih dari satu. 7

Tabel 3.21 Pendapatan Keluarga dan Moda Pergerakan Berdasarkan Kecamatan Kecamatan Pendapatan Keluarga Moda Pergerakan % Candisari Rp750 ribu-rp1,25 jt jalan kaki/sepeda 7.80% Mijen Rp750 ribu-rp1,25 jt sepeda motor/mobil pribadi 4.50% Rp750 ribu-rp1,25 jt angkota/bus 4.50% Semarang Tengah > Rp2,25 jt sepeda motor/mobil pribadi 8.50% Tabel 3.22 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Moda Pergerakan Moda Pergerakan Utama Pendapatan Keluarga Menjawab Jalan Kaki, Motor/ Pribadi Angkota, Bus Becak, Ojek jawab 0.2% 2.8% 12.1% 5.0% 0.5% Rp750 ribu-rp1,25 jt 2.6% 12.5% 7.6% 9.7% 0.7% Rp1,25 jt-rp1,75 jt 1.4% 4.0% 8.3% 4.0% 0.5% Rp1,75 jt-rp2,25 jt 0.2% 0.9% 6.4% 3.8% 0.0% > Rp2,25 jt 0.0% 2.8% 12.3% 1.4% 0.2% Pendapatan keluarga Rp750 ribu Rp1,25 juta tidak mengeluarkan biaya pergerakan, mereka menggunakan sepeda atau jalan kaki dalam melakukan pergerakan. Wanita Mijen pendapatan Rp750 ribu Rp 1,25 juta mengeluarkan biaya pergerakan > Rp4500, ada sebagian menggunakan angkutan umum/bus. Di Semarang Tengah wanita pendapatan > Rp2,25 juta mengeluarkan biaya > Rp4500 (Tabel 3.23). Wanita pendapatan Rp750 ribu Rp1,25 juta tidak mengeluarkan biaya untuk pergerakan. Terdiri dari Rp750 ribu Rp2,25 juta sebanyak 14,9%, Rp1,25 juta Rp1,75 juta 5,4%. Sedang berpendapatan keluarga Rp1,75 juta Rp2,25 juta biaya pergerakannya adalah Rp3000-Rp4500 (3,5%). Wanita yang berpenghasilan keluarga > Rp2,25 juta mengeluarkan biaya pergerakan > Rp 4500 (6,1%) (Tabel 3.24). Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta Rp1,75 juta pergerakan temporalnya belanja. Wanita Mijen pendapatan keluarganya Rp750 ribu Rp1,25 juta pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara. Hal ini dikarenakan di Mijen masih tebilang pedesaan, ikatan kekeluargaannya masih kuat. Sedangkan di Semarang Tengah wanita pendapatan keluarganya > Rp2,25 juta pergerakan temporalnya belanja, karena dekat dengan pusat perbelanjaan/mall (Tabel 3.25). Pendapatan keluarga mempengaruhi biaya pergerakan wanita. Tabel 3.23 Prosentase Mayoritas Pendapatan Keluarga dan Biaya Pergerakan Kecamatan Pendapatan Keluarga Biaya Pergerakan % Candisari Rp750 ribu-rp1,25 jt tidak mengeluarkan biaya 6.90% Mijen Rp750 ribu-rp1,25 jt > Rp4500 3.10% Semarang Tengah > Rp2,25 jt > Rp 4500 4.70% 8

Tabel 3.24 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Biaya Pergerakan Pendapatan Keluarga Menjawab Biaya Pergerakan Utama < Rp 1500 Rp 1500-3000 Rp 3000-4500 > Rp 4500 jawab 3.8% 2.8% 4.7% 4.3% 5.0% Rp750 ribu-rp1,25 jt 14.9% 2.6% 5.7% 4.3% 5.7% Rp1,25 jt-rp1,75 jt 5.4% 1.9% 5.2% 3.8% 1.9% Rp1,75 jt-rp2,25 jt 1.4% 1.2% 2.8% 3.5% 2.4% > Rp2,25 jt 2.6% 2.4% 2.6% 3.1% 6.1% Tabel 3.25 Pendapatan Keluarga dan Pergerakan Temporal Kecamatan Pendapatan Keluarga Pergerakan Temporaral % Candisari Rp1,25 jt-rp1,75 jt shopping/belanja 5.40% Mijen Rp750 ribu-rp1,25 jt berkunjung ke saudara 6.10% Semarang Tengah > Rp2,25 jt shopping/belanja 4.30% Wanita pendapatan keluarganya Rp1,25 juta->rp2,25 juta pergerakan temporalnya belanja. Terdiri dari Rp1,25 juta Rp1,75 juta sebanyak 10,4%, Rp1,75 juta Rp 2,25 juta sebanyak 5,9%, > Rp2,25 juta sebanyak 5,2%. Sedangkan wanita yang pendapatan keluarganya Rp750 ribu Rp1,25 juta pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara (11,1%). Wanita berpendapatan rendah (Rp750ribu Rp1,25 juta) pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara, disamping untuk menyambung silaturahmi juga hemat. Wanita pendapatan keluarganya tinggi (Rp1,25juta >Rp2,25juta) pergerakan temporalnya belanja, ini terkait terhadap pusat kota, belanja sebagai refreshing juga. (Tabel 3.26). Pendapatan Keluarga Tabel 3.26 Pendapatan Keluarga Berdasarkan Pergerakan Temporal Pergerakan Temporal Menjawab Shopping/ Belanja Rekreasi Salon Berkunjung Ke Saudara Lainnya jawab 3.5% 11.3% 1.7%.9% 1.7% 1.4% Rp750 ribu-rp1,25 jt 8.5% 9.0% 1.7%.2% 11.1% 2.6% Rp1,25 jt-rp1,75 jt 3.1% 10.4% 0.9%.0% 3.3% 0.5% Rp1,75 jt-rp2,25 jt 1.4% 5.9% 1.7%.2% 1.9% 0.2% > Rp2,25 jt 2.6% 5.2% 4.5%.7% 2.4% 1.4% Wanita menikah mempunyai kendaraan sepeda motor (52,2%). Wanita belum menikah mempunyai kendaraan sepeda motor (10,6%). Wanita menikah mempunyai sepeda motor dan sebagian besar lainnya punya sepeda motor dan mobil (9,7%), punya sepeda, sepeda motor, mobil (1,2%). Wanita menikah kehidupannya lebih mapan, suami menunjang kehidupannya. Sedangkan wanita belum/tidak menikah kendaraannya sepeda motor, beberapa mempunyai kendaraan lainnya dengan prosentase kecil. Jadi status pernikahan mempengaruhi pergerakan kepemilikan kendaraan wanita (Tabel 3.27 dan. Tabel 3.28). 9

Tabel 3.27 Status Pernikahan dan Kepemilikan Kendaraan Kecamatan Status Pernikahan Kepemilikan Kendaraan % Candisari Menikah sepeda motor 23.20% Mijen Menikah sepeda motor 16.10% Semarang Tengah Menikah sepeda motor 11.80% Di Candisari dan Mijen wanita menikah tujuan pergerakannya belanja/mengantar anak, terkait dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan di Semarang Tengah wanita menikah tujuan pergerakannya bekerja (Tabel 3.29). Status Pernikahan Tabel 3.28 Status Pernikahan Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Kepemilikan Kendaraan jawab Motor Lainnya + Motor+ + Motor+ Menikah 10.6% 0.9% 51.1% 2.1% 2.4% 0.2% 9.7% 1.2% Belum/tidak menikah 7.3% 0.9% 10.6% 0.5% 0.5% 0.0% 1.9% 0.0% Tabel 3.29 Status Pernikahan dan Tujuan Pergerakan Kecamatan Status Pernikahan Tujuan Pergerakan % Candisari Menikah belanja/mengantar anak 19.40% Mijen Menikah belanja/mengantar anak 15.40% Semarang Tengah Menikah bekerja 13.00% Wanita menikah pergerakannya belanja/mengantar anak (45,2%), belum menikah pergerakannya bekerja (12,5%). Status pernikahan mempengaruhi tujuan pergerakan wanita. Wanita menikah tujuan pergerakannya adalah belanja/mengantar anak karena profesinya sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan wanita yang belum/tidak menikah tujuan pergerakannya bekerja karena profesinya sebagai wanita karir (Tabel 3.30). Di Candisari dan Semarang Tengah wanita menikah pergerakan temporalnya belanja. Di Mijen wanita menikah pergerakan temporalnya berkunjung ke saudara. Wanita menikah pergerakan temporalnya adalah belanja (28,8%), pergerakan temporal berkunjung ke saudara (19,1%). Wanita belum/tidak menikah pergerakan temporalnya belanja (13,0%) dan sebagian rekreasi (1,7%) (Tabel 3.32). Wanita menikah melakukan pergerakan temporal belanja lebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melakukan kunjungan ke saudara untuk mempererat silaturahmi. Wanita belum menikah melakukan belanja hanya untuk sekadar jalan-jalan dan refreshing. 10

Status Pernikahan Tabel 3.30 Prosentase Mayoritas Status Pernikahan Berdasarkan Tujuan Pergerakan Tujuan Pergerakan Menjawab Bekerja Kuliah / Sekolah Belanja, Mengantar Anak Lainnya Menikah 5.7% 26.0% 0.2% 45.2% 1.2% Belum/tidak menikah 0.7% 12.5% 6.4% 1.4% 0.7% Sumber: hasil Olahan Data, 2009 Tabel 3.31 Status Pernikahan dan Pergerakan Temporal Kecamatan Status Pernikahan Pergerakan Temporal % Candisari Menikah shopping/belanja 11.30% Mijen Menikah berkunjung ke saudara 8.70% Semarang Tengah Menikah shopping/belanja 11.10% Tabel 3.32 Status Pernikahan Berdasarkan Pergerakan Temporal Pergerakan Temporal Status Pernikahan jawab Shopping/ Belanja Rekreasi Salon Berkunjung Ke Saudara Lainnya Menikah 15.4% 28.8% 8.7%.9% 19.1% 5.0% Belum/tidak menikah 3.8% 13.0% 1.7%.9% 1.4% 1.2% 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis, pengamatan dan pembahasan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Karakteristik pola pergerakan wanita, dipengaruhi keadaan sosial ekonomi (usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga, status pernikahan) juga dipengaruhi letak tempat tinggal terhadap pusat kota. 2. mempengaruhi pergerakan wanita. Semakin tua, semakin sedikit waktu untuk pergerakan. Pada wanita yang berusia 40-50 tahun waktu yang diperlukan < 15 menit dan wanita relatif muda (20-30 tahun) 15-30 menit, terkait dengan profesinya. 3. Tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempengaruhi tujuan pergerakan. Semakin tinggi pendidikan cenderung bekerja dan lokasi tujuan pergerakannya ke pusat kota. Sedang yang berpendidikan rendah cenderung untuk menjadi ibu rumah tangga dan mengadakan pergerakan di dalam kecamatannya sendiri (lokal). 4. Pendapatan keluarga mempengaruhi kepemilikan kendaraan dan moda yang digunakan untuk melakukan pergerakan Semakin tinggi pendapatan keluarga semakin banyak kendaraan yang dimiliki, sebaliknya untuk keluarga berpendapatan rendah. Semakin tinggi pendapatan keluarga moda yang digunakan adalah kendaraan pribadi, angkutan umum menjadi pilihan wanita berpendapatan keluarga rendah. 11

Semakin tinggi pendapatan keluarga semakin tinggi biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pergerakan. 5. Letak tempat tinggal mempengaruhi pergerakan yang dilakukan. Yang bertempat tinggal jauh dari pusat kota jarak rata-rata pergerakannya 1-3 km, sedangkan yang bertempat tinggal dekat dengan pusat kota < 1 km. 6. Pada kondisi eksisting, pola pergerakan wanita belum tersentuh oleh perencanaan transportasi di kota semarang pada khususnya dan indonesia pada umumnya Saran 1. Penyediaan fasilitas untuk mengakomodasi pergerakan jarak pendek pada skala layanan lokal seperti : jalur khusus sepeda motor, trotoar, zebra cross, jembatan penyeberangan, dll. 2. Penyediaan prasarana dan sarana yang layak untuk dipakai dan memenuhi indikator transportasi yang dibutuhkan wanita, seperti aman, nyaman, dll. 3. Penyediaan dan pelayanan angkutan umum harus mampu mengakomodasi karakteristik khas pergerakan wanita, rute harus menjangkau kawasan perumahan dan lokasi-lokasi yang umumnya menjadi tujuan pergerakan wanita, misal pasar, sekolah, dll. 4. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang dapat menyempurnakan penelitian ini sehingga dapat dijadikan masukan bagi pihak yang terkait untuk penyediaan prasarana dan sarana transportasi di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Hamilton, Kerry, 2002, Gender and Transport in Developed Countries, Transport Studies, University of East London, UK. Kamarwan, S. S, 1997, Sistem Transportasi, Gunadarma, Jakarta. Richardson, A. J, 1982, Transport Survey Methods, Department of Civil Engineering Monash University. Sugiarto, dkk, 2003, Teknik Sampling, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sugiyono, 2005, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. Tamin, O. Z, 1997, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Uli, H. D, 1999, Analisis Ability to Pay dan Willingness to Pay Tarif Angkutan Kota (Studi Kasus : Kotamadya Medan), Tesis Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Warpani, Suwardjoko, 1981, Perencanaan Transport, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Warpani, Suwardjoko, 1988, Rekayasa Lalu Lintas, Bhatara, Jakarta. Warpani, Suwardjoko, 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Yuniati, Vera, 2002, Identifikasi Perbedaan Pola Pergerakan Wanita dan Pria Berumahtangga (studi kasus; Kecamatan Margacinta), Tesis Magister, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. 12