FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN PERILAKU PERAWAT

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL(MAKP) DI INSTALASI RAWAT INAP

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG PENERAPAN PRINSIP PERAWATAN ATRAUMATIK DI RUANG IBNU SINA RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

EFEKTIFITAS TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA IBU BERSALIN SEKSIO SESAREA DI RSUD. dr. PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH YANG DIRAWAT DI RUANG PERAWATAN ANAK DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANGAN PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2016

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

Rauf Harmiady. Poltekkes Kemenkes Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang krisis baik anak maupun keluarga. Krisis hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA EPISIOTOMI DI RSUD KOTA MAKASSAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Naskah Publikasi SKRIPSI. Disusun oleh : LELY ERNAWATI 0302R00019

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA ANAK USIA DI KOTA PADANG

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN PERAWAT PADA UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAJENE

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PELAKSANAAN MOBILISASI DINI IBU PASCASALIN DENGAN SEKSIO SESARIA

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

ejournal keperawatan (e-kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

HUBUNGAN PENDAMPINGAN ORANG TUA DENGAN KECEMASAN PADA ANAK SAAT PENGAMBILAN DARAH DI RUANGAN ANAK RSUD NOONGAN KABUPATEN MINAHASA

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

KINERJA PERAWAT DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT TK II PUTRI HIJAU MEDAN

HUBUNGAN PELIBATAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN Ika Agustina*Nur Asnah Sitohang** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara Phone : 081371195900 Email : ikaakila_75@yahoo.com Abstrak Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak yang efektif untuk mengatasi stres anak. Anak yang dirawat inap di rumah sakit dapat mengalami krisis, dan sering disertai stres berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan aktivitas. Desain penelitian deskriptif analitik yang berbentuk cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang, menggunakan tehnik total sampling, dengan menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian bahwa faktor predisposisi menunjukan pengetahuan responden tentang terapi bermain dalam kategori baik, sedangkan sikap dalam kategori kurang, Faktor pendukung menunjukan fasilitas terapi bermain tidak lengkap, dan manajemen rumah sakit (prosedur tetap) tidak mendukung berjalannya terapi bermain, Faktor pendorong menunjukan bahwa anak (pasien), keluarga dan pihak rumah sakit memiliki respon yang baik terhadap terapi bermain. Faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan terapi bermain adalah prasarana, waktu khusus untuk terapi bermain, dan usia anak. Kata kunci: faktor-faktor, terapi bermain, ruang rawat inap anak PENDAHULUAN Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada anak. Jika seorang anak dirawat di rumah sakit, maka anak tersebut akan mudah mengalami krisis karena stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, 2005). Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan akibat perpisahan dengan saudara atau temantemannya serta adanya perubahan dari lingkungan yang sudah akrab dengan lingkungan yang asing (Whaley & Wong, 2004). Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi (rawat inap) pada anak adalah dengan memberikan terapi (aktivitas) bermain. Terapi bermain dapat dilakukan sebelum melakukan prosedur pada anak, seperti menggambar, mewarnai, menyanyi, bercerita atau hal-hal yang disukai oleh anak, ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur (Suparto, 2003).Untuk dapat terlaksananya terapi bermain didasari oleh adanya pengetahuan tentang kegiatan bermain yang akan dilakukan dan kemudian akan membentuk sikap sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Hal lain yang ikut berperan adalah adanya faktor pendukung berupa fasilitas atau sarana dan juga faktor motivasi dari perawat itu sendiri (Darni, 2000) Seperti penelitian yang dilakukan oleh Darni (2000) tentang Faktor-Faktor dalam Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Cempaka RSUP Dr. Hasan Sadikin

Bandung, menunjukan bahwa pelaksanaan terapi bermain di rumah sakit tersebut belum berjalan maksimal. Hal ini disebabkan karena pengetahuan (42,8%) dan sikap (64,29%) perawat yang masih kurang. Selain itu belum adanya prosedur tetap tentang pelaksanaan terapi bermain anak serta tidak lengkapnya sarana dan fasilitas (35,7%) dan kurangnya jumlah tenaga perawat (42,9%). Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan aktivitas RSUD dr. Pirngadi Medan. METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik yang berbentuk cross sectional, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan aktivitas RSUD dr. Pirngadi Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah yang bekerja di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan, diambil menggunakan total sampling, berjumlah sebanyak 30 orang, terdiri dari 15 orang perawat (Ruang III) dan 20 orang perawat (Ruang IX), dengan kriteria sampel: bersedia menjadi sampel penelitian, dan perawat yang bertugas di ruang rawat inap anak (ruang III & IX) RSUD dr. Pirngadi Medan. Metode statistik untuk analisa data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah statistik univariat yaitu metode untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hugler, 2002). Pada penelitian ini metode statistik univariat digunakan untuk menganalisa karakteristik responden, distribusi frekuensi faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap perawat), faktor pendukung (fasilitas dan manajemen keperawatan), faktor pendorong (respon anak dan keluarga). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tabel 1. Distribusi, Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Demografi Responden (N=30) No Karakteristik N % Demografi 1. Usia 21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun 8 8 12 2 26,7 26,7 40,0 6,7 2. Jenis Kelamin Wanita Laki-Laki 5. Pendidikan S1 D3 SPK 6. Lama Bekeja < 5 tahun 5 10 tahun >10 tahun 30 0 5 24 1 4 19 7 100 0 16,7 80,0 3,3 13,3 63.3 23,3 Tabel 1 di atas menunjukan bahwa, hampir setengah dari jumlah responden berada pada rentang usia 41-50 tahun (40%), seluruh responden berjenis kelamin wanita (100%), sebagian besar berpendidikan DIII Keperawatan (80%), dan rata-rata telah bekerja selama 5 10 tahun (63,3%). Tabel 2. Distribusi, Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Faktor Predisposisi yang Mempengaruhi Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan (N=30) Baik Cukup Kurang Faktor Predisposisi % % % Pengetahuan 83,3 16,7 0 Perawat Sikap Perawat 0 43,3 56,7 Tabel 2 di atas menunjukan bahwa pengetahuan responden tentang terapi bermain dalam kategori baik (83,3%), sedangkan sikap responden terhadap terapi bermain dalam kategori kurang (56,7%).

Tabel 3. Distribusi, Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Faktor yang Mendukung Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan (N=30) Fasilitas Manajemen (Prosedur Tetap) Lengkap Tidak Lengkap Didukung Tidak Didukung % % % % 20 80 0 100 Tabel 3 di atas menunjukan fasilitas terapi bermain dalam kategori tidak lengkap (83,3%), dan manajemen rumah sakit (prosedur tetap) dalam kategori tidak mendukung berjalannya terapi bermain (100%). Tabel 4. Distribusi, Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Faktor yang Mendorong Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan (N=30) Faktor Pendorong Respon Tidak Respon N % N % Respon Anak 25 83,3 5 16,7 Respon Keluarga 20 66,7 10 33,3 Respon Pihak 19 63,3 11 36,7 Rumah Sakit Tabel 4 di atas menunjukan diperoleh bahwa anak (pasien) memiliki respon yang baik terhadap terapi bermain (83,3%), sama halnya respon dari keluarga (66,7%). Selain itu pihak dari rumah sakit (63,3%) juga merespon berjalannya terapi bermain RSUP dr. Pirngadi Medan. Tabel 5. Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD. dr. Pirngadi Medan (N=30) Faktor-Faktor N % Lainnya Cukup (Tidak Ada) 18 60,0 Prasarana 10 33,3 Usia Anak 1 3,3 Waktu Khusus 1 3,3 Tabel 5 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden menyatakan faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong di atas sudah cukup mempengaruhi berjalan atau tidaknya pelaksanaan terapi bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr.pirngadi Medan (60%), meskipun terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi seperti prasarana (33,3%), waktu khusus untuk terapi bermain (3,3%), dan usia anak (3,3%). Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian mengenai data demografi responden ditemukan bahwa rata-rata responden berada pada rentang usia 41-50 tahun (40%) dan seluruh responden adalah wanita (100%). Peneliti berasumsi bahwa sebagian responden telah mencapai usia dewasa dan telah memiliki keluarga, terutama anak, sehingga mereka akan lebih mudah melakukan adaptasi dan memahami kondisi anak, serta membantu anak beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dan pengobatan dengan sikap keibuan mereka. Karena lingkungan yang penuh kasih sayang cukup membentuk rangsangan dan memberikan dampak yang besar pada anak (Hardjadinata, 2009). Selain itu sebagaian besar responden (63,3%) sudah bekerja cukup lama (5-10 tahun), sehingga mereka bisa dijadikan media yang efektif dalam membantu anak mengekspresikan perasaan anak. Sebagian besar responden memiliki pendidikan DIII (80,0%). Hal ini menunjukkan bahwa responden sudah memiliki pengetahuan yang cukup dan pengalaman yang matang (5-20 tahun) tentang prinsip dalam terapi bermain bagi

anak yang dihospitalisasi, seperti kondisi kesehatan anak, keamanan dan kenyamanan pada anak (Wong, et al, 2008). terhadap benda-benda yang dikenalnya (Wong, et al, 2008). Whaley & Wong (2004) juga menyebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih mainan bagi anak yang dirawat di rumah sakit adalah, pilihlah alat mainan yang aman. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan Faktor Predisposisi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan responden tentang terapi bermain dalam kategori baik (83,3%), sedangkan sikap responden terhadap terapi bermain dalam kategori kurang (56,7%). Hal ini menunjukan bahwa meskipun pengetahuan yang cukup, tetapi mereka belum memiliki sikap yang baik dalam pelaksanaan terapi bermain. Peneliti berasumsi, hal ini mungkin disebabkan kurangnya motivasi mereka dalam melaksanakan terapi bermain. Padahal untuk dapat terlaksananya terapi bermain, faktor yang paling berperan adalah perawat itu sendiri (Darni, 2000). Selain itu pelaksanaan terapi bermain lebih banyak dijalankan oleh mahasiswa yang sedang menjalankan praktek belajar lapangan di ruangan mereka, sehingga sikap responden terhadap terapi bermain masih kurang. Faktor Pendukung Hasil penelitian menujukan bahwa fasilitas terapi bermain dalam kategori tidak lengkap (83,3%), dan manajemen rumah sakit (prosedur tetap) dalam kategori tidak mendukung berjalannya terapi bermain (100%). Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan terapi RSUD dr. Pirngadi Medan belum optimal. Untuk terwujudnya sikap perawat agar menjadi tindakan di perlukan faktor pendukung di rumah sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas antara lain, ruangan bermain yang diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan aktifitas bermain pada anak, alat-alat bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Adanya protap yaitu prosedur kegiatan yang telah di tetapkan sebagai acuan perawat dalam melaksanakan kegiatan bermain. Dan perlunya kebijakan yaitu ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dalam pelaksanaan aktifitas bermain (Wong et al, 2008). Dengan demikian, hal ini menunjukan dengan bekurangnya faktor pendukung dalam pelaksanaan terapi bermain akan sejalan dengan sikap perawat yang kurang dalam melaksanakan terapi bermain tersebut (56,7%). Faktor Pendorong Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa anak (pasien) memiliki respon yang baik terhadap terapi bermain (83,3%). Hal ini menunjukan bahwa anak sangat senang bermain meskipun kondisi mereka sakit dan lingkungan mereka asing. Selain itu, anak juga melupakan tindakan pengobatan yang menakutkan dan lingkungan rumah sakit yang asing selama perawatan. Ini sesuai dengan pendapat Wong et al (2008), bahwa beberapa manfaat bermain di rumah sakit adalah memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi bagi anak. Pihak keluarga pasien (anak) juga sangat merespon terhadap pelaksanaan terapi bermain (66,7%). Ini menunjukan bahwa orang tua juga terlibat dalam pelaksanaan terapi bermain anak yang sedang dirawat. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Wong, et al, 2008) bahwa bahwa orang tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya stimulasi tumbuh-kembang pada anak walaupun sedang dirawat si rumah sakit termasuk dalam aktivitas bermain anak. Perawat hanya bertindak sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diiniasi oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal permainan sampai menevaluasi hasil permainan bersama

dengan perawat dan orang tua anak lainnya. Selain itu pihak dari rumah sakit juga merespon berjalannya terapi bermain RSUP dr. Pirngadi Medan (63,3%). Artinya, pihak rumah sakit tidak melarang pelaksanaan terapi bermain, meskipun belum adanya prosedur tetap tentang pelaksanaan terapi bermain anak. Peniliti berasumsi bahwa pihak rumah sakit masih bergantung pada aktivitas dan tugas wajib mahasiswa yang sedang menjalankan praktek belajar lapangan dalam melaksanakan terapi bermain anak di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan. Faktor-Faktor Lainnya Faktor lain yang diungkapkan oleh responden yang mempengaruhi pelaksanaan terapi bermain di Ruang Rawat Inap Anak RSUD dr. Pirngadi Medan adalah prasarana (33,3%) yang belum disediakan oleh pihak rumah sakit, terlihat dari tata ruang anak serta fasilitas permainan anak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wong et al (2008), bahwa untuk terwujudnya sikap perawat agar menjadi tindakan di perlukan faktor pendukung di rumah sakit, seperti tersedianya sarana atau fasilitas antara lain ruangan bermain yang diatur sedemikian rupa, sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan aktifitas bermain pada anak, alat-alat bermain yang sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak Faktor lainnya adalah waktu khusus untuk terapi bermain (3,3%). Whaley & Wong (2004) menyebutkan tehnik bermain untuk anak yang dirawat di rumah sakit adalah dengan menyediakan alat mainan yang merangsang anak bermain dan memberikan waktu yang cukup pada anak untuk bermain dan menghindari interupsi dengan apa yang dilakukan anak. Faktor berikutnya adalah usia anak (3,3%). Hal ini sesuai dengan pernyataan Supartini (2004), bahwa faktor yang mempengaruhi terapi bermain pada anak yang pertama adalah tahap perkembangan anak. Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan aktivitas RSUD dr. Pirngadi Medan, dapat diambil kesimpulan, faktor predisposisi: pengetahuan responden tentang terapi bermain dalam kategori baik (83,3%), sedangkan sikap responden terhadap terapi bermain dalam kategori kurang (56,7%). Faktor pendukung: fasilitas terapi bermain dalam kategori tidak lengkap (83,3%), dan manajemen rumah sakit (prosedur tetap) dalam kategori tidak mendukung berjalannya terapi bermain (100%). Faktor pendorong: anak (pasien) memiliki respon yang baik terhadap terapi bermain (83,3%), keluarga sangat merespon terhadap pelaksanaan terapi bermain (66,7%), pihak dari rumah sakit juga merespon berjalannya terapi bermain RSUP dr. Pirngadi Medan (63,3%). Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan terapi bermain adalah: prasarana (33,3%), waktu khusus untuk terapi bermain (3,3%), dan usia anak (3,3%). Saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah, bagi profesi keperawatan diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan asuhan keperawatan anak, khususnya yang berhubungan dengan terai bermain. Bagi manajemen rumah sakti, diharapkan dapat menjadikan terapi bermain sebgai salah satu program yang wajib dilaksnakan dalam pemberian asuhan keperawatan anak. Bagi pendidikan dan penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dpat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti yang ingin

meneliti tentang pemberian asuhan keperaawatan anak dengan metode yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S.(2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Darni, Zahri. (2000). Faktor-Faktor yang Berkontribusi terhadap Pelaksanaan Aktivitas Bermain di Ruang A1 dan Cempaka RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Skripsi. Universitas Padjajaran. Nursalam. (2005). Manajemen Keperawatan (Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional). Jakarta: Salemba Medika Suparto. (2003). Program Bermain di Rumah Sakit. Diakses dari http://dc339.4shared.com/doc/evod Nfhr/preview.html. 20 April 2012. Whaley & Wong. (2004). Clinical Manual of Pediatric Nursing. Third Edition. Toronto: The CV Mosby Company.