dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) UNTUK MENGONTROL KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI TAMBAK

PEMANFAATAN JERAMI, PUPUK KANDANG, DAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PUPUK ORGANIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU DI TAMBAK

TOLERANSI KADAR GARAM JENIS KEPITING BAKAU DI TAMBAK

PENAMPIL AN NIL A GESIT

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA TRADISIONAL PLUS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA

DESAIN WADAH BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) SEMI INTENSIF DI TAMBAK

NILA MERAH AIR TAWAR, PELUANG BUDIDAYANYA DI TAMBAK AIR PAYAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon) SISTEM HAPA DENGAN UKURAN PAKAN BERBEDA

PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA PADA BUDIDAYA UDANG PENAEID DI TAMBAK

PARAMETER KUALITAS AIR

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jln. Makmur Dg. Sitakka No. 129 Maros, Sulawesi Selatan

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MEL ALUI BUDIDAYA PERIKANAN TERPADU

BUDIDAYA MULTITROPIK UDANG WINDU (Penaeus monodon), NILA MERAH (Oreochromis niloticus), DAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DI TAMBAK

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) POLA EKSTENSIF PLUS DI LAHAN MARGINAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SERAPAN TIRAM Crassostrea iredalei TERHADAP POPULASI Nannochloropsis sp. DENGAN KEPADATAN AWAL BERBEDA

PERTUMBUHAN CALON INDUK IKAN BERONANG Siganus guttatus TURUNAN PERTAMA (F-1) DENGAN BOBOT BADAN YANG BERBEDA

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

GROUPER FAPERIK ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Polikultur rajungan, udang vanamei, ikan bandeng, dan rumput laut di tambak (Suharyanto) Suharyanto *) *)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAMBAK MELALUI PENGGUNAAN PROBIOTIK PADA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN TAMBAK DI KABUPATEN PONTIANAK

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFISIENSI PENGGUNAAN PLANKTON UNTUK PEMBENIHAN KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA HATCHERI SKALA RUMAH TANGGA

RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FLUKTUASI SUHU AIR HARIAN DAN PENGELOLAANNYA DI PETAK PENTOKOLAN UDANG WINDU (Penaeus monodon)

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Muhammad Nur Syafaat* & Abdul Mansyur

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

FLUKTUASI OKSIGEN TERLARUT HARIAN PADA TAMBAK POLIKULTUR UDANG WINDU (Penaeus monodon), RUMPUT LAUT (Gracilaria sp.), DAN IKAN BANDENG (Chanos chanos)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

Studi Potensi Air Tanah di Pesisir Surabaya Timur Untuk Budidaya Perikanan Air Payau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

515 Keragaan pertumbuhan benih Cherax... (Irin Iriana Kusmini)

TINJAUAN PUSTAKA. lahan budidaya sehingga dapat meningkatkan jumlah lapangan kerja untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE

MODUL: PEMIJAHAN DAN PEMANENAN TELUR

PEMANFAATAN LARUTAN NUTRIEN YANG DIBAWA OLEH SERAT JAGUNG DALAM BUDIDAYA IKAN MAS Cyprinus carpio L. DI KERAMBA JARING APUNG

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

PENGGUNAAN RESERVOIR TERHADAP PERFORMA UDANG WINDU (Penaeus monodon Fabricius) YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA TRADISIONAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 29, Maros, Sulawesi Selatan Diserahkan tanggal 26 Februari 2014 Diterima tanggal 2 april 2014

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA PEMBESARAN IKAN NILA SALIN (Oreochromis aureus x niloticus) DI INSTALASI BUDIDAYA AIR PAYAU KABUPATEN LAMONGAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae.

MANAJEMEN KUALITAS AIR

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

Bisnis Budidaya Ikan Bawal

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Transkripsi:

1193 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) PERTUMBUHAN IKAN NILA MERAH GIFT F 1 DAN NILA MERAH GIFT F 2 DI TAMBAK ABSTRAK Burhanuddin dan Erfan A. Hendrajat Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id Riset dilakukan di Instalasi Tambak Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Sulawesi Selatan dengan menggunakan 4 petak tambak berukuran masing-masing 2.500 m 2. Riset bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan ikan nila merah hybrid F 1 dan nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1 dan B = penggunaan benih nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak secara bersamaan, masing-masing diulang 2 kali. Padat tebar yang diaplikasikan adalah 1.000 ekor/petak (4.000 ekor/ha). Hasil yang dicapai selama 100 hari pemeliharaan pada perlakuan A yaitu pertumbuhan panjang dari 5,7 cm menjadi 20,79 cm ±0,33 dan bobot 2,39 g/ekor ±1,61 menjadi 163,7 g/ekor ±10,4. Sedangkan perlakuan B adalah dari 6,2 cm menjadi 21,34 cm ±1,44 dan bobot dari 2,73 g/ekor ±0,93 menjadi 195,08 g/ekor ± 29,33. Sintasan pada perlakuan A = 60,85% dan B = 68,85% dengan produksi masing-masing adalah 99 kg/petak dan 135,5 kg/petak. Dari perhitungan pertumbuhan, sintasan dan produksi maka benih dari turunan pertama (F 1 ) maupun turunan kedua (F 2 ) dinilai masih layak untuk dijadikan bibit pada budidaya ikan nila di tambak. KATA KUNCI: nila merah hybrid, pertumbuhan, sintasan dan produksi PENDAHULUAN Ikan nila merupakan satu di antara komoditas budidaya perikanan yang dapat hidup pada air tawar maupun air asin sehingga dapat dibudidayakan di kolam, perairan umum, laut dan di tambak. Ikan nila merah dapat hidup dan tumbuh pada kadar garam 0-35 ppt dan mampu bertahan hidup pada kadar garam 40 ppt. Sedangkan nila GIFT tumbuh dengan baik pada kadar garam 0-15 ppt dan bertahan hidup pada kadar garam 30 ppt. Ikan nila bersifat omnivora, mampu hidup berjejal dan tanggap terhadap pakan buatan serta tahan terhadap perubahan lingkungan perairan sehingga dapat dibudidayakan dengan kepadatan tinggi di tambak maupun pada KJA. Budidaya ikan nila secara monokultur di kolam telah banyak dilakukan dengan produksi rata-rata 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m 2 )/panen dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/mt (Bastiawan & Wahid 2008). Budidaya ikan nila merah di tambak tumbuh dari bobot awal 14,4 g/ekor menjadi 300,9 g/ekor selama 90 hari pemeliharaan pada kadar garam 13-19 ppt (Burhanuddin, 2010). Prospek pengembangan budidaya ikan nila cukup cerah karena ikan nila memiliki rasa daging yang enak dan gurih sehingga disukai masyarakat terutama di Jawa dan Sulawesi, mudah dibudidayakan, pertumbuhannya cepat, perbenihannya telah dikuasai dan merupakan komoditas ekspor. Jenis yang disukai pasar luar negeri adalah nila merah dan nila GIFT dengan persyaratan bobot minimal 500 g/ekor dengan kualitas nomor 1. Negara tujuan ekspor ikan nila adalah Singapura, Hongkong, Saudi Arabia, Amerika Serikat dan beberapa negara di Eropa (Anonim, 2009a). Pengembangan budidaya ikan nila dengan dukungan lahan yang luas, tenaga kerja terampil, teknologi memadai seperti budidaya dan perbenihan, namun pada budidaya ikan nila di tambak masih diperlukan penyediaan benih yang unggul terhadap ketahanan suasana lingkungan pertambakan. Sampai saat ini benih diproduksi pada air tawar dan ditebar pada tambak yang berkadar garam akibatnya tidak sedikit benih yang ditebar mengalami kegagalan karena perbedaan kadar garam. Karena itu dicoba menggunakan benih dari induk F 1 yang dipijahkan dan dipelihara di tambak dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan turunan F 1 dan F 2 setelah dipelihara di tambak secara bersamaan.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1194 BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Instalasi Tambak Percobaan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros Sulawesi Selatan pada tahun 2010 dengan menggunakan 6 petak tambak berukuran masingmasing 2.500 m 2. Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan persiapan tambak dengan pengeringan, perbaikan pintu air, perbaikan pematang, pemasangan saringan, pemberantasan hama menggunakan saponin dan dilanjutkan dengan pemupukan dasar menggunakan pupuk organik dengan dosis 2.000 kg/ha. Aplikasi pupuk dilakukan dengan menebar secara merata pada pelataran tambak pada kondisi macak-macak. Setelah pupuk menyatu dengan tanah kemudian dilakukan penambahan air setinggi 30 cm dan dilanjutkan sampai 60 cm saat pakan alami mulai tumbuh. Pengadaan benih hybrid F 1 (Oreochromis niloticus) dari panti pembenihan Sidoarjo (Jawa Timur) dengan kualitas yang layak dipercaya, sedangkan benih hybrid F 2 diproduksi di Tambak Percobaan BRPBAP, Maros menggunakan sistim hapa dengan pengawasan yang ketat. Sebagai perlakuan pada penelitian ini adalah A = penggunaan benih nila merah hybrid F 1 dan B = penggunaan benih nila merah hybrid F 2 yang dipelihara di tambak secara bersamaan, masing-masing diulang 2 kali. Padat tebar yang diaplikasikan adalah 1.000 ekor/petak (4.000 ekor/ha) dengan panjang dan bobot awal pada perlakuan A = 5,7 cm dan 2,398±1,618 g/ekor serta perlakuan B = 6,2 cm dan 2,735±0,931 g/ekor. Sebelum penebaran, dilakukan pengukuran yang meliputi panjang dan bobot awal ikan, dilanjutkan dengan pengukuran kualitas air yang meliputi suhu, kadar garam, ph, oksigen terlarut, alkalinitas, nitrit (NO 2 ), nitrat (NO 3 ), amoniak (NH 3 ), posfat (PO 4 ) dan BOT. Pengukuran selanjutnya dilakukan setiap 15 hari sekali. Sintasan dan produksi dihitung dan dianalisis secara diskriptif dan uji t setelah akhir penelitian. HASIL DAN BAHASAN Pertumbuhan Pertumbuhan ikan nila merah hybrid F 2 selama 100 hari pemeliharaan di tambak memperlihatkan pertumbuhan yang hampir sama dengan ikan nila merah hybrid F 1. Data pertumbuhan, sintasan, produksi dan FCR ikan nila dari kedua perlakuan disajikan pada Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan panjang ikan nila merah F 2 yang dipelihara di tambak selama 100 hari sedikit lebih baik dibanding dengan pertumbuhan ikan nila merah hybrid F 1. Pertumbuhan yang berbeda sedikit pada kedua perlakuan diduga disebabkan jarak kekerabatan masih sangat dekat menyebabkan sifat-sifat bawaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tidak jauh berbeda antara Tabel 1. Pertumbuhan, sitasan, produksi dan FCR ikan nila merah hybrid F 1 dan hybrid F 2 yang dipelihara di tambak Peubah Luas petakan (m 2 ) 2,500 2,500 Kepadatan (ekor/petak) 1,000 1,000 Lama Pemeliharaan (hari) 100 100 Panjang awal (cm) 5.7 6.2 Panjang akhir (cm) 20,79±0,330 21,34±1,440 Bobot awal (g/ekor) 2,398±1,618 2,735±0,931 Bobot akhir (g/ekor) 163,07±10,40 195,08±29,338 Bobot mutlak (g/ekor) 160.06 192.345 Laju pertumbuhan (%) 4.23 4.27 Sintasan (%) 60,85±4,313 68,85±8,132 Produksi (kg/petak) 99,0±0,707 135,5±36,060 FCR 1,315±0,007 1,025±0,219 A Perlakuan B

1195 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) turunan pertama (F 1 ) dan turunan kedua (F 2 ). Berbeda dengan ikan nila merah yang dibiarkan berkembang biak tanpa dikontrol akan menjadikan turunan yang sangat bervariasi yang pada akhirnya kualitas ikan menjadi rendah dengan ukuran semakin kecil. Pertumbuhan ikan nila pada kedua perlakuan yang dicobakan lebih baik dibanding dengan pertumbuhan ikan nila hasil penelitian Pirzan et al. (1992) yaitu 95,55-108,46 g/ekor setelah dipelihara di tambak selama 4 bulan. Tonnek (1993) mendapatkan pertumbuhan ikan nila merah yang lebih tinggi yaitu 300 g/ekor setelah di pelihara di KJA laut selama 4 bulan. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan pada perlakuan B yang menggunakan benih dari turunan II (F 2 ) tumbuh sedikit lebih baik dibanding dengan perlakuan A yang menggunakan benih nila hybrid F 1, namun laju pertumbuhan pada kedua perlakuan masih cukup baik yaitu 4,23% pada perlakuan A dan 4,27% pada perlakuan B. Laju pertumbuhan yang hampir sama pada kedua benih nila yang berbeda (Gambar 1) diduga disebabkan gen pertumbuhan yang dimiliki pada kedua benih tersebut hampir sama karena hubungan kekerabatan masih sangat dekat sehingga apabila diperlakukan dengan lingkungan dan pakan yang sama maka dampaknya relatif sama. Sintasan Hasil pengamatan sintasan pada akhir penelitian menunjukkan bahwa sintasan pada perlakuan B lebih baik dibanding dengan perlakuan A. Sintasan yang diperoleh pada perlakuan A = 60,85% ± 4,31dan B = 68,85%±8,13. Perbedaan sintasan pada kedua jenis ikan dari asal bibit yang berbeda diduga disebabkan pada perlakuan B memiliki daya tahan yang lebih baik terutama pada saat penebaran. Bibit yang digunakan pada perlakuan B berasal dari hasil pemijahan di tambak sehingga bibit tersebut telah teradaptasi dengan suasana tambak sejak berada pada pembenihan. Berbeda dengan perlakuan A dengan bibit yang berasal dari pemijahan di air tawar sehingga perlu penyesuaian dengan lingkungan tambak terutama kadar garam. Salah satu parameter kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap sintasan ikan yang dipelihara di tambak adalah kadar garam. Ikan air tawar yang pindah pada air asin perlu penyesuaian kadar garam secara bertahap untuk mempertinggi sintasan. Jenis Kelamin Gambar 1. Pola pertumbuhan nila merah hybrid F 1 dan nila merah hybrid F 2 Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Pada ikan jantan tumbuh lebih cepat dibanding dengan betinanya. Hasil pengukuran panjang dan bobot ikan nila dengan jenis kelamin yang berbeda dari kedua perlakuan disajikan pada Tabel 2.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1196 Tabel 2. Panjang dan bobot ikan nila pada kedua perlakuan berdasarkan jenis kelamin Perlakuan Jantan Betina Panjang Bobot Panjang Bobot A 22,0±1,5 190,7±47,8 21,3±1,4 174,2±37,7 B 25,2±2,2 288,7±52 20,5±0,9 177,4±30,4 Pada Tabel 2 terlihat bahwa pertumbuhan panjang dan bobot ikan jantan pada perlakuan B lebih besar dibanding dengan perlakuan A, sedangkan pada ikan betina petumbuhan panjang dan bobot hampir sama pada kedua perlakuan. Menurut Bastiawan & Wahid (2008), Ikan nila jantan dapat memiliki kecepatan pertumbuhan 40% lebih besar dari pada betinanya. Produksi Produksi berkaitan erat dengan pertumbuhan dan sintasan. Sedangkan pertumbuhan dan sintasan sangat bergantung pada lingkungan dan ketersediaan pakan. Penelitian ini dilakukan pada kondisi lingkungan tambak yang kurang optimal untuk budidaya bandeng dan udang karena kadar garam yang rendah (4-5 ppt). Sedangkan untuk ikan nila dengan kondisi seperti ini dinilai cocok karena ikan nila berasal dari air tawar, namun pada proses fisiologi dalam tubuhnya tetap membutuhkan garam-garam dari lingkungannya walaupun ikan nila memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan cukup tinggi. Produksi yang dicapai pada kedua perlakuan ini adalah A = 99,0 kg/petak atau 396 kg/ha dan B = 135,5 kg atau 542 kg/ha. Pemanfaatan ikan nila sebagai komoditas budidaya tambak merupakan salah satu sentuhan teknologi karena pada musim tertentu seperti musim hujan tidak sedikit tambak menganggur karena terisi air tawar dan tidak optimal untuk budidaya komoditas lain kecuali ikan nila yang mampu hidup dengan baik pada kadar garam rendah sampai tawar. Penggunaan ikan nila sebagai ikan budidaya tambak dapat menyambung kegiatan budidaya tambak di musim penghujan. Akan tetapi pada musim penghujan pakan alami sulit untuk ditumbuhkan, karena itu aktivitas budidaya pada musim tersebut perlu dukungan pakan untuk menunjang pertumbuhan. Pemberian pakan pada budidaya ikan nila perlu diperhitungkan jumlahnya dengan target produksi, karena pakan menduduki urutan I pembiayaan dalam proses budidaya. Pada penelitian ini FCR pada perlakuan A = 1,31 dan pada perlakuan B = 1,02 dinilai masih cukup baik. Kualitas Air Pada budidaya ikan di tambak parameter kualitas air tidak kalah pentingnya dengan parameter lain untuk diketahui karena berpengaruh terhadap ikan yang dipelihara. Parameter kualitas air yang sering mengalami perubahan setiap hari adalah suhu, salinitas, ph, oksigen terlarut dan alkalinitas. Hasil pengamatan terhadap beberapa parameter kualitas air tersaji pada Tabel 3. a. Suhu Tinggi rendahnya suhu dipengaruhi oleh proses fisik yang berlangsung di dalam air maupun keadaan cuaca. Stratifikasi suhu kadang terjadi pada lapisan air yang tidak terjadi pengadukan. Perubahan suhu juga mempengaruhi proses kimia dan biologis seperti kelarutan oksigen lebih banyak pada suhu rendah. Sedangkan kesesuaian air terhadap kehidupan dan pertumbuhan organisme akan lebih rendah pada kondisi fluktuasi yang besar. Suhu air yang dipantau selama penelitian pada perlakuan A = 27-31,5 o C, perlakuan B = 27-31 o C dan tandon 28-31 o C. Kisaran suhu tersebut masih layak untuk pertumbuhan dan sintasan ikan nila. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak menyolok karena musim hujan yang menyebabkan penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air relatif kurang dibanding pada musim kemarau. Perubahan suhu yang tinggi dalam perairan akan mempengaruhi proses metabolisme, aktivitas tubuh dan syaraf lain (Tinggal et al., 2003). Kisaran suhu pada penelitian ini dinilai cukup baik dan tidak berdampak buruk pada ikan nila di tambak. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan ikan nila adalah 25 30 o C (Anonim, 2009a).

1197 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) b. Salinitas Salinitas merupakan parameter kualitas air yang sering berubah di tambak. Pada musim kemarau salinitas naik melebihi salinitas di laut, sedangkan pada musim hujan air menjadi tawar. Karena itu organisme budidaya tambak adalah komoditas spesifik yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan kimia fisika lingkungan perairan. Salinitas rataan yang dipantau pada perlakuan A = 3-7 ppt, perlakuan B = 5-11 ppt dan tandon 1-6 ppt. Kondisi seperti ini tidak optimal untuk komoditas lain di tambak seperti ikan bandeng, udang dan rumput laut, tetapi sangat baik untuk ikan nila. Ikan nila tumbuh secara maksimal pada kadar garam 0-29 ppt dan tidak tumbuh dengan baik pada kadar garam 35 ppt (Anonim, 2009b). c.ph Tingkat kemasaman atau ph adalah negatif dari logaritma konsentrasi ion hidrogen (H + ). Apabila konsentrasi ion H meningkat maka nilai ph menjadi rendah dan sebaliknya. Perubahan ph air yang besar dalam waktu singkat akan menimbulkan gangguan fisiologis. Pengaruh ph juga dapat mempengaruhi tingkat toksitas amoniak dan keberadaan pakan alami seperti plankton, lumut dan kelekap (Effendi, 2003). Nilai ph pada perlakuan A = 7-9, perlakuan B = 7 9,5 dan tandon = 7 8. Nilai tersebut masih berada pada kisaran yang normal di tambak yang sedang beroperasi. d. Oksigen terlarut Oksigen terlarut yang dipantau selama penelitian dengan kisaran 3,7-9,7 mg/l pada perlakuan A dan 3,1-7,5 mg/l pada perlakuan B serta 4,4-9,5 mg/l pada tandon. Kandungan oksigen tertinggi pada siang hari dan terendah pada subuh hari. Kandungan oksigen pada kedua perlakuan dinilai masih cukup baik. e. Alkalinitas Alkalinitas merupakan gambaran kapasitas air untuk menetralisir asam atau kapasitas penyanggah terhadap perubahan ph (Effendi, 2003). Nilai alkalinitas pada penelitian ini berada pada kisaran 52,8 112,7 mg/l (perlakuan A), 58,6-118,7 mg/l (perlakuan B) dan 68,9-128,2 mg/l pada tandon. Nilai alkalinitas tersebut melebihi nilai yang baik yaitu 30 50 mg/l CaCo 3 (Effendi, 2003). Tingginya alkalinitas disebabkan bahan organik dari pemupukan yang sebahagian belum terurai dengan sempurna. Pada penelitian ini alkalinitas belum berpengaruh terhadap pertumbuhan dan sintasanikan nila. Menurut Gunarto et al. (2006), alkalinitas tambak menjadi sangat tinggi pada kisaran 150-200 mg/l sehingga berpengaruh saat pengoperasian tambak. f. Nitrit Pengamatan kandungan nitrit dalam air pada perlakuan A = 0,01-0,06 mg/l, perlakuan B = 0,01-0,04 mg/l dan pada tandon = 0,006-0,02 mg/l. Perbedaan kandungan nitrit antara tandon dengan perlakuan A dan B relatif kecil disebabkan buangan dari ikan yang berpotensi meningkatkan nitrit selalu teraduk oleh ikan sehingga limbah tersebut menjadi nitrat. g. Nitrat Kisaran kandungan nitrat dalam air pada perlakuan A = 0,007-0,08 mg/l, perlakuan B = 0,006-0,01 mg/l dan tandon = 0,002-0,006 mg/l. Nilai ini melampaui dari batas yang telah ditetapkan pada buku mutu air laut untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l (MNLH, 2004). Tingginya kandungan nitrat pada kedua perlakuan dibanding dengan kandungan nitrat pada tandon karena pasokan unsur hara dari pemupukan pada petak perlakuan menyebabkan tingkat kesuburannya bertambah. h. Amoniak Pengamatan kandungan ammonia selama penelitian pada perlakuan A = 0,04-0,53 mg/l, perlakuan B = 0,04-0,53 mg/l dan tandon = 0,06-0,55 mg/l. Kisaran tersebut masih berada pada batas yang aman bagi ikan. Kandungan amoniak dalam air disarankan sebaiknya tidak melebihi 1,5 mg/l. (Anonim,1976).

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1198 i.posfat Unsur posfat sangat menentukan tingkat kesuburan suatu perairan. Fosfat adalah bentuk fospor yang merupakan unsur hara yang esensial bagi tumbuhan termasuk plankton sehingga dapat berpengaruh terhadap produktivitas perairan (Jones & Bachman, 1976 dalam Davis & Cornwel, 1991). Pada penelitian ini PO 4 -P tertinggi pada perlakuan A yaitu 0,02-1,09 mg/l perlakuan B = 0,02-0,68 mg/l dan tandon = 0,005-0,14 mg/l. Tersedianya kandungan nitrat dan posfat yang merupakan unsur hara dalam bentuk ion dapat meningkatkan aktivitas terutama untuk proses pertumbuhan dan perkembang biakan. Kandungan posfat pada perlakuan A, B dan tandon termasuk kategori subur. Yushimura (1983) dalam Wardoyo (1979) mengatakan or-toposfat 0,051 0,1 mg/l tergolong perairan dengan tingkat kesuburan baik. j. Bahan Organik Bahan organik merupakan parameter kualitas air yang menentukan kesuburan perairan. Kisaran bahan organik terlarut pada perlakuan A = 15,16-19,97 mg/l, perlakuan B = 15,16-19,71 mg/l dan tandon 13,90 19,30 mg/l. Kisaran bahan organik terlarut pada penelitian ini dinilai termasuk kurang subur. Menurut Reid (1961) dalam Amin et al. (1999) bahwa perairan dengan kandungan bahan organik melebihi 26 mg/l merupakan perairan yang subur. Hal ini disebabkan tambak yang digunakan pada penelitian ini termasuk tambak marginal dan perlu pengolahan tanah berulangulang sehingga ph menjadi stabil. Tabel 3. Kisaran kualitas air yang diamati selama penelitian Parameter Perlakuan A B Tandon Suhu ( o C) 27-31,5 27-31 28-31 Salinitas (ppt) 3-7 5-11 1-6 ph 7-9 7-9,5 7,5-8 Oksigen terlarut (mg/l) 3,7-9,7 3,1-7,5 4,,4-9,5 Alkalinitas (mg/l) 52,8-112,7 58,68-118,7 68,92-128,2 Nitrit (mg/l) 0,01-0,06 0,006-0,01 0,006-0,02 Nitrat (mg/l) 0,007-0,08 0,002-0,006 Amonia (mg/l) 0,04-0,53 0,04-0,53 0,06-0,55 Posfat (mg/l) 0,02-1,09 0,02-0,68 0,005-0,14 BOT (mg/l) 15,16-19,97 15,16-19,71 13,90-19,30 KESIMPUL AN Pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromis niloticus) hybrid F 2 yang dipelihara di tambak selama 100 hari tidak berbeda nyata dengan ikan nila merah hybrid F 1, Pertumbuhan kedua perlakuan disebabkan jarak kekerabatan antara kedua perlakuan benih yang digunakan masih sangat dekat menyebabkan sifat-sifat bawaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan hampir sama antara induk dengan anaknya. Sintasan dan produksi yang diperoleh pada perlakuan B adalah 68,85% dan 135,5 kg/250 m 2 lebih tinggi dari perlakuan A =60,85% dan 99,0 % /2.500 m 2. DAFTAR ACUAN Amin, M., S. Amini dan Suardi. 1994. Pengaruh berbagai jenis pupuk dan dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan sintasanudang windu, Penaeus monodon pada bak terkontrol. Risalah Seminar Hasil Penelitian Budidaya Pantai. Hal 43 49. Anonim. 1976. Studi penentuan kriteria kualitas lingkungan hidup. Institut Pertanian Bogor.

1199 Pertumbuhan ikan nila merah GIFT F 1... (Burhanuddin) Anonim, 2009a Tehknik budidaya ikan nila. http://poitanjagalan.blogspot.com/2009/06/tehknikbudidaya-ikan-nila.html. Diakses tanggal 24 Mei 2010. Anonim. 2009b. Budidaya Ikan. http//www. Harian bhirawa.co.id/eksekutif/30025-hadapi anomalyiklim-dkp-lumajang-kembangkan keramba-ikan nila. Diakses tanggal 15 Juni 20011. Bastiawan, D dan A. Wahid. 2008. Teknik pembenihan nila gift secara massal dan pembesaran di tambak: http://bbat-sukabumi.tripod.com/t_benih_gift.htm. Diakses tanggal 10 Mei 2010. Burhanuddin. 2010. Pertumbuhan ikan nila merah (Oreochromi niloticus) pada tambak marginal dengan menggunakan pupuk organik berbeda. Prosiding Seminar Nasional Perikanan STP. Jakarta, 3 4 Desember 2010. Davis, M.L. and D.A. Cornwell. 1991. Introduction to Enviromental Engineering. Second Edition. McGrow-Hill, Inc., New York. 822 p. Effendi. H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya lingkungan perairan. Kanisius Yogyakarta, 258 hlm. Gunarto, Muslimin, Muliani dan Sahabuddin. 2006. Analisis kejadian serangan White Spot Syndrome Virus (WSSV) dengan beberapa parameter kualitas air pada budidaya udang windu menggunakan sistem tandon dan biofilter. Jurnal Riset Akuakultur. 1(2):255 270. Menteri Negara Lingkungan Hidup. 2004. Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep.- 51/MENLH/2004 tentang Buku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Pirzan, A.M., S. Tahe dan A. Ismail. 1992. Polikultur udang windu Penaeus monodon dan nila merah Oreochromis niloticus di tambak. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai 8(2):63-70. Tinggal H., Nono H., Zakimin, Syamsul A., Rusfian, Arik H.W., Manja, M.B., Surya L., S. Agustatik. 2003. Manajemen pembesaran kerapu macan di keramba jaring apung. Loka Budidaya Laut Batam. Dirjen Perikanan Budidaya. DKP. 47 hal. Tonnek, S., Rahmansyah, D.S. Pongsapan dan A. Parenrengi. 1993. Penelitian pengembangan budidaya nila merah dan baronang dalam keramba jaring apung di Training Analisis Dampak Lingkungan. PPLH, UNDP-PUSDI-PSL-IPN.

Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011 1200