RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN

Transkripsi

1 RINGKASAN LAPORAN KEAHLIAN TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI BAK TERPAL BAPPL STP SERANG, BANTEN Wadah pemeliharaan yang digunakan adalah bak berlapis terpaulin dan berlapis plastik HDPE (High Density Polyethylene), jumlah bak pemeliharaan ada 3 buah, 2 bak berlapis terpaulin dengan ketebalan,3 mm dan 1 buah bak berlapis plastik HDPE (High Density Polyethylene) dengan ketebalan, mm. Air yang digunakan untuk media pemeliharaan berasal dari tandon, air langsung dipompa menuju wadah pemeliharaan dengan pompa berukuran 2 inch, sebelum penebaran benur, media tidak diberikan perlakuan hanya diberi Chelate Agent dengan dosis 1 mg/l dan di aerasi. Penebaran benur pada bak A, B dan C dilakukan pada tanggal 1 Februari 217 pukul 21. WIB jumlah benur yang ditebar adalah 8. ekor /bak dengan kepadatan 2ekor/m 2. Aklimatisasi dilakukan selama 4- menit. Pemberian pakan dilakukan pada pukul 7., 12., 16., 21. dan pukul 2.. Untuk penambahan pemberian pakan pukul 2. dilakukan pada DOC >3. No Bentuk Keterangan Serbuk/Powder Diberikan untuk benur yang baru 1 tebar sampai umur pemeliharaan 16 hari Crumble/ butirankecil Diberikan untuk benur/jouvenil 2 pada masa pemeliharaan 17-3 hari Pellet halus Diberikan untuk udang umur 3 pemeliharaan 28-9 hari Pellet Diberikan untuk udang umur 4 pemeliharaan 9-79 hari Pellet Diberikan untuk udang yang berumur >79 hari Pakan yang diberikan pada pukul 7. dan 21., terlebih dahulu diberikan vitamin C dan dicampurkan dengan perekat rekato. Pemberian vitamin C adalah sebanyak 1 g/kg pakan serta ditambah binder (perekat) sebanyak 4 g/kg pakan. Kemudian larutkan dengan air sebanyak 1 ml dan diaduk hingga merata. Sebelum pakan diberikan terlebih dahulu Turbo Toring dimatikan

2 ABW (gram) menit sebelum pemberian pakan dan 1 menit setelah pemberian pakan. Dosis pakan yang diberikan pada udang dilakukan setelah melakukan sampling anco. Sampling dilakukan setiap 7 hari sekali. Monitoring pertumbuhan dilakukan setiap 7 hari sekali dengan cara sampling anco (luas,38 m 2 ). Sampling udang dilakukan pada pagi hari hal ini mempunyai tujuan agar udang tidak mengalami stress dan mengalami moulting, pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan pengambilan contoh (sample) dan pemeriksaan udang di anco (Feeding try). Hasil sampling monitoring pertumbuhan untuk bak pemeliharaan pada periode sampling ke 1- (, B dan C). Monitoring Pertumbuhan ABW dapat dilihat pada gambar dibawah ini Doc 7 Doc 14 Doc 21 Doc 28 Doc 3 Doc 42 Umur pemeliharaan Standart Petak A Petak B Petak C Grafik monitoring ABW pada bak A, B dan C Pada grafik monitoring ABW pada pemeliharaan di bak A dapat dilihat bahwa udang mengalami pertumbuhan harian pada periode sampling pertama hingga sampling ke lima yaitu,1.,,3.,,8.,,29.,,21 gr/hari. Pada awal pemeliharaan yaitu DOC 1-21 hari, udang mengalami peningkatan pertumbuhan sedangkan pada DOC hari udang mengalami penurunan. Udang mengalami peningkatan pertumbuhan kembali pada DOC 29-3 yaitu,21 gr/hari. Pada grafik monitoring ABW pada pemeliharaan di bak B dapat dilihat bahwa udang mengalami pertumbuhan yang lambat pada periode sampling ke 1-3 yaitu,4.,,46.,,6., dan mengalami penurunan pertumbuhan pada periode sampling ke 4 yaitu,28., sedangkan pada periode sampling ke udang mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu,21 gr/hari. Pada grafik monitoring ABW pada pemeliharaan di bak C, dapat dilihat bahwa udang mengalami peningkatan pertumbuhan dari periode sampling ke 1 hingga periode sampling ke

3 ADG (gram/hari) yaitu.1,.,.1,.12,.16dan tidak mengalami penurunan pertumbuhan pada setiap periode sampling. Di duga perbedaan pertumbuhan udang di setiap bak pemeliharaan disebabkan karena kadar nitrit pada pada bak pemeliharaan B lebih tinggi dibandingkan dengan bak pemeliharaan A dan C. Monitoring Pertumbuhan ADG dapat dilihat pada gambar dibawah ini Grafik monitoring ADG pada bak A, B dan C Pada grafik monitoring ADG pada pemeliharaan di bak A, dapat dilihat bahwa udang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat pada DOC dengan nilai ADG mencapai.21 gr/hari, namun mengalami penurunan pada DOC dengan nilai ADG menurun hingga nilai.29 gr/hari. Pada grafik monitoring ADG pada pemeliharaan di bak B, dapat dilihat bahwa pada periode sampling ke 1-3 udang mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu ABW,3.,,3.,,7., gr/periode sampling, dengan ADG periode samplingpertama,4 gr/hari, sampling ke dua,46 gr/hari, dan periode sampling ke tiga yaitu,6 gr/hari. Pada awalnya pertumbuhan udang pada ketiga bak pemeliharaan sama, dan setelah sampling pertama yaitu DOC 8-39 hari bak pemeliharaan C lebih cepat dibandingkan dengan bak pemeliharaan A dan B. Pertumbuhan yang lebih cepat disebabkan karena media baru yang lebih kondusif bagi pertumbuhan udang bak pemeliharaan C sehingga memberikan hasil yang lebih baik. Sedangkan bak pemeliharaan A dan B adalah lanjutan dari media air pemeliharaan periode yang lalu, sehingga pertumbuhan selanjutnya kurang stabil. Suhu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme dalam tubuh udang. Semakin tinggi suhu maka semakin cepat proses metabolisme terjadi. Grafik suhu dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

4 Salinitas (g/l) Suhu ( C) Grafik Suhu Farchan (26) menyatakan bahwa, suhu optimum untuk pemeliharaan udang vaname di tambak adalah berkisar antara 28-3 ºC. Suhu pada bak pemeliharaan di lapangan hampir sama yaitu berkisar antara C. Adapun fluktuasi suhu ini terjadi dikarenakan pengaruh cuaca yang berubah-ubah selama proses pemeliharaan berlangsung. Grafik salinitas dapat dilihat pada gambar dibawah ini Grafik salinitas Salinitas bak A adalah ppt. Sedangkan bak B ppt, dan bak C ppt. Dengan demikian diduga salinitas yang rendah turut mempengaruhi pertumbuhan biota yang dipelihara. Perbedaan salinitas yang begitu mencolok akibat perbedaan salinitas awal penebaran dan hujan yang terjadi. Pengukuran dilakukan sehari satu kali untuk setiap bak. Hasil pengukuran alkalinitas pada tambak selama praktik keahlian dapat dilihat pada Tabel dibawah ini.

5 Tanggal 16 Febuari Febuari Maret 217 Bak Alkalinitas (mg/liter) Keterangan A 2,16 Tidak Optimum B 1,12 Tidak Optimum C 11,8 Optimum A 19,1 Tidak Optimum B 12,9 Optimum C 9,7 Optimum A 17,13 Tidak Optimum B 1,8 Optimum C 8,6 Optimum Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada pengukuran alkalinitas pada tanggal 16 Febuari 217, 23 Febuari 217 dan 2 Maret 217 menunjukan nilai alkalinitas pada bak A melebihi nilai optimal untuk pertumbuhan plankton. Dengan nilai berturut-turut sebagai berikut: 2.16, 19.1, mg/l Kemudian pada bak B, nilai alkalinitas pada tanggal 16 Febuari 217 menunjukan nilai yang tidak optimum untuk pertumbuhan plankton yaitu 1.12 mg/l. Namun pada pengukuran yang dilakukan pada tanggal 23 Febuari 217 dan 2 Maret 217 nilai alkalinitas yang optimum untuk pertumbuhan plankton dengan nilai berturut-turut sebagai berikut 12.9, 1.8 Selanjutnya pada bak C, nilai alkalinitas mulai dari penggukuran tanggal tanggal 16 Febuari 217, 23 Febuari 217, dan 16 Maret 217 adalah optimum untuk pertumbuhan plankton dengan nilai berturut-turut sebagi berikut : 11.8, 9.7, 8.6. Dengan demkian diduga bahwa pertumbuhan plankton terbaik terjadi dalam bak C. Hal ini didukung juga dengan hasil ABW yang tinggi dalam bak C dari pada bak A maupun bak B. Dimana, plankton dapat digunakan oleh udang sebagai pakan alami untuk membantu proses pertumbuhan. Adapun nilai DO yang diperoleh dilapangan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

6 Karbondioksida (mg/l) Dissolved Oxygen (mg/l) Grafik Do Dari gambar diatas diketahui bahwa nilai DO pada bak A berturut-turut adalah 6, 7,6. Kemudian pada bak B diketahui nilai DO berturut-turut adalah 8, 6, 7 dan pada bak C diperoleh nilai DO berturut-turut adalah 6, 6, 7. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa nilai DO dalam media telah memenuhi kadar optimum sebagaimana yang dikatakan oleh Kordi (27) bahwa dalam proses budidaya udang vaname membutuhkan DO berkisar antara -7 mg/l. Berikut diuraikan hasil pengukuran CO 2 selama praktik. Pengukuran hasil CO 2 dapat dilihat pada Gambar dibawah ini Grafik CO 2

7 Dari gambar diatas diketahui nilai CO 2 pada bak A berturut-turut adalah 12 mg/l, 2 mg/l, 12 mg/l. Pada bak B berturut-turut adalah 1 mg/l, 1 mg/l, 16 mg/l. Pada bak C berturut-turut adalah 8 mg/l, 8 mg/l, 8 mg/l. Dengan nilai yang diperoleh tersebut diketahui bahwa nilai CO 2 dalam petak A, B dan C masih dapat ditolerir oleh biota yang dipelihara karena jumlah oksigen yang terlarut dalam media cukup tinggi. Hal ini sependapat dengan Efendi (23) yang menyatakan bahwa, perairan yang diperuntukan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < mg/l. Kadar karbondioksida bebas sebesar 1 mg/l masih dapat ditolelir oleh organisme akuatik, asal disertai dengan kadar oksigen yang cukup. Hasil pengukuran kualitas air untuk Fe dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. No Bak Nilai Satuan Keterangan 1 A,11 mg/l Optimal 2 B,8 mg/l Optimal 3 C,13 mg/l Optimal Dari gambar diatas diketahui bahwa kadar Fe dalam bak A, B dan C berturut-turut adalah.11,.8,.13. Dengan nilai tersebut diketahui bahwa kadar Fe masih dibawah nilai maksimum dan layak digunakan untuk budidaya sebagaimana yang dikatakan oleh Suherman (211) bahwa, kadar Fe dibawah mg/l tidak membahayakan karena Fe merupakan unsur logam utama penyusun kerak bumi, sehingga secara alami banyak terdapat di alam termasuk diperairan. Hasil pengukuran kualitas air untuk NO 2 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. Tanggal Bak Nitrit (mg/liter) Keterangan A Optimum 16 Febuari 217 B >3,28 Tidak Optimum C Optimum A Optimum 23 Febuari 217 B >3,28 Tidak Optimum C Optimum A Optimum 2 Maret 217 B >3,28 Tidak Optimum C Optimum

8 mg/l (nilai dibagi seratus) Dari tabel diatas diketahui bahwa kandungan NO 2 dalam media pada bak A dan C pada tiga kali waktu pengukuran adalah mg/l dan nilai ini menunjukan bahwa media yang digunakan baik untuk media budidaya. Namun tidak demikian untuk kandungan NO 2 pada bak B dimana nilainya adalah >3,28 yang mengindikasikan bahwa media mengandung NO 2 yang tinggi dan tidak baik untuk budidaya karna akan menghambat pertumbuhan. Hal ini sependapat dengan Suryanto dan Mangampa (21) yang mengatakan bahwa, agar udang tumbuh dengan baik maka NO 2 yang terdapat di dalam air bak pemeliharaan tidak boleh lebih dari,1 ppm. Dengan demikian diduga bahwa salah satu faktor penyebab pertumbuhan lambat yang terjadi dalam bak B adalah karena nilai NO 2 yang tinggi dan kisaran optimum amonia untuk budidaya adalah <,1 mg/l dan kadar amonia yang dianggap berbahaya bagi pertumbuhan udang adalah > 2 mg/l. Pengukuran amonia dilakukan di Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan (LP2IL) Serang dengan metode Spektrofotometrik. Adapun hasil pengujian yang dilakukan pada dua waktu yaitu pada DOC1 dan DOC 4. Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar dibawa ini DOC 1 DOC 4 Usia Pemeliharaan Grafik Hasil Pengukuran Amonia

9 TOM (mg/l) Adapun hasil pengukuran Total Organic Materia dapat dilihat pada gambar dibawah ini Grafik Hasil Pengukuran TOM Keadaan amonia dan Total Organic Material (TOM) yang tidak optimum di petak B diduga karena kandungan Cheleate Agent yang digunakan dalam wadah pemeliharaan merupakan hasil transfer air yang mengandung Cheleate Agent dari siklus pertama, maka dari itu Cheleate Agent yang terkandung di petak B jauh lebih sekikit di banding petak A dan C, hal ini sangat berpengaruh pada kualitas air pada bak tersebut, karena bahan organik yang ada didalam bak tidak dapat diuraikan secara sempurna oleh pengurai (Cheleate Agent), sehingga kandungan Total Organic Material (TOM) dalam petak B tinggi. Selama praktik berlangsung, ada beberapa hama yang ditemukan dalam bak saat awal pemeliharaan berupa bentos seperti tritip dan isopoda yang bertindak sebagai hama kompetitor dan destruktor.udang pada masa pemeliharaan praktik keahlian tidak terserang penyakit, baik pada bak A, B maupun bak C.