Cendekia Akuntansi Vol 3 No 1 Jan 2015 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK RUSAK DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA PERUSAHAAN

ABSTRACT. Keywords: Cost, Selling Price, and Job Order Costing. Universitas Kristen Maranatha

TONY PUJIARYANTO Universitas Dian Nuswantoro Semarang

TINJAUAN ATAS PERLAKUAN AKUNTANSI UNTUK PRODUK CACAT DAN PRODUK RUSAK PADA PT INDO PACIFIC

Modul ke: Process Costing. Biaya produksi dengan metode process costing. Fakultas FEB. Minanari, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM PENENTUAN KETEPATAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU SS DI SIDOARJO

ABSTRACT. Keywords: Cost of Production - Full Costing

ANALISIS METODE PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING PADA PT. SUMBER DJAJA PERKASA SIDOARJO

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HARGA POKOK PESANAN PADA TOKO YELLA BAKERY BANJARMASIN

ABSTRAK. Kata-kata kunci: harga jual, harga pokok produk, job order costing method, full costing, variable costing. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN HARGA JUAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING PADA HOME INDUSTRY KHOIRIYAH DI TAMAN SARI, SINGARAJA.

Tugas Akhir. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Program Studi Akuntansi Jususan Akuntansi

Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014 ISSN

Perhitungan Harga Pokok Pesanan Untuk Menetapkan Harga Jual (Studi Kasus Pada Usaha Riau Alumunium)

JSIKA Vol. 7, No.2. Tahun 2018 ISSN X

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN PERLAKUAN PRODUK SAMPINGAN PADA UD. SARI NADI SINGARAJA TAHUN 2012

ABSTRACT. Key words: target costing, efficiency, production costs, selling prices.

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

ANALISIS PERBANDINGAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI TAHU DENGAN MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING PADA TAHU MANG UJANG PEKANBARU ABSTRACT

Metode Harga Pokok Proses. Akuntansi Biaya TIP FTP UB Mas ud Effendi

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN (Studi pada UD. GALIH JATI Semarang)

Penerapan Metode Full Costing Untuk Perhitungan Harga Jual Produk Pada Industri Kecil (Studi Kasus Home Industry Citra Snack Pekanbaru)

ABSTRAK. Kata Kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing

ANALISIS LABA USAHA BERDASARKAN METODE FULL COSTING PRODUK SARUNG SAMARINDA PADA KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUB) DI SAMARINDA

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK FURNITURE

Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Untuk Menentukan Harga Jual Dengan Metode Full Costing Pada PD. Karya Jaya

Pricilia G. Lintong., J. Tinangon.. Perlakuan Akuntansi Terhadap PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP PRODUK RUSAK PADA PT. PABRIK GULA GORONTALO

ABSTRAK. Kata kunci: Metode Variabel Costing, Metode Full costing, Harga Pokok Produk, Harga Jual, dan Laba.

yang bersifat variabel maupun tetap. Sedangkan pada metode variabel costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah yang bersifat variabel saja. D

BAB II BAHAN RUJUKAN

Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi

AKUNTANSI BIAYA JOB COSTING ( HARGA POKOK PESANAN )---B.Linggar Yekti Nugraheni JOB COSTING. Job Costing Operation Costing Process Costing

PENETAPAN HARGA JUAL PRODUK DENGAN COST PLUS PRICING MENGGUNAKAN PENDEKATAN FULL COSTING

ABSTRACT. Keywords: Job order costing method. vi Universitas Kristen Maranatha

Silvia Porawouw, Analisis Perbandingan Metode Penentuan

Analisis Perhitungan Kos Produk Kubah Dengan Menggunakan Metode Full Costing Pada UKM Bakat Jaya

PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING PADA CV.ARSILA BAKERY BANJARMASIN

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Harga pokok produksi, metode job order costing, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik.

ABSTRAK. Kata-kata kunci: harga pokok produksi, job-order costing method. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keywords: production costs, transportation costs, selling prices, activity-based. viii

PENERAPAN ACTIVITY BASED BUDGETING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGURANGI BIAYA PADA PERUSAHAAN ROKOK CENGKIR GADING NGANJUK. Oleh: Hany Cahya Oktavia ABSTRAK

Analisis Biaya Menurut Variable Costing Untuk Pengambilan Keputusan Menerima Atau Menolak Pesanan Khusus Pada Perusahaan Kue Bangket Tokin.

Heniy Undaryani Dewi Pendidikan Ekonomi FKIP UNIVERSITAS PGRI MADIUN

PERHITUNGAN COST OF GOODS MANUFACTURED SEBAGAI DASAR PENENTU HARGA JUAL MENGGUNAKAN FULL COSTING METHOD (Studi Kasus pada UMKM Mie Basah Pak Taman)

PENERAPAN TARGET COSTING DALAM UPAYA EFISIENSI BIAYA PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN LABA PRODUK

PROCESS COSTING LANJUTAN

Akuntansi Biaya. Cost System and Cost Accumulation. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

ABSTRACT. Keywords: Selling Price, Target Costing, Production Costs.

BAB II BAHAN RUJUKAN

Jurnal Cendekia Vol 11 No 3 Sept 2013 ISSN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian sejenis ini pernah dilakukan oleh Hartinah dan Kaslani (2011);

ABSTRACT. Key words: Job order costing method. vii. Universitas Kristen Maranatha

METODE HARGA POKOK PROSES

ABSTRACT. Keywords : Cost of Productions, Conventional Costing, Activity Based Costing. Universitas Kristen Maranatha

PENENTUAN HARGA POKOK PESANAN PADA UD. RUDI BANJARMASIN. Reka Adyana. (Universitas Lambung Mangkurat)

ABSTRACT. Keywords :Cost Of The Process, Cost Accounting. vii. Universitas Kristen Maranatha

JURUSAN AKUNTANSI POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BANDUNG 2012

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR PADA CV. LINTAS NUSA

Perbedaan Metode Harga Pokok Pesanan dengan Harga Pokok Proses. Keterangan Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses Pengumpulan Biaya Produksi

Management Analysis Journal

Lita Mandasari, Kusni Hidayati, Widya Susanti Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

Tria Tomayahu,. J.J. Tinangon. Analisis Perhitungan Harga

MODUL PRAKTIKUM AKUNTANSI BIAYA DAN PRAK

METODE HARGA POKOK PESANAN (FULL COSTING) A K U N T A N S I B I A Y A T I P F T P UB

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

ABSTRACT. Key words : Standard Cost, Cost Production Control. vii. Universitas Kristen Maranatha

PERHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK PADA CV.KRAMA AGUNG SAMARINDA Oleh : SARI PERDANAWATI WIDYA SHOFIANA

PRODUCTION COST ANALYSIS OF SUMBER GIZI NABATI ENTERPRISE IN PEKANBARU CITY

Nienik H. Samsul, Perbandingan Harga Pokok.. PERBANDINGAN HARGA POKOK PRODUKSI FULL COSTING DAN VARIABLE COSTING UNTUK HARGA JUAL CV.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH LAB. PENGANTAR AKUNTANSI 3 (ED) KODE / SKS : KD / 2 SKS

ABSTRACT. Keyword: Cost report, job order costing, cost of production orders, compare, weaknesses and strengths, analytical calculation

EVALUASI HARGA POKOK PRODUKSI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK

PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI ANTARA SISTEM JOB COSTING DAN FULL COSTING. (Studi Kasus Pada Meubel Bagus Semarang)

PENERAPAN JOB ORDER COSTING METHOD DENGAN PENDEKATAN FULL COSTING DALAM MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUKSI PANEL LISTRIK PADA CV.

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABLE COSTING

Ni Made Rahayu Megawati. Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

PENERAPAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PERHITUNGAN HPP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK DUPA PADA UD GANESHA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN (Studi Kasus Pada Usaha Medali Mas, Kota Kediri)

THE APPLICATION OF JOB ORDER COSTING METHODS TO INCREASE THE ACCURACY OF CALCULATING COST OF GOODS MANUFACTURED ON CV. HARAPAN JAYA MANDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALOKASI JOINT COST PADA SAAT SEBELUM DAN SESUDAH SPLIT OFF POINT PADA PT ISTEM

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

SISTEM PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN (JOB ORDER COSTING ATAU JOB COSTING)

ABSTRAK. Kata-kata kunci: Job order costing method, efisiensi, dan efektivitas. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB VI METODE HARGA POKOK PROSES

BAB IX METODE HARGA POKOK PESANAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

Kata kunci: harga pokok produksi, full costing, variable costing, harga jual

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA KONVEKSI MIFTAH

PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM MENENTUKAN PERHITUNGAN HRGA POKOK PRODUKSI MESIN CUCI MOBIL SEMI OTOMATIS PADA PT GLOBAL ENDO TEKNIK DI SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI

SITI JAZILAH

AKUNTANSI BIAYA KA2083. Modul Praktek. Hanya dipergunakan di lingkungan Fakultas Ilmu Terapan

METODE HARGA POKOK PESANAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING DALAM PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI DI PERCETAKAN MEGA BUANA PONTIANAK

ABSTRAKS. Kata kunci : Aktivitas, Sistem Akuntansi Tradisional, Sistem ABC, Harga Pokok Produk.

Transkripsi:

PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK RUSAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada Trenggalek ) Oleh: Ulinuha ABSTRAK Proses produksi merupakan kegiatan utama suatu perusahaan. Dalam melakukan proses produksi selain menghasilkan produk yang baik, tidak dapat dihindarkan juga menghasilkan produk yang rusak. Dalam penelitian ini membatasi pembahasan masalah pada perlakuan akuntansi produk rusak dan pengaruhnya terhadap harga pokok produksi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi produk rusak dan pengaruhnya terhadap harga pokok produksi. Data yang digunakan dalam penelitian: data primer, data kualitatif dan data kuantitatif, teknik pengumpulan datanya mengunakan metode wawancara, dan metode dokumentasi. Sedangkan identifikasi variabelnya meliputi: (1) Produk rusak (2) Harga pokok produksi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan secara panjang lebar dalam bentuk kalimat keterkaitan dari data penelitian yang berupa angka angka tentang perlakuan akuntansi produk rusak dan pengaruhnya terhadap harga pokok produksi. Dari hasil pembahasan dapat diketahui bahwa setelah dilakukan pembukuan atas produk rusak maka terjadi peningkatan terhadap harga pokok produksi yaitu pada tahun 2011 yaitu dari harga Rp. 1.153,- tiap unit menjadi Rp. 1.158,- tiap unit, pada tahun 2012 dari harga Rp. 1.155,- tiap unit menjadi Rp. 1.161,- tiap unit. Hasil penjualan produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi sehingga perusahaan dapat menghemat biaya produksi pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.393.000,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.560.000,-. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah akan lebih menguntungkan jika perusahaan menggunakan perhitungan nilai jual produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan lebih rendah dan perusahaan lebih diuntungkan dengan penerapan metode ini. Kata kunci: Produk Rusak, Harga Pokok Produksi. ABSTRACT The process of production is the main activity of a company. In the production process than producing a good product, it is inevitable also produce defective products. In this study limit the discussion of the accounting treatment 50

of defective products and the effect on the cost of production. The purpose of this research was to determine how the accounting treatment of defective products and their effects on the cost of production. Data used in the study: primary data, qualitative data and quantitative data, data collection techniques using interview methods, and methods of documentation. While the identification of variables include: (1) defective products (2) Cost of production. Data analysis techniques used in this research is descriptive quantitative analysis technique, which is explained at length in sentences linkage of research data in the form of figures - the number of defective products accounting treatment and its effect on the cost of production. From the discussion, it can be seen that after accounting for the sale of defective products to the decline in the cost of production in 2011, from Rp. 1.168,- per unit to Rp. 1.158,- per unit, in 2012 from Rp. 1.170,- per unit to Rp. 1.161,- per unit. Proceeds from sale of defective products are treated as a reduction of cost of production so that the company can save on production costs in 2011 amounted to Rp. 1.393.000,- and in 2012 amounted to Rp. 1.560.000,-. The conclusion that can be drawn from this research is that it will be more profitable if the company uses the calculation of the value of selling defective products are treated as a reduction of production costs and expenses incurred by the company is lower and more companies benefit from the application of this method. Keywords : Damaged Products, Cost of Production PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antar perusahaan. Perusahaan yang dapat bertahan dalam persaingan tersebut, harus berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk serta menyelesaikan pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Selain itu penentuan harga jual juga merupakan faktor yang sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Untuk menghindari akan adanya kerugian dan untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan, maka perusahaan harus mampu untuk menentukan harga pokok produksi yang tepat. Harga pokok produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Dalam menentukan harga pokok produksi suatu produk, biasanya perusahaan menggunakan metode yang dibuat dan disusun berdasarkan atas pengalaman perusahaan yaitu pada banyaknya biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung, misalnya biaya bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Dalam menciptakan produk yang berkualitas tinggi, tidak dapat dihindarkan akan terjadinya kegagalan produksi, sehingga hasil produksi tersebut tidak optimal. Hal ini 51

bisa terjadi karena beberapa faktor, misalnya pemilihan bahan baku yang kurang tepat, tenaga kerja yang lalai atau tidak mempunyai keahlian yang memadai dalam membuat suatu produk, dan alat-alat produksi yang tidak dapat beroperasi secara normal. Produk yang dihasilkan sebagai akibat dari kegagalan dalam proses produksi biasa disebut dengan produk rusak. Produk rusak adalah produk yang kondisinya rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi produk yang baik, meskipun mungkin secara teknis dapat diperbaiki tetapi akan berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan. Masalah produk rusak dianggap penting dari berbagai aspek, antara lain aspek penentuan harga pokok produk, perencanaan dan pengendalian manajerialnya. Produk rusak mengakibatkan kenaikan biaya produksi atau harga pokok produksi. Kenaikan biaya produksi, pada gilirannya akan mengurangi daya saing perusahaan dan akibatnya terhadap kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Selain itu, produk rusak juga akan mempengaruhi pencatatan akuntansi pada perusahaan, sehingga diperlukan akan adanya perlakuan akuntansi produk rusak. Perlakuan akuntansi produk rusak yang laku dijual tergantung dari penyebab timbulnya produk rusak, dapat dibagi menjadi 3 hal, diantaranya nilai jual produk rusak diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi, kerugian yang timbul karena adanya produk rusak diperlakukan sebagai elemen BOP dan nilai jual produk rusak diperlakukan sebagai pendapatan diluar usaha (other income). Apabila produk tidak laku dijual dan penyebabnya bersifat normal, maka harga pokok produk rusak dibebankan pada produk selesai yang dipindahkan ke gudang produk selesai atau departemen berikutnya, jadi perlakuannya sama dengan produk hilang akhir proses, harga pokok produk selesai jumlahnya menjadi bertambah sedangkan jumlah pemikul harga pokok tetap sejumlah produk selesai, maka harga pokok satuan menjadi bertambah. Produk rusak yang tidak laku dijual dan penyebabnya bersifat tidak normal atau karena kesalahan, maka harga pokok produk rusak tidak boleh dikapitalisasi kedalam harga pokok produk selesai, tetapi diperlakukan sebagai rugi produk rusak. Perusahaan Genteng PRIMA ABADI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industri genteng yang dalam melakukan kegiatan usahanya didasarkan pada pesanan dari pelanggan dan dalam proses produksinya selain menghasilkan produk yang baik juga tidak dapat dihindarkan menghasilkan produk yang rusak. Dalam memperlakukan kerugian biaya produksi yang terjadi akibat produk rusak, perusahaan selama ini tidak melakukan pembukuan atas produk rusak tersebut, sehingga terjadinya produk rusak pada perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga pokok produksi barang yang akan dijual kepada pemesan dan akibatnya kerugian akan adanya produk rusak tersebut tidak terdeteksi. Dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil judul Perlakuan Akuntansi Produk Rusak dan Pengaruhnya Terhadap Harga Pokok Produksi (Studi kasus 52

pada Trenggalek). Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan diteliti pada UKM Lima Usaha adalah sebagai berikut : Bagaimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan pengaruhnya terhadap harga jual. Batasan Penelitian Penelitian ini hanya membahas mengenai penghitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan pengaruhnya terhadap harga jual, periode yang dianalisis tahun 2011-2012. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing dan pengaruhnya terhadap harga jual. METODE PENELITIAN Ruang lingkup Penelitian Untuk menghindari adanya suatu pembahasan yang tidak sesuai dengan pendekatan yang diterapkan dalam penelitian, maka ruang lingkup penelitian difokuskan pada perlakuan akuntansi produk rusak dan pengaruhnya terhadap harga pokok produksi untuk perusahaan yang menggunakan Metode Harga Pokok Pesanan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tahun 2011-2012. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data dilakukan secara langsung ke perusahaan yaitu dengan cara: 1). Dokumentasi, 2). Wawancara. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional variabel 1. Produk Rusak Produk Rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan dan tidak dapat diperbaiki. 2. Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah Seluruh biaya-biaya yang digunakan untuk pengolahan bahan baku hingga menjadi produk jadi. Teknik Analisis 1) Melakukan pencatatan akuntansi produk rusak pada Perusahaan Genteng Prima Abadi. Menurut Supriyono (2007), perlakuan akuntansi produk rusak laku dijual yang kerugian atas produk rusak tersebut dibebankan pada pesanan tertentu adalah sebagai berikut: Elemen Biaya BBB BTK BOP Harga Pokok Pesanan (1) Prosentase (2) Alokasi Hasil Penjualan Produk Rusak (3) = (2) x Hasil Penjualan Produk Rusak HP. Pesanan Stlh dikurangi Penjualan P. Rusak (4) = (1) (3) x BBB x 100% B.Produksi x x x BTK x 100% B.Produksi x x x BOP x 100% B.Produksi x x x 100 % x x 53

Harga Pokok Satuan = Harga Pokok Pesanan Jumlah Produksi Harga pokok produk baik = Jml Produk Baik x HP satuan = Rugi produk rusak: Harga pokok produk rusak = Jml. P. Rusak x HP satuan = Penjualan produk rusak = Jml P. Rusak x H. Jual P. Rsk per unit = Rugi produk rusak = + Harga pokok pesanan (a) Mencatat biaya produksi: BDP BBB BDP BTK BDP BOP Persediaan Bahan Baku Upah dan gaji BOP dibebankan (b) Mencatat hasil penjualan produk rusak sebagai pengurang harga pokok pesanan yang telah dibebani harga pokok produk rusak. Kas BDP BBB BDP BTK BDP BOP (c) Mencatat harga pokok pesanan yang selesai: Persediaan produk selesai BDP BBB BDP BTK BDP BOP 2) Menganalisis hasil perhitungan harga pokok produksi perusahaan sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak dengan harga pokok produksi setelah dikurangi hasil penjualan produk rusak. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan penulis untuk melakukan pencatatan produk rusak yang dibebankan pada pesanan tertentu, menurut Supriyono (2007) adalah sebagai berikut: 4.2.1 Perlakuan produk rusak laku dijual pada Perusahaan Genteng Prima Abadi. Pada tahun 2011 dengan jumlah produksi sebesar 149.050 unit yang terdiri dari jumlah produk baik sebesar 147.193 dan jumlah produk rusak sebesar 1.857 unit dengan harga jual produk rusak sebesar Rp. 750,- per unit adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Alokasi Hasil Penjualan Produk Rusak Jenis Karang Pilang Pada Tahun 2011 Elemen Biaya Harga Pokok Produksi Prosentase Alokasi Hasil Penjualan Produk Rusak 54 HP. Produksi Stlh dikurangi Penjualan P. Rusak BBB 35.400.000 21% 21%x1.393.000= 292.000 35.108.000 BTK 56.639.000 33% 33%x1.393.000= 460.000 56.179.000 BOP 79.815.000 46% 46%x1.393.000= 641.000 79.174.000 171.854.000 100% 1.393.000 170.461.000 Sumber: data primer diolah

Rp.171.854.000 Harga pokok satuan = = Rp.1.153 149.050 Harga pokok produk baik = 147.193 x Rp.1.153 Harga pokok produk baik = Rp.169.714.000 Harga pokok produk rusak = 1.857 x Rp.1.153 Harga pokok produk rusak = Rp. 2.141.000 Hasil Penjualan produk rusak = 1.857 x Rp. 750 Hasil Penjualan produk rusak = Rp.1.393.000 Rugi produk rusak = Harga pokok produk rusak + Hasil Penjualan produk rusak Rugi produk rusak = Rp. 748.000 Harga pokok pesanan = Harga pokok produk baik - Rugi produk rusak Harga pokok pesanan = Rp.170.462.000 Keterangan: Jumlah seharusnya Rp. 170.461.000,- selisih sebesar Rp. 1.000,- disebabkan adanya pembulatan angka. a) Mencatat biaya produksi: BDP BBB Rp. 35.400.000 BDP BTK Rp. 56.639.000 BDP BOP Rp. 79.815.000 Persed BB Rp. 35.400.000 Upah dan gaji Rp. 56.639.000 BOP dibebankan Rp.79.815.000 b) Mencatat hasil penjualan produk rusak sebagai pengurang harga pokok pesanan yang telah dibebani harga pokok produk rusak. Kas Rp. 1.393.000 BDP BBB Rp. 292.000 BDP BTK Rp. 460.000 BDP BOP Rp. 641.000 c) Mencatat harga pokok pesanan produk rusak: Persed. P selesai Rp. 170.461.000 BDP BBB Rp. 35.108.000 BDP BTK Rp. 56.179.000 BDP BOP Rp. 79.174.000 4.2.2 Perlakuan produk rusak laku dijual pada Perusahaan Genteng Prima Abadi. Pada tahun 2012 dengan jumlah produksi sebesar 165.140 unit yang terdiri dari jumlah produk baik sebesar 163.060 dan jumlah produk rusak sebesar 2.080 unit dengan harga jual produk rusak sebesar Rp. 750,- per unit adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Alokasi Hasil Penjualan Produk Rusak Jenis Karang Pilang Pada Tahun 2012 Elemen Biaya Harga Pokok Produksi Prosentase Alokasi Hasil Penjualan Produk Rusak HP. Produksi Stlh dikurangi Penjualan P. Rusak BBB 39.221.000 21% 21%x1.560.000= 38.894.000 BTK 62.685.000 33% 33%x1.560.000= 327 000 62.170.000 BOP 88.953.000 46% 46%x1.560.000= 88.235.000 32 000 190.859.000 100% 1.560.000 189.299.000 Sumber: data primer diolah Rp.190.859.000 Harga pokok satuan = = Rp.1.156 165.140 Harga pokok produk baik = 163.060 x Rp.1.156 55 Harga pokok produk baik = Rp.188.497.000 Harga pokok produk rusak = 2.080 x Rp.1.156 Harga pokok produk rusak = Rp. 2.404.000

Hasil Penjualan produk rusak = 2.080 x Rp. 750 Hasil Penjualan produk rusak = Rp.1.560.000 Rugi produk rusak = Harga pokok produk rusak + Hasil Penjualan produk rusak Rugi produk rusak = Rp.844.000 Harga pokok pesanan = Harga pokok produk baik - Rugi produk rusak Harga pokok pesanan = Rp.189.341.000 Keterangan: Jumlah seharusnya Rp. 189.299.000,- selisih sebesar Rp. 42.000,- disebabkan adanya pembulatan angka.. a) Mencatat biaya produksi: BDP BBB Rp. 39.221.000 BDP BTK Rp. 62.685.000 BDP BOP Rp. 88.953.000 Persed BB Rp. 39.221.000 Upah dan gaji Rp. 62.685.000 BOP dibebankan Rp. 88.953.000 b) Mencatat hasil penjualan produk rusak sebagai pengurang harga pokok pesanan yang telah dibebani harga pokok produk rusak. Kas Rp. 1.560.000 BDP BBB Rp. 327.000 BDP BTK Rp. 515.000 BDP BOP Rp. 718.000 c) Mencatat harga pokok pesanan produk rusak: Persed. P selesai Rp. 189.299.000 BDP BBB Rp. 38.894.000 BDP BTK Rp. 62.170.000 BDP BOP Rp. 88.235.000 Perbandingan antara harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak dengan harga pokok produksi setelah dikurangi hasil penjualan produk rusak. Tabel 4.18 Perbandingan Harga Pokok Produksi Sebelum Dikurangi Hasil Penjualan Produk Rusak Dengan Harga Pokok Produksi Setelah Dikurangi Hasil Penjualan Produk Rusak Periode Harga pokok produk baik menurut Perusahaan Total HPP HPP / unit Harga pokok produk baik setelah dikurangi hasil penjualan produk rusak Total HPP HPP / unit 2011 171.854.000 1.168 170.461.000 1.158 2012 190.859.000 1.170 189.299.000 1.161 Sumber: data primer diolah Dari perhitungan diatas dapat di analisis: 1) Pada tahun 2011 harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak adalah sebesar Rp.171.854.000, sedangkan produk rusak adalah sebesar Rp. 170.461.000, jadi terdapat selisih sebesar Rp. 1.393.000. 2) Pada tahun 2012 harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak adalah sebesar Rp.190.859.000, sedangkan produk rusak adalah sebesar Rp. 189.299.000, jadi terdapat selisih sebesar Rp. 1.560.000. 3) Dari perbandingan antara harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak 56

dengan harga pokok produksi produk rusak, maka terdapat selisih. Selisih tersebut merupakan hasil penjualan produk rusak dan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi, sehingga dengan menggunakan metode ini perusahaan bisa menghemat biaya produksi pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.393.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp. 1.560.000. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan penganalisaan data tentang pengaruh produk rusak terhadap harga pokok produksi, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan proses produksi selain menghasilkan produk yang baik, juga tidak dapat dihindarkan menghasilkan produk rusak. 2. Dengan adanya produk rusak tersebut maka harga pokok produksi pada Perusahaan Genteng Prima Abadi menjadi meningkat. 3. belum melakukan pembukuan atas adanya produk rusak, sehingga terjadinya produk rusak pada perusahaan dianggap tidak berpengaruh terhadap harga pokok produksi barang yang akan dijual kepada pemesan dan akibatnya kerugian akan adanya produk rusak tersebut tidak terdeteksi. 4. Dari hasil pembahasan dapat diketahui data sebagai berikut: Pada tahun 2011 harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak adalah sebesar Rp.171.854.000,- atau sebesar Rp. 1.168,- tiap unit, sedangkan harga pokok produksi setelah dikurangi hasil penjualan produk rusak adalah sebesar Rp. 170.461.000,- atau sebesar Rp. 1.158,- tiap unit, sehingga terjadi 57 penurunan harga pokok produksi dari Rp.1.168,- tiap unit menjadi Rp. 1.158 tiap unit. Pada tahun 2012 harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak adalah sebesar Rp.190.859.000,- atau sebesar Rp. 1.170 tiap unit, sedangkan harga pokok produksi produk rusak adalah sebesar Rp. 189.299.000,- atau sebesar Rp. 1.161,- tiap unit, sehingga terjadi penurunan harga pokok produksi dari Rp. 1.170,- tiap unit menjadi Rp. 1.161,- tiap unit. 5. Terdapatnya selisih antara harga pokok produksi sebelum dikurangi hasil penjualan produk rusak dengan harga pokok produksi setelah dikurangi hasil penjualan produk rusak yaitu pada tahun 2011 terdapat selisih sebesar Rp. 1.393.000,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.560.000,-. Selisih tersebut diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi, sehingga perusahaan bisa menghemat biaya produksi genteng jenis karang pilang pada tahun 2011 sebesar Rp. 1.393.000,- dan pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.560.000,-. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat memberikan saran kepada sebagai berikut: 1. Perusahaan sebaiknya melakukan pembukuan atas adanya produk rusak sehingga kerugian akan adanya produk rusak dapat diketahui dan juga untuk mengetahui harga pokok produk baik setelah adanya produk rusak sebagai acuan untuk menentukan harga jual produk

sesuai dengan laba yang diinginkan Perusahaan. 2. Perusahaan sebaiknya mengklasifikasikan produk rusak menjadi produk rusak normal dan produk rusak abnormal, sehingga perusahaan bisa memperlakukan hasil penjualan produk rusak tersebut. 3. Perusahaan sebaiknya berusaha untuk meminimalisasi penyebab terjadinya produk rusak, sehingga dapat mengurangi resiko kerugian akibat terjadinya produk rusak. DAFTAR PUSTAKA Bustami Bastian dan Nurlela, (2006), Akuntansi Biaya Kajian Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama: Yogyakarta. Efferin Sujoko dkk., (2004), Metodologi Penelitian untuk Akuntansi, Edisi Pertama, Malang: Bayumedia Publishing. Fauziyah (2008), Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Kediri: Uniska. Horngren Charles T dkk (2008), Akuntansi Biaya, Edisi 11, Jakarta: PT Indeks Mulyadi, (2005), Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: UPP STIM YPKN. Mulyadi, (2010), Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Yogyakarta: UPP STIM YPKN. Mursyidi, (2008), Akuntansi Biaya, Bandung: Refika Aditama. Supriyono (2007), Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Sutrisno (2001), Akuntansi Biaya untuk Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta: Ekonisia Yuningsih dan Kholmi (2009), Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. 58