VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

dokumen-dokumen yang mirip
VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Kata kunci: mutu nonakademik, analisis swot, ban pt, renstra

BAB IV VISI MISI SASARAN DAN TUJUAN

IV. PROFIL UNIT PELAKSANA TEKNIS DIKLAT PEGAWAI PROVINSI RIAU

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

B A B III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan Berdasar Tugas Dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN KINERJA BAGIAN SEKRETARIAT PADA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BANGGAI

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

B a b I I G a m b a r a n P e l a y a n a n S K P D Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

STRATEGI PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN DI KABUPATEN LANGKAT

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PENILAIAN PRESTASI KINERJA PEGAWAI MAKNANYA BAGI WISYAISWARA Oleh : Sumaryono, SE, M.Si, Widyaiswara Madya pada Badan Diklat Provinsi Papua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan senantiasa membutuhkan manajemen yang berkaitan

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENTINGNYA WORKSHOP DAN PELATIHAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIDYAISWARA DALAM MEMBUAT KARYA TULIS ILMIAH

tinggi serta tersedianya dana dengan memanfaatkan peluang

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

VI. PERUMUSAN STRATEGI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

2.1 Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PANDEGLANG,

Analisis SWOT Sebagai Dasar Menentukan Kualitas Lulusan di SMK TI Bali Global Karangasem

VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM REVITALISASI Identifikasi SWOT pada Revitalisasi Posyandu di Kecamatan Pekanbaru Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

ANALISIS SWOT. Analisis Data Input

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPD TAHUN 2016

Kedua lingkungan dituntut untuk seimbang (balance) agar proses kinerja dan pengelolaan berjalan semaksimal mungkin.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

Rencana Strategi Sekretariat Daerah Tahun Halaman 9

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 81 TAHUN 2008 TENTANG

SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGARAAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Governance) diperlukan adanya pengawasan yang andal melalui sinergitas

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB V. PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Oleh : S u p a n d i, SE (Kabid Pengembangan BKD Kab. Kolaka) A. Pendahuluan

BAB IV HASIL ANALISIS DATA. kesengajaan karena kondisi keluarga yang pindah ke Babadan untuk

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat (1) Peraturan

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. 4.1 Sejarah Singkat Kedudukan Tugas Pokok Dan Fungsi Badan. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) merupakan unsur

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

RENCANA STRATEGIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN ASNAF FAKIR DAN MISKIN MELALUI BANTUAN MODAL ZAKAT YAYASAN DANA SOSIAL AL-FALAH (YDSF) SURABAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III METODE KAJIAN

Strategi Pengembangan Usaha Dalam Pemberdayaan Ekonomi Pegawai Negeri Sipil Di Koperasi Pegawai Republik Indonesia Warga Winaya

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SWOT : PENGELOLAAN SUMBER DAYA APARATUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

profesional, bersih dan berwibawa.

Program merupakan kumpulan kegiatan-kegiatan yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi seperti saat ini, harus dipersiapkan sumber daya manusia

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

BAB IV ANALISIS SWOT PENENTUAN STRATEGI PEMASARAN UNTUK PENINGKATAN DAYA SAING DI CV. GLOBAL WARNA SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Faktor-faktor strategis pembentuk SWOT PT. KLS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 34/PRT/M/2007 TENTANG PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STATEGIS SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN PENDEKATAN ANALISIS SWOT (Studi Kasus: Divisi IT Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung)

III. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENANGANAN KREDIT MACET TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA PADA PT. BPR TUNAS ARTHA JAYA PARE KEDIRI

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

Transkripsi:

VI. EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pengembangan kapasitas pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan dan pemberdayaan publik pada UPT Provinsi Riau disusun bersasarkan hasil analisis terhadap wawancara dan diskusi kelompok yang dilaksanakan secara bersama antara peneliti dengan widyaiswara UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau tanggal 15 Mei 2009. Diskusi kelompok tersebut menghasilkan rancangan program peningkatan dan pendidikan berbasis pelayanan publik pada UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Rancangan program disusun dengan mempertimbangkan faktor kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang ada, sehingga dengan rancangan program tersebut dapat mencapai tujuan dalam rangka peningkatan pelayanan publik yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Mempedomani rancangan program yang disusun, maka implementasi dalam pengembangan kapasitas UPT Diklat di Badan Kepegawaian Daerah yang berbasis pelayanan publik dapat dilaksanakan secara partisipatif. Analisis SWOT merupakan salah satu alat analisa identifikasi berbagai faktor secara sistematis yang didasarkan atas logika untuk merumuskan strategi program. Analisis ini diperoleh dengan memaksimalkan faktor pendukung namun secara bersamaan dapat meminimalkan faktor penghambat. 6.1. Analisis Strategi Pengembangan Kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau Strategi pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau ditujukan bagi peningkatan pengetahuan PNS dalam mengelola kegiatan layanan publik yang berbasis pada metodologi pemberdayaan masyarakat. Peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik dibuat melalui dua pendekatan strategi, yaitu pertama adalah strategi peningkatan sumber daya PNS melalui pendidikan dan pelatihan dengan penambahan kurikulum yang bermuatan materi pemberdayaan masyarakat serta mekanisme kegiatan teknis dan evaluasi pasca diklat, kedua adalah Integrasi dengan lembaga lembaga kediklatan pada satuan kerja di Provinsi Riau mengenai peningkatan pelayanan publik yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat, serta membuat model model

62 peningkatan layanan publik berbasis pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap satuan kerja. Bentuk strategi pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau dijelaskan pada bahasan berikut ini : Kekuatan/Strength (S) S1 : Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS S2 : Komitmen, konsistensi dan tujuan UPT dalam Pendidikan dan Pelatihan Pegawai S3 : Akreditasi LAN kepada kelembagaan Diklat S4 : Komitmen PNS terhadap nilai-nilai pengabdian Kelemahan/ Weaknesses (W) W1 : Kurikulum belum terintegrasi dengan instansional dan pembinaan karir W2 : Kapasitas Widyaiswara belum memadai dalam hal metodologi pemberdayaan masyarakat W3 : Evaluasi pasca diklat belum dilakukan W4 : Kelembagaan UPT tidak Instansional Peluang / Opportunity (O) O1 : Harapan masyarakat terhadap kinerja Aparatur Pemerintah yang lebih baik O2 : Pengawasan dan pengendalian Perangkat Judisial O3 : Partisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup tinggi. O4 : Perubahan Paradigma Pembangunan Nasional kepada pola pembangunan manusia dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat Ancaman /Threats (T) T1 : Ketidakmampuan PNS mewujudkan Profesionalisme akibat sistem mutasi yang tidak melihat bidang keahlian T2 : Degradasi/ketidakpercayaan masyarakat kepada Instansi Pemerintah T3 : Kurang berjalannya sistem reward and punishman dalam peningkatan karir PNS

63 T4 : Pola Pendidikan masyarakat maupun PNS yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun pemerintah Berdasarkan komponen-komponen/uraian unsur-unsur SWOT tersebut, maka dapat ditentukan 4 (empat) kelompok alternatif strategi yang merupakan kombinasi dari masing-masing unsur, yang dapat digunakan pada kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis layanan publik pada UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau sebagai berikut : Strategi SO Strategi harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya karena merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Strategi ini diperoleh dengan cara membangun seluruh kekuatan yang berasal dari dalam kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik sehingga dapat dimanfaatkan peluang yang ada. Strateginya adalah : 1. Reformulasi bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan satker dalam pelayanan publik 2. Penerapan standar pendidikan dan pelatihan sesuai dengan akreditasi LAN 3. Kerjasama dengan institusi lokal dalam penguatan dan pemberian materi pendidikan dan pelatihan PNS. 4. Penerapan sistem pengawasan kepegawaian dengan melibatkan UPT Pendidikan dan Pelatihan Strategi ST Strategi ST diterapkan untuk menghadapi ancaman namun dapat memanfaatkan kekuatan internal dan meraih peluang yang ada. Bentuk strateginya adalah : 1. Perbaikan sistem manajemen mutasi pegawai sesuai dengan kriteria keahlian 2. Sosialisasi dan keterbukaan sistem kinerja pelayanan prima Pemerintah dengan cara sederhana dan mudah dimengerti. 3. Reformulasi sistem penilaian dan penghargaan pegawai sesuai dengan prestasi kerjanya.

64 4. Reformulasi sistem pola pendidikan masyarakat dan PNS yang disesuaikan dengan arah pembangunan dan kebutuhan masyarakat Strategi WO Strategi ini dibuat dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan sebaik mungkin peluang ada. Strategi yang dibuat adalah: 1. Reformulasi kurikulum dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat pada porsi yang lebih proporsinal sesuai dengan kebutuhan Satker. 2. Peningkatan Pendidikan dan pelatihan bagi widyaiswara, khususnya pada metodologi pemberdayaan masyarakat 3. Pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat dalam memberikan penilaian terhadap PNS, serta Perumusan dan Pelaksanaan sistem Evaluasi Pasca Diklat. 4. Pemberian Kewenangan UPT Pendidikan dan Pelatihan dalam bekerjasama dengan instutusi lain yang sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran memberikan penilaian bagi perbaikan sistem manajemen kepegawaian Strategi WT Merupakan situasi yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik pada UPT Pendidikan dan pelatihan BKD Provinsi Riau. Strategi ini dibuat dengan mengoptimalkan peluang serta meminimalkan pengaruh ancaman. Strategi yang dibuat adalah : 1. Peningkatan kemampuan PNS dalam sistem pelayanan prima 2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas sosialisasi program pemerintah 3. Pengajuan sistem kelembagaan UPT Pendidikan dan Pelatihan yang lebih independen 4. Pengelolaan sistem informasi timbal balik yang berbasis kepentingan publik. Faktor internal dan eksternal serta alternatif dapat digunakan selanjutnya dipindahkan ke dalam matrik SWOT. Matriks ini dapat dilihat pada Tabel 13.

65 Tabel 13 Matrik SWOT Strategi Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik pada UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau 61 EFAS IFAS Strenght (S) 1. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS. 2. Komitmen, konsistensi dan tujuan UPT dalam Pendidikan dan Pelatihan Pegawai. 3. Akreditasi LAN kepada kelembagaan Diklat. 4. Komitmen PNS terhadap nilai-nilai pengabdian Weakness (W) 1. Kurikulum belum terintegrasi dengan instansional dan pembinaan karir. 2. Kapasitas Widyaiswara belum memadai dalam hal metodologi pemberdayaan masyarakat 3. Evaluasi Pasca Diklat belum dilakukan. 4. Kelembagaan UPT tidak Instansional. Opportunitiy (O) 1. Harapan masyarakat terhadap kinerja Aparatur Pemerintah yang lebih baik. 2. Pengawasan dan pengendalian Perangkat Judisial. 3. Pertisipasi masyarakat dalam pembangunan cukup tinggi 4. Perubahan Paradigma Pembangunan Nasional kepada pola pembangunan manusia dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat Threat (T) 1. Ketidakmampuan PNS mewujudkan Profesionalisme akibat sistem mutasi yang tidak melihat bidang keahlian. 2. Degradasi/ketidakpercayaan masyarakat kepada Instansi Pemerintah. 3. Kurang berjalannya sistem penilaian dan pemberian penghargaan dalam peningkatan karir PNS. 4. Pola Pendidikan masyarakat maupun PNS yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat maupun pemerintah. Strategi SO 1. Reformulasi bentuk kegiatan Pelatihan dan pendidikan sesuai dengan kebutuhan satker dalam pelayanan publik 2. Penerapan standar pendidikan dan pelatihan sesuai dengan akreditasi LAN 3. Kerjasama dengan institusi lokal dalam penguatan dan pemberian materi pendidikan dan pelatihan PNS. 4. Penerapan sistem pengawasan kepegawaian dengan melibatkan UPT Pendidikan dan Pelatihan Strategi ST 1. Perbaikan sistem manajemen mutasi pegawai sesuai dengan kriteria keahlian 2. Sosialisasi dan keterbukaan sistem kinerja pelayanan prima Pemerintah dengan cara sederhana dan mudah dimengerti. 3. Reformulasi sistem penilaian dan penghargaan pegawai sesuai dengan prestasi kerjanya. 4. Reformulasi sistem pola pendidikan masyarakat dan PNS yang disesuaikan dengan arah pembangunan dan kebutuhan masyarakat Strategi WO 1. Reformulasi kurikulum dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat pada porsi yang lebih proporsinal sesuai dengan kebutuhan Satker. 2. Peningkatan Pendidikan dan pelatihan bagi widyaiswara, khususnya pada metodologi pemberdayaan masyarakat 3. Pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat dalam memberikan penilaian terhadap PNS, rekomendasi bentuk pembinaan PNS serta Perumusan dan Pelaksanaan sistem Evaluasi Pasca Diklat. 4. Pemberian Kewenangan UPT Pendidikan dan Pelatihan dalam bekerjasama dengan instutusi lain yang sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran memberikan penilaian advice bagi perbaikan sistem manajemen kepegawaian. Strategi WT 1. Peningkatan kemampuan PNS dalam sistem pelayanan prima 2. Peningkatan Kualitas dan Kuantitas sosialisasi program pemerintah 3. Pengajuan sistem kelembagaan UPT Pendidikan dan Pelatihan yang lebih independen 4. Pengelolaan sistem informasi timbal balik yang berbasis kepentingan publik.

66 Penilaian komponen SWOT didapatkan setelah setiap komponen SWOT dianalisis dengan memberikan skor (nilai 3 = penting, nilai 2 = cukup penting, dan nilai 1 = tidak penting). Nilai / rating untuk tiap-tiap alternatif strategi SWOT dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 14 Penilaian Komponen SWOT pada Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik Kekuatan (S) Kelemahan (W) Peluang (O) Ancaman (T) Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai Komponen Nilai S1 3 W1 3 O1 3 T1 3 S2 2 W2 3 O2 3 T2 2 S3 2 W3 3 O3 3 T3 3 S4 3 W4 3 O4 2 T4 2 Untuk mengetahui faktor strategi internal yang menjadi prioritas dalam peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan, maka harus diketahui keterkaitan alternatif strategi yang ada pada komponen-komponen Strenghts (S) dan Weakness (W) baru kemudian diberi bobot berkisar antara 0,100 s/d 0,150, selanjutnya baru bisa ditentukan skor dari faktor-faktor strategi internal berdasarkan perkalian nilai bobot dengan rating, dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Analisis Faktor-faktor Strategi Internal Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik NO Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor A Strenghts 1 S1 0,125 3 0,375 2 S2 0,100 2 0,200 3 S3 0,100 2 0,200 4 S4 0,125 3 0,375 TOTAL 0.450 1,150 B Weakneses 1 W1 0,150 3 0,450 2 W2 0,125 3 0,375 3 W3 0,100 3 0,450 4 W4 0,125 3 0,375 TOTAL 0,550 1,650

67 Sedangkan untuk mengetahui faktor strategi eksternal yang menjadi prioritas dalam kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan, maka harus diketahui ketertarikan alternatif strategi yang ada pada komponen-komponen Oppurtunity (O) dan Threats (T) baru kemudian diberi bobot berkisar antara 0,100 s/d 0,150, selanjutnya baru bisa ditentukan skor dari faktor-faktor strategi eksternal berdasarkan perkalian nilai bobot dengan rating, dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Analisis Faktor-faktor Strategi Eksternal Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik UPT Pendidikan dan Pelatihan NO Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor A Opportunity 1 O1 0,150 3 0,450 2 O2 0,125 3 0,375 3 O3 0,150 3 0,450 4 04 0,100 2 0,200 Total 0,450 1,475 B Threats 1 T1 0,150 3 0,450 2 T2 0,100 2 0,200 3 T3 0,125 3 0,375 4 T4 0,100 2 0,200 Total 0,550 1,225 Setelah ditentukan bobot, rating dan skor dari masing-masing faktor internal dan eksternal, maka ditentukan strategi yang terbaik bagi kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Untuk mengetahui strategi mana yang terbaik dari 16 strategi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Pemilihan Strategi pada Kegiatan Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pelayanan Publik UPT Pendidikan dan Pelatihan Strategi O (1,475) T (1,225) S (1,150) S-O (2,625) S-T (2,375) W (1,650) W-O (3,125) W-T (2,875)

68 Dari nilai pembobotan terhadap alternatif strategi yang ada pada Tabel 17, maka dapat ditentukan prioritas strategi yang terbaik bagi kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik UPT Pendidikan dan Pelatihan sebagai bentuk peningkatan layanan UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau pada peningkatan bentuk pelayanan publik. Prioritas strategi yang didapat adalah strategi W-O dengan bobot 3.125 dengan tindakan sebagai berikut : Tindakan pertama yang dilakukan pada kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik pada UPT adalah reformulasi kurikulum dengan memasukkan materi pemberdayaan masyarakat sesuai kebutuhan Satuan Kerja. Strategi ini dipandang penting dalam peningkatan pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik. Bentuk kegiatan materi pemberdayaan harus lebih dikembangkan dan disesuaikan dengan kegiatan program yang ada di setiap satuan kerja di Pemerintah Provinsi Riau. Metode teknis pelaksanaan kegiatan pendidikan maupun pelatihan juga diubah dengan menggunakan prinsip participatory training dengan tujuan membiasakan PNS menjalankan tugas mengedepankan prinsip partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Tindakan Kedua adalah peningkatan pengetahuan widyaiswara dalam penguasaan metodologi pemberdayaan masyarakat. Tindakan ini dilakukan karena Widyaiswara merupakan perancang sekaligus pelaksana kurikulum, modul, instruktur atau tutor, pembimbing serta mengevaluasi program/kegiatan pendidikan dan pelatihan di UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau. Disamping itu melalui jenjang pendidikan formal maupun non formal diharapkan dapat menambah kemampuan Widyaiswara baik dalam penyusunan materi, pemberian materi serta kemampuan membuat dan melaksanakan sistem evaluasi pasca diklat. Penguasaan metodologi pemberdayaan masyarakat oleh Widyaiswara akan meningkatkan kualitas dan pola pikir diklat PNS dalam menjalankan tugas-tugas pemberdayaan masyarakat. Tindakan ketiga adalah pengajuan sistem kewenangan lembaga diklat dalam penilaian PNS, rekomendasi bentuk pembinaan PNS serta perumusan dan pelaksanaan sistem evaluasi pasca diklat. Selama ini Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan tidak mempunyai kewenangan seperti memberikan

69 penilaian kepada PNS pasca mengikuti pendidikan dan pelatihan, menganalisis kebutuhan pendidikan dan pelatihan serta merekomendasikan bentuk-bentuk pendidikan dan pelatihan bagi pengembangan kapasitas PNS. Hal ini dilakukan mengingat tidak semua persoalan PNS dapat diatasi dengan pendidikan dan pelatihan. Tidak adanya kewenangan ini membuat UPT Pendidikan dan Pelatihan tidak dapat memantau kinerja PNS yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan baik dalam penerapan hasil pendidikan dan pelatihan, kemampun membuat sistem ataupun secara bersama ikut memecahkan persoalan-persoalan yang timbul setelah hasil pendidikan dan pelatihan dikerjakan, akibatnya fungsi widyaiswara sebagai pembimbing juga tidak dapat dimanfaatkan. Untuk itu UPT perlu mengusulkan tentang sistem kewenangan kepada Pemerintah Provinsi Riau. Sistem kewenangan dimaksud disusun Tim yang yang berasal Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau, UPT Pendidikan dan Pelatihan serta utusan satuan kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Tindakan ini penting karena UPT Pendidikan dan Pelatihan mempunyai kewenangan dalam merumuskan dan melaksanakan sistem evaluasi pasca diklat, dan dapat membantu pemerintah dalam melakukan sistem penilaian dan pemberian penghargaan kepada PNS yang berprestasi. Kewenangan ini juga dapat digunakan memberikan pertimbangan kepada Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT) Pemerintah Provinsi Riau dalam hal mutasi dan penempatan PNS. Tindakan Keempat adalah pemberian Kewenangan kepada UPT Pendidikan dan Pelatihan untuk melakukan kerjasama dengan institusi lain yang sejenis dan dinilai berkompeten, serta peran kewenangan dalam penilaian bagi sistem manajemen kepegawaian. Kerjasama dengan institusi lain seperti perguruan tinggi dapat memperkaya metodologi keilmuan dan informasi yang lebih konkrit mengenai kondisi kekinian masyarakat, dengan demikian informasiinformasi ini dapat segera diketahui dan diserap oleh PNS ataupun pejabat yang sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan. Informasi- informasi tersebut diharapkan dapat memperkaya pemikiran PNS ataupun pejabat dalam membuat kebijakan maupun program-program pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan

70 masyarakat. Kerjasama dengan institusi lain ini juga diharapkan dapat menjangkau institusi internal seperti UPT Pendidikan dan Pelatihan pada dinas/instansi teknis seperti Dinas Tanaman Pangan di Pemerintah Provinsi Riau yang tugasnya langsung berhubungan dengan masyarakat luas. 6.2. Alat Pencapaian Hasil Analisis Untuk mencapai tujuan akhir Pengembangan Kapasitas Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat, selanjutnya disusun rencana program kediklatan melalui rumusan kerangka kerja logis yang merupakan alat menuju efektifitas diklat dalam penyelenggaraan kediklatan bagi PNS sebagaimana tampak pada Tabel 18. Tabel 18 Kerangka Kerja Logis Program Pengembangan Kapasitas UPT Diklat Provinsi Riau Berbasis Pelayanan Publik Tujuan Akhir Indikator Kinerja Alat Verifikasi Sasaran 1. Terciptanya good governance Pemerintah Provinsi Riau, melalui pengembangan kapasitas UPT Diklat yang berbasis peningkatan metodologi pemberdayaan masyarakat. Terciptanya good governance Pemerintah Provinsi Riau melalui pendidikan dan pelatihan berbasis pelayanan publik yang memuat pendekatan metodologi pemberdayaan masyarakat pada tahun 2013. Monitoring, evaluasi, pelaporan dan Diskusi Kelompok Pemerintah Provinsi Riau, masyarakat, media massa Manfaat Indikator Kinerja Alat Verifikasi Sasaran 1. Kurikulum pembelajaran UPT Pendidikan dan Pelatihan sesuai dengan kebutuhan setiap satuan kerja terutama fungsi pelayanan berbasis pemberdayaan masyarakat 2. Meningkatnya pengetahuan widyaiswara dalam metodologi pemberdayaan masyarakat, serta mampu memformulasikannya dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan. 3. UPT Pendidikan dan Pelatihan dapat memonitoring dan mengevaluasi perkembangan kinerja PNS maupun pejabat daerah pasca mengikuti pendidikan dan pelatihan, terutama pengaruhnya pada peningkatan pelayanan publik yang menerapkan metodologi pemberdayaan. 1. Perubahan bentuk dan suasana pendidikan dan pelatihan yang tertuang di dalam kurikulum, modul dan materi pendidikan dan pelatihan berbasis metodologi pemberdayaan masyarakat pada setiap sesi pendidikan dan pelatihan. 2. Setiap bentuk pelayanan masyarakat yang dilaksanakan oleh satuan kerja menggunakan prinsip dan metodologi pemberdayaan masyarakat. 3. Pengetahuan widyaiswara meningkat terutama mengenai metodologi pemberdayaan masyarakat. 4. Semua bentuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan satker Monitoring, evaluasi, pelaporan dan Diskusi Kelompok Satuan Kerja lingkup Pemerintah Propinsi Riau, BKD, UPT Pendidikan dan pelatihan, Masyarakat, dan institusi pendidikan

71 Manfaat Indikator Kinerja Alat Verifikasi Sasaran 4. Meningkatkanya mutu pelayanan pendidikan dan Pelatihan UPT, serta melalui kerjasama dengan institusi lain sehingga mendorong terbentuknya kebijakan pembangunan kediklatan berdasarkan kebutuhan masyaraka 5. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan melalui berkomunikasi dan menyampaikan informasi seperti memberikan masukan, kritikan, menganalisis semua kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan dan kebijakan pemerintah. Kemampuan mengakses informasi pembangunan, serta peningkatan peran serta masyarakat alam pembangunan. Hasil Indikator Kinerja Alat Verifikasi Sasaran 1. Terakreditasinya metode pembelajaran yang dikembangkan oleh UPT Pendidikan dan pelatihan, terutama pada materi yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan publik dengan muatan metodologi pemberdayaan masyarakat 2. Meningkatnya sistem pembelajaran UPT Pendidikan dan Pelatihan pada materimateri bermuatan lokal sesuai kebutuhan satuan kerja) serta meningkatnya pelayanan publik berbasis pemberdayaan masyarakat. 3. Terbentuknya Tim analisis kesesuaian diklat dimana anggotanya merupakan perwakilan dari BKD, widyaiswara dan satuan kerja, dimana Tim punya kewenangan dalam merekomendasikan bentuk-bentuk pembinaan dan pendidikan, memonitoring, mengevaluasi hasil pendidikan dan pelatihan, serta mampu memberikan masukan bagi perencanaan atau penyusunan kebijakan publik yang berbasis pemberdayaan masyarakat. 4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai tanggapan positif atas i kebijakan yang disusun dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat. 1. Terakreditasinya sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh UPT Pendidikan dan Pelatihan oleh LAN pada tahun 2011 2. Materi-materi dengan muatan lokal lebih mendominasi dalam sistem pembelajaran dengan persentasi 70% pada materi pemberdayaan masyarakat 3. Setiap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan merupakan hasil rekomendasi training serta pembinaan PNS berdasarkan Sistem monitoring, evaluasi dan koordinasi yang berjalan secara terjadwal dengan hasil yang konkrit 4. Terjalinnya kerjasama dengan institusi pendidikan (2 universitas dan 1 UPT Pendidikan dan pelatihan teknis), terbentuknya kebijakan pembangunan yang mengikuti kaidah metodologi pemberdayaan masyarakat 5. Kepuasan masyarakat terhadap sistem pelayanan publik yang diberikan, yang dibuktikan dengan semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam pembangunan Monitoring, evaluasi, pelaporan dan Diskusi Kelompok Satuan Kerja lingkup Pemerintah Propinsi Riau, BKD, UPT Pendidikan dan pelatihan, Masyarakat, dan institusi pendidikan

72 Alat Pencapaian Indikator Kerja Alat Verifikasi Sasaran 1. Surat Keputusan mengenai penetapan Tim Analisis Kesesuaian Diklat yang mempunyai tugas dan wewenang. 2. Kapasitas Widyaiswara meningkat dalam metodologi pemberdayaan masyarakat melalui jenjang pendidikan formal (perguruan tinggi) maupun non formal (pelatihan) 3. Terjadinya kerjasama dengan lembaga pendidikan formal (Perguruan Tinggi dan lembaga pelatihan dinas teknis) dalam upaya peningkatan pelayanan publik pada bidang pendidikan, pengadaan instruktur pendidikan, penelitian dan pengembangan manajemen kepegawaian, serta sistem website pelayanan publik 4. Tingkat kepuasan dan kepercayaan masyarakat meningkat terhadap pelayanan pemerintah. Semua bentuk kebijakan dan kegiatan teknis disesuaikan dengan metodologi pemberdayaan masyarakat dan kebutuhan masyarakat. 1. Penerbitan Surat keputusan mengenai Tim Analisis Kesesuaian Diklat yang berisikan tugas dan wewenang Tim Analisis. Berjalan efektifnya Tim sesuai dengan maksud pembentukannya 2. Ditetapkannya anggota Tim Analisis Kesesuaian Diklat serta disahkannya melalui Surat Keputusan oleh Gubernur Riau. Berjalannya kerja Tim sesuai dengan tugas dan wewenang yang diberikan. 3. Peningkatan Pendidikan S2 dan S3 bagi widyaiswara dalam bidang perencanaan pembangunan maupun pemberdayaan masyarakat. Pelatihan TOT Metodologi Pemberdayaan Masyarakat bagi widyaiswara. 4. Adanya Instruktur eksternal yang berasal dari perguruan tinggi dan lembaga pelatihan dinas teknis pada setiap kegiatan pendidikan dan pelatihan. Dilibatkannya perguruan tinggi dalam penelitian dan pengembangan manajemen kepegawaian serta perencanaan dan pengembangan website pelayanan publik. 5. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui dukungan terhadap kegiatan teknis program satuan kerja, serta pemberian umpan balik positif dari masyarakat. Monitoring, evaluasi, pelaporan dan Diskusi Kelompok Satuan Kerja lingkup Pemerintah Propinsi Riau, BKD, UPT Pendidikan dan pelatihan, Masyarakat, dan institusi pendidikan Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa terdapat beberapa kelemahan UPT Diklat BKD Provinsi Riau yang mendorong lemahnya penerapan aplikasi hasil diklat oleh PNS pasca mengikuti kegiatan diklat. Kelemahan yang ditemui UPT Diklat BKD Provinsi Riau adalah: a. Bentuk kurikulum diklat tidak tertintegrasi dengan instansional pembinaan karir. Instansional pembinaan karir yang berada di BKD Provinsi Riau saat ini tidak mampu melihat kebutuhan diklat PNS secara berjenjang maupun lingkup

73 pekerjaan teknis PNS yang akan mengikuti diklat. Hal ini menyebabkan timbulnya ketidaksesuaian materi diklat dengan kebutuhan diklat PNS yang didasari oleh bidang pekerjaannya. Untuk mengatasi persoalan ini seharusnya dibentuk Tim Penilai kebutuhan diklat yang merupakan representasi satuan kerja maupun UPT Diklat, yang secara berkelanjutan berkoordinasi menilai kebutuhan diklat PNS. Selain itu instansional pembina karir juga harus berhubungan intensif dengan LAN untuk berusaha memasukkan beberapa materi khusus bermuatan lokal agar dapat terdaftar sebagai materi yang diakui oleh LAN, sehingga mendapat akreditasi baik. b. Kapasitas Widyaiswara yang tidak memadai dalam hal metodologi pemberdayaan masyarakat, hal ini disebabkan karena widyaisawara di UPT Diklat BKD Provinsi Riau tidak memiliki pendidikan khusus mengenai pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan penambahan kapasitas widyaiswara dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan formal (pasca sarjana) yang secara khusus mengenai pemberdayaan masyarakat atau komunikasi pembangunan. Hal lain yang dilakukan adalah membuat kerjasama dengan lembaga pendidikan yang mempunyai kompetensi dalam pemerdayaan masyarakat seperti perguruan tinggi atau UPT Diklat lainnya yang dianggap mempunyai kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat. c. Evaluasi pasca diklat tidak dilakukan secara optimal, hal ini disebabkan evaluasi secara langsung tidak dilaksanakan dengan melibatkan satuan kerja dimana PNS tersebut ditempatkan. Evaluasi hanya dilakukan secara sepihak sehingga tidak dapat melihat secara lebih dalam persoalan-persoalan yang timbul dari individu PNS pasca diklat. Dengan dilibatkannya satuan-satuan kerja tersebut pada sebuah tim yang independen diharapkan evaluasi dapat berjalan dengan baik dan mampu memberikan rekomendasi yang tepat untuk pengembangan dan pembinaan PNS. d. Kelembagaan UPT yang tidak instansional disebabkan UPT diklat masih berada di bawah kendali BKD Provinsi Riau, sehingga proses birokrasi kediklatan menjadi lebih panjang. Hal ini dapat saja diatasi bila UPT Diklat diberikan kewenangan dalam mengelola kediklatan, dapat dilakukan dengan membentuk tim kesesuaian diklat yang berasal dari BKD, UPT Diklat serta representasi satuan kerja yang secara langsung diberikan tugas dan tanggung jawab oleh Gubernur Riau dalam bentuk surat keputusan, sehingga diperoleh

74 indepedensi yang kuat dalam menilai maupun merekomendasikan bentukbentuk diklat maupun pembinaan PNS. Dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang, serta mengurangi ancaman yang ada diharapkan pelaksanaan kegiatan pengembangan kapasitas UPT Diklat BKD Provinsi Riau dapat memberi penguatan terhadap kelembagaan diklat, yang pada akhirnya dapat mendorong peningkatan hasil kerja PNS pada unit-unit satuan kerja menjadi profesional. Sebagai bentuk keberhasilan penguatan kapasitas pada UPT Pendidikan dan Pelatihan BKD Provinsi Riau, kelembagaan UPT Pendidikan dan Pelatihan semakin berkembang dan semakin independen dalam pelaksanaan kegiatannya. Peningkatan ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung program kegiatan yang dilaksanakan oleh unit satuan kerja di Pemerintah Provinsi Riau serta mendorong terciptanya good governance Pemerintah Provinsi Riau yang ditandai dengan peningkatan layanan publik yang lebih prima pada masa yang akan datang. 6.3. Ikhtisar Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Riau adalah unsur pelaksana penyelenggaraan kediklatan didaerah berdasarkan kebijakan yang telah ditentukan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI). Implementasi kurikulum dan materi pelajaran di setiap jenjang diklat baik prajabatan, dalam jabatan, maupun teknis ditujukan bagi pengembangan kualitas PNS maupun kualitas pekerjaan ketika mereka kembali ke dinas/instansi masing-masing. Jika tujuan kediklatan menjadi tempat pengembangan PNS, maka peran UPT sebagai lembaga diklat daerah dipandang sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut. Ditinjau dari segi proses pembelajaran, semua kurikulum dan materi dapat dijalankan dan disampaikan kepada peserta namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian selain proses pembelajaran dan kurikulum kediklatan. Hasil analisis SWOT memperlihatkan kemampuan UPT untuk mengembangkan kapasitas kelembagaannya cukup rendah. Beberapa permasalahan dimaksud adalah sebagai berikut : a. Kurikulum pada UPT Pendidikan dan Pelatihan belum terintegrasi kepada tugas-tugas instansi dan pembinaan karir PNS.

75 b. Kuantitas dan kualitas Widyaiswara dalam metodologi pemberdayaan masyarakat. c. Evaluasi pasca pendidikan dan Pelatihan belum dilakukan d. Kelembagaan UPT tidak instansional Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Pendidikan dan Pelatihan perlu ditempuh beberapa cara yakni : a. UPT harus melakukan reformulasi kurikulum pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan satuan kerja. Perbedaan tugas pokok dan fungsi PNS pada satuan kerja tidak cukup dengan memberikan materi pembelajaran umum, tetapi diperlukan kurikulum yang cocok bagi PNS. Sudah saatnya UPT memasukan materi pemberdayaan masyarakat untuk setiap tingkatan kediklatan. Disamping itu perlu sikap tegas pihak UPT kepada Kepala Daerah agar diklat yang telah di ikuti oleh PNS dapat dijadikan salah satu persyaratan pengembangan karir PNS. b. Dalam upaya penguatan kelembagaan UPT, perlu ditambah kekurangan widyaiswara melalui rekrutmen terbuka dan adil disesuikan dengan kebutuhan spesifikasi kediklatan. Sedangkan bagi Widyaiswara yang belum mempunyai keahlian perlu diberikan pelatihan dalam materi pemberdayaan masyarakat. c. Penilaian pasca diklat dipandang penting dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah diberikan dapat dilaksanakan di Dinas/Instansi masing-masing PNS. d. Apabila belum dimungkinkan pembentukan instansi tersendiri karena membutuhkan proses panjang, pihak UPT mengusulkan kepada Gubernur Riau melalui Kepala Badan Kepegawaian Daerah diberikan kewenangan dalam mengelola kediklatan secara otonom, dan UPT sudah memulai membentuk tim analisis diklat yang unsurnya dari BKD, UPT Diklat, UPT Dinas Teknis serta pihak-pihak lain yang berkompeten.