BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

: Leguminoceae (kacang-kacangan)

I. PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan turut meningkatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

PENDAHULUAN. ternyata dari tahun ke tahun kemampuannya tidak sama. Rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Varietas Burangrang berasal dari segregat silangan alam, diambil

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Karakter Morfologi Penciri Ketahanan Kekeringan Pada Beberapa Varietas Kedelai

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kedelai Varietas Argomulyo VARIETAS ARGOMULYO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

JURNAL SAINS AGRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia, oleh karena itu

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

yang khas, ukuran buah seragam, dan kandungan gizi sama dengan tomat buah. Kecenderungan permintaan tomat rampai yang semakin meningkat dipasaran akan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Lahan Kering Masam

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. rhizobium pengukat N dari udara. Bintil akar ini biasanya akan terbentuk 15-20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan tanaman padi dipengaruhi oleh kondisi lingkungan makro antaralain

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan yaitu:2 MST, 4 MST, 6 MST, 8MST dan Saat panen. Perlakuan pengolahan tanah yang paling baik dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman kedelai yaitu perlakuan pengolahan tanah dengan bajak sapi α = 5 %, seperti dijelaskan pada Tabel 1 tentang rata-rata tinggi tanaman kedelai pada tahapan umur pengamatan. Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Tanaman kedelai (cm) Perlakuan Rataan Tinggi Tanaman (cm) 2 MST 4 MST 6 MST 8 MST Panen Tanpa Olah Tanah 9,62 tn 21,62a 41,05a 50,27 tn 52,08 tn Bajak Sapi 10,86 tn 27,06b 47,49b 55,19 tn 57,27 tn Traktor tangan 9,76 tn 25,48b 45,90b 54,94 tn 56,98 tn BNT 5% - 2,28 3,065 - - Grobogan 10,73 tn 25,33 tn 40,05a 43,22a 45,30a Kaba 9,87 tn 25,10 tn 50,51c 68,49c 70,37c Agromulyo 9,67 tn 23,73 tn 43,89b 48,68b 50,67b BNT 5% - - 3,549 4,674 4,756 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan pengolahan tanah dengan bajak sapi memiliki rata-rata pertumbuhan tinggi tananan yang paling tinggi yaitu 47,49 cm pada semua tahapan umur pengamatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

4.2. Prosentase Polong Berisi Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap prosentase polong berisi tahapan umur pengamatan yaitu: pada saat panen. Tetapi perlakuan Varietas berpengaruh nyata pada prosentase polong berisi, yaitu varietas kaba pada taraf α = 5 %, seperti tertera pada Tabel 3 berikut ini : Tabel 2. Rata-Rata Prosentase Polong Berisi (%) Perlakuan Prosentase Polong Berisi (%) Tanpa Olah Tanah 78,22 tn Bajak Sapi 83,09 tn Traktor tangan 81,09 tn BNT 5% - Grobogan 74,75a Kaba 90,01b Agromulyo 78,07a BNT 5% 6,832 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% 4.3. Bobot 100 Biji Kering Bobot 100 biji kering hasil pengamatan dan sidik ragam di sajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan varietas keduanya memberikan pengaruhnya nyata terhadap bobot 100 biji kering pada tanaman kedelai dan perlakuan pengolahan tanah dengan traktor tangan berpengaruh nyata yaitu 14,00 cm dan perlakuan varietas agromulyo yaitu 19,00 gr Tabel 3. Rata-Rata Bobot 100 Biji Kering Perlakuan Bobot 100 Biji Kering (gram) Tanpa Olah Tanah 14,00b Bajak Sapi 12,33a Traktor tangan 12,22a BNT 5% 1,333 Grobogan 7,67a Kaba 12,11b Agromulyo 19,00c BNT 5% 1,5503 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5%

Dari Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa perlakuan varietas agromulyo memiliki nilai tertinggi yaitu 19,00 cm. Pada tahapan umur pengamatan dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 4.4. Hasil biji Kering Perpetak Berdasarkan hasil biji kering perpetak dan sidik ragam di sajikan pada tabel 4. Sidik ragam menunjukkan bahwa pengolahan tanah dan varietas keduanya tidak memberikan pengaruhnya nyaata terhadap presentase hasil biji kering perpetak pada tanaman kedelai. Tabel 4. Rata-Rata Hasil Biji Kering PerPetak Perlakuan Hasil biji Kering Perpetak(kg) Tanpa Olah Tanah 92,11= (0,31 t/ha) Bajak Sapi 98,89= (0,33 t/ha) Traktor tangan 92,44= (0,31 t/ha) BNT 5% - Grobogan 91,11 =( 0,30 t/ha) Kaba 104= (0,35 t/ha) Agromulyo 87, 66 (0,29 t/ha) BNT 5% - Keterangan; Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Melihat tabel 4 di atas bahwa pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata pada hasil biji kering perpetak begitu juga pada Varietas.

4.2. Pembahasan 1. Tinggi Tanaman (cm) Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan, 4MST, 6MST, 8MST dan saat panen. Tinggi tanaman kedelai pada umur 4MST,6MST,8MST, saat panen dan yang di sajikan pada tabel 1 di atas, menujukkan rata-rata tinggi tanaman kedelai pada umur 4MST sampai saat panen tertinggi adalah perlakuan bajak sapi yaitu 27,07cm,47,49 cm, 55,19 cm, 57,27 cm, dan perlakuan varietas pada umur 2 dan 4 adalah varietas grobogan dengan capaian 10,73 cm, dan 25,33 cm, pada perlakuan varietas 6, 8, saat panen tertinggi adalah varietas kaba dengan capaian 50,51, 68,49 dan 70,37 cm. Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak sapi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman lebih tinggi di banding lainnya, hal ini kemungkinan di sebabkan karena menggunakan bajak sapi, mata bajak masuk lebih dalam kedalam tanah sehingga dapat mengolah tanah lebih efisien dan sempurna, sementara menggunakan traktor tangan untuk luasan 3x2 tidak efektif pengolahannya. Menurut Musfae, Lamid, Nasir dan Dahono (1994), pengolahan tanah adalah proses mempercepat perombakan organisme tanah, pelepasan mineral atau hara dan meningkatnya jumlah pori makro di dalam tanah. Dengan meningkatnya jumlah pori makro, aerasi menjadi lebih baik dan merangsang pertumbuhan serta perkembangan akar sehingga tanaman akan hara dan air dalam jumlah cukup. Selanjutnya Arsyad (1989), menyatakan bahwa tanah yang diolah menjadi gembur lebih mudah tererosi, oleh karena itu disarankan mengolah tanah seperlunya saja, merubah didalamnya pengolahan tanah dan melakukan pengolahan tanah menurut kontur. Pengolahan tanah tidak perlu dilakukan jika struktur tanah dan porositas tanah baik. Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman, pengaruhnya pada akar tanaman dan pada proses-proses fisiologi akar tanaman, sehingga perlu adanya pengolahan tanah. Hal ini yang dijelaskan oleh Muhammad (2012), Proses fisiologi akar tanaman dipengaruhi oleh struktur tanah termasuk absorbsi hara,

absorbsi air dan respirasi. Selain itu olah tanah juga menyebabkan struktur tanah menjadi lebih remah sehingga tidak menghambat perkecambahan. Olah tanah menghasilkan pertumbuhan yang baik karena membentuk kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Olah tanah menciptakan struktur dan aerasi tanah lebih baik dibanding tanpa olah tanah. Olah tanah akan menyebabkan perkembangan akar tanaman lebih baik sehingga kemampuan akar menyerap unsur hara, air dan O2 lebih besar. Tanaman dalam pertumbuhannya memerlukan cukup O2 untuk respirasi. Jika rata-rata masukan O2 ke permukaan tanah terbatas maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Olah tanah sangat berpengaruh pada aerasi tanah dengan besarnya perubahan pada keadaan tanah awal. Olah tanah pada tanah padat dengan aerasi yang miskin dapat memperbaiki masalah aerasi secara berangsurangsur, hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Pratama (2011). Berdasarkan hasil pengamatan tinggi tanaman pada 6MST,8MST dan saat panen, Varietas yang menghasilkan tinggi tanaman lebih tinggi adalah Karietas Kaba sebab varietas ini pertumbuhannya lebih baik dan sempurna dibanding dengan varietas lainnya. Tinggi tanaman Varietas Kaba (70,37 cm) yang menunjukan hasil berbeda nyata dengan varietas agromulyo (50,67 cm) dan varietas grobogan (45,40 cm). Hal ini kemungkinan faktor genetik menyebabkan perbedaan yang beragam seperti penampilan fenotip tanaman dengan menampilkan ciri dan sifat khusus yang berbeda antara satu sama lain. Susunan genetik dapat berbeda di antara biji yang berasal dari tanaman yang berbeda, bahkan dari tanaman yang sama. Berdasarkan deskripsi beberapa tanaman kedelai BPTPI (2010), bahwa tinggi tanaman kedelai untuk varietas Kaba (64 cm), Grobogan (50-60 cm), Agromulyo (40 cm). Hasil percobaan menunjukkan tinggi tanaman beberapa Varietas kedelai yang digunakan lebih tinggi dibanding dari daerah asal. Hal ini diduga bahwa masing-masing Varietas berada pada lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan pertumbuhan yang optimal. Sesuai dengan Darliah et al. (2001), bahwa respon genotip terhadap faktor lingkungan biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan dan salah satunya dapat dilihat dari pertumbuhannya. pengaruh

genetik dari varietas yang dominan, yang juga dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan Varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian terhadap tinggi tanaman tidak terdapat interaksi antara perlakuan Pengolahan tanah dan varietas. 2. Prosentase Polong Berisi Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah tidak berpengaruh nyata terhadap prosentase polong berisi pada tahapan umur pengamatan saat panen. Demikian pula hasil penelitian terhadap jumlah polong berisi tidak terdapat interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dan Varietas. Sedangkan varietas berpengaruhnya nyata terhadap polong berisi, yaitu Varietas Kaba (90,01 %), lebih tinggi presentasenya dibanding Varietas lainnya. Varietas Agromulyo (78,07 %) tidak berbeda nyata dengan Varietas Grobogan (74,75 %). Dari analisis sidik ragam dilihat bahwa Varietas berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah polong berisi Varietas Kaba.Varietas Kaba menunjukkan jumlah polong terbesar dibandingkan dengan varietas Grobogan dan varietas Agromulyo, tetapi meskipun varietas Kaba memiliki jumlah polong yang banyak tetapi ukuran bijinya kecil-kecil sehingga berpengaruh pada berat bijinya. Respons terbaik terdapat pada varietas kaba dengan nilai heritabilitas tertinggi pada peubah jumlah polong berisi (90,01), Hal ini diduga adanya pengaruh genetik dari Varietas yang dominan, yang juga dibantu dengan lingkungan tumbuh yang sesuai, sehingga didapatkan varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi. Setiap kultivar memiliki sebuah kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan. Harjadi (2006), mengemukakan bahwa batasan adaptasi yaitu suatu proses dimana indivudu atau populasi atau spesies berubah bentuk atau fungsinya untuk dapat hidup pada kondisi lingkungan tertentu. Hal ini diperjelas oleh Kasno (1991) yang membedakan adaptasi menjadi 2 macam yaitu adaptasi umum dan adaptasi khusus. Adaptasi umum diartikan sebagai kemampuan kultivar untuk dapat cepat menunjukan sifat unggulnya pada berbagai macam lingkungan,

sedangkan adaptasi khusus dimana kultivar hanya dapat menunjukkan sifat unggulnya pada kondisi lingkungan tertentu. Menurut penjelasan Irwan (2006), yang menyatakan bahwa varietas memegang peranan penting dalam perkembangan penanaman kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. 3. Bobot 100 Biji Kering Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan tanpa olah tanah dan varietas berpengaruh nyata terhadap bobot pada tahapan umur pengamatan yaitu:4mst, 6MST, 8MST dan pada saat panen. Tetapi interaksi antara perlakuan pengolahan tanah dan varietas tidak berbeda nyata. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanpa olah tanah berpengaruh nyata pada parameter 100 biji kering yaitu 14,00 gr, sedangkan pelakuan varietas agromulyo (19,00 gr) berbeda nyata dengan varietas kaba (12,11 gr) varietas grobogan (7,67 gr). Tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa perlakuan Pengolahan tanah (tanpa olah tanah) berpengaruh nyata pada bobot 100 biji kering lebih tinggi di banding lainnya, hal ini kemungkinan di sebabkan karena tanpa olah tanah (TOT), akan mendukung kelestarian kesuburan tanah lahan karena tidak terjadi kerusakan struktur tanah maupun hilangnya unsur hara melalui pencucian akibat pengolahan tanah maupun pelumpuran. Dalam hal ini (TOT) akan dapat mewujudkan struktur tanah yang aerotis karena ruang-ruang pori tercipta akibat perakaran dan tanaman terdahulu yang telah mati dan membusuk. Varietas Agromulyo memiliki nilai tertinggi yaitu 19,00gr dan masuk pada kategori polong besar. Cahyono (2007) dalam tulisannya membagi ukuran biji dalam 3 ketegori yaitu : Berukuran kcil 6-10g/100 biji), sedang (11-12g/100 biji), dan besar ( lebih besar dari 13g/100 biji). Namun di luar negeri, misalnya di Amerika dan jepang biji yang memiliki bobot 25g/100 biji dikategorikan berukuran besar, sedangkan yang berukuran lebih dari 25g/100 biji dikategorikan berukuran kecil. Produksi tanaman ditentukan oleh faktor lingkungan dan kultivar

tanaman, setiap kultivar memiliki morfologi dan daya adaptasi yang berbeda dalam memanfaatkan lingkungan pertumbuhannya. Kondisi lingkungan yang beragam memerlukan teknologi yang spesifik dalam meningkatkan produksi tanman. Bobot 100 biji Varietas Agromulyo menunjukkan berat 100 biji yang lebih berat 19,00% tetapi tidak berbeda nyata dengan Varietas Kaba, dibandingkan Varietas Grobogan. Bobot 100 biji kedelai berbeda nyata, ukuran biji yang besar memberikan total hasil biji kering yang tinggi. Hal ini terlihat pada varietas Agromulyo. Menurut Goldworthy dan Fisher (1996) pengisian biji berasal dari fotosintat yang dihasilkan setelah pembungaan dan translokasi kembali fotosintan yang tersimpan. Selanjutnya Gardner et al (1991) sepanjang masa pertumbuhan reproduktif tanaman semusim yang menghasilkan biji sebagai organ pemanfaatan yang dominan. Oleh karena itu, selama pengisian biji fotosintat yang baru terbentuk maupun yang tersimpan dapat digunakan untuk meningkatkan berat biji. Hal ini menjadikan ukuran atau bobot biji sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam. Berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan gejala-gejala yang saling berhubungan. pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat balik. Pertambahan ukuran dan berat kering dari suatu organisme mencerminkan bertambahnya protoplasma yang mungkin terjadi baik ukuran sel maupun jumlahnya bertambah. Pertumbuhan protoplasma berlangsung melalui suatu rentetan peristiwa-peristiwa dimana air, karbondioksida dan garam-garam anorganik diubah menjadi bahan-bahan hidup (Harjadi 1984). Menurut Gardner et al (1985) menyatakan bahwa, untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang normal, tanaman memerlukan unsur hara, cahaya, karbodioksida dan air yang cukup. Selanjutnya meningkatnya luas daun menyebabkan laju fotosintesis meningkat karena bertambahnya permukaan luas daun yang menangkap cahaya. Peningkatan jumlah energi cahaya sampai taraf

tertentu meningkatkan laju fotosintesis yang berarti fotosintat yang dihasilkan semakin banyak. Pada saat penelitian berlangsung pada saat tertentu terjadi kekeringan dan tidak adanya hujan. Hal ini dapat mengurangi bobot biji tanaman kedelai. Menurut Hapsoh et al. (2005), cekaman kekeringan mengurangi berat kering biji oleh karena ukuran biji dan jumlah biji berkurang. Selanjutnya menurut Mimbar (1991), jumlah dan ukuran biji maksimal ditentukan oleh faktor genetik serta kondisi yang dialami selama pengisian biji. Pada saat pengisian polong, maka polong akan menjadi daerah penyaluran asimilasi. Sebagian besar asimilasi akan digunakan untuk meningkatkan bobot biji. 4. Hasil biji Kering Perpetak Berdasarkan hasil pengamatan hasil biji kering perpetak dan sidik ragamnya di sajikan pada Tabel 4. Sidik ragam menunjukan bahwa pengolahan tanah, Varietas serta interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap komponen hasil biji kering per petak. Berdasarkan hasil analisis rata- rata hasil biji kering perpetak pada Tabel 4, menunjukan rata rata hasil biji kering perpetak Pada perlakuan pengolahan tanah, Varietas maupun interaksi antar perlakuan tidak berbeda nyata pada hasil biji kering, hal ini di duga kemungkinan kondisi tanah yang digunakan sebagai lokasi penelitian yang tidak memberi dukungan yang kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai. Pada lokasi penelitian tekstur tanahnya Andosol sehingga kapasitas menyimpan airnya rendah. Pada saat hujan tergenang tetapi segera hilang setelah tidak ada hujan. Hal ini diduga yang menyebabkan tanaman kedelai kekurangan air sehingga pembentukan biji berkurang. Menurut Hakim (1986) mengemukakan bahwa, selain sifat tanah, faktor tumbuhan dan iklim sangat mempengaruhi jumlah air yang dapat diabsorbsi tumbuhan dari tanah, sifat tanah misalnya tanah liat dan tanah berpasir. Tanahtanah berpasir mempunyai kapasitas memegang air lebih rendah dari pada tanahtanah liat jumlah air kapiler dalam tanah berpasir dapat meningkat dengan menambah kandungan bahan organik.

Hal ini senada dengan pernyataan Suprapto (1990) bahwa sejak tumbuh sampai pada fase pengisian polong, keadaan tanah hendaknya cukup lembab, struktur tanah gembur dan cukup sinar matahari. Curah hujan yang cukup dan merata tiap hari, bulan sangat membantu pertumbuhan kedelai. Namun demikian curah hujan yang terlalu banyak atau kurang kebutuhan minimal akan menurunkan hasil kedelai. Kedelai adalah tanaman beriklim tropik. Dia akan tumbuh subur di daerah yang berhawas panas, apalagi di tempat yang tidak terlindungi oleh tanaman lain pertumbuhan optimum pada suhu 20-25 0 C. Suhu 12-20 0 C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman, tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih pemunculan kecambah, serta pembungaan dan pertumbuhan biji. Air merupakan faktor yang penting bagi tanaman, karena air tersebut berfungsi sebagai pelarut hara, berperan dalam translokasi hara dan fotosintesis karena kekurangan suplai air di daerah perakaran dan atau laju transpirasi melebihi laju absorbs air oleh tanaman. Cekaman kekeringan yang terjadi pada saat pertumbuhan generatif, akan menurunkan produksi. Kekeringan juga menurunkan bobot biji, sebab sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan pada musim tanam, jumlah air yang berlebihan tidak menguntungkan bagi tanaman kedelai, karena mengakibatkan akar membusuk. Pertumbuhan tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh yang disebabkan oleh kondisi iklim. Baik mikro maupun makro. Dari saat benih mulai tumbuh sampai tanaman mendekati panen banyak hama yang menyerang tanaman tersebut.