KONSEP GEODESI UNTUK DATA SPASIAL

dokumen-dokumen yang mirip
By. Y. Morsa Said RAMBE

Konsep Geodesi untuk Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Konsep Geodesi Data Spasial. Arif Basofi PENS 2013

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2012

GEODESI DASAR DAN PEMETAAN

Sistem Koordinat Peta. Tujuan

Sistem Proyeksi Peta. Arif Basofi PENS 2015

Proyeksi Peta. Tujuan

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

K NSEP E P D A D SA S R

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

PROYEKSI PETA DAN SKALA PETA

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

Bab II TEORI DASAR. Suatu batas daerah dikatakan jelas dan tegas jika memenuhi kriteria sebagai berikut:

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

Datum dan Ellipsoida Referensi

APA ITU ILMU UKUR TANAH?

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai.

Anyelir Dita Permatahati, Ir. Sutomo Kahar, M.Si *, L.M Sabri, ST, MT *

ASPEK-ASPEK GEODETIK DALAM HUKUM LAUT

BAB I Pengertian Sistem Informasi Geografis

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

MATERI KULIAH PEMETAAN SUMBERDAYA HAYATI LAUT

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

MAKALAH SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT 2 DIMENSI DISUSUN OLEH : HERA RATNAWATI 16/395027/TK/44319

Transformasi Datum dan Koordinat

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA II TRANSFORMASI PROYEKSI DAN DIGITASI ON SCREEN

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

SUSUNAN KOORDINAT BAGIAN-1. Oleh: Fitria Khasanah, M. Pd

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

Nur Meita Indah Mufidah

PEMANFAATAN GPS UNTUK PERENCANAAN PENGELOLAAN DAN PEMETAAN LAHAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

ACARA I. Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis

Sistem Koordinat Global/Dunia (Global/World Coordinat system) Sistem koordinat global menganut pembagian wilayah dunia menjadi 4 bidang

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Adipandang YUDONO

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

BAB II DASAR TEORI 2.1 Populasi Penduduk 2.2 Basis Data

II. BUMI DAN KOORDINAT

BAB II PENENTUAN BATAS LAUT DAERAH

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MENGGAMBAR BATAS DESA PADA PETA

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Koordinat dalam 2 Dimensi Ruang Mengingat kembali sebelum belajar kalkulus

BAB II TINJAUAN UMUM PENENTUAN BATAS DAERAH

DIKTAT BAHAN KULIAH GEODESI GEOMETRIK GD 2202 BOBOT 4 SKS SEMESTER IV OLEH YOHANNES NIP

TATA CARA PEMBERIAN KODE NOMOR URUT WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN MINYAK BUMI DAN GAS BUMI

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBLE

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Proyek I.3. Manfaat Proyek I.4. Cakupan Proyek...

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

TUGAS 1 ASISTENSI GEODESI SATELIT. Sistem Koordinat CIS dan CTS

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

MEMBACA DAN MENGGUNAKAN PETA RUPABUMI INDONESIA (RBI)

Can be accessed on:

Pemetaan. sumberdaya.hayati.laut

Desain Sistem Proyeksi Distorsi Minimum Untuk Pengintegrasian Berbagai Skala Peta Dalam Upaya Mewujudkan Satu Peta Indonesia Raya

MENGENAL GERAK LANGIT DAN TATA KOORDINAT BENDA LANGIT BY AMBOINA ASTRONOMY CLUB

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS. 4.1 Analisis terhadap Seleksi Unsur Pemetaan Laut Teritorial Indonesia

DIKTAT KULIAH KALKULUS PEUBAH BANYAK (IE-308)

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

TATA KOORDINAT BENDA LANGIT. Kelompok 6 : 1. Siti Nur Khotimah ( ) 2. Winda Yulia Sari ( ) 3. Yoga Pratama ( )

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Proyeksi Stereografi. Proyeksi Stereografi

BAB 3 VERIFIKASI POSISI PIPA BAWAH LAUT PASCA PEMASANGAN

Bab IV ANALISIS. 4.1 Hasil Revisi Analisis hasil revisi Permendagri no 1 tahun 2006 terdiri dari 2 pasal, sebagai berikut:

Modul Matematika 2012

SISTEM KOORDINAT. Berikut ini kita akan mempelajari bagaimana menentukan sistem koordinat dibidang dan diruang.

Matematika Semester IV

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

PEMBAHASAN TRANSFORMASI KEBALIKAN

Bentuk Volumetric Irisan Kerucut (Persiapan Modul Cara Menghitung Volume Irisan Kerucut)

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2 rencana tata ruang itu digunakan sebagai media penggambaran Peta Tematik. Peta Tematik menjadi bahan analisis dan proses síntesis penuangan rencana

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

Transkripsi:

BAB VI KONSEP GEODESI UNTUK DATA SPASIAL 6.1. PENDAHULUAN Objek memiliki properties geometric (seperti jalan, sungai, batas-batas pulau, dll) yang disebut sebagai objek spasial, dalam SIG objek-objek tersebut harus bereferensi geografis. Karena itu, objek-objek ini harus direpresentasikan dengan menggunakan koordinat-koordinat bumi, dan bukan sistem koordinat local atau sembarang. Geodesi merupakan salah satu cabang ilmu matematika untuk pengukuran bentuk dan ukuran bumi, menentukan posisi (koordinat) titik-titik panjang, arah-arah garis di permukaan bumi, juga mempelajari gravitasi bumi. 6.2. BENTUK BUMI Datum geodesi, proyeksi peta, dan system-sistem referensi koordinat yang telah dikembangkan sejak dulu digunakan untuk mendeskripsikan bentuk permukaan bumi beserta posisi dan lokasi geografi dari unsure-unsur permukaan bumi yang menarik bagi manusia. Bentuk bumi yang telah dianut oleh manusia telah berevolusi dari abad keabad, antara lain: (a). Tiram atau cakram yang terapung di permukaan laut, menurut bangsa Babilon pada 2500 tahun SM (b). Lempeng dasar, bangsa unani kuno pada 500 SM (c). Kotak persegi panjang, geograf unani kuno pada 400 SM (d). Piringan lingkaran atau cakram (bangsa Romawi) (e). Bola - bangsa unani kuno: Phytagoras (495 SM), aristotheles membuktikannya (340 SM), Archimides (250 SM), dan Erastosthenes (250 SM) (f). Buah jeruk asam (J. Cassini 1683-1718) (g). Buah jeruk manis Huygens (1629-1695), dan Issac Newton (1643 1727) (h). Ellips putas- French academy of science (1666) Salah satu tugas geodesi geometris adalah menentukan koordinat titik-titik, jarak, dan arah di permukaan bumi untuk keperluan praktis maupun ilmiah. Untuk itu diperlukan adanya bidang hitungan. Permukaan bumi merupakan permukaan sangat tidak teratur. Oleh karena itu, permukaan ini tidak dapat digunakan sebagai bidang hitungan geodesi. Untuk kebutuhan perhitungan geodesi, permukaan bumi diganti dengan permukaan yang teratur dengan bentuk dan ukuran yang mendekati bumi. Permukaan yang dipilih adalah bidang permukaan yang mendekati bentuk dan ukuran geoid. Geoid memiliki bentuk yang sangat mendekati ellips putar dengan sumbu pendek sebagai sumbu putar yang berimpit dengan sumbu putar bumi. Ellipsoid digunakan sebagai bidang hitungan geodesi, yang kemudian disebut sebagai ellipsoid referensi. Ellipsoid referensi biasanya didefinisikan oleh nilai-nilai jari-jari equator (a) dan pegepengan (f) elips putarnya. Sedangkan parameter seperti setengah sumbu pendek b), eksentrisitas (e), dan lainnya dihitung dengan menggunakan ke 7. Konsep Geodesi GIS 1 / 11

dua nilai parameter pertama diatas. Tiap Negara memiliki pandangan berbeda ttg parameterparameter ini. Indonesia pada 1860 menggunakan ellips Bessel 1841 dengan a=6,377,397; dan 1/f = 299.15. tetapi sejak 1971 menggunakan Ellips GRS-67 dengan a=6,378,160; 1/f=298.247. a b Gb. 6.1 Ellipsoid referensi 6.3. DATUM GEODESI Untuk pekerjaan geodesi, selain ellipsoid referensi, diperlukan juga suatu datum yang mendefinisikan system koordinat. Datum secara umum merupakan besaran-besaran atau konstanta yang dapat bertindak sebagai referensi atau dasar untuk hitungan besaran yang lain. Datum geodesi merupakan sekumpulan konstanta yang digunakan untuk mendefinisikan system koordinat yang digunakan untuk control geodesi. Untuk mendefinisikan datum geodesi yang lengkap diperlukan 8 besaran: (a) tiga konstanta (X 0, 0, Z 0 ) untuk mendefinisikan titik awal sistem koordinat, (b) tiga besaran untuk menentukan arah sistem koordinat, dan (c) dua besaran lainnya ( setengah sumbu a, dan pegepengan f) untuk mendefinisikan ellpsoid. Meridian 0 Deg a b Xo, o, Zo 6.3.1. Datum Lokal Gb. 6.2 Datum Geodesi Datum lokal adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid lokal (tidak luas) yang dipetakan - datumnya menggunakan 7. Konsep Geodesi GIS 2 / 11

ellipsoid lokal. Indonesia (1862-1880) telah melakukan penentuan posisi di pulau jawa dengan metode triangulasi. Penentuan posisi ini menggunakan ellipsoid Bessel 1841, sebagai ellipsoid referensi, meridian Jakarta sebagai meridian nol, dan titik awal (lintang) beserta sudut azimutnya diambil dari triangulasi di puncak gunung Genoek (dikenal sbg datum Gonoek). Tahun 1970-an, untuk keperluan pemetaan rupa bumi pulau Sumatera, BAKOSURTANAL menggunakan datum baru, datum Indonesia 1974 (Padang), yang menggunakan ellipsoid GRS-67 (a= 6,378,160.00; 1/f = 298.247), dikenal sebagai SNI (Speroid National Indonesia). Untuk menentukan orientasi SNI di dalam ruang, ditetapkan suatu datum relatif dengan eksentris (stasiun Doppler) BP-A (1884) di Padang sebagai titik datum SNI. Pada tahun 1996 ditetapkan penggunaan datum baru, DGN-95, untuk seluruh kegiatan survey dan pemetaan di wilayah RI yang dituangkan dalam SK Bakosurtanal HK.02.04/II/KA/96. DGN-95 memiliki parameter ellipsiod a= 6.378.137,00 dan 1/f=298,257223563. 6.3.2. Datum Regional Datum regional adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk area yang relatif luas (regional) datumnya menggunakan ellipsoid regional. Datum ini digunakan bersama oleh beberapa negara yang berdekatan dalam satu benua yang sama. Contoh datum regional: Amerika Utara 1983 (NAD83) digunakan bersama oleh negara-negara yang terletak di benua amerika bagian utara. European datum 1989 (ED89) yang digunakan oleh negara-negara yang terletak di benua eropa, Australian Geodetic Datum 1998 (AAGD98) yang digunakan bersama oleh negaranegara yang terletak di benua Australia. 6.3.3. Datum Global Datum global adalah datum geodesi yang menggunakan ellipsoid referensi yang dipilih sedekat mungkin dengan bentuk geoid untuk seluruh permukaan bumi datumnya menggunakan ellipsoid global. Contohnya, 1984 departemen pertahanan amerika (DoD) mempublikasikan datum WGS84. Datum ini dikembangkan oleh DMA (Defense Mapping Agency) merepresentasikan pemodelan bumi dari standpoint gravitasional, geodetik, dan geometrik dengan menggunakan data teknik, dan teknologi yang sudah ada. Meridian 0 o BIH 1984 CTP BIH 1984 b a WGS84 X WGS84 Pusat masa bumi Gb. 6.3 Datum Global WGS84 7. Konsep Geodesi GIS 3 / 11

Catatan: (a) sumbu Z : mengarah ke kutub utara CTP (Convensional terrestrial pole) sebagaimana telah didefinisikan oleh BIH (Bureau International de L Heure) (b) Sumbu X: merupakan garis berpotongan antara bidang meridian referensi WGS 84 dengan bidang ekuator CTP (convensional Terrestrial System). (c) Sumbu : sumbu X yang diputar 90 o ke arah timur di bidang equator CTP Demikian pentingnya datum global WGS 84 ini hingga GPS-pun menggunakannya sebagai datum untuk menentukan posisi-posisi tiga dimensi dari target-target yang ditentukan. 6.3.4. Transformasi Datum Gb. 6.4 menunjukkan bahwa permukaan local ellipsoid (yang digunakan oleh datum local) mendekati bentuk geoid hanya di daerah survey yang relative sempit. Jika ellipsoid ini diperbesar sehingga bentuk permukaannya mendekati geoid yang lebih luas, mencakup beberapa Negara, bahkan satu benua, disebut datum regional. Sedangkan jika ellipsiodnya mendekati bentuk geoid secara keseluruhan permukaan bumi, maka ellipsoidnya disebut sebagai datum global. Gb. 6.4 Datum Lokal dan Global Untuk keperluan survey geodesi yang lebih luas, seperti penentuan batas-batas antara negaranegara yang bersebelahan, maka diperlukan datum bersama. Jika negara-negara ybs masingmasing menggunakan datum lokal yang berbeda, maka masing-masing harus ditransformasikan ke datum yang sama. Prinsip transformasi datum adalah pengamatan pada titik-titik yang sama. Selanjutnya, titiktitik sekutu ini memiliki koordinat-koordinat dalam berbagai datum. Dari koordinat-koordinat ini dapat diketahui hubungan matematis antara datum-datum ybs. Hubungan matematis antara datum ini dapat dinyatakan dengan 7 parameter transformasi sbb: Translasi titik asal (origin) dx, dy, dz; rotasi sumbu koordinat rx, ry, rz; dan skala S. X Z GLOBAL dx 1 = dy S + rz dz ry rz 1 rx ry x rx y 1 z LOKAL 7. Konsep Geodesi GIS 4 / 11

Gb. 6.5 Transformasi Datum 6.3.5. Datum Horizontal Ellipsoid referensi yang paling sering digunakan sebagai bidang untuk penentuan posisi horizontal (lintang dan bujur), yang datumnya dikenal sebagai datum horizontal. Koordinat posisi horizontal ini beserta tingginya di atas permukaan ellipsoid dapat dikonversikan ke sistem koordinat kartesian 3D yang mengacu pada sumbu-sumbu ellipsoid ybs. 6.3.6. Datum vertikal Untuk mempresentasikan informasi ketinggian atau kedalaman, sering digunakan datum yang berbeda. Pada peta laut umumnya dgunakan suatu bidang permukaan air rendah (chart datum) sebagai bidang referensi, sehingga nilai-nilai kedalaman yang direpresentasikan oleh peta laut ini mengacu pada pasut rendah (low tide). 6.4. SISTEM REFERENSI GEODESI Agar hasil pengamatan di bidang geodesi dapat saling dibandingkan, dikaitkan, digunakan, atau mendukung hasil-hasil pengamatan di bidang atau disiplin ilmu lainnya (astronomi, geofisika), maka dibuatlah suatu sistem referensi geodesi (Geidetic Reference System GRS) 6.5. SISTEM PROEKSI DATA Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniature) dari unsure-unsur fisik (alamiah) dai sebagian atau keseluruhan permukaan bumi di atas media bidang datar dengan skala tertentu. Tetapi permukaan bumi melengkung dan tidak memungkinkan menbentangkannya hinggamenjadi bidang datar, tanpa mengalami perubahan. Pembuatan peta akan lebih sederhana jika pemetaannya dilakukan di daerah yang sempit. Untuk pemetaan di daerah yyng lebih besar prosesnya tidak sederhana, karena permukaan bumi harus diperhitungkan sehingga permukaan melengkung. Untuk itu, dikembangkanlah metode-metode proyeksi peta. Secara umum, proyeksi peta merupakan suatu fungsi yang merelasikan koordinat titik-titik yang terletak di permukaan kurva ke koordinat bidang datar. 7. Konsep Geodesi GIS 5 / 11

6.5.1 Jenis Proyeksi Peta (a). Menurut bidang proyeksi yang digunakan Proyeksi azimuthal, menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksi Proyeksi kerucut (conic), menggunakan kerucut sebagai bidang proyeksi Proyeksi silinder (cyclndrical), menggunakan silinder sebagai bidang proyeksi Gb. 6.6 Bidang proyeksi Gb. 6.7 Bidang proyeksi yang telah didatarkan (b). Menurut kedudukan garis karakteristik atau kedudukan bidang proyeksi thd bidang datum yang digunakan: Proyeksi normal, garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi Proyeksi miring, garis karakteristik membentuk sudut thd sumbu bumi Proyeksi transversal atau ekuatorial, garis karakteristik tegak lurus thd sumbu bimi. Gb. 6.8 Proyeksi transversal 7. Konsep Geodesi GIS 6 / 11

Gb. 6.9 Proyeksi Miring Gb. 6.10 Proyeksi Normal (c). Menurut ciri-ciri asli yang tetap dipertahankan: Proyeksi equidistance, jarak di atas peta sama dengan jarak di permukaan bumi. Proyeksi konform, sudut dan arah di atas peta sama dengan sudut dan arah di permukaan bumi. Proyeksi ekuivalen, luas di atas peta sama dengan luas di permukaan bumi. (d) Menurut karakteristik singgungan antara bidang proyeksi dengan bidang datumnya: Proyeksi menyinggung Proyeksi memotong Proyeksi baik yang tidak menyinggung maupun tidak memotong Gb. 6.11 Proyeksi menurut karakteristik singgungan 7. Konsep Geodesi GIS 7 / 11

6.5.2 Pemilihan Proyeksi Peta Mengingat jumlah proyeksi peta yang banyak, para pengguna akan mengalami kebingungan dalam memilihnya. Beberapa faktor pertimbangan dalam pemilihan proyeksi ini, terutama untuk kebutuhan peta tofografi: Tujuan penggunaan dan ketelitian peta yang diinginkan Lokasi geografi, bentuk, dan luas wilayah yang akan dipetakan Ciri-ciri/karakteristik asli yang ingin tetap dipertahankan. 6.5.3 Universal Transverse Mercator Salah satu system proyeksi peta yang terkenal adalah UTM (universal transverse mercator). Pada system proyeksi ini didefinisikan posisi horizontal dua dimensi (x,y) utm dengan menggunakan proyeksi silinder, transvesal, dan konform yang memotong bumi pda dua meridian standard. Seluruh permukaan bumi dalam system koordinat ini dibagi menjadi 60 bagian yang disebut sebagai zone UTM. Setiap zone ini dibatasi oleh dua meridian selebar 6 dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh zone 1 dimulai dari 180 BB hingga 174 BB, zone 2 dimulai dari 174 BB hingga 168 BB, terus kearah timur hingga zone 60. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80 LS hingga 84 LU. Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80 LS ke arah utara. Gb. 6.11 Pembagian zone UTM Wilayah Indonesia terbagi dalam 9 zone UTM, mulai dari meridian 90 BT hingga meridian 144 BT dengan batas lintang 11 LS hingga 6 LU. Dengan demikian wilayah indonesia dimulai dari zone 46 (meridian sentral 93 BT) hingga zone 54 (meridian sentral 141 BT) 6.6. SISTEM KOORDINAT Sistem koordinat adalah sekumpulan aturan yang menentukan bagaimana koordinat-koordinat yang bersangkutan merepresentasikan titik-titik. Aturan ini biasanya mendefinisikan titik asal 7. Konsep Geodesi GIS 8 / 11

(origin) beserta beberapa sumbu-sumbu koordinat untuk mengukur jarak dan sudut untuk menghasilkan koordinat. System koordinat dapat dikelompokan menurut: (a) Lokasi titik awal ditempatkan (geocentric, topocentric, heliocentric, dll) (b) Jenis permukaan yang digunakan sebagai referensi (bidang datar, bola, ellipsoid) (c) Arah sumbu-sumbunya (horizontal dan equatorial) 7.5.1 Sistem Koordinat Dasar 7.5.1.1 Sistem koordinat bidang datar (a) system koordinat kartesian P(x,y) X (b) system koordinat polar Gb. 7.2 Sistem koordinat kartesian 2D d P(d, θ) θ X Gb. 7.3 Sistem koordinat polar 2D 7.5.1.2 Sistem koordinat tiga dimensi (a) system koordinat kartesian 7. Konsep Geodesi GIS 9 / 11

Z P(x,y,z) X Gb. 7.4 Sistem koordinat kartesian 3D (b) Sistem koordinat polar Z P(r, λ, φ) r φ λ X Gb. 7.5 Sistem koordinat polar 3D 7.5.2 Sistem Koordinat Global (a) Bujur, lintang, dan ketinggian System koordinat yang paling umum digunakan pada saat ini adalah system lintang (ϕ), bujur (λ), dan ketinggian (h- tinggi diatas ellipsoid). Pada system ini meridian utama dan ekuator merupakan bidang-bidang referensi yang digunakan untuk mendefinisikan koordinat lintang (ϕ) dan bujur (λ). Lintang geodetic (ϕ) suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang ekuator (ϕ=0), dengan garis normal terhadap ellipsoid referensi. Bujur geodetic (λ) suatu titik adalah sudut yang dibentuk oleh bidang referensi (meridian utama, λ=0) dengan bidang meridian yang melalui titik ybs. Tinggi geodetic (h) adalah jarak titik yang bersangkutan dari ellipsoid referensi dalam arah garis normal terhadap ellipsoid referensi. Dengan demikian system koordinat global dapat dinyatakan dengan koordinat geodetic P(r, λ, φ) (b) ECEF X,,Z 7. Konsep Geodesi GIS 10 / 11

Sistem koordinat global dapat dinyatakan dengan system koordinat kartesian ECEF (earth centered, earth fixed) x,y,z. Sumbu Z bernilai positif dari pusat bumi kea rah kutub utara Sumbu X adalah garis berpotongan antara bidang meridian utama dan bidang ekuator, Sumbu adalah garis berpotongan antara bidang ekuator dengan bidang meridian yang berjarak 90 o ke timur dari bidang meridian utama. Z Bidang meridian utama P(x,y,z) z Bidang ekuator 0,0,0 y x X Gb. 7.6 Sistem koordinat Global ECEF X,,Z Hubungan matematis antara koordinat kartesian dengan geodetic dapat dinzatakan sbb: Dimana: a b λ,ϕ,h N x,y,z x ( N + h)cosϕ cosλ y = ( N + h)cosϕ sin λ 2 z b ( N + h)sinϕ a2 = jari-jari ekuator = setengah sumbu pendek ellipsoid referensi = koordinat geodetic = jari-jari lengkung normal utama = koordinat dalam system kartesian ECEF 7. Konsep Geodesi GIS 11 / 11