Statistik Pencacahan Radiasi

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Pencacah dan Spektroskopi

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

Pendahuluan. Angka penting dan Pengolahan data

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

Probabilitas & Distribusi Probabilitas

Distribusi Diskrit dan Kontinu yang Penting. Oleh Azimmatul Ihwah

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

Alat Proteksi Radiasi

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

PENS. Probability and Random Process. Topik 5. Beberapa jenis Distribusi Variabel Acak. Prima Kristalina April 2015

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

Radioaktivitas dan Reaksi Nuklir. Rida SNM

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

PERTEMUAN 2 STATISTIKA DASAR MAT 130

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi

BAB IV Alat Ukur Radiasi

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

Metode Penentuan Nilai Kemampuan Ukur Terbaik (KUT) pada Perangkat Spektrometer Gamma

BESARAN DAN PENGUKURAN

STK 211 Metode statistika. Materi 4 Peubah Acak dan Sebaran Peluang

METODE ANALISIS UNTUK PENENTUAN UNSUR AS DAN SB MENGGUNAKAN ICP AES PLASMA 40

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

UJI KESTABILAN PENCACAH RADIASI DOSE CALIBRATOR

STATISTIK PERTEMUAN IV

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

DISTRIBUSI PELUANG.

MODUL II DISTRIBUSI PELUANG DISKRIT DAN KONTINU

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

BeberapaDistribusiPeluang. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

Pr { +h =1 = } lim. Suatu fungsi dikatakan h apabila lim =0. Dapat dilihat bahwa besarnya. probabilitas independen dari.

Distribusi Peluang Teoritis. Titik-titik contoh di dalam Ruang Sampel (S) dapat disajikan dalam bentuk numerik/bilangan.

DISTRIBUSI TEORITIS. P(M) = p = probabilitas untuk mendapat bola merah (sukses) 30

BAB II PROSES-PROSES PELURUHAN RADIOAKTIF

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

KONSEP DASAR STATISTIK

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

LATIHAN UJIAN NASIONAL

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

Pengukuran 2. Modul 1 PENDAHULUAN

DISTRIBUSI PELUANG TEORITIS

FISIKA 2014 TIPE A. 30 o. t (s)

Beberapa Peubah Acak Diskret (1) Kuliah 8 Pengantar Hitung Peluang

BAB IV SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA TURUNAN PERTAMA DAN KEDUA DARI KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN LINEAR

Xpedia Fisika. Soal Fismod 1

Distribusi Peluang Teoritis

Sulistyani, M.Si.

DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN. Sudarno Jurusan Matematika FMIPA UNDIP. Abstrak

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

KALIBRASI DETEKTOR NaI(Tl) UNTUK PEMANTAUAN KONTAMINASI BAHAN RADIOAKTIF DI TANAH SECARA IN-SITU

4. Sebuah sistem benda terdiri atas balok A dan B seperti gambar. Pilihlah jawaban yang benar!

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

BAB 2 LANDASAN TEORI

DISTRIBUSI PELUANG KONTINYU DISTRIBUSI PROBABILITAS

Menjelaskan pengertian distribusi binomial, mengidentifikasi eksperimen binomial dan menghitung probabilitas binomial, menghitung ukuran pemusatan

Program Studi Teknik Mesin S1

PENCEMBANCAN METODE ANALISIS MENCCUNAKAN" ALAT ICP AES PLASMA 40 UNTUK PENENTUAN UNSUR AS DAN Sb

DISTRIBUSI POISSON. Nevi Narendrati, M.Pd. Teori Peluang 1

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB 4 SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB II LANDASAN TEORI

Probabilitas dan Statistika Distribusi Peluang Diskrit 2. Adam Hendra Brata

Peak to Total Ratio Pada Analisis Aktivasi Neutron dengan Metode ko

SILABUS PEMBELAJARAN

ANALISIS DATA SECARA RANDOM PADA APLIKASI MINITAB DENGAN MENGGUNAKAN DISTRIBUSI PELUANG

Adi Setiawan Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro Salatiga 50711

CATATAN KULIAH ATOM, INTI DAN RADIOAKTIF. Diah Ayu Suci Kinasih Departemen Fisika Universitas Diponegoro Semarang 2016

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

MODUL 2 DATA BESARAN LISTRIK & KETIDAKPASTIAN

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PETUNJUK PENGGUNAAN PROGRAM RIETICA UNTUK ANALISIS DATA DIFRAKSI DENGAN METODE RIETVELD

PERBANDINGAN DISTRIBUSI BINOMIAL DAN DISTRIBUSI POISSON DENGAN PARAMETER YANG BERBEDA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB XII PENGUJIAN DISTRIBUSI CHI-SQUARED. Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian distribusi dengan menggunakan chi-squared.

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

BAB 2 LANDASAN TEORI

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

SILABUS PEMBELAJARAN

DISTRIBUSI PROBABILITAS

Penentuan karakteristik cacahan pada counter dengan menggunakan sumber standar 152 Eu, 60 Co dan 137 Cs

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. ilmiah. Pencacahan atau pengukuran karakteristik suatu objek kajian yang

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

Transkripsi:

Statistik Pencacahan Radiasi (Radiation Counting Statistics) Latar Belakang Radiasi dipancarkan secara acak (random) sehingga pengukuran radiasi berulang meskipun dilakukan dengan kondisi yang sama akan memperoleh hasil pengukuran yang berfluktuasi (berbeda-beda). Materi ini akan membahas sifat acak pancaran radiasi tersebut yang mengikuti distribusi Gauss, cara untuk menghitung ketidak-pastian pengukuran serta cara menyajikan nilai hasil pengukuran, pengujian data distribusi Gauss (chi square test), dan cara membuang data yang tidak menyimpang. Tujuan Instruksional Setelah mengikuti mata pelajaran ini para peserta diharapkan mampu untuk menerapkan metode statistik dalam pengukuran intensitas radiasi baik menggunakan sistem pencacah maupun sistem spektroskopi. Secara khusus setiap peserta akan mampu untuk: 1. menguraikan sifat acak (random) dari besaran fisis;. menguraikan distribusi Gauss pada intensitas (aktivitas) radiasi; 3. menghitung penyimpangan pengukuran pada distribusi Gauss dengan mempertimbangkan faktor propagasi eror (error propagation); 4. menentukan ketidak-pastian pengukuran pada tingkat kepercayaan (level of confidence) tertentu; 5. menjelaskan limit deteksi dan limit kuantisasi; 6. menentukan nilai intensitas suatu spektrum energi radiasi; 7. menerapkan chi square test pada sekumpulan data pengukuran radiasi; 8. menerapkan uji Chauvenet pada sekumpulan data pengukuran radiasi. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 1

Materi Pembahasan Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Instruksional Materi Pembahasan Sifat Acak (Random) Distribusi Gauss (Normal) Propagasi Eror Ketidak-pastian Pengukuran Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi Pengujian Chi Square Kriteria Chauvenet Statistik Pencacahan Radiasi Halaman

Statistik Pencacahan Radiasi (Radiation Counting Statistics) Sifat Acak (random) Proses pengukuran, misalnya pengukuran temperatur, panjang atau berat, biasanya dilakukan secara berulang agar diperoleh hasil pengukuran yang lebih dapat dipercaya. Perhatikan tabel berikut ini yang menampilkan hasil tiga jenis pengukuran (A, B, dan C) yang diulang 10 kali. Tabel 1: hasil tiga jenis pengukuran berulang 10 kali A B C 100 100 100 100 105 18 100 9 10 101 104 135 100 11 76 100 98 14 99 109 39 100 101 38 101 9 99 100 88 157 Hasil pengukuran manakah yang terbaik, pengukuran A, B, atau C. Jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa pengukuran A lah yang terbaik karena sangat bergantung pada besaran yang sedang diukur. Bila yang diukur adalah panjang sebuah meja atau tinggi sebatang pohon maka akan diperoleh hasil pengukuran A. Tetapi bila mengukur kecepatan angin di atas sebuah gedung maka mungkin akan dihasilkan data pengukuran C. Terdapat jenis pengukuran tertentu yang akan menghasilkan data pengukuran B. Jenis pengukuran tersebut mengikuti kecenderungan atau distribusi tertentu. Sebagai contoh, bila seseorang mempunyai 00 keping uang logam yang sama dan kemudian dilemparkannya semua ke lantai. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 3

Berapa keping uang logamkah yang menunjukkan gambar? Bila kegiatan tersebut diulang 10 kali maka akan diperoleh data pengukuran B, bukan pengukuran A apalagi pengukuran C. Eksperimen di atas juga dapat dilakukan dengan menggunakan 600 butir dadu. Data pengukuran B memang berfluktuasi tetapi mempunyai kecenderungan pada nilai 100. Nilai ini dapat ditentukan secara perhitungan yaitu X p N Dengan X adalah nilai hasil pengukuran, p adalah probabilitas (pada uang logam ½ dan pada dadu 1/6), sedangkan N adalah jumlah benda yang terlibat untuk menghasilkan nilai pengukuran tersebut. Fenomena pengukuran ini bersifat acak (random), yang bila dilakukan secara berulang dengan jumlah ulangan sangat banyak (tak berhingga) akan menghasilkan nilai rata-rata 100. Ingat rumusan aktivitas radioaktif! A λ N A adalah aktivitas zat radioaktif, λ adalah konstanta peluruhan, sedangkan N adalah jumlah inti yang tidak stabil. Konstanta peluruhan ( λ ) merupakan probabilitas salah satu inti atom tersebut meluruh atau tidak. Dengan menganalogikan dua rumusan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas radioaktif bersifat acak (random). Jadi, bila suatu zat radioaktif mempunyai aktivitas sebesar 100 Bq maka tidak berarti bahwa zat radioaktif tersebut selalu memancarkan 100 radiasi per detik, melainkan berbeda-beda tetapi mempunyai kecenderungan di sekitar nilai 100 sebagaimana data pengukuran B. Distribusi Gauss (Normal) Sifat acak suatu pengukuran selalu mengikuti suatu distribusi tertentu, sebagai contoh eksperimen uang logam dan dadu di atas mengikuti distribusi binomial. Bila distribusi binomial tersebut mempunyai probabilitas sangat kecil maka akan berubah menjadi distribusi Poisson, sedangkan bila distribusi Poisson tersebut menghasilkan nilai ukur yang besar (beberapa literatur menuliskan > 40) maka berubah menjadi distribusi Gauss (Normal). Tiga jenis distribusi tersebut memang tidak dibahas pada tulisan ini, bagi yang berminat untuk mempelajari lebih lanjut silahkan membaca literatur statistik. Zat radioaktif mempunyai konstanta peluruhan ( λ ) yang sangat kecil, misalnya U-38 adalah 4.88 10-18 dan aktivitas sumber biasanya bernilai sangat besar dalam orde Bq (peluruhan per detik), misalnya aktivitas 1 µci setara dengan 3.7 10 4 peluruhan per detik. Oleh karena itu pancaran radiasi mengikuti distribusi Gauss (Normal). Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 4

Gambar 1: distribusi Gauss Gambar di atas menunjukkan probabilitas nilai ukur yang mungkin dihasilkan oleh pengukuran berulang terhadap suatu besaran yang mengikuti distribusi Gauss. Terlihat bahwa nilai ukur yang dihasilkannya dapat bermacam-macam, dengan probabilitas terbesar adalah terletak pada nilai rata-ratanya. Gambar : intensitas radiasi yang dipancarkan suatu sumber radiasi Oleh karena aktivitas zat radioaktif bersifat acak mengikuti distribusi Gauss (Normal) maka intensitas radiasi yang terukurpun akan bersifat acak sehingga data hasil pengukurannya juga akan mengikuti distribusi Gauss. Pengukuran intensitas radiasi yang dilakukan secara berulang pasti akan memperoleh hasil pengukuran yang berbeda-beda. Yang menjadi pertanyaan adalah berapakah nilai ukur yang sebenarnya. Dengan fenomena tersebut di atas maka pengukuran intensitas radiasi harus dilakukan secara berulang, baik beberapa kali atau dalam selang waktu cukup panjang, yang berarti akumulasi nilai dari pengulangan waktu beberapa detik. Nilai ukur sebenarnya diduga berada di dalam rentang nilai rata-rata ± nilai simpangannya. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 5

Sebagaimana perhitungan matematika biasa, nilai rata-rata dapat dihitung dengan persamaan berikut X i X (1) N Sedangkan nilai simpangan ( ) dari pengukuran tunggal suatu besaran yang mengikuti distribusi Gauss adalah akar dari nilai ukurnya. Propagasi Eror (Error Propagation) X () Propagasi eror adalah metode untuk menghitung simpangan suatu nilai yang berasal dari beberapa faktor, misalnya beberapa hasil pengukuran dan data pendukung lainnya. Rumusan dasar propagasi eror untuk suatu nilai F yang merupakan fungsi dari faktor X, Y dan Z adalah sebagai berikut. F F F f x + y + z (3) X Y Z f adalah simpangan nilai F yang merupakan kalkulasi dari faktor nilai X, Y, dan Z. x, y, dan z adalah masing-masing simpangan nilai X, Y, dan Z. Laju Cacah Laju cacah atau cacahan per detik adalah suatu nilai yang sebanding dengan aktivitas atau intensitas radiasi. C R (3) T Karena simpangan waktu ( t ) dapat diasumsikan tidak ada maka simpangan laju cacah ( r ) hanya dihitung dari satu faktor saja yaitu nilai cacahan ( C ) dengan simpangan cacahan ( c ) adalah sebesar C (4) c Sehingga simpangan laju cacah ( r ) dapat dihitung sebagaimana persamaan berikut. R C 1 T 1 1 r c maka r C T T R r (5) T Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 6

Cacahan Rata-rata Cacahan rata-rata ( C ) merupakan nilai rata-rata dari beberapa kali pengukuran, misalnya N kali. C C + C + C 1 3 + + N C n C 1 N c1 + 1 N c + 1 N c3 +... + 1 N cn C (6) C N Laju Cacah Rata-rata R (7) R N T Laju Cacah Sumber Hasil pengukuran intensitas radiasi suatu sumber selalu merupakan gabungan antara radiasi yang berasal dari sumber tersebut dan radiasi yang berasal dari lingkungan sekitarnya, atau disebut sebagai radiasi latar belakang. Laju cacah radiasi yang hanya berasal dari sumber saja ( R s ) dapat dihitung dengan cara mengurangi laju cacah keseluruhan (R t ) dengan laju cacah latar belakang ( R b ). Simpangan laju cacah sumber adalah Rs R s Rt R t R Rb b + (8) Tentu saja nilai simpangan laju cacah keseluruhan ( Rt ) dan simpangan laju cacah latar belakang ( Rb ) harus dihitung dahulu menggunakan persamaan sebelumnya. Perhitungan propagasi eror, khususnya untuk yang mempunyai relasi matematik lebih rumit dapat menggunakan persamaan berikut. f F x x y + y z + z (9) Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 7

Berikut ini sebuah contoh untuk menentukan simpangan dari efisiensi pengukuran ( η ) yaitu suatu nilai yang membandingkan antara laju cacah dan aktivitas sumber standar. η R A η R A + (10) η R Nilai simpangan dari aktivitas sumber dapat dihitung dari toleransi sumber standar, misalnya toleransi 1% berarti nilai simpangan adalah sebesar 1% dari nilai aktivitasnya. A 0.01 x A A Ketidak-pastian Pengukuran (Measurements Uncertainty) Ketidak-pastian sebenarnya tidak hanya berasal dari pengukuran saja melainkan berasal dari semua langkah analisis mulai dari preparasi sampel, faktor kesalahan alat, kesalahan personil, kesalahan metode, dan pengukurannya sendiri. Akan tetapi dalam pembahasan ini hanya akan dipelajari ketidak-pastian yang berasal dari proses pengukuran dan faktor yang berkaitan langsung dengan pengukuran. Setiap pengukuran selalu mempunyai kesalahan (eror) oleh karena itu hasil pengukuran atau kalkulasi yang berdasarkan hasil pengukuran harus ditampilkan dalam bentuk suatu rentang nilai (bukan nilai tunggal). Rentang nilai tersebut adalah ketidak-pastian suatu pengukuran. Nilai ukur sebenarnya diduga berada di dalam rentang nilai tersebut. Pertanyaannya adalah seberapa yakinkah nilai ukur sebenarnya berada di dalam rentang nilai tersebut. Sebagai contoh, pengukuran aktivitas suatu sumber radiasi yang dilakukan 10 kali dengan kondisi yang sama, ternyata diperoleh hasil sebagai berikut. 15; 116; 103; 138; 11; 144; 119; 17; 11; dan 134. Berapakah nilai aktivitas sumber tersebut sebenarnya? Tidak ada yang tahu! Kemungkinan nilai aktivitas sebenarnya berada di dalam suatu rentang nilai di sekitar nilai rata-ratanya. Sekali lagi hanya dugaan saja. Hasil pengukuran disajikan dengan format seperti berikut ini. X X ± λ (11) λ adalah suatu faktor yang menunjukkan tingkat kepercayaan (level of confidence) dengan nilai sebagaimana tabel berikut. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 8

Tabel : beberapa jenis tingkat kepercayaan yang sering digunakan. Jenis Tingkat Kepercayaan λ Prosentase Benar 1 sigma 1 68,5 % nine tenth 1,645 90% sigma 95,5 % ninety nine,576 99% 3 sigma 3 99,5 % Gambar 3: dugaan nilai sebenarnya berada di dalam rentang nilai yang ditampilkan dengan tingkat kepercayaan 1 sigma (kiri) dan tingkat kepercayaan sigma (kanan). Memang dengan memilih tingkat kepercayaan yang semakin besar, misalnya 3 sigma, akan memperoleh kemungkinan nilai ukur sebenarnya berada di dalam rentang dugaan semakin besar, tetapi nilai rentangnya juga semakin lebar. Oleh karena itu, nilai simpangan ( ) harus diusahakan sekecil mungkin, yaitu dengan cara mengulang pengukuran semakin sering atau memperpanjang waktu pengukuran. Limit Deteksi dan Limit Kuantisasi Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa setiap pengukuran radiasi akan menghasilkan kesalahan atau ketidak-pastian, termasuk pengukuran radiasi latar belakang (background). Yang menjadi permasalahan sekarang adalah bila aktivitas suatu sumber atau intensitas radiasi yang dipancarkan oleh sumber tidak terlalu dibandingkan dengan intensitas radiasi latar belakang. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 9

Sebagai contoh, hasil pengukuran intensitas suatu sampel -yang berarti pengukuran radasi yang berasal dari sumbernya dan ditambah dengan radiasi latar belakang- adalah 10 sedangkan pengukuran tanpa sampel -yang berarti hanya pengukuran radiasi letar belakang- adalah 100. Secara perhitungan dengan mudah dapat ditentukan bahwa radiasi latar belakang adalah 100 sehingga radiasi sumbernya saja adalah 0. Hal di atas tidak dapat dibenarkan karena nilai intensitas radiasi latar belakang selalu berfluktuasi sehingga nilai 10 tersebut mungkin saja hanya fluktuasi nilai intensitas radiasi latar belakang, jadi sampel tersebut sebenarnya tidak mengandung zat radioaktif sama sekali. Limit deteksi adalah suatu batas nilai yang digunakan untuk menentukan apakah zat radioaktif terdeteksi ada di dalam sampel yang diukur atau memang tidak terdeteksi. Nilai limit deteksi ditentukan sebesar simpangan pengukuran latar belakang dengan tingkat kepercayaan 3 sigma. LD 3 (1) Nilai hasil pengukuran radiasi sumber pada contoh di atas ( 0 ) masih kurang dari limit deteksinya ( 30 ) sehingga pada contoh di atas tidak terdeteksi ada zat radioaktif di dalam sampel. Contoh lain, hasil pengukuran intensitas suatu sampel -yang berarti pengukuran radasi yang berasal dari sumbernya dan ditambah dengan radiasi latar belakang- adalah 150 sedangkan pengukuran tanpa sampel -yang berarti hanya pengukuran radiasi letar belakang- adalah 100. Secara perhitungan dengan mudah dapat ditentukan bahwa radiasi latar belakang adalah 100 sehingga radiasi sumbernya saja adalah 50. Berdasarkan pembahasan limit deteksi, sampel pada contoh tersebut di atas dapat dinyatakan mengandung zat radioaktif karena hasil pengukuran sumber ( 50 ) sudah lebih besar daripada limit deteksi pengukurannya. Tetapi nilai hasil pengukuran ( 50 ) belum dapat dinyatakan sebagai kuantitas (atau dalam contoh ini adalah aktivitas) sumber. Limit kuantisasi adalah suatu batas nilai yang digunakan untuk menentukan apakah nilai hasil pengukuran dapat dinyatakan secara kuantitatif atau tidak. Nilai limit kuantisasi harus ditetapkan secara konvensi, dari satu negara atau laboratorium ke negara atau laboratorium lain mempunyai nilai yang berbeda. Nilai limit kuantisasi yang banyak digunakan adalah sebesar simpangan pengukuran latar belakang dengan tingkat kepercayaan 7 sigma. LK R lb 7 (13) Jadi pada contoh pengukuran di atas hanya dapat dinyatakan secara kualitatif saja bahwa di dalam sampel terdeteksi adanya zat radioaktif tetapi kuantitas atau aktivitas sumber tidak layak untuk dinyatakan karena masih kurang dari limit kuantisasinya ( 70 ). R lb Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 10

Chi Square Test Pengukuran besaran fisis yang bersifat acak secara berulang selalu akan menghasilkan nilai yang berubah-ubah, sebagai contoh 10 kali pengukuran intensitas radiasi akan menghasilkan 10 nilai yang berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kesulitan untuk mengetahui bahwa perubahan nilai tersebut memang karena sifat acak dari sumber yang diukur, bukan disebabkan oleh anomali alat pengukur. Chi square test adalah sebuah metode yang lazim digunakan untuk menguji apakah sekumpulan data mengikuti distribusi Gauss atau tidak. Terdapat kemungkinan bahwa fluktuasi nilai terlalu kecil (contoh data pengukuran A pada tabel 1) atau fluktuasi terlalu besar (contoh data pengukuran C pada tabel 1). Nilai Chi Square ditentukan dengan persamaan berikut. ( X X) i χ (14) X Dengan X i adalah nilai setiap pengukuran. Nilai chi square ( χ ) dari perhitungan di atas kemudian dicocokkan ke tabel chi square yang terdapat pada lampiran. Tabel 3: sebagian tabel chi square n χ 0,95 χ 0,90 χ 0,75 χ 0,50 χ 0,5 χ 0,10 χ 0,05................ 8 15,5 13,4 10, 7,34 5,07 3,49,73 9 16,9 14,7 11,4 8,34 5,90 4,17 3,33 10 18,3 16,0 1,5 9,34 6,74 4,87 3,94 11 19,7 17,3 13,7 10.3 7,58 5,58 4,57 1 1,0 18,5 14,8 11.3 8,44 6,30 5,3 13,4 19,8 16,0 1,3 9,30 7,04 5,89 14 3,7 1,1 17,1 13,3 10, 7,79 6,57................ Cara pembacaan tabel chi square di atas: n adalah derajat kebebasan pengukuran yaitu jumlah pengulangan dikurangi 1 ( N 1 ). Nilai-nilai pada kolom χ 0,50 adalah nilai ideal bila semua nilai hasil pengukuran tepat sesuai dengan distribusi Gauss, tentu saja hal ini sangat sulit dicapai dalam Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 11

pengukuran sebenarnya. Seberapa besar toleransi tidak ideal harus ditentukan oleh masing-masing keperluan atau laboratoriumnya, tetapi walaupun begitu, nilai yang banyak digunakan adalah nilai di dalam rentang χ 0,90 dan χ 0,10. Data hasil 10 kali pengukuran layak diterima sebagai distribusi Gauss bila nilai χ nya berada di dalam rentang 4,17 ~ 14,7, sedangkan data 15 kali pengukuran harus berada di dalam rentang 7,79 ~ 1,1. Apabila data hasil pengukuran intensitas radiasi tidak memenuhi kriteria di atas maka terdapat kesalahan, mungkin di peralatan ukur atau di sumbernya sendiri. Kriteria Chauvenet Memang secara teori distribusi Gauss, hasil pengukuran dapat bernilai berapapun bahkan sangat jauh berbeda dengan nilai rata-ratanya akan tetapi dalam kenyataannya kemungkinan tersebut sangat kecil sehingga hasil pengukuran yang menyimpang terlalu jauh dari nilai rata-ratanya dapat saja dibuang agar tidak merusak nilai rata-rata pengukuran. Penyimpangan nilai hasil pengukuran dari nilai rata-ratanya kemungkinan disebabkan oleh gangguan dari luar sehingga mempengaruhi kondisi yang seharusnya dijaga selalu sama, sebagai contoh yang paling sering terjadi adalah gangguan listrik. Kriteria Chauvenet adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk membuang salah satu atau beberapa nilai hasil pengukuran yang menyimpang terlalu jauh dari nilai rata-ratanya, atau disebut outlayer. x i x τ i (15) x Nilai Chauvenet dari setiap data pengukuran yang dihitung menggunakan persamaan di atas harus lebih kecil daripada tabel berikut ini. Tabel 4: nilai batas kriteria Chauvenet Jumlah Pengukuran Nilai Chauvenet Jumlah Pengukuran Nilai Chauvenet 1.15 50.58 3 1.38 100.81 4 1.54 00 3.0 5 1.65 500 3.9 10 1.96 1000 3.48 Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 1

Sebagai contoh dalam eksperimen 10 kali pengukuran berulang, setiap data pengukuran harus mempunyai nilai τ yang lebih kecil daripada 1,96. Bila salah satu hasil pengukuran mempunyai nilai τ yang lebih besar daripada 1,96 maka data pengukuran tersebut dapat dibuang. Bila jumlah pengulangan tidak terdapat dalam tabel tersebut maka dapat digunakan cara interpolasi linier. ooooo Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 13

Lampiran Tabel Chi Square Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 14

Daftar Pustaka 1. G.F. Knoll, Radiation Detection and Measurement, John Wiley, Toronto, 1989.. N. Tsoulfanidis, Detection and Measurement of Radiation, Taylor and Francis, New York, 1995 3. K. Debertin and R.G. Helmer, Gamma and X-ray Spectrometry with Semiconductor Detectors, North-Holland, Amsterdam, 1988. 4. Murray R. Spiegel, Mathematical Handbook, Mc Graw Hill, New York, 1968. Statistik Pencacahan Radiasi Halaman 15