INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Analisis Perkembangan Industri

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

Analisis Perkembangan Industri

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016


SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BERITA RESMI STATISTIK

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

Analisis Perkembangan Industri

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

BERITA RESMI STATISTIK

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan III Provinsi Riau

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

RENCANA & REALISASI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) MENURUT SEKTOR TAHUN 2010 DI KALIMANTAN TIMUR

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2011

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

BERITA RESMI STATISTIK

Produk Domestik Bruto (PDB)

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013


SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2018

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN II TAHUN 2012

No. 05/02/81/Th.VI, 2 Pebruari 2015

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Analisis Perkembangan Industri

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN I TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

Statistik KATA PENGANTAR

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

No. 05/05/81/Th.VI, 4 Mei 2015

No. 05/08/81/Th.VII, 1 Agustus 2017


PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2015

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

LAPORAN STATISTIK KINERJA INDUSTRI INDONESIA 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN III TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK


SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

Transkripsi:

Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI April 2012 Secara tahunan pada April 2012, seluruh indikator aktivitas ekonomi pada kelompok migas turun sementara mayoritas indikator non migas dan ekspor komoditas non migas utama tumbuh positif. Secara bulanan sebagian besar indikator (66,67%) mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya dengan tingkat penurunan yang paling signifikan terjadi pada ekspor barang dari logam tidak mulia. Secara kumulatif sampai dengan April 2012, sebagian besar (56,67%) indikator aktivitas ekonomi masih meningkat terutama dari ekspor sumber daya alam dan indikator otomotif kecuali sepeda motor. Hasil asesmen subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara pengekspor kayu bulat terbesar di Asia. Selain itu, subsektor ini memiliki forward dan backward linkage yang cukup erat dengan sektor/subsektor ekonomi lainnya. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Secara tahunan pada April 2012, seluruh indikator aktivitas ekonomi pada kelompok migas turun sementara mayoritas indikator non migas dan ekspor komoditas non migas utama tumbuh positif. Produksi minyak mentah, kondensat dan penjualan minyak diesel pada April 2012 menunjukkan penurunan secara tahunan () masing-masing sebesar 2,35%, 16,03%, dan 29,44%. Kendala teknis yang dialami beberapa Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) diduga menjadi penghambat optimalisasi produksi minyak mentah. Pada April 2012 tercatat kemampuan produksi minyak mentah hanya sebesar 871,3 ribu barel per hari. Indikator otomotif kecuali sepeda motor masih tumbuh lebih tinggi daripada indikator lainnya. Produksi kendaraan non niaga tumbuh paling tinggi mencapai 70,21% () sebaliknya produksi sepeda motor turun sebesar 13,41% (). Pada kelompok ekspor komoditas non migas utama tercatat biji tembaga tumbuh paling tinggi (137,40%) diikuti batubara (23,28%), kayu lapis (15,63%) dan minyak nabati (2%). Beberapa komoditas ekspor lainnya mengalami penurunan dengan penurunan terbesar terjadi pada ekspor besi & baja (-41,75%). (%, ) 150 120 90 60 30 0-30 -60 Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih Migas Non Migas Ekspor Utama April 2012 April 2011 s.d April 2012 (rata-rata) Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor Indikator Sektor Riil terpilih ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank 1 Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya.

Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Penjualan Sepeda Motor Penjualan Listrik ke Industri Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan Penjualan Listrik ke Rumah Tangga Penjualan Listrik Total Kunjungan Wisman Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali Batubara Biji Tembaga Barang dari Logam Tidak Mulia Makanan Olahan Minyak Nabati Tekstil dan Produk Tekstil Kayu Lapis Kayu Gergajian Bahan Kertas dan Kertas Karet Olahan Besi & Baja Alat Angkutan dan Bagiannya Peralatan Listrik Secara rata-rata selama April 2011 s.d April 2012, seluruh indikator migas turun sementara sebagain besar indikator non migas dan ekspor non migas utama meningkat. Penjualan minyak diesel tercatat mengalami rata-rata penurunan yang paling besar (-12,02%) pada kelompok indikator migas. Sementara itu kendaraan niaga (30,43%) dan ekspor minyak nabati (34,50%) merupakan indikator yang memiliki rata-rata pertumbuhan paling tinggi pada masing-masing kelompok non migas dan kelompok ekspor komoditas non migas utama. Apabila dibandingkan pertumbuhan pada April 2012 dengan rata-rata pertumbuhan selama April 2011 s.d April 2012 maka hanya terdapat 9 indikator yang memiliki kinerja positif dan berada diatas rata-ratanya (Grafik 1). Bulanan Secara bulanan pada April 2012 sebagian besar indikator (66,67%) mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan yang paling signifikan terjadi pada ekspor barang dari logam tidak mulia (-35%) diikuti oleh ekspor minyak nabati (-22,41%), penjualan minyak diesel (-14,05%), dan ekspor bahan kertas dan kertas (-10,26%). Sementara itu beberapa indikator yang tumbuh positif pada bulan ini antara lain ekspor biji tembaga (214,58%), ekspor besi & baja (8,99%), dan penjualan listrik ke industri (7,16%). Dalam kurun waktu April 2011 s.d April 2012, mayoritas indikator aktivitas ekonomi (70%) tumbuh positif. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada ekspor minyak nabati dengan rata-rata sebesar 21,09%, selain produksi dan penjualan kendaraan non niaga masing-masing 3,14% dan 2,32% serta penjualan minyak diesel (2,19%). Sementara itu, indikator yang tercatat turun dalam kurun waktu tersebut antara lain ekspor biji tembaga (-21,59%) dan ekspor barang dari logam tidak mulia (-2,61%) dan ekspor peralan listrik (- 1,19%). Sebanyak 8 indikator aktivitas ekonomi pada April 2012 memiliki kinerja diatas rata-rata selama April 2011 s.d April 2012 yang terlihat terutama di indikator ekspor biji tembaga (Grafik 2). Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (%, ) 240 60.. 30 Migas Non Migas Ekspor Utama 0-30 -60 April 2012 April 2011 s.d April 2012 (rata-rata) Kumulatif Secara kumulatif sampai dengan April 2012, sebagian besar (56,67%) indikator aktivitas ekonomi masih meningkat. Dari 30 indikator aktivitas ekonomi yang dipantau, sebanyak 17 diantaranya masih meningkat dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi berasal dari ekspor sumber daya alam berupa minyak nabati (56,83%) dan batubara (19,95%). Disamping itu, perkembangan indikator otomotif secara umum juga masih baik terutama untuk jenis kendaraan non niaga (produksi naik 29,20%, penjualan naik 18,99%) dan kendaraan niaga (produksi naik 19,79%, penjualan naik 19,76%). Disisi lain indikator yang tercatat turun s.d April (ytd) antara lain ekspor besi & baja (-34,08%), ekspor biji tembaga (-32%) dan penjualan minyak diesel (-27,87%). 2

Tabel 1 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2011 2012 Pertumbuhan Indikator Satuan Apr Des* Jan* Feb* Mar* Apr* April 2012 ytd 1) Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel 23.707 23.954 24.235 22.570 24.147 23.148-2,35-4,14-1,18 - Produksi Kondensat ribu barel 3.509 3.626 3.181 3.081 3.211 2.947-16,03-8,24-9,31 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter 13.592 9.678 9.369 8.047 11.159 9.591-29,44-14,05-27,87 Non Migas - Konsumsi Semen ribu ton 3.734 4.557 4.059 4.063 4.379 4.183 12,01-4,48 16,60 - Produksi Kendaraan Non Niaga unit 34.919 51.583 54.703 58.671 60.743 59.436 70,21-2,15 29,20 - Penjualan Kendaraan Non Niaga unit 39.504 51.856 51.111 59.415 61.331 60.750 53,78-0,95 18,99 - Produksi Kendaraan Niaga unit 19.503 27.794 21.925 27.299 24.341 24.386 24 0,18 19,79 - Penjualan Kendaraan Niaga unit 19.264 26.961 24.183 25.974 24.806 24.494 27,15-1,26 19,76 - Produksi Sepeda Motor ribu unit 716 448 686 666 607 620-13,41 2,12-5,75 - Penjualan Sepeda Motor ribu unit 709 463 653 671 627 623-12,16-0,60-4,83 - Penjualan Listrik ke Industri juta KWH 4.704 4.561 4.913 4.837 4.731 5.070 7,77 7,16 14 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan juta KWH 2.427 2.480 2.529 2.445 2.420 2.504 3,19 3,47 8,14 - Penjualan Listrik ke Rumah Tangga juta KWH 5.250 5.830 5.828 5.667 5.592 5.757 9,65 2,95 11,44 - Penjualan Listrik Total juta KWH 13.223 13.747 14.152 13.797 13.603 14.215 7,50 4,50 10,15 - Kunjungan Wisman ribu orang 608 725 653 593 659 626 2,96-4,93 8,90 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Jakarta persen 57 56 55 55 56 58 1,22 3,48-1,78 - Tingkat Hunian Hotel Berbintang di Bali persen 64 62 62 56 59 59-7,84-0,64-7,14 Ekspor Non Migas Utama - Batubara ribu ton 25.370 33.189 27.780 27.027 33.240 31.277 23,28-5,90 19,95 - Biji Tembaga ribu ton 67 66 05 146 50 159 137,40 214,58-32 - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 240 185 193 218 245 171-28,63-35 -19,29 - Makanan Olahan ribu ton 153 219 180 190 176 162 5,66-8,31 1,38 - Minyak Nabati ribu ton 1.353 1.875 1.855 1.468 2.006 1.557 2-22,41 56,83 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 151 173 156 164 166 152 0,77-8,23-1,12 - Kayu Lapis ribu ton 167 172 162 167 192 193 15,63 0,47 14,70 - Kayu Gergajian ribu ton 41 40 30 37 37 35-15,30-6,52-9,98 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 594 643 586 638 676 607 2,10-10,26 5,91 - Karet Olahan ribu ton 280 220 216 230 252 249-11,32-1,23-8,09 - Besi dan Baja ribu ton 138 86 90 96 74 80-41,75 8,99-34,08 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 40 45 58 62 51 46 15,54-9,54 8,49 - Peralatan Listrik ribu ton 59 71 70 60 63 58-1,35-7,79 2,69 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : - - Data penjualan kendaraan niaga, non niaga dan sepeda motor mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi September 2010 dengan data series kebelakang. Data tingkat hunian Hotel Berbintang di wilayah Jakarta dan Bali mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) sejak edisi Juli 2010 dengan data series kebelakang. *) Beberapa indikator aktivitas ekonomi masih bersifat sementara yang akan mengalami perubahan pada periode berikutnya. 1) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan denga n periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. Khusus untuk indikator Tingkat Hunian Hotel, pertumbuhan dihitung dengan cara membandingkan rata-rata data dari bulan Januari sampai dengan periode laporan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. n/a Data sampai dengan laporan disusun belum tersedia/tidak dihitung. 3

GRAFIK PERTUMBUHAN INDIKATOR TERPILIH 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0-6,0-8,0 Grafik 3. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 1 - -1 - Grafik 4. Produksi Kondensat (% ) (% ) 2 2 1 - -1 - -2 1 - -1 - Grafik 5. Penjualan Minyak Diesel Grafik 6. Konsumsi Semen (% ) (% ) 12 8 10 6 8 4 6 4 2 2-2 -2-4 -4-6 -6 (% ) (% ) 6 6 5 5 4 4 3 3 2 1 2 1-1 -2-3 -1-4 Grafik 7. Produksi Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 8 8 Grafik 8. Penjualan Kendaraan Non Niaga (% ) (% ) 10 10 6 6 8 8 4 2 4 2 6 4 2 6 4 2-2 -2-2 -2-4 -4-4 -4 4

12 Grafik 9. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) 7 14 Grafik 10. Penjualan Kendaraan Niaga (% ) (% ) 7 10 8 6 4 5 2 12 10 8 6 4 5 3 1-1 2-2 2-3 -5-5 Grafik 11. Produksi Sepeda Motor Grafik12. Penjualan Sepeda Motor (% ) (% ) 8 8 7 6 6 5 4 4 3 2 2 1-1 -2-2 -3-4 (% ) (% ) 8 8 7 6 6 5 4 4 3 2 2 1-2 -1-2 -4 Grafik 13. Penjualan Listrik ke Sektor Industri (% ) (% ) 3 6 Grafik 14. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% ) (% ) 2 3 2 5 2 24,0 2 1 4 3 2 1-1 1 18,0 12,0 6,0 - -2 - -6,0 5

2 Grafik 15. Penjualan Listrik ke Rumah Tangga (% ) (% ) 4 2 Grafik 16. Penjualan Listrik Total (% ) (% ) 2 3 1 2 1 1 1 - - - -1-1 -1 Grafik 17. Kunjungan Wisman Grafik 18. Tingkat Hunian Hotel Jakarta (% ) (% ) 48,0 64,0 48,0 32,0 (% ) (% ) 2 4 2 3 2 1 32,0 1 16,0-16,0 16,0-16,0 - -1 - -1-2 Grafik 19. Tingkat Hunian Hotel Bali (% ) (% ) 2 2 2 1 - -1-2 1 - -1-6

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR INDUSTRI BARANG KAYU & HASIL HUTAN LAINNYA) Subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage) dan ke belakang (backward linkage) yang cukup erat dengan sektor/subsektor ekonomi lainnya. Pasokan input kelompok industri bambu, kayu & rotan mayoritas dipenuhi dari dalam negeri. Orientasi produk kelompok industri bambu, kayu & rotan sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi permintaan sektor ekonomi lainnya dan sebesar 21,20% ditujukan untuk ekspor. Pertumbuhan subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya setiap tahunnya selalu negatif dan pada tahun 2010 mengalami kontraksi yang cukup dalam. Hal ini ditengarai karena minimnya pasokan bahan baku dan pasca penerapan perdagangan bebas ASEAN-China sejak Januari 2010. Seiring dengan pertumbuhan negatif dari subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya, maka subsektor ini secara rata-rata memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang positif. Indonesia merupakan negara pengekspor kayu bulat terbesar di Asia, namun jumlah ekspor kayu olahan (sebagian besar kayu gergajian) ditengarai masih relatif kecil dan masih dapat ditingkatkan sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Dengan memiliki keuanggulan komparatif dalam penyediaan kayu dari hasil hutan maka seyogyanya industri ini dapat dikembangkan dengan baik. A. Peranan Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kelompok industri barang kayu & hasil hutan lainnya terdiri dari industri pengolahan hulu (industri penggergajian kayu/saw-mill, industri kayu lapis (plywood-mill), industri papan partikel/particle-board, industri MDF (Medium Density Fibre-board); industri hilir (industry Wood-Working yang menghasilkan produk-produk kayu antara lain pintu, jendela, wood-flooring; industri furniture kayu & barang-barang kerajinan kayu) serta industri pengolahan rotan 1. Rata-rata pertumbuhan subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya selama 11 tahun (2001-2011) tercatat negatif yaitu sebesar -0,37% (). Hampir setiap tahun subsektor ini selalu mengalami pertumbuhan negatif kecuali pada tahun 2001 s.d 2003, 2008 dan 2011. Pada triwulan I- 2012 subsektor ini kembali mengalami kontraksi sebesar -0,86%. Subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya pada tahun 2010 mengalami kontraksi yang cukup dalam. Hal ini ditengarai disebabkan minimnya pasokan bahan baku karena hutan alam sudah habis diproduksi sementara hutan tanaman industri masih belum berkembang. Pasca penerapan perdagangan bebas ASEAN-China sejak Januari 2010, juga ditengarai memperdalam kontraksi pada subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya. Namun pada tahun 2011, kinerja subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif yaitu tumbuh sebesar 0,35%. Rata-rata share subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya terhadap total PDB dalam 11 tahun terakhir (2001-2011) sebesar 1,42%, atau memiliki peranan/share peringkat kelima dari 9 sektor industri pengolahan non migas. Sementara, peranan subsektor ini terhadap sektor industri pengolahan non migas rata-rata sebesar 6,15%, dibawah share subsektor industri makanan, minuman & tembakau (31,22%), subsektor industri alat angkutan, mesin & peralatannya (26,84%), subsektor industri pupuk kimia & barang dari karet (12,22%), dan subsektor industri tekstil, barang kulit & alas kaki (11,34%). Peranan subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya cenderung stabil dari tahun ke tahun, pada triwulan I-2012 yaitu sebesar 5,30%. 1 Roadmap Industri Furniture, Departemen Perindustrian 7

Seiring dengan pertumbuhan negatif dari subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya, subsektor ini secara rata-rata memberikan kontribusi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar - 04% (2001-2011). Rata-rata kontribusi sektor industri pengolahan non migas dalam struktur ekonomi nasional selama 11 tahun terakhir adalah sebesar 1,31% terutama berasal dari subsektor industri alat angkutan, mesin & peralatannya (0,71%) dan subsektor industri makanan, minuman & tembakau (0,29%). A. Pertumbuhan Tahunan () Tabel 2. Pertumbuhan Tahunan PDB Subsektor Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya R I N C I A N 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Tw I-2012 Rata-rata (2001-2011) Sektor Industri Pengolahan non Migas 4.86 5.69 5.97 7.51 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.12 6.83 6.13 5.35 a) Makanan, minuman & tembakau 1.07 0.19 2.69 1.39 2.75 7.21 5.05 2.34 11.22 2.78 9.19 8.19 4.17 b) Tekstil, barang kulit & alas kaki 3.40 3.23 6.18 4.06 1.31 1.23 (3.68) (3.64) 0.60 1.77 7.52 1.41 2.00 c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.54 0.62 1.19 (2.07) (0.92) (0.66) (1.74) 3.45 (1.38) (3.47) 0.35 (0.86) (0.37) d) Kertas dan barang cetakan (4.78) 5.26 8.41 7.61 2.39 2.09 5.79 (1.48) 6.34 1.67 1.50 0.50 3.16 e) Pupuk, kimia & barang dari karet 0.50 4.73 10.71 9.01 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.70 3.95 9.19 5.33 f) Semen dan barang galian bukan logam 19.08 6.56 7.06 9.53 3.81 0.53 3.40 (1.49) (0.51) 2.18 7.19 6.11 5.21 g) Logam dasar besi dan baja (1.00) (1.28) (7.97) (2.61) (3.70) 4.73 1.69 (2.05) (4.26) 2.38 13.06 5.57 (0.09) h) Alat angkutan, mesin & peralatannya 17.22 18.09 8.88 17.67 12.38 7.55 9.73 9.79 (2.87) 10.38 7.00 6.23 10.53 i) Barang lainnya 12.64 (11.08) 17.74 12.77 2.61 3.62 (2.82) (0.96) 3.19 3.00 1.82 4.21 3.87 B. Distribusi/Share thd Total PDB Sektor Industri Pengolahan non Migas 25.21 24.89 24.40 23.96 22.42 22.38 22.43 23.01 22.61 21.51 20.92 20.47 23.07 a) Makanan, minuman & tembakau 7.84 7.96 7.66 7.12 6.41 6.37 6.68 7.00 7.50 7.23 7.37 7.14 7.19 b) Tekstil, barang kulit & alas kaki 3.16 3.45 3.36 3.11 2.78 2.70 2.37 2.12 2.08 1.93 1.93 1.86 2.63 c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 1.90 1.62 1.48 1.36 1.27 1.34 1.39 1.48 1.43 1.25 1.14 1.09 1.42 d) Kertas dan barang cetakan 1.19 1.33 1.38 1.35 1.22 1.19 1.15 1.05 1.09 1.02 0.93 0.88 1.17 e) Pupuk, kimia & barang dari karet 2.93 2.72 2.82 2.79 2.75 2.82 2.80 3.11 2.91 2.74 2.55 2.59 2.81 f) Semen dan barang galian bukan logam 0.98 0.98 0.95 0.94 0.89 0.87 0.83 0.81 0.78 0.71 0.68 0.69 0.86 g) Logam dasar besi dan baja 0.73 0.76 0.67 0.70 0.66 0.62 0.58 0.59 0.48 0.42 0.42 0.42 0.60 h) Alat angkutan, mesin & peralatannya 6.21 5.87 5.87 6.36 6.23 6.27 6.44 6.67 6.18 6.05 5.75 5.67 6.17 i) Barang lainnya 0.26 0.19 0.21 0.22 0.21 0.21 0.19 0.18 0.18 0.16 0.15 0.15 0.20 C. Distribusi/Share thd Sektor Industri Pengolahan Non Migas a) Makanan, minuman & tembakau 31.12 31.99 31.38 29.73 28.58 28.46 29.80 30.40 33.16 33.61 35.20 34.87 31.22 b) Tekstil, barang kulit & alas kaki 12.54 13.85 13.76 12.99 12.40 12.06 10.56 9.21 9.19 8.97 9.23 9.09 11.34 c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 7.53 6.50 6.09 5.68 5.67 5.97 6.19 6.43 6.33 5.82 5.44 5.30 6.15 d) Kertas dan barang cetakan 4.71 5.34 5.66 5.64 5.45 5.30 5.12 4.56 4.82 4.75 4.47 4.29 5.08 e) Pupuk, kimia & barang dari karet 11.63 10.94 11.55 11.64 12.25 12.59 12.50 13.53 12.85 12.73 12.21 12.63 12.22 f) Semen dan barang galian bukan logam 3.88 3.95 3.91 3.92 3.95 3.88 3.70 3.53 3.43 3.29 3.27 3.36 3.70 g) Logam dasar besi dan baja 2.90 3.06 2.73 2.94 2.96 2.77 2.58 2.57 2.11 1.94 2.00 2.05 2.60 h) Alat angkutan, mesin & peralatannya 24.64 23.59 24.06 26.54 27.81 28.02 28.69 28.97 27.33 28.14 27.47 27.67 26.84 i) Barang lainnya 1.04 0.78 0.87 0.92 0.93 0.95 0.85 0.80 0.77 0.76 0.73 0.73 0.86 D. Kontribusi thd Pertumbuhan Ekonomi Sektor Industri Pengolahan non Migas 1.16 1.37 1.46 1.85 1.48 1.33 1.30 1.01 0.63 1.23 1.62 1.45 1.31 a) Makanan, minuman & tembakau 0.09 0.02 0.20 0.10 0.20 0.50 0.36 0.16 0.75 0.20 0.64 0.55 0.29 b) Tekstil, barang kulit & alas kaki 0.11 0.11 0.20 0.13 0.04 0.04 (0.11) (0.10) 0.01 0.04 0.17 0.03 0.06 c) Barang kayu dan hasil hutan lainnya 0.01 0.01 0.02 (0.03) (0.01) (0.01) (0.02) 0.03 (0.01) (0.03) 0.00 (0.01) (0.00) d) Kertas dan barang cetakan (0.07) 0.07 0.11 0.10 0.03 0.03 0.08 (0.02) 0.08 0.02 0.02 0.01 0.04 e) Pupuk, kimia & barang dari karet 0.02 0.14 0.32 0.29 0.29 0.15 0.19 0.15 0.05 0.15 0.12 0.28 0.17 f) Semen dan barang galian bukan logam 0.14 0.05 0.06 0.08 0.03 0.005 0.03 (0.01) (0.00) 0.02 0.05 0.04 0.04 g) Logam dasar besi dan baja (0.01) (0.01) (0.05) (0.01) (0.02) 0.02 0.01 (0.01) (0.02) 0.01 0.04 0.02 (0.00) h) Alat angkutan, mesin & peralatannya 0.85 1.01 0.56 1.16 0.91 0.59 0.77 0.80 (0.24) 0.82 0.57 0.52 0.71 i) Barang lainnya 0.03 (0.02) 0.03 0.03 0.01 0.01 (0.006) (0.00) 0.01 0.01 0.00 0.01 0.01 Sumber: BPS, diolah Perkembangan produksi industri besar dan sedang pada subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya ditunjukkan oleh indeks produksi menurut jenis industri KBLI 2 digit, terutama kelompok industri kayu, barang dari kayu, & gabus (tidak termasuk furniture), & barang anyaman dari rotan, bambu, dan sejenisnya (KBLI 16). Produksi kelompok industri tersebut mengalami penurunan sebesar 5,43% () pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 0,88% (). 8

Tabel 3. Pertumbuhan Tahunan Indeks Produksi Subsektor Industri Kayu, Barang dari kayu & Gabus dan Barang Anyaman dari Rotan, Bambu & sejenisnya Kode KBLI 16 Sumber: BPS Uraian Industri kayu, barang dari kayu & gabus (tidak termasuk furnitur), dan barang anyaman dari rotan, bambu dan sejenisnya Tahunan 2010 2 0 1 1 Triwulan Tahunan 2011 2 0 1 2 Triwulan I II III IV * I -5.43 3.50-5.83-0.22 8.27 0.88-0.36 Grafik 20. Pertumbuhan Kapasitas Produksi Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya (%) 80.00 70.00 60.00 50.00 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2009 Sejalan dengan tren perkembangan produksi subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya, penggunaan kapasitas utilisasi (capacity utilization) juga menunjukkan perilaku yang sama. Kapasitas utilisasi pada tahun 2011 tercatat sebesar 61,64% lebih tinggi dibanding tahun 2010 (60,39%). Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Industri Pengolahan Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia B. Investasi Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Target investasi Indonesia untuk subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya pada tahun 2012 adalah sebesar Rp283,5 triliun yang terdiri atas Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp206,8 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp76,7 triliun. Hingga triwulan I-2012 perkembangan realisasi investasi telah mencapai Rp71,2 triliun atau 25,1% dari target yang ditetapkan untuk 2012. Nilai investasi tersebut tumbuh 1,5% secara triwulanan dan 32,8% secara tahunan. Berdasarkan Koridor Ekonomi pada periode Triwulan I-2012, realisasi PMDN dan PMA tertinggi berada di Koridor Jawa dimana untuk realisasi PMDN terbesar ada di Jawa Timur (Rp3,8 triliun) dan realisasi PMA terbesar ada di DKI Jakarta (USD1,2 miliar). Berdasarkan asal investor, negara dengan angka realisasi PMA terbesar di triwulan I-2012 berasal dari Singapura (USD1,2 miliar), Jepang (USD0,6 miliar), Korea Selatan (USD0,5 miliar), British Virgin Islands (USD0,3 miliar), dan Belanda (USD0,3 miliar). Investasi subsektor industri kayu yang merupakan sektor sekunder selama tahun 2011 meningkat dibanding tahun sebelumnya. Total realisasi investasi industri kayu mencapai Rp974,8 miliar, atau tumbuh 16,2% dibanding periode sebelumnya. Sementara itu, untuk realisasi investasi selama triwulan I- 2012, total realisasi investasi subektor industri kayu sebesar Rp141,5 miliar. Investasi tersebut sebesar 64,24% berasal dari PMA dan sebesar 35,76 dari PMDN. 9

Tabel 4. Realisasi Investasi (miliar rupiah) No SEKTOR 2010 2011 Triwulan I-2012 I Sektor Primer 39.436,50 60.474,20 22.674,80 1 Tanaman pangan & perkebunan 15.486,30 20.369,80 6.929,10 2 Peternakan 381,50 437,10 151,30 3 Kehutanan 526,20 105,20 1,80 4 Perikanan 163,00 90,10 50,40 5 Pertambangan 22.879,50 39.472,00 15.542,20 II Sektor Sekunder 55.649,20 99.639,30 28.934,70 6 Industri Makanan 25.636,70 17.882,30 4.824,30 7 Industri Tekstil 1.824,90 5.474,90 1.673,50 8 Industri Barang Dari Kulit & Alas Kaki 1.186,10 2.308,50 640,50 9 Industri Kayu 839,20 974,80 141,50 10 Industri Kertas & Percetakan 1.520,40 11.613,80 2.425,50 11 Industri Kimia & Farmasi 10.406,60 15.918,50 5.852,40 12 Industri Karet & Plastik 1.461,50 5.625,70 2.718,40 13 Industri Mineral Non Logam 2.520,20 8.674,40 1.618,50 14 Industri Logam, Mesin & Elektronik 6.095,10 22.742,20 4.897,30 15 Industri Instrumen Kedokteran, Presisi & Optik jam - 377,10-16 Industri Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi 3.906,40 7.460 4.062,20 17 Industri Lainnya 252,10 587,10 80,60 III Sektor Tersier 111.474,50 91.155,90 19.636,10 18 Listrik, Gas dan Air 17.787,20 25.918,80 2.089,40 19 Konstruksi 5.633,20 3.781,50 424,00 20 Perdagangan & Reparasi 7.078,80 7.762,60 1.439,00 21 Hotel & Restoran 3.509,70 2.574,20 1.957,60 22 Transportasi, Gudang & Komunikasi 59.436,60 42.320,20 8.296,70 23 Perumahan, Kawasan Industri & Perkantoran 9.715,30 2.521,00 648,90 24 Jasa Lainnya 8.313,70 6.277,60 4.780,50 JUMLAH/TOTAL 206.560,20 251.269,40 71.245,60 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diolah C. Pembiayaan Kredit Perbankan Terhadap Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Sumber pembiayaan modal kerja pada subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya mayoritas berasal dari non bank (77%) dan hanya sebesar 23% yang berasal dari perbankan. Sementara, sumber pembiayaan untuk investasi pada subsektor ini sebagian besar juga berasal dari non bank yaitu sebesar 80% 2. Pada tahun 2011, realisasi kredit subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya mengalami pertumbuhan 17,59% dari tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp10.125 miliar. Pangsa penyaluran kredit subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya terhadap total industri pengolahan sebesar 2,96%, bahkan hanya 0,51% dari total penyaluran kredit sektor ekonomi. 2 Hasil Survei Pemetaan Sektor Ekonomi Bank Indonesia 10

Grafik 21. Realisasi Kredit Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya (miliar Rp) 12,000 (%, qtq) 20 100 15 8,000 10 6,000 5 4,000 0 2,000-5 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I s.d Mei -10 Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya % qtq Industri Pengolahan % qtq Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Sumber : Data Laporan Bank, Bank Indonesia D. Perkembangan Neraca Perdagangan Data ekspor impor subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya tercermin dari data ekspor impor manufacture of wood and products of wood (ISIC-20). Neraca perdagangan subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya selalu mengalami surplus. Surplus neraca perdagangan sempat merosot pada tahun 2009 dengan nilai sebesar USD2,04 miliar, turun 18,88% dari tahun 2008. Penurunan tersebut disebabkan dari penurunan harga manufacture of wood and products of wood yang ditengarai akibat adanya resesi ekonomi global. Pada tahun 2010 s.d 2011 surplus neraca perdagangan subsektor ini semakin meningkat seiring dengan adanya peningkatan jumlah ekspor. Negara tujuan utama ekspor adalah Jepang dan Cina. Nilai ekspor pada tahun 2012 (data s.d April 2012) mencapai USD1,15 miliar dengan net ekspor sebesar USD1,02 miliar. Disisi lain, nilai impor pada tahun 2012 mencapai USD0,14 miliar, hanya sekitar 9,5% dari total ekspor impor produk manufacture of wood and products of wood. Berdasarkan negara asal barang, impor industri barang kayu & hasil hutan lainnya mayoritas berasal dari negara Malaysia dan Thailand. Grafik 22. Ekspor-Impor Industri Kayu dan Barang Kayu (miliar USD) 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50-2006 2007 2008 2009 * Ekspor Impor Net Impor Sumber: Data Ekspor Impor Bank Indonesia 11

E. Keterkaitan dengan Sektor Lain Subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup erat dengan sektor/subsektor ekonomi lainnya. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel Input-Output (I-O) Updating 2008, subsektor barang kayu & hasil hutan lainnya tercermin dari kelompok industri bambu, kayu & rotan. Eratnya keterkaitan ke belakang dari kelompok industri tersebut ditunjukkan dari nilai backward linkage yang tinggi yaitu sebesar 2,10. Sementara itu, meskipun tidak setinggi backward linkage, keterkaitan ke depan (forward linkage) dari kelompok industri bambu, kayu & rotan dalam subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya bernilai lebih dari 1. Nilai forward linkage tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan setiap 1 unit output dari komoditas pada kelompok industri bambu, kayu & rotan akan mendorong ouput di sektor lainnya sebesar 1,51 unit. Tabel 5. Backward dan Forward Linkage Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Komoditas Subsektor Kehutanan Backward Linkage Forward Linkage Industri bambu, kayu dan rotan 2.10 1.51 Sumber : Tabel Input-Output Update 2008, diolah Pasokan input kelompok industri bambu, kayu & rotan mayoritas dipenuhi dari dalam negeri. Orientasi produk kelompok industri bambu, kayu & rotan sebagian besar dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara sektor ekonomi lainnya, terutama kelompok bangunan. Disisi lain, alokasi produksi kelompok industri bambu, kayu & rotan sebesar 21,20% ditujukan untuk ekspor. Tabel 6. Struktur Permintaan dan Penawaran Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Komoditas Subsektor Industri Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya Pangsa Thd Output Total (%) Pangsa Thd Output Sektor (%) Permintaan Antara Permintaan (%) Konsumsi Investasi (PMTB) Permintaan Akhir Perubahan Stok Ekspor Penawaran (%) Output Domestik Industri bambu, kayu dan rotan 1.42 12.38 55.73 18.83 0.08 4.16 21.20 97.69 2.31 Impor Sumber : Tabel Input Output Update 2008, diolah Tabel 7. Alokasi Input dan Output Subsektor Industri Bambu, Kayu & Rotan Input Utama % Komoditas Alokasi Output % Industri bambu, kayu dan rotan 30.52 Bangunan 57.78 Kayu 15.90 Industri bambu, kayu dan rotan 30.93 Perdagangan 11.32 Perdagangan 4.16 Industri kimia 7.81 Industri barang dari logam 3.07 Hasil hutan lainnya 4.93 Industri bambu, Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 1.23 Angkutan darat 4.06 kayu dan rotan Pengilangan minyak bumi 4.00 Angkutan air 3.45 Lembaga keuangan 2.78 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 2.41 Sumber : Tabel Input-Output Update 2008, diolah 12

F. Peluang, Tantangan & Prospek Tahun 2012 3 Indonesia merupakan negara pengekspor kayu bulat terbesar di Asia, namun jumlah ekspor kayu olahan (sebagian besar kayu gergajian) ditengarai masih relatif kecil dan masih dapat ditingkatkan sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Indonesia memiliki keuanggulan komparatif dalam penyediaan kayu dari hasil hutan. Sebagaimana diketahui bahwa produktivitas hutan tanaman di negara dengan iklim tropis lebih tinggi dibandingkan dengan negara bukan tropis. Beberapa permasalahan yang dihadapi subsektor industri barang kayu & hasil hutan lainnya antara lain minimnya pasokan bahan baku seiring dengan maraknya praktek illegal logging pada hutan alam dan illegal trade serta belum optimalnya pengelolaan Hutan Tanaman dan Hutan Rakyat sebagai sumber bahan baku; produktivitas dan efisiensi biaya relatif rendah sebagai akibat dari penggunaan teknologi/mesin sederhana; daya saing terhadap produk-produk negara maju tergolong rendah; infrastruktur belum cukup memadai dilihat dari sisi sarana pengangkutan dan Research & Development. Selain itu, integrasi dalam pengolahan kayu harus ditingkatkan sehingga hasil sisa dapat dimanfaatkan secara maksimal. Industri barang kayu & hasil hutan lainnya pada tahun 2012 diproyeksikan akan tumbuh pada kisaran 1,8-2,5% () 4. 3 Dari berbagai sumber 4 Sumber : Kemenprin & Bisnis Indonesia 13 Januari 2012. 13